Pages - Menu

Pages

Senin, 26 Desember 2011

Falun Gong

(Falun Gong) adalah suatu kultivasi peringkat atas yang berupa suatu sistem perangkat latihan yang benar-benar secara nyata dapat memperbaiki dan meningkatkan moral, tubuh dan spiritual seseorang menuju ke tingkat yang lebih tinggi. Melalui latihan Falun Gong, para praktisi dapat memperoleh kemajuan yang sangat pesat dalam kesehatan jiwa dan raga, demikian juga dapat menghilangkan stress.

Falun Gong merupakan kultivasi (pengolahan) ganda jiwa dan raga.
Kultivasi raga berupa 5 perangkat latihan gerakan yang menyerupai senam, dan meditasi. Fungsinya untuk mengolah potensi tubuh, membangkitkan energi di dalam tubuh, menyerap energi alam semesta dan memperkuat sistim mekanisme energi di dalam tubuh.
Kultivasi jiwa adalah meningkatkan Xinxing (watak, kualitas moral), dengan jalan berasimilasi (menyelaraskan diri) dengan karakteristik alam semesta yakni: Zhen-Shan-Ren (Sejati-Baik-Sabar). Pengertian kata "Sejati" adalah benar, lurus dan jujur; "Baik" adalah kebajikan, suka menolong, tidak mementingkan diri sendiri; "Sabar" adalah penuh toleransi, pengendalian emosi, tahan uji serta mampu melepaskan keterikatan hati. Terus menerus meningkatkan standar Xinxing didalam kehidupan sehari-hari, didalam rumah tangga, di tempat kerja, dalam masyarakat, harus menjadi seseorang yang bermoral tinggi yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan kewajibannya.
Falun Gong bukanlah agama, karena tidak ada ritual, formalitas atau aktivitas apapun yang seringkali digunakan dalam agama, tidak ada keanggotaan. Para praktisi dengan keinginannya sendiri belajar bersama, secara bebas datang dan pergi. Pusat pembina maupun tempat latihan tidak menarik iuran/sumbangan. Di seluruh dunia para praktisi sukarela mengajarkan latihan. Semua kegiatan Falun Dafa selamanya bebas biaya. Falun Gong juga tidak melibatkan diri dalam politik, Falun Gong hanya mengajarkan praktisi mematut diri sesuai kriteria tingkat tinggi serta melepaskan keterikatan hatinya, guna mencapai taraf kondisi jiwa yang lebih tinggi.
Sejak Falun Gong diperkenalkan oleh Master Li Hongzhi pada tahun 1992, ajarannya yang luas mendalam serta harmonis telah meningkatkan Xinxing (moralitas) ratusan juta orang, membuat mereka paham tentang tujuan hidupnya. Bagi praktisi yang sejati kesehatan tubuhnya dalam waktu singkat akan mencapai kondisi yang sangat prima. Efek peningkatan kesehatan jiwa dan raga ini tampak nyata sehingga mendapat penyambutan yang hangat di berbagai daerah, berbagai bangsa. Lebih dari seratus juta orang telah berlatih Falun Gong di seluruh dunia, baik di Asia, Eropa, Afrika, Amerika dan Australia. Buku-buku yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ialah : [Zhuan Falun] dan [Falun Gong]. Bagi yang berminat, dapat mendatangi tempat latihan yang tertera, dan langsung mengikuti latihan,belajar dengan praktisi setempat dan mendengarkan pengalaman masing-masing praktisi.
Falun (Roda Hukum): Lambang Falun Dafa
Falun adalah materi energi tinggi yang mempunyai kecerdasan, berputar selama 24 jam setiap hari tanpa henti, otomatis membantu praktisi Xiulian berlatih Gong. Sekalipun praktisi Xiulian tidak setiap saat berlatih Gong, tetapi Falun tetap tiada henti melatih manusia. Penjelasan lengkap mengenai Falun terdapat pada Ceramah V Buku [Zhuan Falun]
Penyebaran dan Perkembangan Falun Gong
Falun Gong mulai dipublikasikan oleh Master Li Hongzhi di Tiongkok pada bulan Mei 1992 sampai akhir 1994, selanjutnya beliau pergi keluar negeri mengajarkan Falun Gong di berbagai tempat didunia: Eropa, Asia, Amerika, Australia. Hingga sekarang, Falun Gong sudah dilatih di lebih dari 114 negara dan membawa manfaat positif bagi banyak orang. Untuk mengetahui lokasi tempat latihan di seluruh dunia, silakan kunjungi website Falun Dafa Internasional: www.falundafa.org


Mengapa Pemerintah China Melarang Falun Gong?

Guru Li Hongzhi pertama memperkenalkan Falun Gong ke masyarakat pada thn 1992. Orang yang mula-mula ingin latihan tidak hanya menemukan efek penyembuhan yang luar biasa, namun juga menemukan jawaban dari pertanyaannya yang mendalam dalam kehidupannya. Setelah mereka berlatih, teman-teman dan familinya mulai memperhatikan bagaimana mereka semuanya menjadi orang yang sehat dan baik. oleh sebab itu, jumlah praktisinya bertambah terus. Jauh dan luas, Falun Dafa menyebar di lebih dari 70 negara dan menarik perhatian semua lapisan orang dan latar belakang kebudayaan yang berbeda untuk belajar dan berlatih.

Latihan Falun Gong menjadi semakin populer dan berkembang pesat di China karena manfaat kesehatan jiwa-raga yang diperoleh para praktisi setelah berlatih Falun Gong. Jumlah praktisi yang berlatih terlalu besar di mata pemimpin komunis China, Jiang Zemin. Menurut survey yang dilakukan pemerintah China pada akhir tahun 1997, jumlah praktisi Falun Gong telah mencapai 70 juta orang, jauh melebihi anggota partai komunis China.

Terdapat cukup banyak pejabat pemerintah, bahkan kader partai komunis sendiri yang ikut berlatih Falun Gong. Terutama setelah terjadinya peristiwa unjuk rasa damai berskala besar (kurang lebih 10.000 orang) oleh praktisi Falun Gong di Zhong Nan Hai (pusat pemerintahan di Beijing), yang memohon diberikannya lingkungan yang sah dan tidak terganggu bagi mereka untuk berlatih, karena sebelumnya telah terjadi penangkapan dan pemukulan terhadap mereka. Peristiwa tersebut telah mengejutkan petinggi negara, dan beranggapan massa Falun Gong kelak akan menjadi kekuatan yang beroposisi dengan pemerintah.

Kecurigaan yang tak berdasar ini telah membutakan mata mereka akan fakta bahwa Falun Dafa telah meningkatkan kesehatan moral spiritual para penduduk China, yang sebelumnya telah mereka puji sebagai: "Falun Dafa telah menghemat biaya kesehatan negara". Sebelumnya, pemerintah juga banyak sekali menganugerahi penghargaan kepada Falun Dafa. Bahkan perdana mentri Zhu Rongji pernah mengagumi Falun Gong dan berkata bahwa setiap praktisi Falun Gong dalam setahun telah menghemat biaya pengobatan sebesar 1000 yuan."

Tahun 1999, pemerintah Tiongkok melarang buku Zhuan Falun (buku pembimbing kultivasi Falun Gong), karena menurut mereka isinya " takhayul ". Partai Komunis Tiongkok menganggap semua hal tentang jiwa, spiritual atau kepercayaan adalah takhayul karena bertentangan dengan kepercayaan mereka terhadap materialisme dan atheisme dari ideologi Marxist.

Rejim Jiang takut perkembangan jumlah praktisi Falun Gong ini akan mengancam kedudukannya, padahal praktisi-praktisi Falun Gong maupun Mr. Li Hongzhi tidak pernah berniat untuk terlibat politik ataupun menentang pemerintahan.*

Segera dikeluarkanlah perintah ke polisi untuk mulai mengusik para praktisi, menghalangi mereka berlatih bersama, atau menangkap mereka dan memasukkannya ke dalam penjara. Sejak saat itu berbagai macam fitnahan dan berita bohong tentang Falun Gong dan praktisi-praktisi disebarluaskan ke seluruh dunia melalui media dan kedutaan-kedutaan China disetiap negara, sehingga menyebabkan banyak orang terutama orang-orang China dan media di luar negri yang tidak tahu berita sebenarnya termakan berita bohong tersebut. Sementara itu, penangkapan, penganiayaan dan pembunuhan terhadap para praktisi yang tidak bersalah terus dilakukan oleh pemerintah China.

* : Guru Li Hongzhi pernah berkata pada para praktisi Falun Dafa untuk : "Selamanya tidak melibatkan diri dalam politik, tidak mencampuri urusan negara, sejati berkultivasi menuju kebaikan, pertahankan agar kemurnian Dafa tetap tidak berubah, bagaikan berlian tak terhancurkan, abadilah sepanjang masa."

Untuk Penjelasan selengkapnya, silakan klik Sejarah Penganiayaan

Apakah kegiatan Falun Gong termasuk berpolitik?

Akhir-akhir ini banyak tanggapan dari masyarakat, terutama dari kalangan etnis Tionghoa, yang mengatakan kegiatan Falun Gong sudah menjurus ke politik. Apakah betul tanggapan tersebut? Sejauh mana kita sebagai praktisi Falun Gong memandang masalah tersebut?

Istilah “politik” atau “berpolitik”, bila ditelusuri mencuatnya dia sehingga menjadi suatu istilah yang terkesan “menakutkan”, yang membuat orang-orang enggan bersentuhan dengannya, adalah bersamaan dengan beralihnya masyarakat manusia dari sistim lama (kerajaan, feodal) ke sistim modern (republik, sosialis, demokrasi). Pada mulanya, istilah tersebut biasa-biasa saja, hanya menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan tata negara dan kekuasaan negara, namun seiring makin merosotnya moralitas manusia, maka istilah tersebut disalahgunakan oleh pihak penguasa untuk mengekang, menekan bahkan menjerat pihak lawan. Berkembang hingga saat ini, istilah “berpolitik” telah menjadi sebuah senjata ampuh bagi kelompok tertentu dari pihak penguasa (terutama pada negara sistim otoriter/diktator) untuk melumpuhkan pihak lain yang dianggap beroposisi pendapat dengannya.

Dalam artikel Shifu “Bukan politik” (4 Juni 2001) terdapat beberapa kalimat awal sbb : “Politk adalah istilah modern dari masyarakat yang sudah menyimpang. Masyarakat manusia yang sesungguhnya dalam sejarah tidak terdapat istilah ini dan hal-hal yang mengandung muatan politik. Sejak politik muncul dalam masyarakat manusia, masyarakat manusia telah mulai menyimpang, bersamaan itu, nilai-nilai moral juga diserang olehnya.” Kemudian pada alenia kedua tertulis sbb : “Tetapi terhadap para penentang yang membela kebenaran, yang menentang kekuasaan politik jahat karena mencelakakan negara dan rakyat, orang juga menganggap mereka terlibat dalam politik, karena mereka mempunyai pendirian politik yang jelas. Walaupun pendirian mereka, orang-orang menganggapnya positif, tapi bagaimanapun juga tindak tanduk politik adalah produk dari masyarakat yang telah menyimpang. Jika tidak ada masyarakat manusia yang telah menyimpang seperti saat sekarang, maka tidak akan ada pemunculan politik.

Sebagai contoh, pada masa orde baru saat Soeharto masih berkuasa, terdapat perangkat hukum yang disebut Undang-undang anti subvesi, yang sarat dengan kekangan politik, undang-undang tersebut sangat membatasi ruang gerak mereka yang tidak puas dengan pemerintah disaat itu, terutama para mahasiswa dan cendikiawan. Sedikit saja ucapan yang tidak berkenan bagi pihak penguasa, akan dijerat dengan undang-undang tersebut dan yang bersangkutan bisa ditangkap. Baru setelah bangkitnya “era reformasi”, undang-undang ini telah dicabut.

Dengan demikian, kriteria “berpolitik” sangatlah bias, tidak ada tolok ukur yang tepat, bagi orang-orang di negara maju, mereka mungkin tidak menganggap kegiatan-kegiatan dibawah ini sebagai berpolitik, misalnya : berunjuk rasa menyampaikan pendapat, mengungkap fakta kebenaran di muka umum, menyuarakan keadilan dengan berbagai cara, dll. Namun di negara ketiga, terutama negara sistim otoriter, semua kegiatan ini mungkin ditabukan oleh pihak penguasa.

Celakanya sekarang, orang-orang yang pikirannya telah diindoktrinasi oleh faham “berpolitik” secara tidak benar dalam jangka panjang, terutama kalangan etnis Tionghoa yang terpengaruh berat oleh kebudayaan partai komunis, dalam benak pikiran mereka telah terbentuk suatu konsep, yang memandang segala perilaku yang sifatnya tidak patuh terhadap kebijakan suatu negara, sebagai tindakan berpolitik, walaupun kebijakan tersebut nyata-nyata menguntungkan segelintir orang namun menimbulkan dampak buruk bagi banyak orang.

Dalam kasus Falun Gong, praktisi Falun Gong di manca negara memang giat mengadakan berbagai kegiatan, dari menyebarkan brosur, mengklarifikasi fakta kepada orang-orang, sampai mengadakan aksi damai dan peragaan penyiksaan di depan Kedubes RRC yang semuanya bertujuan menghimbau atau memohon kepada pemerintah China supaya menghentikan penindasan dan penganiayaan terhadap Falun Gong. Perbuatan tersebut tidak dapat dikatakan berpolitik, karena pada dasarnya kita tidak menentang suatu negara, hanya menyatakan keprihatinan dan menyuarakan keadilan bagi sesama rekan praktisi yang tertindas, serta memohon dihentikan penganiayaan. Ini merupakan hak asasi yang paling dasar bagi setiap orang untuk dapat berbicara dan menyatakan pendapat; jika perbuatan ini dianggap berpolitik, lalu apakah kita harus diam saja menghadapi penganiayaan ini? Bukankah itu berarti membenarkan perbuatan mereka? Dalam keadaan diperlakukan tidak adil, harus mengizinkan seseorang berbicara.

Disamping itu, yang diungkap adalah fakta penganiayaan yang selama ini ditutupi, dengan mengungkap fakta, orang akan tahu keadaan yang sesungguhnya, sehingga tidak mudah lagi dikibuli oleh berita-berita bohong maupun fitnahan yang sepihak dari pemerintah partai komunis China, sebagian dari mereka bahkan akan merasa simpati dan menyatakan dukungan terhadap Falun Gong. Bukankah ini berarti menyadarkan orang-orang, dan menolong mereka keluar dari kisaran kebohongan, dengan kata lain, agar mereka tidak lagi memihak dan membantu orang-orang jahat menyebarkan kebohongan atau mencemooh praktisi Falun Gong yang berusaha menjelaskan fakta kebenaran.

Karena bagaimanapun, penganiayaan terhadap orang-orang baik seperti praktisi Falun Gong merupakan dosa yang amat besar ditinjau dari hukum alam semesta, para pelakunya pasti akan mendapat ganjaran dikemudian hari. Mereka yang memihak pada kejahatan partai komunis dan memperlakukan Falun Gong dengan tidak adil, bukankah juga akan menerima ganjaran?

Berapa banyak orang yang menderita oleh penganiayaan Jiang Zemin Terhadap Falun Gong?

Sejak pemimpin China, Jiang Zemin, memulai penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong pada tahun 1999, tercatat ribuan kematian praktisi yang meninggal karena penganiayaan yang dilakukan oleh polisi/pejabat partai komunis china.
100 juta orang yang berlatih Falun Gong (menurut survey pada tahun 1998) di China kehilangan haknya saat Jiang melarang latihan Falun Gong pada tahun 1999.
Ratusan ribu praktisi Falun Gong telah ditangkap dan dianiaya secara ilegal.
Lebih dari 500 praktisi tak bersalah dijatuhi hukuman penjara dengan masa penahanan sampai 18 tahun.
Lebih dari 1000 praktisi yang sehat dimasukkan ke rumah sakit jiwa.
Lebih dari 100.000 praktisi dimasukkan ke dalam kamp kerja paksa secara ilegal tanpa melalui proses pengadilan.

Bagaimana Falun Gong merespons penindasan ini?
Praktisi Falun Gong di China telah memohon kepada pemerintah China agar diberikan lingkungan berlatih Falun Gong yang damai melalui jalur legal, dan menolak penganiayaan ini dengan permohonan damai tanpa kekerasan. Tidak ada satupun laporan yang menyebutkan praktisi Falun Gong merespons dengan kekerasan, merusak barang-barang, dsb; meskipun mengalami pemukulan, penganiyaan, dimasukkan ke penjara, dibunuh dan tindakan ketidak-adilan lainnya.

Praktisi di luar negeri China telah melakukan long march, melakukan mogok makan, duduk bermeditasi untuk memohon di depan kedutaan China, menulis surat ke berbagai pimpinan pemerintahan dan organisasi, melakukan rally, mengadakan press conference dan mendokumentasikan pelanggaran hak asasi, agar dunia mengetahui penganiayaan ini, dan fakta sebenarnya dibalik penganiayaan ini, dan dapat mendesak pemerintah China untuk menghentikannya. Saat ini para praktisi di beberapa negara sedang mengajukan tuntutan ke

pengadilan terhadap mantan presiden China Jiang Zemin karena telah memerintahkan penganiayaan dan pembunuhan atas ratusan ribu praktisi-praktisi yang tak bersalah di China.


Bagaimana tanggapan dari Masyarakat Internasional?
Pada bulan November 1999, Senat US telah mengeluarkan Resolusi 218, yang mengutuk tindakan Beijing dan menyerukan untuk pelepasan segera para praktisi yang dipenjara. Sebuah resolusi baru, yang bahkan lebih kuat, yaitu HR 188, dikeluarkan bulan Juli 2002. Presiden Bush dan menteri luar negeri Powell telah berbicara dan mengeluarkan pernyataan.

Pemerintah-pemerintah diseluruh dunia juga telah memberikan tanggapan yang sama. Kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia dan organisasi lainnya telah mengeluarkan dukungan terhadap kebebasan berkeyakinan Falun Gong, termasuk: Freedom House, Amnesty International, Physicians for Human Rights, dan the National Organization for Women. Di Indonesia, latihan Falun Gong legal dan boleh dilatih oleh siapa saja.

Pejabat pemerintah, termasuk anggota Komisi I DPR juga telah menyatakan bahwa Falun Gong tidak bermasalah. Saat ini, lebih dari 12 negara telah mengajukan tuntutan untuk mengadili mantan pemimpin partai komunis China Jiang Zemin atas kejahatan Genocide yang dilakukannya kepada praktisi-praktisi Falun Gong. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Dukungan Masyarakat Internasional dan Berbagai Pemerintahan, silakan klik : Penghargaan dan Dukungan

Apa itu Falun Gong?

Falun Gong ialah suatu cara melatih diri (berkultivasi) peringkat atas; berupa suatu sistem perangkat latihan yang benar-benar nyata dapat meningkatkan moral, tubuh dan spiritual seseorang menuju ke tingkat yang lebih tinggi, didasarkan pada prinsip "Sejati-Baik-Sabar", yang merupakan karakter tertinggi alam semesta. Latihan ini diperkenalkan di China pada tahun 1992 dan dengan cepat menyebar melalui mulut ke mulut di negeri China sampai ke luar negeri. Falun Gong kini telah dilatih lebih dari 100 juta orang di 40 negara, termasuk Indonesia.

Siapa Mr. Li Hongzhi?

Mr. Li Hongzhi adalah pendiri dan Guru Falun Gong. Beliau memperkenalkan latihan Falun Gong ke masyarakat umum di China pada tahun 1992. Berdasarkan tradisi China, Mr. Li dipanggil sebagai "Master" atau "Guru" oleh para praktisi Falun Gong, namun Ia tidak menginginkan perlakuan khusus, ataupun menerima uang maupun sumbangan dari para praktisi. Selain di China, Mr. Li telah memberikan ceramah Falun Gong di berbagai negara, termasuk Australia, Swiss, Canada, Jerman, Singapura dan Amerika. Atas jasa-jasa dan kontribusinya pada kemanusiaan, Beliau telah dianugerahi lebih dari 400 penghargaan dan gelar kehormatan, dan dua kali nominator Nobel Perdamaian.

Apakah Falun Gong merupakan agama?

Falun Gong bukanlah suatu agama. Tidak ada ritual agama atau pemujaan dalam sistem kultivasi ini. Walaupun para praktisi sangat menghormati Guru Li, Dia tidak ingin siapa pun yang memujanya. Suatu agama mempunyai struktur organisasi yang kokoh, ada hirarki, dan menerima dana, ada formalitas; Falun Gong tidak seperti itu. Dalam Falun Dafa tidak ada biaya anggota atau pendaftaran. Orang-orang dengan latar belakang atau keahlian yang berbeda secara sukarela membantu sesuai kemampuannya. Namun, semuanya dianggap sebagai pengikut dan semua orang adalah sama, tidak perduli sudah berapa lama dia latihan.

Guru Li tidak mengizinkan sumbangan apa pun, aktivitas pengumpulan dana atau uang dikumpulkan atas nama Falun Dafa. Jika praktisi berkeinginan untuk memperkenalkan Falun Dafa ke berbagai daerah, melakukan peragaan latihan, atau mencetak brosur informasi, membuat website, mengadakan konferensi dll, mereka mencari biayanya sendiri untuk membayarnya. Itu adalah spontan, kegiatan individu bukan permintaan atau keputusan organisasi.



Kamis, 22 Desember 2011

Sejarah munculnya aliran tantrayana

SEJARAH MUNCULNYA ALIRAN BUDDHA TANTRA

Menanggapi banyaknya kritikan dan perpecahan diantara umat Buddha mengenai ajaran yang murni dan ajaran bukan dari Buddha Sakyamuni itu tidak murni itu hanya mencerminkan kesombongan orang yang tidak mempunyai pencapaian, pintar dalam berteori dan semua harus berdasarkan logika, mujijat /kesaktian itu sesat. Ajaran yang mengajarkan ajaran rahasia, kesaktian, mudra dari CFC adalah berasal dari ajaran tantrayana, jadi tidaklah tepat, seharusnya mengkritik langsung ajaran tantrayana.

Ajaran dari CFC adalah mencakup ajaran seluruh alam semesta tidak terikat dengan pikiran yang membatasi, sehingga membatasi pencapaian seseorang.

Secara umum ajaran Buddha dikenal terbagi dalam tiga aliran

Theravada/hinayana pencapaian tertinggi seorang Arahat.
Mahayana pencapaian tertingginya menjadi seorang Bodhisatva.
Tantrayana/vajrayana pencapaian tertingginya adalah menjadi seorang Buddha.

Sedangkan aliran Zen dapat digolongkan ajaran tingkat tertinggi dari Mahayana dan Tantrayana. Buddha Sakyamuni secara umum memberikan ajaran Buddha mencakup semuanya, hanya tidak semua umat mendapatkan semua ajarannya dan tidak semua dapat berhasil dengan latihannya, semua tergantung dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing individu. Ajaran yang paling umum dan beredar luas adalah ajaran Theravada dan dapat diterima semua kalangan. sedikit meningkat yang diluar logika yang mulai mengenal kesaktian/mujijat mantera adalah aliran Mahayana dan untuk kalangan terbatas dan berbakat adalah dikenal dengan ajaran rahasia Tantrayana.

Selanjutnya yang mempopulerkan/memperluas Ajaran Buddha yang paling dikenal

adalah Buddha Nagajurna yang sampai masuk ke istana naga mengambil sutra-sutra Mahayana yang pada akhirnya menimbulkan sebutan aliran Mahayana, dari aliran mahayana terbagi lagi untuk ajaran rahasia hanya untuk murid yang berbakat yang kemudian dipopulerkan oleh Buddha Padmasambhava.

Buddha Padmasambava yang terlahir dari sebuah teratai tidak mempunyai orang tua kandung, langsung terlahir dalam sebuah teratai dengan berwujud seorang bocah yang telah berusia delapan tahun. Dari kelahirannya yang sangat mujijat dan rahasia (disebuah pulau yang tidak berpenghuni manusia) ini saja sudah tercermin dari ajarannya.(silahkan baca buku Kisah Padmasambava).

Kisah kelahiran dan munculnya Buddha Padmasambava telah diramalkan juga oleh Buddha Sakyamuni dalam sutra-sutra misalnya :

Sutra Dewi tak bernoda :

Aktivitas yang berjaya dari sepuluh penjuru

akan menyatu dalam satu bentuk tunggal

Seorang putra Buddha yang meraih pencapaian ajaib,

Seorang guru yang mewujudkan semua aktivitas Buddha

Akan muncul di sebelah barat Uddiyana.”




Sutra “Rahasia-rahasia yang tak terbayangkan”



Suatu perwujudan Para Buddha dari ketiga masa

Bersama dengan karya-karya agung di zaman baik ini.

Akan muncul sebagai seorang Vidyadhara

Di tengah sekuntum teratai ajaib.



Sutra “Nirvana”



Dua belas tahun sesudah

Aku memasuki Nirvana

Seseorang yang melampaui yang lain

Akan muncul dari sekuntum teratai

Di danau suci Kosha

Di sebelah barat laut perbatasan negeri Uddiyana.



Buddha Sakayamuni juga bersabda di dalam sutra Ramalan Magadha



Saya akan wafat mengikis pandangan kekekalan

Namun setelah dua belas tahun dari sekarang,

Untuk mengusir pandangan kemusnahan mutlak,

Saya akan muncul dari sekuntum teratai di danau suci Kosha

Sebagai seorang putra agung menggembirakan sang raja

Dan memutar roda dharma makna inti yang tak tertandingi.



Banyak orang yang tidak senang dengan pernyataan ini, mereka membuat beraneka ragam keberatan. Bukan pula dalam kemampuan saya untuk menyatakan bahwa Buddha Padmasambava secara tegas adalah perwujudan belas kasih dari semua Buddha di sepuluh penjuru terhadap manusia. Buddha Padmasambava muncul dalam wujud Nirmanakaya untuk mendamaikan mahluk-mahluk dari Zaman kegelapan.

Ini bukanlah pendapat pribadi yang saya kemukakan secara paksa dengan obsesi yang kotor. Sang Guru Agung telah diramalkan oleh Buddha Sakayamuni sendiri. Walaupun dalam hal ini dia tidak melalui tingkatan orang biasa yang harus menempuh berbagai tingkatan sadhana dan mencapai tingkatan Arahat, atau Pratyeka Buddha. (silahkan baca bukunya kisah Padmasambhava)

Buddha Sakyamuni memuji Padmasambava dengan melukiskannya memiliki lima kualitas yang membuatnya terunggul di antara perwujudan Para Buddha yang lain

Kutipan berikut ini bersumber dari Nirvana sutra “


“Kyeho! Dengar yang hadir, dengan bathin satu titik Perwujudan diriKu ini

Akan unggul dari perwujudan lain di tiga zaman

Tidak lapuk oleh zaman dan kemerosotan

Bentuknya yang sempurna akan unggul dari perwujudan yang lain

Sejak mula menaklukkan empat mara

Kekuatannya yang sangat Berwibawa menaklukkan pemimpin dari perwujudan yang lain

Mengajarkan wahana besar Kebuddhaan dalam satu kehidupan

Pencapaiannya akan terunggul dari semua perwujudan yang lain

Merubah negeri tengah dan negeri-negeri di sekeliling di Jambu Dwipa

Manfaat dirinya bagi mahluk hidup akan terunggul dari perwujudan yang lain

Tidak wafat di zaman baik ini

Rentang hidupnya akan unggul dari perwujudan yang lain

Ini karena ia adalah perwujudan dari Buddha Amithaba.”



Yang membuat Padmasambava unggul karena ia mengajarkan instruksi visualisasi / mudra yang mendalam berikut mantera rahasianya yang dapat mencapai kebuddhaan dalam tubuh yang ini dengan kehidupan ini juga.

Padmasambava muncul di zaman kegelapan untuk menyelamatkan mahluk hidup seperti rembulan welas asih di atas danau keyakinan para pengikutnya.

Dari pernyataan ini juga akan menimbulkan perdebatan dan pertikaian semua penolakan dan dukungan adalah ibarat seorang anak mencoba mengukur tingginya langit.

Yang paling penting dan layak dipercaya adalah kata-kata Buddha

“Jangan bergantung pada makna yang pantas, melainkan pada makna yang mutlak.

Jangan andalkan yang berkondisi, melainkan yang tidak terkondisi. Jangan mengandalkan kata-kata melainkan maknanya atau buktinya. Untuk mendapatkan buktinya kata-kata cobalah melaksanakannya”.

Memasuki tahun angka 2000 mulai memasuki zaman kegelapan dimana ajaran logika mulai ditinggalkan. Dahulu ajaran logika bersumber dari sebelah utara orang-orang eropa dan amerika (agama samawi). Sekarang bisa dilihat banyak munculnya orang-orang yang dapat membuat mujijat dan dari film-film sudah bergerak ke arah diluar logika seperti film harry potter, Lord of the ring,Narnia film-film jepang. Orang mulai bisa menerima hal-hal yang diluar logika berdasarkan bukti/hasilnya. Orang-orang cenderung suka ke hal-hal yang gaib dan mujijat. kalau film tidak ada khayalannya/gaib kurang laku ?! itu karena sudah memasuki zaman kegaiban.

Ajaran Padamasambava (Tantra) di zaman ini juga terpecah menjadi empat aliran yang berdiri sendiri. Bahkan Dalai Lama juga mendapatkan ajaran yang kurang komplit dari tantrayana. Dalai Lama juga tidak mempunyai waktu yang cukup untuk bersadhana dengan tenang dan tempat yang beraura mistis tinggi untuk mendukung keberhasilan sadhana. seseorang karena hidup dalam pelarian dan masih sibuk memikirkan masalah duniawi. Sibuk berpolitik.!! jabatan itu hanya nama belaka bukan yang sejati !!!,

Memasuki zaman kegelapan ini Ajaran Buddha Padmasambava sejati dipersatukan kembali dan (diperkenalkan kembali)Dirintis oleh Buddha Lien Sen yang mendirikan aliran Chen Fo Chung (CFC/TBSN). Dengan lebih sempurna memperjelas ajaran-ajaran yang lebih terperinci yang dimulai dari tingkatan orang biasa sehingga mencapai kebuddhaan dalam tubuh yang ini dan kehidupan ini.

Ajaran ini telah dibuktikan dan dilaksanakan sendiri oleh Master Lu Sheng Yen sehingga mencapai keBuddhaan (Buddha Lien Shen/Padmakumara). dan memberikan jaminan kepada setiap orang akan mencapai kebuddhaan bila melaksanakan ajarannya dengan baik

Pernyataan ini juga akan banyak menimbulkan keberatan dan perdebatan. Seperti layaknya setiap aliran ada yang pro dan kontra Waktu yang akan membuktikan yang sejati tidak akan lekang oleh waktu. Dan kebanyakan yang keberatan belum mempunyai mata dharma sejati jadi susah menjelaskannya.


Ajaran Padamasambava (Tantra) di zaman ini juga terpecah menjadi empat aliran yang berdiri sendiri. Bahkan Dalai Lama juga mendapatkan ajaran yang kurang komplit dari tantrayana. Dalai Lama juga tidak mempunyai waktu yang cukup untuk bersadhana dengan tenang dan tempat yang beraura mistis tinggi untuk mendukung keberhasilan sadhana. seseorang karena hidup dalam pelarian dan masih sibuk memikirkan masalah duniawi. Sibuk berpolitik.!! jabatan itu hanya nama belaka bukan yang sejati !!!,

Memasuki zaman kegelapan ini Ajaran Buddha Padmasambava sejati dipersatukan kembali dan (diperkenalkan kembali)Dirintis oleh Buddha Lien Sen yang mendirikan aliran Chen Fo Chung (CFC/TBSN). Dengan lebih sempurna memperjelas ajaran-ajaran yang lebih terperinci yang dimulai dari tingkatan orang biasa sehingga mencapai kebuddhaan dalam tubuh yang ini dan kehidupan ini.

Pernyataan ini juga akan banyak menimbulkan keberatan dan perdebatan. Seperti layaknya setiap aliran ada yang pro dan kontra Waktu yang akan membuktikan yang sejati tidak akan lekang oleh waktu. Dan kebanyakan yang keberatan belum mempunyai mata dharma sejati jadi susah menjelaskannya. Ajaran Guru Padmasambhava tidak bisa dikatakan terpecah menjadi 4 aliran (empat topi). Ajaran Dzogchen Guru Rinpoche diwarisi oleh aliran Nyingma sampai sekarang dan juga lewat para murid lain baik murid India atau Tibet tersebar luas ke tempat-tempat lain.

4 aliran utama Tibet diwarisi oleh guru yang berbeda. Memang Guru Rinpoche yang pertama kali membawa tantra ke Tibet, namun kemudian menurun karena tekanan raja yang anti-dharma. Di kemudian hari, beberapa ratus tahun setelah itu, YM Marpa Sang Penerjemah memulai aliran Kagyud, YM Atisha dan siswanya Dromtonpa memulai aliran Kadam (aliran Gelug merupakan turunan dari Kadam), lalu Lotsawa bersaudara memulai aliran Sakya. Semuanya ini berasal dari silsilah yang berbeda.
Nyingma walaupun aliran tertua tapi bukan sumber dari 3 aliran lainnya.
Memang di zaman sekarang ini, para lama di aliran saling menerima inisiasi, semacam pertukaran ajaran. Jadi tidak heran bila Dalai Lama yang dari Gelug juga belajar Dzogchen dan Mahamudra.

Tantrayana pun awalnya telah dimulai dari Buddha Gautama sendiri, dan Vidyadhara saat itu adalah YM Vimalakirti dari klan Licchavi. Pengetahuan ini awalnya memang hanya diwariskan secara rahasia, sampai YM Nagarjuna, YM Asanga, YM Tilopa, YM Naropa, YM Virupa, dan 84 mahasiddha lain muncul dan ajaran tersebar lebih luas. Bahkan Seorang Agung seperti Guru Rinpoche sendiri pun masih harus menerima berbagai inisiasi formal Tantra dari Guru pemegang silsilah sebagai prasyarat dan berlatih keras sebelum merealisasikan Kebuddhaan dalam satu kehidupan. Maka, silsilah lineage tanpa putus adalah awal utama dan terpenting dalam Tantra.


aliran tantra terpecah atas 4 aliran di tibet dan 1 aliran tantra timur (jepang) karena perbedaan jodoh (pemahaman) walaupun tiap aliran itu juga dapat mencapai pencerahan. saya berkomentar demikian karena adanya segelintir orang yang suka menyombongkan diri mengaku aliran buddha asli yang lain meniru. dan tidak suka dengan adanya pencampuran agama buddha dan tao.
Dalam hal pencampuran saya berpendapat seperti kita bertujuan mau ke bulan kita harus membuat sebuah kendaraan yang bisa membawa kita ke bulan. dalam membuat kendaraan ini kita tidak bisa terpaku hanya dengan satu ilmu/aliran misalnya hanya fisika saja, yang lain seperti kimia , aspek biologi dan perhitungan matematika. Jadi semua ilmu akan terpakai selama itu membawa manfaat dan tidak mengalami kemandekan. senantiasa berlatih selalu ada yang baru kita tahu. termasuk pembelajaran sedikit ilmu hitam (seperti yang dialami milarepa karena ada karma untuk mempelajarinya) karma itu harus dijalankan. Jadi seperti apakah Buddha dharma itu ?

Apa Itu Buddhadharma?

Saya ingat DR. Zhang Chengji pernah menulis satu buklet berjudul " Apa itu Buddhadharma?"

DR. Zhang Chengji pernah berjodoh dengan saya, karena ia pernah mengundang saya mensurvei fengshui rumahnya di Gunung Bagua, Changhua.
Kemudian, DR. Zhang Chengji juga bersarana pada saya dan menerima abhiseka Mahakala dari saya.
Sebelumnya, DR. Zhang Chengji dan Acarya Chen Jianmin adalah siswa dari Gongga Rinpoche, pernah bertapa dan bersadhana bersama Gongga Rinpoche di Gunung Gongga.

Selesai memperkenalkan DR. Zhang Dengji, selanjutnya, saya memperkenalkan Upasaka Li Bingnan, saya pernah berjodoh dengan Li Bingnan (Xue Lu).

Saat saya mengabdi di kompi geodesi 5802, Upasaka Li berceramah tentang "Sastra Pelafalan Nama Buddha dari Bodhisattva Maha-Sthamaprapta" di Taixu Memorial Hall, Rumah Sakit Bodhi.

Di tepi Nanmenqiao, Taichung, kebetulan kompi geodesi tempat saya mengabdi berdekatan dengan Taixu Memorial Hall, saya jalan kaki pergi mendengarkan Upasaka Li Bingnan menjelaskan Sutra.

Saya bersarana kepada Guru Yinshun juga atas rekomendasi Upasaka Li Bingnan.

Suatu ketika, saat saya di rumah Upasaka Li Bingnan (Jalan Zhengqi), ada seorang rekan Dharma, membawa buklet berjudul "Apa itu Buddhadharma" karya DR. Zhang Chengji dan memperlihatkannya pada Upasaka Li.
Setelah Upasaka Li membaca sejenak, lalu membuangnya, dan membentak, "Saya mau bertanya pada Zhang Chengji, apa itu Buddhadharma?"
Upasaka Li tak disangka naik darah, Beliau tidak puas dengan pendapat Zhang Chengji.
Saat itu saya ada di lokasi. Saya bertanya, "Apapun adalah Buddhadharma. Apakah ada yang bukan Buddhadharma?"
Upasaka Li memelototi saya tanpa berkata-kata. (Saat itu saya baru berusia 26 tahun!)

Peristiwa tersebut telah berselang 40 tahun, saya teringat lalu ini, mau tak mau saya jadi malu sendiri.
Kini, seseorang bertanya pada saya, "Apa itu Buddhadharma?"
Saya jawab, "Praktisnya, apapun yang dapat menyingkirkan loba, dosa dan moha adalah Buddhadharma."
"Apa yang dapat menyingkirkan loba, dosa dan moha?"
Saya jawab, "Memiliki keyakinan murni terhadap ajaran Sang Buddha, mampu mempraktekkan secara nyata, memandang para insan itu setara dan tiada bedanya, menurut saya, dengan demikian dapat menyingkirkan loba, dosa, dan moha."

Saya menambahkan, "Bila saya setara dan tiada bedanya dengan para insan, maka loba, dosa, dan moha dapat disingkirkan. Hanya orang demikian yang mampu mencapai pantai seberang, mampu mencapai Anuttara Samyaksambodhi."
Orang tersebut bertanya, "Apakah Buddhadharma itu dibedakan menjadi besar, sedang, dan kecil?"
Saya menjawab, "Memahami prajna dan mahakaruna sekaligus, disebut besar. Memahami ada, memahami tiada, memahami sunya , disebut sedang. Mengetahui hukum karma, benar dan salah, baik dan jahat , disebut kecil."

"Apa itu Buddhadharma?"

Saya jawab, "Segala hal ikhwal di kolong langit ini adalah Buddhadharma, sebab, tidak peduli siapapun, apapun, semuanya membimbing kita ke jalan kebuddhaan dan Nirvana. Tidak peduli kebajikan atau kejahatan, benar atau salah, baik atau buruk, betul atau keliru, lurus atau sesat, semua adalah Buddhadharma.

Dewa untuk Memperoleh Berkah Secara Cepat - Dewa Bumi

【快速赐福之尊~土地神】~莲生活佛亲传
Oleh Maha Acharya Liansheng Shengyen Lu
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu

Saudara sekalian langsung bertanya: Bagaimana dengan pekerjaan? Bagaimana dengan bisnis? Bagaimana caranya agar lancar? Sebenarnya Shezun sudah mengatakannya, adalah mengandalkan 'Dewa Bumi'.
Mengapa mengandalkan Dewa Bumi? Dewa Bumi akan melihat seberapa banyak karma baik yang telah anda perbuat, seberapa banyak karma buruk yang telah anda lakukan. Mereka bisa mengurusi itu, namun bukan berarti begitu anda memohon pada-Nya, Ia akan langsung menolong Anda, tidak semudah itu. Shezun mengajarkan berbagai Sadhana Dewa Rejeki ini masih harus melakukan Pertobatan, masih harus melaksanakan Sadhana Santika, terlebih dahulu melenyapkan karma buruk, dengan demikian baru bisa menambah berkah rejeki, kemudian melaksanakan Sadhana Dewa Rejeki respon spiritualnya barulah akan lebih cepat.
Anda memohon bantuan pada Dewa Bumi, yang terpenting adalah memberi persembahan pada Mereka setiap hari, bukan dengan tanggal 01 Imlek bahan persembahan diperbanyak, kemudian sampai tanggal 15 Imlek baru memberi persembahan lagi. Mengapa harus setiap hari memberi persembahan pada Mereka? Karena seandainya Anda dapat berhubungan dengan Dewa Bumi seperti sahabat, Mereka akan membantu Anda dalam berbagai urusan.
Dewa Bumi adalah Dewa yang paling dekat dengan dunia manusia diantara para Dewa lainnya.
Seandainya Anda menghormati Dewa Bumi, Dewa Bumi akan membantu Anda, membuat nasib anda menjadi baik, tiada sakit penyakit, banyak rejeki dan panjang umur. Seandainya ada manusia yang mendapat gangguan makhluk halus, japa mantra ini, makhluk halus akan menyingkir, bahkan akan mendapat hormat dari makhluk halus. Seandainya ada manusia, mendapat berbagai penyakit, japa mantra ini, segala penyakit akan lenyap, bahkan penyakit samasekali hilang, tubuh selalu sehat walafiat. Jika ada orang yang khusus menjapa mantra ini, menaati Pancasila dan Dasa Kusala Karma, di kelak kemudian hari tidak akan terjerumus ke dalam neraka dan tiga alam rendah, juga akan terlahir di dunia manusia dan Dewa menikmati kebahagiaan. Seandainya Anda seorang yang berkebajikan, seperti biksu atau sadhaka yang bersadhana setiap hari, begitu Anda keluar rumah, Catur Maharajakayika, Dewa Naga Astagatra, Dewi Bermata Anak (童目天女), Dewa Angkasa (虚空神), Dewa Sungai dan Laut(江海神), Dewa Sumber Air (泉源神), Dewa Kali(河沼神), Dewa Tumbuhan (草树木神), Dewa Rumah (舍宅神), Dewa Air, Dewa Api, Dewa Tanah (土神), Dewa Gunung, Dewa Bumi (地神), Dewa Istana (宫殿神), dll akan menyertai Anda. Begitu menjapa Mantra Dewa Bumi, semua Dewa-Dewa ini akan datang.
Mantra Dewa Bumi: 'Namo Samanto Mutonam. Om. Turu Turu. Tiwei Soha'
【南无三满多。母驮南。嗡。度鲁度鲁。地尾梭哈】

Dibawah ini adalah fungsi dari Mantra Dewa Bumi:
Santika (Tolak Bala)
1. Penyembuhan Penyakit
Mantra ini sangat manjur untuk segala penyakit kulit, seperti penyakit Athlete's foot (香港脚), berbagai infeksi jamur 「顽癣」、「白癣」,eksim kering, dll. Banyak orang yang menderita penyakit kulit akan sembuh, karena mantra ini mengundang Dewa Berkah dan Kebajikan (福德正神) (cat: nama lain dari Dewa Bumi) memakan habis semua kuman di kulit (kulit didalam Lima Unsur (Logam, Kayu, Air, Api, Tanah)termasuk unsur Tanah).
2. Menghindari Wabah Penyakit
Ambil potongan bambu, buang kulit hijaunya, panjangnya 1 kaki 6 inci, semuanya 4 buah. Memotong bambu harus pada hari 'Cheng'. Tuliskan huruf Sansekerta dari Mantra Dewa Bumi. Pada hari 'Chu' sore, diberkati (开光), japa Mantra Dewa Bumi 108x, semakin banyak semakin baik. Pilih hari 'Ting', ditancapkan di empat penjuru, dengan cara seperti ini maka tidak akan ada wabah penyakit menyerang.
Paustika
1. Memohon Rejeki
Dalam Dharma Tantra ada cara untuk meningkatkan kekayaan sadhaka, karena ada sadhaka Tantra tertentu yang miskin, tidak cukup bekal hidup untuk melatih diri dengan tenang, demi ketenangan hati para sadhaka Tantra, maka ada Dharma untuk meningkatkan kekayaan, tiada kekhawatiran lagi atas banyak hal. Seandainya ada orang yang ingin memohon kekayaan, mantra ini paling bagus. Semua Dewa Berkah dan Kebajikan (福德正神) akan mengerahkan makhluk halus (Dewa dan hantu) untuk menolong orang itu, akan memperoleh perlindungan dan dukungan dari semua makhluk halus bumi (Dewa dan hantu), memperoleh kekayaan yang sangat besar. Melakukan sadhana Dewa Rejeki akan memperoleh keberuntungan besar, harus berikrar sebagian besar kekayaan itu untuk pekerjaan sosial, dengan siklus karma yang demikian maka menanam berkah memperoleh kekayaan.
2. Dharma Paustika Empat Penjuru
Setiap orang mempunyai watak batin yang berbeda-beda, watak batin ini seandainya bersesuaian dengan watak batin dari Dewa Bumi timur, maka ia harus menyembah Dewa Bumi arah timur, pasti akan memperoleh berkah; kalau watak batin bersesuaian dengan Dewa Bumi barat maka sembahlah Dewa Bumi arah barat; dan seterusnya...ini disebut Dharma Paustika Empat Penjuru.
Yang shio tikus, kerbau, cocok menyembah Dewa Bumi arah tenggara.
Yang shio macan, cocok menyembah Dewa Bumi arah selatan.
Yang shio kelinci, naga, cocok menyembah Dewa Bumi arah barat daya.
Yang shio ular, cocok menyembah Dewa Bumi arah barat.
Yang shio kuda, kambing, cocok menyembah Dewa Bumi arah barat laut.
Yang shio kera, cocok menyembah Dewa Bumi arah utara.
Yang shio ayam, anjing, cocok menyembah Dewa Bumi arah timur laut.
Yang shio babi, cocok menyembah Dewa Bumi arah timur.
Dewa Rejeki Lima Penjuru, setiap orang boleh menyembah, tidak ada pantangan tertentu, hanya setiap
Dewa Rejeki mempunyai kegunaannya masing-masing:
Dewa Bumi arah timur menjaga ketenangan dan kedamaian.
Dewa Bumi arah barat melenyapkan bencana.
Dewa Bumi arah selatan menambah panjang umur.
Dewa Bumi arah utara membantu kelancaran urusan.
Dewa Bumi arah tengah menambah kekayaan.
Seandainya tidak memiliki altar, cukup dengan menghadap ke arah yang sesuai dengan diri sendiri, menyembah dengan anjali setulus hati, atau dengan persembahan dupa, bunga, buah, permen juga boleh, secara umum Dewa yang tingkat spiritualitasnya rendah kebanyakan tidak bervegetarian, dengan persembahan nasi dan lauk pauk sudah boleh. Ditambah dengan kertas sembahyang Empat Penjuru (四方金) dan kertas Pengabul Keinginan (如意金), kertas Tujuh Budha (七佛金), hasilnya akan semakin besar, kertas Tujuh Budha dan Kertas Pengabul Keinginan dijapakan dulu dengan Maha Karuna Dharani, merupakan 'Sadhana Dharani Paustika' (增益陀罗尼法)
Simabandana (Pembatasan Sakral)
Membatasi daerah dengan Vajra Salib
Dalam Dharma Tantra, kalau mengadakan acara peresmian pembukaan tanah untuk mendirikan bangunan, harus menyembahyangi Dewa Bumi, caranya adalah dengan menjapa Mantra Dewa Bumi untuk mengundang Dewa Bumi, pada saat menjapa mantra disertai dengan visualisasi bumi merekah, Dewa Bumi berwarna kuning muncul dari dalam bumi, duduk didepan anda, sadhaka yang memegang Vajra Lima Sula (五钴金刚杵)
mengadhistana Dewa Bumi dengan menyentuhkannya ke kepala Beliau, sang Dewa Bumi menjadi sangat bahagia setelah diadhistana kembali ke dalam bumi, inilah Dharma Tantra menyembah Dewa Bumi. Kemudian Vajra itu ditaruh di tengah tanah tempat bangunan akan dibangun, pertama melintang kemudian membujur, membentuk sebuah Vajra Salib, kemudian visualisasikan Vajra Salib menjadi besar sekali diatas tanah bangunan, tanah bangunan itu berubah menjadi tanah karma Vajra Salib. Tanah bangunan yang telah dilakukan simabandana secara ini menjadi luarbiasa kuat, makhluk halus jahat apapun tidak akan dapat masuk daerah karma Vajra Salib ini. Selain itu dapat pula memohon sebuah Fu Pembuka Tanah untuk menambah kekuatan dan kemanjuran.

Sadhana yang bersifat non-Duniawi (Lokuttara) dan Duniawi (Lokiya)

Latihan ini bermakna "Dharma" dengan tujuan untuk menyingkirkan marabahaya, menambah kesejahteraan duniawi atau kekayaan, memupuk rasa kasih, kebahagiaan, kesuksesan, menaklukan dan mengendalikan Mara.

Latihan esoteris terbagi dalam dua bagian yaitu sesuatu yang bersifat teori dan sesuatu yang bersifat pelaksanaan. Sesuatu yang bersifat pelaksanaan dibagi lagi menjadi yang bersifat non-Duniawi (Lokuttara) dan yang bersifat Duniawi (Lokiya).

Pelaksanaan dari non-Duniawi yaitu Empat Langkah Dasar (Sadhana Catur Prayoga), Sadhana Guru Yoga, Sadhana Yidam Yoga, Vajra Dharma Yoga dan Anuttara Tantra.
Latihan yang bersifat Duniawi adalah untuk menyingkirkan marabahaya, menambah kesejahteraan duniawi atau kekayaan, memupuk rasa kasih, kebahagiaan, kesuksesan, menaklukan dan mengendalikan Mara dan sebagainya.

Di dalam semua pelaksanaan esoteris, yang terpenting adalah pelaksanaan Ritual Api Homa, di samping itu juga perlu adanya pembacaan mantera dan penggambaran kertas mantera dan lain-lain sebagainya.

Dalam latihan untuk menumbuhkan kesejahteraan Duniawi dari esoteris terdapat tiga unsur yang saling melengkapi agar sebuah permohonan dapat terlaksana, yaitu :
1.
Yidam Buddha atau Bodhisattva
Saat sadhana, visualisasi Yidam Buddha diharapkan dapat memancarkan sinar, maka sadhana tersebut akan bermanfaat
2.
Maha Mula Vajra Acarya
Sebagai mediator dari visualisasi segala keinginan-keinginan kita saat bersadhana
3.
Sadhaka
Sadhaka harus mempunyai ketulusan dan keyakinan yang mendalam, dengan demikian akan memberikan hasil yang maksimal atas apa yang diinginkannya
pada ketiga unsur tersebut harus mempunyai kesatuan batin, dan bila dijalankan sesuai dengan ajaran Dharma Satya Buddha, maka keinginan Duniawi yang diidam-idamkan pasti akan terkabul dalam waktu maksimal enam bulan.

Meskipun latihan-latihan tersebut bersifat Duniawi (Lokiya Dharma), namun sesungguhnya juga bersifat non-Duniawi (Lokuttara Dharma). Hal tersebut bermula dari sesuatu yang berbentuk menuju kepada sesuatu yang tidak berbentuk atau, dari sesuatu yang bersifat relatif menuju ke sesuatu yang bersifat absolut. Demikianlah metode-metode esoteris Tantrayana (rahasia yang mengandung kegaiban).

Beberapa sadhana Duniawi yang dapat dipelajari di Satya Buddha, dan memiliki "kunci pengundangan" Yidam-Nya masing-masing :
1.
Sadhana Dewa Rejeki Lima Penjuru
2.
Sadhana Pohon Uang
3.
Sadhana Rejeki "Panca Arwah"
4.
Sadhana Arah Magnet Dewa Bumi
5.
Sadhana Guru Yoga Panca Karman
6.
Sadhana Botol Harta Raja Naga
7.
Sadhana Jambala Merah
8.
Sadhana Jambala Putih
9.
Sadhana Jambala Hitam
10.
Sadhana Jambala Hijau
11.
Sadhana Jambala Kuning
12.
Sadhana Raja Dewa Harta
13.
Sadhana Penaklukan
14.
Sadhana Penanggungan Karma Buruk
15.
Sadhana Mata Ketiga
16.
Sadhana Pengendali Mimpi
17.
Sadhana Pemurnian Zat
18.
Sadhana Penyeberangan Mahkluk, dan sebagainya.
Latihan ini bermakna "Dharma" dengan tujuan untuk menyingkirkan marabahaya, menambah kesejahteraan duniawi atau kekayaan, memupuk rasa kasih, kebahagiaan, kesuksesan, menaklukan dan mengendalikan Mara.

Latihan esoteris terbagi dalam dua bagian yaitu sesuatu yang bersifat teori dan sesuatu yang bersifat pelaksanaan. Sesuatu yang bersifat pelaksanaan dibagi lagi menjadi yang bersifat non-Duniawi (Lokuttara) dan yang bersifat Duniawi (Lokiya).

Pelaksanaan dari non-Duniawi yaitu Empat Langkah Dasar (Sadhana Catur Prayoga), Sadhana Guru Yoga, Sadhana Yidam Yoga, Vajra Dharma Yoga dan Anuttara Tantra.
Latihan yang bersifat Duniawi adalah untuk menyingkirkan marabahaya, menambah kesejahteraan duniawi atau kekayaan, memupuk rasa kasih, kebahagiaan, kesuksesan, menaklukan dan mengendalikan Mara dan sebagainya.

Di dalam semua pelaksanaan esoteris, yang terpenting adalah pelaksanaan Ritual Api Homa, di samping itu juga perlu adanya pembacaan mantera dan penggambaran kertas mantera dan lain-lain sebagainya.

Dalam latihan untuk menumbuhkan kesejahteraan Duniawi dari esoteris terdapat tiga unsur yang saling melengkapi agar sebuah permohonan dapat terlaksana, yaitu :
1.
Yidam Buddha atau Bodhisattva
Saat sadhana, visualisasi Yidam Buddha diharapkan dapat memancarkan sinar, maka sadhana tersebut akan bermanfaat
2.
Maha Mula Vajra Acarya
Sebagai mediator dari visualisasi segala keinginan-keinginan kita saat bersadhana
3.
Sadhaka
Sadhaka harus mempunyai ketulusan dan keyakinan yang mendalam, dengan demikian akan memberikan hasil yang maksimal atas apa yang diinginkannya
pada ketiga unsur tersebut harus mempunyai kesatuan batin, dan bila dijalankan sesuai dengan ajaran Dharma Satya Buddha, maka keinginan Duniawi yang diidam-idamkan pasti akan terkabul dalam waktu maksimal enam bulan.

Meskipun latihan-latihan tersebut bersifat Duniawi (Lokiya Dharma), namun sesungguhnya juga bersifat non-Duniawi (Lokuttara Dharma). Hal tersebut bermula dari sesuatu yang berbentuk menuju kepada sesuatu yang tidak berbentuk atau, dari sesuatu yang bersifat relatif menuju ke sesuatu yang bersifat absolut. Demikianlah metode-metode esoteris Tantrayana (rahasia yang mengandung kegaiban).

Beberapa sadhana Duniawi yang dapat dipelajari di Satya Buddha, dan memiliki "kunci pengundangan" Yidam-Nya masing-masing :
1.
Sadhana Dewa Rejeki Lima Penjuru
2.
Sadhana Pohon Uang
3.
Sadhana Rejeki "Panca Arwah"
4.
Sadhana Arah Magnet Dewa Bumi
5.
Sadhana Guru Yoga Panca Karman
6.
Sadhana Botol Harta Raja Naga
7.
Sadhana Jambala Merah
8.
Sadhana Jambala Putih
9.
Sadhana Jambala Hitam
10.
Sadhana Jambala Hijau
11.
Sadhana Jambala Kuning
12.
Sadhana Raja Dewa Harta
13.
Sadhana Penaklukan
14.
Sadhana Penanggungan Karma Buruk
15.
Sadhana Mata Ketiga
16.
Sadhana Pengendali Mimpi
17.
Sadhana Pemurnian Zat
18.
Sadhana Penyeberangan Mahkluk, dan sebagainya.

Konsep Sadhana Yidam Yoga

Sadhana Yidam Yoga atau Yidam Buddha atau Bodhisattva merupakan bagian pelajaran Dharma yang sangat penting dan yang harus dicapai dan dilaksanakan oleh setiap sadhaka Tantra serta selamanya tidak boleh diabaikan, karena Sadhana Yidam Yoga merupakan pengejawantahan para Buddha di sepuluh alam dari masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang yang merupakan satu kesatuan dari semua kesadaran agung.    
Bagi para sadhaka Satya Buddha, setelah berhasil di dalam Sadhana Guru Yoga, maka dapat memilih salah satu dari delapan Yidam Buddha Satya Buddha, sesuai dengan jodoh sang sadhaka di tahap awal Catur Prayoga atau Guru Yoga.
Delapan Yidam Buddha dalam Satya Buddha yang bisa dipertimbangkan adalah :
1. Amitabha Buddha — (upaya kausalya, kemurnian dan kebijaksanaan)
2. Bhaisajyaguru Buddha — (upaya kausalya, penderitaan duniawi)
3. Buddha_Bunda Cundi Bhagavati — (upaya kausalya, kekuatan batin)
4. Padma Kumara Bodhisattva — (upaya kausalya, kemurnian dan kebijaksanaan)
5. Avalokitesvara Bodhisattva — (upaya kausalya, daya simpati dan welas asih)
6. Ksitigarbha Bodhisattva — (upaya kausalya, keselamatan)
7. Padmasambhava — (upaya kausalya, ilmu duniawi)
8. Jambhala Kuning — (upaya kausalya, kekayaan duniawi).
Seterusnya harus sepenuh hati bersatu dengan Yidam serta merealisasikan Tiga Rahasia dari badan jasmani, pikiran dan ucapan hingga melebur dengan-Nya. Di dalam memilih Yidam Buddha harus disesuaikan dengan sifat dan keadaan batin atau jodoh serta dari cita-cita yang selaras dengan hati sadhaka yang bersangkutan.
Seorang sadhaka di dalam kehidupannya hanya boleh memilih satu dari delapan Yidam Buddha diatas, hal ini disebabkan agar dapat sepenuhnya berkonsentrasi dan penuh perhatian, sehingga dapat bersatu dan melebur dengan Yidam Buddhanya. Bila seorang sadhaka esoteris telah berhasil di dalam Sadhana Yidam Yoganya, maka sadhaka tersebut akan dapat memperoleh kontak batin dengan para Buddha atau Bodhisattva lainnya secara alamiah. Inilah yang dinamakan dengan “Bila sebuah latihan Dharma telah terlaksana, maka semua latihan Dharma akan tercapai”.
Maha Guru Lu pernah berkata, “Setelah Sadhana Yidam Yoga berhasil dicapai, maka dapat melakukan latihan Sadhana Vajra Dharma Yoga. Tetapi Sadhana Yidam Yoga harus tetap setiap hari dilaksanakan, sedangkan Sadhana Vajra Dharma Yoga atau sadhana-sadhana lainnya hanya dianggap sebagai sadhana tambahan”.
Belajar Dharma bertujuan untuk menjadi Buddha, latihan Sadhana Yidam Yoga bertujuan agar sadhaka bisa menjadi jelmaan Yidamnya, oleh karena itu latihan yang tertinggi di dalam aliran esoteris adalah, “Aku adalah Buddha”.

Catur Prayoga

Konsep Sadhana Catur Prayoga : 
Latihan Dharma Tantrayana Satya Buddha terbagi menjadi lima bagian yaitu :
 1. Sadhana Empat Langkah Dasar – Catur Prayoga
2. Sadhana Guru Yoga (tahapan awal dimana mulai muncul kontak batin tertentu dengan Maha Mula Vajra Acarya, Maha Guru Lu)
3. Sadhana Yidam Yoga
4. Sadhana Vajra Dharma Yoga
5. Anuttara Tantra -> Maha Dzogchen
Empat Langkah Dasar meliputi :
1. Sadhana Maha Namaskara
2. Sadhana Catur Sarana
3. Sadhana Maha Puja
4. Sadhana Vajrasattva – Vajra Citta Bodhisattva, yang merupakan penjelmaan kemurnian Panca Dhyani Buddha
Empat Langkah Dasar atau Catur Prayoga ini merupakan latihan dasar yang menjadi pondasi utama di dalam latihan esoteris. Bagaikan sebuah bangunan kokoh yang harus memiliki dasar yang kuat, maka demikian pula Sadhana Catur Prayoga merupakan pondasi yang paling utama di dalam semua tingkatan sadhana-sadhana selanjutnya.
Ada banyak orang yang mempelajari esoteris atau Tantrayana tetapi meremehkan dan enggan memulai tahapan Sadhana Catur Prayoga. Sesungguhnya, Sadhana Catur Prayoga ini merupakan latihan dasar utama yang melatih semua aktifitas badan jasmani, pikiran dan ucapan untuk menyesali semua karma-karma buruk yang dimiliki oleh sadhaka, juga untuk menyingkirkan segala mara bahaya dan memunculkan kesejahteraan duniawi serta kebijaksanaan.
Seorang sadhaka Satya Buddha, seandainya di dalam latihan Sadhana Catur Prayoga telah memperoleh hasil, maka di dalam kehidupan yang sekarang atau yang akan datang akan memperoleh kesejahteraan duniawi atau kelahiran di alam dewa, selain itu juga dapat berhubungan batin dengan Vajra Citta Bodhisattva, sehingga saat itu sebenarnya sadhaka tersebut telah mencapai hasil dalam tingkatan Bodhisattva. Oleh karenanya, Sadhana Catur Prayoga meskipun sebuah latihan yang amat mendasar, tetapi sesungguhnya juga merupakan tingkat Anuttara Tantra pula.

YIDAM Dalam Tantrayana

Yidam berasal dari bahasa Sansekerta "Isara Devata"

Yidam adalah Deity Pendamping/Pembimbing dalam menjalani Pelatihan bathin scr Tantric bisa berasal dr kalangan Dewa, Buddha, Boddhisattva, Daka-Dakini (Angelic Deities ; "Malaikat") dsb....

Yidam berperan sbg Pujaan/Junjungan kita, dan sebagai Pembimbing/Guru Spiritual bagi kita dan parea Dharmapalla/Dharma Protector yg mengikuti Beliau pun akan mengikuti kita.

Yidam ada yang kita pilih sendiri, ada pula yang sudah ada karena jodoh dan Guru kita akan menunjukkan pada kita siapakah Deity yg merupakan Yidam kita


Selain mempraktekkan jalan Bodhisattva, praktisi Vajrayana juga menggunakan cara-cara tertentu terampil khusus dalam praktek spiritual mereka, seperti visualisasi dewa dalam meditasi. Bagi banyak orang, akan sangat berguna untuk memilih suatu manifestasi khusus dari suci, Buddha Bodhisattva () atau Dharma Protector sebagai sarana untuk memusatkan perhatian mereka dan intensionalitas, sehingga mereka dapat lebih mudah menyadari sifat mereka sendiri terbangun. Dengan demikian, kita dikatakan "mengikat pikiran kita dengan sumpah suci" untuk ini Buddha tertentu, Bodhisattva atau Dharma Protector. Di Tibet, ini berkata, "yid dam tshig Kyi", dan kontraksi yang dihasilkan, yidam yoga, digunakan untuk menggambarkan bahwa hubungan dipilih.

yidam Anda mungkin merupakan aspek khusus dari Sang Buddha - Avilokitesvara, misalnya. Ini mungkin seorang Bodhisattva - mungkin Kuan Yin, atau Manjushri. Ini mungkin merupakan aspek Kristus - Hati Kudus atau Kerahiman Ilahi. Atau mungkin itu adalah salah satu pelindung Dharma besar, Nagpo Chenpo, Shinje atau Dorje Setrap Chen.

Sekarang, ingat bahwa yidam ini berfungsi sebagai alat untuk mengubah delusi citra diri Anda (ego) ke dalam pikiran pencerahan, dengan berfokus pada kualitas luhur ini refleksi sempurna dari Pikiran Buddha. Dalam Buddhisme Tibet, yidam itu adalah salah satu dari Tiga Akar dari kami Perlindungan - guru, para yidam dan dharmapalas / dakinis.

Saya telah bertanya bagaimana orang memilih yidam, dan percaya bahwa jawaban yang paling akurat bisa saya berikan adalah bahwa hati seseorang akan "tahu" itu yidam yang tepat untuk berlatih rohani mereka (sadhana). The sadhana kata harfiah diterjemahkan sebagai "alat" pencapaian, dan jadi kami sangat sadar bahwa praktik-praktik spiritual, ritual puja dan doa tidak beberapa bentuk eksternal "ajaib" begitu banyak karena mereka adalah alat untuk mencapai atau mewujudkan kami melekat terbangun alam.

Dalam praktek kerja dengan yidam, kita dikondisikan pergeseran kecenderungan kita untuk melekat ke diri kita sendiri diri-gambar khusus untuk sesuatu yang digambarkan sebagai "lebih nyata bahwa realitas saat ini dikondisikan kami". Sebagai hasil citra diri kita sebagai yidam dan dunia membayangkan kembali menjadi mandala itu yidam tertentu.

Selama latihan, satu berkaitan dengan yidam sebagai obyek penghormatan dan sumber berkat, memasukan kesadaran murni sendiri seseorang. Dengan ini dikotomi tampak - memvisualisasikan sesuatu sebagai nyata dan eksternal namun secara intrinsik tak terpisahkan dari alam sendiri - ego "pendek rangkaian" dan larut ke dalam kekosongan. Ini adalah tujuan akhir dari kendaraan vajra. Ini manifestasi dari yidam batang dari kesadaran primordial, yaitu Dharmakaya.

Chögyam Trungpa Rinpoche disebut pemilihan yidam pilihan "choiceless." Bagi sebagian kita, selama pemberdayaan (inisiasi tantra), kita melemparkan bunga ke dalam mandala, untuk menemukan hubungan khusus kami untuk keluarga-Buddha. Sangat mudah untuk mengabaikan ini sebagai kesempatan terjadi-Namun, saya akan memberitahu Anda bahwa tiga biksu dihormati dan paling terkemuka telah mengukuhkan yidam tertentu - dengan tidak ada satupun yang sebelumnya pernah saya bahas yang yidam adalah bahwa itu terungkap dalam pemberdayaan Vajrayana saya.

Ada juga tradisi di mana para siswa dan murid dari seorang guru spiritual tertentu semua akan dimasukkan ke dalam sadhana mereka, sebuah puja yidam tertentu. Hal ini sangat mengalikan pengaruh yang yidam tertentu atas kelompok dan kesadaran individu.

Orang tidak memamerkan yidam seseorang di depan umum, juga bukan dianjurkan untuk menjadi menempel pada yidam tertentu. Untuk alasan ini, kami tidak mempublikasikan secara terbuka rincian yidam pribadi kita (s), dan dalam Ordo kontemplatif dari Compassion, pelatihan dalam sadhana ini khusus disediakan bagi mereka yang telah mengambil Perlindungan dan telah mengalami periode enam bulan pembentukan prasyarat.

Dengan memikirkan fakta bahwa ego-sentris kita, kegiatan non-bajik, pikiran dan lampiran menciptakan hambatan untuk kebangkitan kami, kami menimbulkan kesadaran bahwa tubuh, yang dapat digunakan untuk tujuan non-bajik juga harus dapat digunakan sebagai sarana untuk kesempurnaan. Jadi, kami berlatih setiap hari untuk meningkatkan kesadaran ini, dan untuk menghasilkan Bodhicitta benar (hasrat mendalam untuk mencapai pencerahan untuk kepentingan semua makhluk) dan kasih sayang benar.

Dari pengalaman, saya meyakinkan Anda bahwa yidam yoga bermanfaat pada berbagai tingkatan:
Pertama, berisi meditasi Samatha sebagai akibat dari ketergantungan pada visualisasi.
Kedua, latihan yidam dapat menghapus karma buruk dan kebiasaan kecenderungan
Ketiga kita bisa mencapai Dharmakaya atau Sambho-gakaya negara.

Kriteria pertama dalam menjalankan Vajrayana adalah mulai dengan Hinayana (Primal Kendaraan). Hinayana berisi ajaran dasar Buddha dan ajaran-ajaran ini tidak diulang di Mahayana (Kendaraan Tinggi) atau Vajrayana (Kendaraan Diamond). Oleh karena itu, praktisi Vajrayana Buddha Mahayana atau harus dimulai dari ajaran-ajaran dasar dari Kendaraan Hinayana.

Untuk siswa Dharma dari Kasih sayang, karena jalan kita adalah jalan Vajrayana, ini berarti pertama kali melakukan studi tentang dasar-dasar Dharma.

Atas permintaan banyak siswa kami yang baru dan prospektif, dan untuk calon Associates sekuler dan ekspresi biara Ordo kita, suatu kelas baru di fondasi penting dari Dharma akan dimulai pada bulan Januari. Ini akan menjadi online, tentu saja terbuka pendaftaran, dan kami dengan senang hati akan menyambut semua orang tertarik untuk lebih lanjut mengembangkan pemahaman mereka tentang Dharma. Rincian lebih lanjut akan menyusul pada awal-Desember.

Latihan meditasi Samatha harus dimulai dengan topik bagaimana melayani seorang guru spiritual.

Jika Anda merenungkan terampil selama sekitar tujuh hari manfaat melayani seorang guru, dan selama sekitar tujuh hari juga kesalahan gagal untuk melayani seorang guru, Anda akan menghasilkan transformasi mental. His Holiness Pabongha Dechen Nyingpo mengajarkan, "Anda harus melahirkan kesadaran yang merasakan bahwa Anda benar-benar Guru Buddha. Dan karena topik ini sangat jauh lebih penting daripada semua yang lain, mengabdikan diri ke sana dengan susah payah. "

Hanya fraksi terkecil dari praktisi saat ini tinggal di lingkungan monastik atau sebaliknya diberkati dengan kemampuan untuk praktek kompleks dan sadhanas memakan waktu Yamantaka, Heruka dan Guyasamaja, praktik klasik dari tradisi Tibet. Terlebih lagi, kita hidup dalam waktu di mana perlu bergantung pada praktek yang lebih cepat akan menguntungkan semua makhluk, seperti yang kita masukkan ke dalam Kali Yuga. Jadi kita bergantung pada Tiga Akar Perlindungan: Guru, para Yidam dan Pelindung. Dalam tradisi kami, Guru atau Guru adalah manifestasi fisik dari Dharma, sedangkan Yidam dan Pelindung dipandang sebagai aspek pencapaian dan kegiatan pikiran Guru, dikatakan berasal sebagai berkat-Nya.

Bahkan jika seseorang melakukan praktek-nya tidak sempurna, tetapi mengucapkan mantra dengan iman dan dalam pengabdian Guru, jika kita berusaha untuk mengubah pikiran kita tulus, berdasarkan pikiran menyerahkan diri-menghargai di kaki kita Lama, kita akan menyadari pencapaian rohani yang besar , penghapusan hambatan dari jalan kita dan generasi Great
Bodhicitta.
 kita bicara YIDAM, secara supra

pertama karena ini forum supra (agar difahami saya meninjau dari sisi supra saja)
jadi ini bukan di tinjau dari sisi spiritual

beberapa YIDAM para Anutarasamyaksambuddha, mempunyai YIDAM keduniawian
artinya kita dapat memohon pada Buddha tertentu untuk hal keduniawian
sebagai contoh kerejekian, itu pada Buddha Baisajaghuru
ada di sutranya di wakilkan oleh 10 maharaja Yaksa

kalau kita teliti lebih dalam, dharmapala juga termasuk YIDAM, yaitu sisi duniawi sebagai
pelindung si orang tersebut, maka bentuk dan kelahiranya para Yidam ini mengandung
power,

ada kalangan yang menutup kenyataan ini, dengan bertanya "tidak mungkin para Buddha mengurusi hal duniawi", akan tetapi dapat disangkal, karena melihat manusia "realitanya" memang membutuhkan kehidupan duniawi dahulu baru dapat mempraktekan dharma dengan baik, maka para Buddha ini ikut "membantu" kebutuhan dasar sebagai manusia
lewat mahluk-nahluk yang memang bekerja dan mempunyai otorisasi keduniawian

jangan salah, ada beberapa rekan yang mempunyai Yidan dalam bentuk "seram"

tetapi itu tergantung kebutuhan saja,
rasa welas asih para buddha dan aria lainya sungguh tidak ternilai bagi para manusia
yang mempraktekan dharma


Delapan Yidam Buddha dalam Satya Buddha yang bisa dipertimbangkan adalah :

1. Amitabha Buddha — (upaya kausalya, kemurnian dan kebijaksanaan)
2. Bhaisajyaguru Buddha — (upaya kausalya, penderitaan duniawi)
3. Buddha_Bunda Cundi Bhagavati — (upaya kausalya, kekuatan batin)
4. Padma Kumara Bodhisattva — (upaya kausalya, kemurnian dan kebijaksanaan)
5. Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva — (upaya kausalya, daya simpati dan welas asih)
6. Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva — (upaya kausalya, keselamatan)
7. Padmasambhava — (upaya kausalya, ilmu duniawi)
8. Jambhala Kuning — (upaya kausalya, kekayaan duniawi).

Bodhisattva = calon Buddha (yang sedang dalam perjalanan menuju Sammasambuddha)

Mahasattva = Mahluk Agung (Bodhisatta yang sudak menyelesaikan jalan Bodhisattva, dan melengkapi paramitanya), dan jika lahir sebagai manusia dia akan menjadi seorang Sammasambuddha (seperti buddha Gotama)

alan Bodhisattva ada 3

1, jalan panna (kebijaksanaan), seorang bodhisattva memerlukan waktu 4 asenkeya kappa dan 100,000 kappa untuk melengkapi paramitanya dengan jalan panna

2, jalan saddha (keyakinan), seorang bodhisattva memerlukan waktu 8 asengkeya kappa dan 100,000 kappa untuk melengkapi paramitanya dengan jalan saddha

3, jalan viriya (semangat), seorang bodhisattva memerlukan 16 asengkeya kappa dan 100.000 kappa untuk melengkapi paramitanya dengan jalan viriya

setelah para bodhisattva melengkapi paramitanya dia menjadi seorang Mahasattva,
1 kappa = 1 sirclus membentuk dan hancurnya satu galaxi (contoh galaksi kita galaksi bima sakti)
jika di ilustrasikan ada sebuah batu kubus seluas 16 mil persegi dan setiap seratus tahun sekali ada orang yang mengusap batu tersebut dengan kain sutra, terus begitu setiap seratus tahun sekali, akibat mengusap kain sutra pada batu tersebut sekali setiap seratus tahun sekali, jika batu seluas 16 mil persegi itu habis akibat usapan kain sutra tersebut, waktu 1 kappa belum juga habis,???

 YIDAM, berati perlindungan oleh para BUDDHA dan Boddhisattva Mahasatva
maka kalau orang/umat yang memiliki pendamping devata dan mengikuti manusia
tertentu haruslah yang menyakini Sutra/paritta sesuai dari masing-masing YIDAM,
YIDAM adalah sebutan pelindung bagi umat buddhis,

contoh :

Boddhisatva Mahasattva Avalokitesvara atau devi Kwan Im, yang di pilih seseorang sebagai yidam, orang tersebut dengan yakin dan penuh bakti melakukan damma/dharma dari devi Kwan Im, seperti cinta kasih, welas asih melakukan cia chai, dsb. dengan demikian dia akan memdapatkan YIDAM, tentu sesuai jodoh dan persetujuan Devi Kwan Im,

setelah ada, bentuk deva/devi ini mengambil wujud Devi Kwan Im, disini timbul salah, bagi yang tidak megerti silsilah, ataupun mata bathin yang rendah tidak dapat membedakan kelahiran mahluk devata tersebut, di kiranya Devi Kwan Im secara personal yang mendampinggi, padahal bukan.


Berikut Tanya Jawab seputar yidam agar kita semakin mengerti :
 
pada kasus orang beragama lain, ada yang mendampingi mereka para devata apakah dapat di katakan YIDAM  ?

Jawab :
padahal sekaran agama lain, tetapi benar devata tersebut mewakili para guru
mulia, contoh lagi Devi Kwan Im, kok ada devi yang mengambil bentuk beliau
mendampingi manusia di luar agama buddha, nah untuk kasus ini karena ikatan karma/kamma masa lalu,jadi bisa jadi bukan buddhis ada YIDAM,

Apakah Yidam sama dengan Khodam?
Jawab :


YIDAM, ada dua pemahaman

YIDAM, sebagai onjek pemujaan yaitu para Buddha dan Bodhisattva Mahasattva

Yidam yang mewakili para buddha dan Mahasattva, adalah devata yang ada
di dekat kita sebagai pendamping, yang mengambil bentuk seperti para Mahasattva, tetapi tidak dapat mengambil bentuk seperti para Buddha.

Khodam adalah dari Kelahiran JIN, (dalam agama Buddha di kenal sebagai asyura) baik itu aliran putih atau aliran hitam, jadi beda antara YIDAM dan Khodam.


sedikit membantu konsep teori saja yg perlu diketahui terlebih dahulu

khodam berasal dari bahasa arab, dari pada kepercayaan arab (islam), yg merupakan 1 dari 3 agama samawi. dimana di dalam konsepnya MG (Mahluk Gaib) hanya dibagi menjadi 2 jenis:
malaikat dan jin.

  • malaikat (katanya) selalu bersama Allah, berhubungan dgn manusia hanya apabila menyampaikan "pesan" dari Allah kepada manusia, itupun hanya terjadi pada manusia2 terpilih (teori umum yg dipercaya)
  • sedangkan semua MG yg berkeliaran dianggap sebagai jin.
khodam didefinisikan sebagai "penunggu", entah penunggu pohon, penunggu manusia (pendamping/pelindung), penunggu patung, bahkan penunggu huruf2 dalam quran
secara umum para khodam ini dianggap jin, karena arab memang hanya mengenal 2 itu saja.Ada pula malaikat yg menjadi khodam, tetapi ini byk diperdebatkan
utk perbandingan saja, dlm khasanah islam kejawen atau kejawen islam (era demak sampai sekarang), dimana islamnya berakar pada aliran syiah.
pembagian MG tidak hanya 2, tetapi menjadi 5 kategory: jin, setan, genderuwo, sukma badan alus, sukma dewa.

kalo membahas pembagian dalam kejawen hindu budha (era majapahit dan sebelumnya) akan berbeda lagi, kategory nya buanyak mirip2 dgn dlm budhisme.

nah di Indonesia, terutama di pulau jawa mayoritas adalah penganut islam, sehingga kosa kata yg sering dipakai memang berasal dari bahasa arab. hanya saja terjadi sedikit perbedaan konsep antara penganut islam kejawen (lama) yg akar islamnya adalah syiah dan penganut islam baru yg saat ini mulai di dominasi aliran sunni .

Dari sini bisa dilihat, kalo ada yg mau membandingkan antara khodam dan yidam tentu saja ini membenturkan 2 konsep yg berbeda, anda mau pemahaman apa dulu?
kalo dalam pemahaman islam tentu saja yidam adalah khodam, krn barangkali

Bahkan para Bodhisattva saja akan dianggap sebagai jin kalo anda menggunakan pemahaman dlm budhis tentu saja sudah berbeda jauh kan.

1. kira2 apakah seseorang bisa memiliki Yidam lebih dari satu?
2. Mengapa di aliran lain sangat jarang membahas masalah Yidam ini dah mungkin  bahkan tidak ada sama sekali?
3.bagaimana tatacara pengangkatan Yidam ini? apakah diharuskan
    bersarana/diabisheka/bersadhana dulu?
4.seperti nya teman2 dari aliran ZFZ dan aliran tantrayana lainnya boleh ikut
   nimbrung disini, agar trit ini bisa lebih menambah wawasan kita-kita yang 
   notabene   umat awam ini agar lebih mengerti.


Jawab :

1, kita dapat memiliki lebih dari satu YIDAM,
2, di aliran lain YIDAM bukan sebagai tujuan utama (dalam bentuk) mahluk devata pendamping, tetapi lebih di utamakan pada praktek dharma.
3, kalau YIDAM tidak di perlukan abhisekha atau bersadhana, karena pelindung atau guru utama(umum) bukan termasuk silsilah root guru.
4, silahkan bagi-bagi pengalamanya kakak.


Apa kalo punya yidam bisa kontak batin & berbicara dgn yidam tsb,sehingga kita bisa belajar dharma dari yidam tsb?

Spoiler for jawaban:
1, tidak semua orang dapat berkomunkasi face to face
2, teknisnya dia mencegah perbuatan yg tidak baik yang akan kita lakukan
melindungi kita dari mara bahaya, kadang lewat mimpi, lewat vision, kadang langsung menghalangi kalau masalah nyawa.


1. masa lalu yang seperti apa kira2 sehingga seseorang memiliki Yidam dikarenekan ikatan karma/kamma?

2.apakah kalau seseorang memiliki Yidam karena ikatan karma/kamma itu berarti seseorang tersebut memiliki tugas yang harus dilaksanakan pada kehidupannya di saat ini?


Spoiler for jawaban:
1, lahir sebagai bhikku/bhiksu pada kelahiran lalu atau umat buddha yang taat
2, tugasnya menjalani hidup sebagai manusia sesuai dharma, kadang-kadang jadi "orang pinter" buat menolong sesama di jalan dharma,


Saya pernah mendengar salah seorang sesepuh yang mengerti masalah Yidam bilang bahwa, Yidam itu tidak akan datang jika kita tidak meminta dengan suatu upacara dan Yidam juga berhak menolak untuk menjadi Yidam kita?


Spoiler for jawaban:
TIDAK benar, para Buddha dan Bodhisattva Mahasattva tidak pernah menolak menolong manusia, itu merupakan pelangaran sumpah para Aria, karena memang tujuan para Buddha dan Bodhisattva Mahasattva untuk menolong mahluk hidup tampa pamrih.

Selasa, 20 Desember 2011

Sejarah Agama Budha di Indonesia dan Bali

Sejarah Buddha di Indonesia 672-1995

1. PENDAHULUAN

Pada jaman dahulu orang-orang di Indonesia menyembah dan memuja roh leluhur. Leluhur dianggap sebagai yang telah berjasa dan mempunyai banyak pengalaman. Roh leluhur, Hyang, atau Dahyang, demikian beberapa sebutan yang biasa dipakai, menurut kepercayaan pada waktu itu dianggap mempunyai kekuatan gaib yang dapat digunakan oleh orang-orang yang masih hidup. Kekuatan gaib itu diperlukan jika orang mulai suatu pekerjaan yang penting. Misalnya akan berangkat perang, akan mulai mengerjakan tanah, dan lain sebagainya.

Mereka percaya juga bahwa benda-benda seperti pohon besar, batu besar, gunung dan sebagainya dihuni oleh roh-roh. Ada kalanya benda-benda atau senjata-senjata juga dianggap bertuah dan sakti sehingga dijadikan jimat oleh pemiliknya. Upacara pemujaan roh leluhur harus diatur sebaik-baiknya, agar restu mudah diperoleh. Pertunjukan wayang erat hubungannya dengan upacara tersebut. Kepercayaan kepada Hyang masih dapat kita lihat sampai saat ini.

2. JAMAN SRIWIJAYA

Kerajaan Sriwijaya bukan saja termasyur karena kekuatan angkatan perangnya, melainkan juga karena merupakan pusat ilmu dan kebudayaan Buddhis. Di sana terdapat banyak vihara dan dihuni oleh ribuan Bhikkhu. Di Perguruan Tinggi Agama Buddha di Sriwijaya, selain kuliah-kuliah tentang Agama Buddha, orang dapat mengikuti juga kuliah-kuliah tentang bahasa Sansekerta dan bahasa Jawa Kuno (Kawi). Pujangga-pujangga Agama Buddha terkenal seperti Dharmapala dan Sakyakirti pernah mengajar di Perguruan Tinggi tersebut. Pada waktu itu Sriwijaya merupakan mercusuar Agama Buddha di Asia Tenggara. Sriwijaya memancarkan cahaya budaya manusia yang cemerlang.

Tentang Agama Buddha di Sriwijaya juga banyak diberitakan oleh Sarjana Agama Buddha dari Tiongkok yang bernama Itsing. Tahun 672 ia berangkat berziarah ke tempat-tempat suci Agama Buddha di India. Dalam perjalanan pulang sekitar tahun 685, ia singgah di Kerajaan Sriwijaya. Ia tinggal di sana selama 10 tahun untuk mempelajari dan menerjemahkan buku-buku suci Agama Buddha dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Cina.

Kerajaan Sriwijaya yang didirikan pada ? abad ke-7 dapat bertahan terus hingga tahun 1377.

3. JAMAN SAILENDRA DI MATARAM

Sekitar tahun 775 sampai dengan 850 di daerah Bagelan dan Yogyakarta berkuasalah raja-raja dari wangsa Sailendra yang memeluk Agama Buddha. Inilah jaman keemasan bagi Mataram dan negara di bawah pemerintahannya karena keadaan saat itu aman dan makmur.

Ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan tentang Agama Buddha, sangatlah maju. Kesenian – terutama seni pahat, mencapai taraf yang sangat tinggi. Pada waktu itu seniman-seniman Bangsa Indonesia telah menghasilkan karya seni yang mengagumkan, misalnya Candi Borobudur, Pawon, Mendut, Kalasan, dan Sewu.

Selain candi-candi tersebut di atas, sebenarnya masih banyak lagi candi-candi yang didirikan atas perintah raja-raja Sailendra. Tetapi yang paling besar dan paling indah adalah Candi Borobudur. Setelah Raja Samarottungga meninggal dunia, Mataram kembali diperintah oleh raja-raja dari wangsa Sanjaya yang beragama Hindu, namun Agama Buddha dan Agama Hindu dapat berkembang terus berdampingan dengan rukun dan damai.

4. JAMAN MAJAPAHIT

Di bawah raja-raja Majapahit (tahun 1292 sampai dengan tahun 1478) yang menganut Agama Hindu, Agama Buddha masih dapat berkembang dengan baik. Toleransi dalam bidang keagamaan dijaga baik-baik, sehingga pertentangan antar agama tak pernah terjadi.

Pada waktu pemerintahan Raja Hayam Wuruk, seorang pujangga terkenal, Mpu Tantular, menulis sebuah buku yang berjudul “Sutasoma”, di mana di dalamnya terdapat kalimat Ciwa Buddha Bhinneka Tunggal Ika Tanhang Dharma Mandrawa. Dari kata-kata inilah kemudian diambil semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang kini dijadikan lambang Negara Republik Indonesia yang melambangkan motto toleransi dan persatuan.

Setelah Kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1478, maka berangsur-angsur Agama Buddha dan Hindu digeser kedudukannya oleh Agama Islam.

5. JAMAN ABAD KE-20

Agama Buddha mulai bangkit kembali di Pulau Jawa ditandai dengan datangnya Y.M. Bhikkhu Narada Thera dari Sri Lanka (Ceylon) pada bulan Maret 1934. Selama berada di Pulau Jawa, Y.M. Bhikkhu Narada telah melakukan sejumlah kegiatan. Antara lain sebagai berikut:

* Memberikan khotbah-khotbah dan pelajaran-pelajaran Buddha Dhamma di beberapa tempat di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
* Memberkahi penanaman Pohon Bodhi di pelataran Candi Borobudur pada 10 Maret 1934.
* Membantu dalam pendirian Java Buddhist Association (Perhimpunan Agama Buddha yang pertama) di Bogor dan Jakarta.
* Menjalin kerja sama yang erat dengan Bhikshu-Bhikshu (hweshio-hweshio) dari klenteng-klenteng Kim Tek Ie, Klenteng Toeng San Tong di Jakarta, Klenteng Hok Tek Bio di Bogor, Klenteng Kwan Im Tong di Bandung, Klenteng Tin Kok Sih di Solo, dan perhimpunan-perhimpunan Theosofie di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
* Melantik upasaka dan upasika di tempat-tempat yang dikunjungi.

Nama-nama dari para perintis bangkitnya kembali Agama Buddha di Pulau Jawa pada waktu itu adalah antara lain:

1. Pandita Josias van Dienst, Deputy Director General Buddhist Mission, Java Section (Headquarter-nya berada di Thaton, Birma) dan
2. Kwee Tek Hoay, Direktur dan Redaktur Kepala dari Majalah Moestika Dharma, Jakarta.

Tahun 1938 berdirilah Sam Kauw Hwee di beberapa tempat di Indonesia. Pada tahun 1952 Sam Kauw Hwee-Sam Kauw Hwee tersebut bergabung menjadi Gabungan Sam Kauw Indonesia (GSKI), kemudian mengganti nama menjadi Gabungan Tri Dharma Indonesia.

Pada tahun 1953 The Boan An dari Bogor ditahbiskan menjadi Bhikkhu Therav?da di Birma oleh Ven. Mahasi Sayadaw dan diberi nama Ashin Jinarakkhita. Sekitar tahun 1955-1956 berdiri Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI).

Tanggal 3 Mei 1958 dibentuk Perhimpunan Buddhis Indonesia (disingkat PERBUDI) yang berkedudukan di Semarang. Tetapi sejak tahun 1965 dipindahkan ke Jakarta. Tahun 1970 PERBUDI menjadi PERBUDDHI sebagai gabungan dari PERBUDI, PUUI (Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia), GPBI (Gerakan Pemuda Buddhis Indonesia), dan Wanita Buddhis Indonesia.

Pada tahun 1959 Y.M. Narada Mahathera kembali datang ke Indonesia disertai 12 orang Bhikkhu senior dari beberapa negara, yaitu:

1. H.E. Somdach Choun Nath Mahathera dari Kamboja.
2. Ven. Ung Mean Chanavanno Mahathera dari Kamboja.
3. Ven. Agga Maha Pandita Mahasi Sayadaw dari Birma.
4. Ven. Narada Mahathera dari Sri Lanka.
5. Ven. Tudawe Arivawangsa Nayaka Thera dari Sri Lanka.
6. Ven. Piyadasi Mahathera dari Sri Lanka.
7. Ven. Walane Satthisara Mahathera dari Sri Lanka.
8. Ven. Kamburugamuwe Mahanama Mahathera dari Sri Lanka.
9. Ven. Ransegoda Sarapala Thera dari Sri Lanka.
10. Ven. Phra Visal Samanagun dari Thailand.
11. Ven. Phra Sumreng Arnuntho Thera dari Thailand.
12. Ven. Phra Kru Champirat Threra dari Thailand.
13. Ven. Phra Kaveevorayan dari Thailand.

Tanggal 21 Mei 1959, Ong Tiang Biauw (dari Tangerang) ditahbiskan menjadi Bhikkhu di “International Sima” di Kassap, Semarang oleh H.E. Somdach Choun Nath Mahathera dari Kamboja dengan nama Jinaputta. Pada hari yang sama I Ktut Tangkas (dari Mengwi, Bali) ditahbiskan menjadi Samanera Jinapiya dan Sontomihardjo (dari Kutoarjo) menjadi Samanera Jinananda. Tanggal 3 Juni 1959 di Pura Besakih, Samanera Jinapiya ditahbiskan menjadi bhikkhu (pada tanggal 12-2-1976 sempat lepas jubah) oleh Ven. Narada Mahathera. Tanggal 26 Juli 1988 ia ditahbiskan kembali di Wat Bovoranives, Bangkok dan diberi nama Thitaketuko.

Antara 1963 sampai dengan 1965 terdapat perbedaan pendapat dan pandangan di kalangan pimpinan umat Buddha, sehingga di sana-sini didirikan organisasi-organisasi Buddhis baru yang dalam prakteknya satu dengan yang lain saling menjatuhkan.

Pada 15 November 1966, Samanera Jinagiri (dari Banjar, Singaraja Bali) ditahbiskan menjadi Bhikkhu di Wat Benchamabophit, Bangkok oleh Ven. Chau Kun Dhammakittisophon dan diganti namanya menjadi Girirakkhito. Pada kesempatan yang sama juga ditahbiskan Samanera Jinaratana menjadi bhikkhu. (Pada tanggal 18 Desember 1976 ikut menyusul rekannya Bhikkhu Jinapiya untuk lepas jubah, dan kembali menjadi umat Buddha biasa). Selanjutnya pada tahun 1967 Soenaryo (dari Solo) ditahbiskan manjadi Bhikkhu di Sri Lanka dan diberi nama Sumanggalo (meninggal di Belanda pada 2 September 1987).

Pada 14 Mei 1967 di Lawang dibentuk Perhimpunan Tempat Ibadah Tri Dharma (PTITD) untuk seluruh Jawa Timur dengan Ketua Umum Ong Kie Tjay dari Surabaya.

Di tahun 1969 datanglah Ven. Chau Kun Phra Dhepvoravethi dari Wat Paknam, Thonburi, Bangkok. Setelah kembali ke Bangkok, ia mengirim, melalui Y.M. Bhikkhu Jinaratana, buku-buku bagian dari Kitab Suci Tipitaka dalam Bahasa Pali dan Inggris dan patung-patung Buddha dari kuningan untuk vihara-vihara di Banten, Bogor, Garut, Muntilan, Purworejo, Bali, Ujung Pandang, Samarinda, Palembang, Jambi, dan tempat-tempat lainnya.

Selain candi-candi tersebut di atas, sebenarnya masih banyak lagi candi-candi yang didirikan atas perintah raja-raja Sailendra. Tetapi yang paling besar dan paling indah adalah Candi Borobudur. Setelah Raja Samarottungga meninggal dunia, Mataram kembali diperintah oleh raja-raja dari wangsa Sanjaya yang beragama Hindu, namun Agama Buddha dan Agama Hindu dapat berkembang terus berdampingan dengan rukun dan damai.

Pada tahun itu juga datang di Indonesia empat orang Dhammaduta dari Thailand untuk membantu mengembangkan Agama Buddha di Indonesia. Mereka adalah Ven. Phra Kru Pallad Attachariya Nukich (sekarang memakai nama Chau Kun Vidhurdhammabhorn), Ven. Phra Kru Pallad Viriyacarya, Ven. Phra Maha Prataen Khemadas, dan Ven. Phara Maha Sujib Khemacharo.

Tahun 1969 juga, untuk pertamakalinya mahasiswa Buddhis di Jakarta mengadakan Upacara Asadha di Gandhi School, Jakarta. Dua tahun kemudian terbentuklah Keluarga Mahasiswa Buddhis Jakarta (KMBJ).

Menjelang perayaan Waisak tahun 1971, datang rombongan Bhikkhu dari Thailand untuk meresmikan Brahma-Vihara yang terletak di Banjar, Singaraja Bali. Rombongan tersebut terdiri dari Ven. Chau Kun Phra Dhammakittisophon dari Wat Benjamabophit, Ven. Chau Kun Phra Dhepgunaphon dari Wat Sraket, Ven. Chau Kun Phra Patrasaramuni dari Wat Prabatmingmaung, Prae, dan Ven. DR. Phra Maha Singhaton Narasabho dari Wat Prajetubon.

Pada 12 Januari 1972 terbentuk Sangha Indonesia yang terdiri dari Y.M. Bhikkhu Jinapiya, Y.M. Bhikkhu Girirakkhito, Y.M. Bhikkhu Jinaratana, Y.M. Bhikkhu Sumanggalo, dan Y.M. Bhikkhu Subhato.

Tanggal 28 Mei 1972 dicetuskan ikrar persatuan dan kesatuan dari tujuh organisasi Buddhis menjadi satu organisasi tunggal dengan nama Buddha Dharma Indonesia (BUDHI). Di samping itu, berdiri juga sebuah Majelis yang diberi nama Majelis Buddha Dharma Indonesia yang kelak akan menetapkan pedoman-pedoman mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan Agama Buddha di Indonesia. Ketujuh organisasi yang menandatangani ikrar tersebut di atas adalah:

1. Perhimpunan Buddhis Indonesia (PERBUDDHI),
2. Buddhis Indonesia,
3. Musyawarah Umat Buddha Seluruh Indonesia (MUBSI),
4. Gabungan Tri Dharma Indonesia,
5. Persaudaraan Umat Buddha Salatiga,
6. Majelis Ulama Agama Buddha Indonesia (MUABI), dan
7. Dewan Vihara Indonesia.

Perlu diketahui, Gabungan Tri Dharma Indonesia dan Majelis Ulama Agama Buddha Indonesia (MUABI), karena sesuatu hal, tidak meleburkan diri ke dalam Buddha Dharma Indonesia (BUDHI).

Atas prakarsa Dirjen Bimas Hindu dan Buddha, pada tahun 1974 terbentuk Sangha Agung Indonesia (SAI).

Pada 23 Juli 1975 alm. Ibu Tien Soeharto meresmikan Arya Dwipa Arama di Taman Mini Indonesia Indah dan menyerahkan penggunaannya kepada umat Buddha Indonesia yang diterima oleh Suraji Ariakertawijaya.

Pada 12-14 Maret 1976 diselenggarakan Pasamuan ke-I Majelis Buddha Dharma Indonesia di Lawang. Pasamuan itu berhasil membuat beberapa ketetapan mengenai berbagai aspek Agama Buddha di Indonesia. Dalam pertemuan tersebut juga terbentuk Badan Pekerja Majelis Buddha Dharma Indonesia.

Tanggal 29 September 1976 terbentuk Gabungan Umat Buddha Seluruh Indonesia (GUBSI) dengan Ketua Umum Rd. Eko Sasongko Praptomo, SH., dan Sekjen Drs. Pannajiwa AT. GUBSI terdiri dari gabungan umat dari tujuh organisasi, yaitu:

1. Buddha Dharma Indonesia (BUDHI),
2. Gabungan Tri Dharma Indonesia (GTI),
3. Gabungan Vihara Buddha Mahayana Indonesia,
4. Majelis Agama Buddha Nichiren Shoshu Indonesia,
5. Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (MAPANBUMI),
6. Pamong Umat Buddha Kasogatan,
7. Perhimpunan Buddha Dharma Indonesia (PERBUDHI).

Pada tanggal 3 Oktober 1976 di Bandung terbentuk Majelis Pandita Buddha Dhamma Indonesia (MAPANBUDHI), dengan Sekjen MPU Khemanyana Karbono dan Wakil Sekjen MPU (alm.) Sumedha Widyadharma.

Tanggal 11 Oktober 1976 terbentuk Majelis Agung Buddha Indonesia (MABI) sebagai forum konsultasi dari Majelis-majelis Agama Buddha yang ada, yaitu Majelis Ulama Agama Buddha Indonesia (MUABI), Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (MAPANBUMI). Majelis Buddha Dharma Indonesia. Gabungan Tri Dharma Indonesia (GTI). Majelis Kasogatan. Nichiren Shoshu. Perhimpunan Tempat Ibadah Tri Dharma (PTITD).

Tanggal 23 Oktober 1976 merupakan tanggal yang bersejarah bagi Agama Buddha mazhab Theravada di Indonesia. Karena pada hari itu berdirilah Sangha Theravada Indonesia di Vihara Maha Dhammaloka, Semarang (sekarang Vihara Tanah Putih). Para Bhikkhu yang tercatat sebagai pendirinya adalah Y.M. Bhikkhu Aggabalo, Y.M. Bhikkhu Khemasarano (alm.), Y.M. Bhikkhu Suddhammo (alm.), Y.M. Bhikkhu Khemiyo, dan Y.M. Bhikkhu Nanavuttho.

Pada 7 – 8 Mei 1978 telah dilangsungkan Kongres Umat Buddha di Yogyakarta dan terbentuklah Perwalian Umat Buddha Indonesia (WALUBI) sebagai wadah tunggal umat Buddha di Indonesia dengan Suparto Hs. Sebagai ketua dan anggota-anggotanya adalah Suwarto Kolopaking, S.H., Ir. T. Soekarno, Gunawan Sindhumarto, S.H., Drs. Oka Diputhera, Bhaggadewa Siddharta, Herman S. Endro, S.H., dan Hartanto Kulle.

Tanggal 9 Maret 1981 dibentuk Yayasan Jakarta Dhammacakkha Jaya dengan Ketuanya adalah (alm.) Bapak O. P. Koesno dan sebagai Sekretaris diangkatlah (alm.) Drs. Teja S. M. Rashid .

Pada 8 – 11 Juli 1986 di Jakarta diadakan Kongres I WALUBI yang dibuka oleh Presiden Soeharto.

Pengukuhan Uposathagara yang terletak di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jakarta dilakukan pada 24 Agustus 1985. Upacara dipimpin oleh Somdet Phra Nyayasamvara dari Wat Bovoranives, Bangkok, Thailand yang datang bersama lebih dari sepuluh orang Bhikkhu dari Thailand. Yang juga banyak perannya dalam pembangunan Uposathagara tersebut adalah Phra Sombat Pavito Thera (juga dari Thailand). Dengan adanya Uposathagara tersebut, maka para calon Bhikkhu dari Indonesia tidak perlu lagi harus ke Thailand untuk ditahbiskan. Maka, untuk pertama kalinya, tepatnya pada 6 Desember 1987, Uposathagara itu dipergunakan untuk menahbiskan tiga orang Bhikkhu Indonesia dengan Y.M. Sukhemo Thera sebagai Upajjhaya. Tiga orang Bhikkhu adalah Y.M. Bhikkhu Jagaro, Y.M. Bhikkhu Gandhako (alm.), dan Y.M. Bhikkhu Khantidharo.

Sidang Khusus Widyeka Sabha WALUBI pada 8 Juli 1987 dan Sidang DPP WALUBI (9-10 Juli 1987) menjadi sidang-sidang yang penting. Karena melalui sidang-sidang itu, Widyeka Sabha WALUBI mengambil keputusan bulat mengenai NSI (Nichiren Syosyu Indonesia) dengan tidak mengakuinya sebagai sebuah Majelis Agama Buddha di Indonesia. Dasar yang dipakai antara lain, NSI ternyata berisi ajaran dan doktrin yang menyimpang/menyeleweng dari Agama Buddha yang berpedoman pada Kitab Suci Tripitaka/Tipitaka secara utuh terpadu sebagaimana yang diajarkan oleh Sang Buddha Gautama/Sakyamuni. Keputusan ini kemudian dilaksanakan oleh DPP WALUBI dengan mengeluarkan NSI dari keanggotaan WALUBI melalui Pernyataan DPP WALUBI No.01/DPP/WALUBI/87. Setelah peristiwa itu, WALUBI terdiri dari 3 (tiga) Sangha dan 6 (enam) Majelis Agama Buddha.

Pada Juli 1991 Sangha Therav?da Indonesia (STI) menyerahkan upadi (tanda penghargaan) kepada tiga orang tokoh umat Buddha, bertempat di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jakarta. Ketiganya adalah Sumedha Widyadharma mendapat gelar SASANA CARIYA, (alm.) Anton Haliman mendapat gelar SASANA PALA, dan Visakha Hartati Tjakra Murdaya mendapat gelar SASANA PALA. Gelar penghargaan ini merupakan gelar kehormatan tertinggi saat itu dan juga yang pertama kali diberikan oleh STI.

Mulai 1993 sampai dengan 1994 kembali terjadi kemelut di dalam tubuh WALUBI. Kemelut kali ini berakhir dengan diberhentikannya Sangha Agung Indonesia dan Majelis Buddhayana Indonesia dari keanggotaan WALUBI pada 15 Oktober 1994.

Pada 12 Juli 1994 untuk pertama kalinya, Presiden Soeharto (saat itu) dan (alm.) Ny. Tien Soeharto bersedia menghadiri Dharmasanti Waisak 2538/1994 di Jakarta Hilton Convention Centre bersama dengan Wakil Presiden Tri Sutrisno dan Ny. Tuti Try Sutrisno serta sejumlah menteri.

Pada 18 Agustus 1994 dibentuk satu lembaga Buddhis baru yang diberi nama Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI) dengan Siti Hartati Murdaya, MBA sebagai Ketua Umum dan Drs. Oka Diputhera sebagai Sekjen.

Tanggal 2 April 1995 bertempat di Vihara Mendut, Mungkid, Jawa Tengah, Sangha Theravada Indonesia menganugerahkan tanda penghormatan kepada tiga orang Pengurus Pusat Majelis Pandita Buddha Dhamma Indonesia (MAPANBUDHI, sekarang Magabudhi -red). Penghargaan itu diberikan karena pengabdian terus menerus disertai dedikasi yang tinggi selama lebih dari dua puluh lima tahun dan turut aktif mengembangkan Agama Buddha Theravada di Indonesia. Mereka adalah Drs. Teja S. Mochtar Rashid (mendapat gelar DHAMMA VISARADA), Herman Satriyo Endro, S.H. (DHAMMA LANKARA), dan dr. R. Surya Widya (SASANA DHAJA).

(Sumber :http://kimiyocoolz.wordpress.com/2010/04/14/sejarah-buddha-di-indonesia-672-1995/)


Sejarah Agama Buddha di Bali


Agama Buddha tidaklah asing bagi masyarakat Bali, karena di pulau ini pernah tercatat berkembangnya Agama Siwa-Buddha. Catatan ini membuktikan Agama Buddha pernah menjadi salah satu agama masyarakat Bali dan membuktikan pula bahwa Agama Buddha memiliki landasan filosofi moral cinta kasih yang universal sehingga mampu hidup berdampingan dan menyatu dengan agama-agama (sekte-sekte) lain secara harmonis.

Catatan sejarah menunjukkan Agama Buddha diperkirakan masuk ke pulau Dewata pada abad ke 7 - 8. Banyak bukti sejarah yang kini menjadi saksi keberadaannya, seperti stupika (stupa), candi, patung-patung Buddha yang ditemukan di wilayah Kabupaten Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng. Terakhir diketemukan stupa-stupa di desa Kalibukbuk (dekat daerah wisata Lovina, ±1 km dari BVA).

Banyak tokoh Buddhis di Bali yang tercatat memiliki peran amat penting dalam menata sosial kemasyarakatan, misalnya Mpu Kuturan, Mpu Nirarta (Dang Hyang Nirarta kemudian menyebarkan Siwa, yang dalam praktek hidupnya masih kental dipengaruhi oleh filosofi Buddha), Mpu Astapaka dan lain-lainnya. Bahkan keturunan Mpu Astapaka (merupakan keponakan Dang Hyang Nirarta) hingga kini masih jelas identitas Buddhisnya.

Seperti yang kita lihat saat ini, faham-faham Buddhis telah demikian luas dan menyatu secara harmonis dengan faham-faham lainnya seperti Siwa, Bojangga, Waisnawa, Soradan lain-lainnya menjadi satu yaitu yang kita kenal sebagai Agama Hindu Bali yang kemudian menjadi Agama Hindu.
Seiring dengan perkembangan sosial kehidupan masyarakat Indonesia secara umum, Agama Hindu dan Buddha mengalami kemunduran yang sangat berarti setelah tokoh-tokoh diatas tiada. Guru-guru spiritual yang berkualitas amat langka, kitab-kitab suci pun amat terbatas (kalau toh ada cenderung dikeramatkan oleh pemiliknya), lontar-lontar mulai ditinggalkan dan dilupakan karena desakan teknologi dan arus materialisme. Makna ritual keagamaan mulai bergeser menjadi Dogma. Keadaan seperti ini berlangsung hingga Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda dan Jepang.
Setelah jaman kemerdekaan, mulailah muncul keinginan-keinginan mempelajari agama-agama leluhur dan lahirlah kelompok-kelompok atau paguyuban-paguyuban yang khusus menggali dan mempelajari Agama dan Sastra yang pada jaman itu sangat populer dengan sebutan kelompok-kelompok kebathinan. Kitab-kitab suci agama Hindu dan Buddha mulai bisa didapatkan dari luar dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dhammaduta asing mulai datang ke Indonesia. Kaum intelektual mulai tertarik memperdalam belajar agama yang otentik/murni. Tercatat pelajar-pelajar Bali di Yogyakarta antara lain I Ketut Tangkas (kini Titha Ketuko Thera), IGN Oka Diputhera dan lain-lainnya ikut tergabung dalam kelompok-kelompok yang menggali dan mempelajari filsafat-filsafat agama yang murni. Di Bali tercatat nama Ida Ketut Jelantik dari desa Banjar Tegehe merupakan figur sastrawan yang getol mempelajari agama Buddha. Ida Ketut Jelantik yang terkenal dengan karya sastranya yang berjudul Sucita Subudi adalah paman Ida Bagus Giri (kemudian dikenal dengan nama Girirakkhito Mahathera). Ida Ketut Jelantik membangkitkan kembali ajaran Buddhisme yang otentik (yang belum dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu/murni) melalui kelompok-kelompok sastrawan di Bali Utara/Buleleng khususnya di desa Banjar dan sekitarnya.
Setelah peringatan Buddha Jayanti pada tahun 1956 di Semarang, mulailah muncul kelompok-kelompok yang senang mempelajari kebathinan khususnya menghayati Buddhisme melalui metode Meditasi Vipasana Bhavana. Figur-figur yang tergabung dalam kelompok itu di antaranya adalah I Nengah Astika (kini dikenal dengan nama Shri Pandita Buddharakshita), almarhum Ida Putu Gede Sangging, almarhum Ida Komang Gejer, almarhum Jro Dalang Nyoman Gede, almarhum Putu Mertha Purna, almarhum I Gde Sedana dan lain-lainnya.

Fungsi Brahmavihara Arama

Sesuai dengan latar belakang dan cita-cita pendirian Brahma Vihara sejak di desa Banjar hingga kini menjadi Brahmavihara Arama, maka fungsinya adalah sebagai berikut:

- Sebagai tempat tinggal para Bhikkhu
- Sebagai tempat sembahyang, praktek bakti umat Buddha
- Sebagai tempat pembabaran Dharma/dhamma dan meditasi
- Sebagai tempat menggali dan mengembangkan spiritualitas
- Sebagai sarana sosial kemasyarakatan.Dari fungsi-fungsi tersebut Brahmavihara Arama telah didesign sedemikian rupa sebagai visualisasi, tahapan-tahapan praktek yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yaitu Nirwana.

Brahmavihara Arama ke Depan...

Tahun 2009 genap 30 tahun usia BVA. Selama 38 tahun pula pembangunan teras dilaksanakan hingga kini, meski Bhante Giri telah tiada pembangunan terus berlanjut. Ini mencerminkan laju pembangunan BVA cukup lamban, meski demikian kita tetap setia dan bersemangat untuk mewujudkan cita-cita Bhante Giri guna menjadikan BVA sebagai tempat pelatihan meditasi (Vipasana). Kesetiaan kita mengabdi kepada dhamma merupakan wujud bakti dan terimakasih kita terhadap Tri Ratna pada umumnya serta kepada almarhum Bhante Giri yang telah mewujudkan ajaran / dhamma kepada kita.
Untuk mewujudkan cita-cita Bhante Giri menjadikan BVA sebagai tempatpelatihan meditasi. sejak dua tahun lalu telah dibangun bangunan stupayangdibawahnya dapat digunakan sebagai ruang meditasi. Disebelah barat bangunan stupa akan dibangun kuti-kuti/ asrama untuk tempat tinggal para Bhikku dan peserta meditasi yang akan dilengkapi dapur dan ruang makan. Sebagai penunjangjugaakan dibangun perpustakaan dan ruang pertemuan. Semua ini akan dapat terwujud bila kita semua yang pernah dibimbing dan mendapat kasih sayang Bhante secara sadar dan iklas berpartisipasi.
BVA yang berdiri di areal seluas ±_4 hektar secara geografis memenuhi syarat dan kondusif untuk menjadi salah satu pusat meditasi di Indonesia.
Untuk keperluan itu BVA yang kini dikelola oleh Yayasan Girirakkhito Mahathera telah menetapkan Bhante Tita Kethuko Thera sebagai Ketua Utama Vihara sekaligus sebagai instruktur meditasi dan dibantu oleh Bhante Urudha Dhammapiya serta beberapa Bhikku-bhikku muda lainnya.


Makna Brahmavihara

Brahmavihara Arama terdiri dari tiga kata yaitu: Brahma, Vihara dan Arama. Brahma berarti agung, sangat luhur, terpuji, mulia. Vihara berarti cara hidup, dan Arama berarti tempat. Sering pula dijumpai bahwa kata Vihara diberi arti sama dengan Arama yaitu sebagai suatu tempat tinggal. Dari arti kata tersebut, maka makna Brahmavihara Arama adalah suatu tempat untuk melatih diri, menempa perilaku luhur/terpuji yang meliputi Metta, Karuna, Mudita dan Upekkha. Pemberian nama Brahma Vihara oleh Almarhum Bhante Giri selaku Founding Father sangat sejalan dengan tujuan pendiriannya.
Perilaku luhur yang meliputi Metta, Karuna, Mudita dan Upekkha. Ini dapat digali, dihayati, disadari dan dipraktekkan melalui jalan meditasi Vipassana Bhavana, karena Brahma Vihara sekaligus dapat dijadikan objek meditasi. Berkenaan dengan itulah Brahmavihara Arama diproklamasikan oleh Bhante Giri sebagai salah satu tempat meditasi. Kita menyadari dan meyakini bahwa manusia itu terdiri dari Rupa dan Nama yaitu tubuh/badan dan bhatin yang juga disebut sebagai Panca khanda. Panca khandha adalah lima kelompok kehidupan yang terdiri dari badan jasmani/tubuh (Rupa), perasaan, pencerapan, pikiran dan kesadaran (Nama) Panca khandha inilah yang disebut hidup dan kehidupan atau lazim disebut manusia.

Oleh karena terdiri dari dua kelompok (Nama dan Rupa) maka dalam kehidupan memerlukan dua kelompok makanan/kebutuhan yaitu:
  1. Untuk kelompok Rupa (badan, jasmani/tubuh) memerlukan 4 (empat) kebutuhan pokok yaitu: makanan (pangan), pakaian (sandang), tempat tinggal (papan) dan obat-obatan. Tempat tinggal jasmani disebut juga Vihara-fisik.
  2. Untuk Nama (bathin) memerlukan Dharma/Dhamma/ajaran spiritual, Ilmu pengetahuan dan juga tempat tinggal yang juga disebut vihara. Vihara disini merupakan suatu kondisi bathin-abstrak.
Berdasarkan kelompok tersebut maka Vihara sebagai tempat tinggal bathin adalah sebagai berikut:

1. Brahmavihara Arama terdiri

a. Metta/Maitri

Cinta kasih yang murni yang diberikan kepada semua mahkluk (universal) yang menembus tirai-tirai manusia berupa ras, suku, bangsa, agama, jenis kelamin, usia, tempat tinggal dan lain sebagainya. Cinta kasih ini hakekatnya menghendaki semua mahkluk dapat hidup sejahtera (dalam arti kebutuhan pokok terpenuhi, damai, terlindung, aman, sehat).
- Metta/Maitri juga dapat diartikan sebagai sahabat yang setia. Sedangkan lawan langsung dari Metta /Maitri adalah kebencian dan itikad buruk. Lawan tidak langsungnya adalah nafsu, keinginan yang bersifat jasmani, keterikatan terhadap nafsu-nafsu indrya dan kegiuran atau kemelakatan terhadap "Aku"(Pema/Prema). Metta adalah suatu keadaan bathin yang bersih seperti air raksa yang tidak melekat pada apapun.
- Metta menempati suatu tempat sebagai subjek tetapi tidak melekat pada subjeknya.
- Metta menyasar suatu objek tetapi tidak melekat pada objek atautanpapamrih.
- Metta merupakan bahasa hati yang menghubungkan satu sama lain serta menyatukannya (sebagai alat pemersatu).
- Metta membantu tetapi tidak mencampuri.
- Metta mencintai tetapi bijaksana, tidak melekat dan sekaligus tidak menyakiti.
- Metta memberi tetapi tidak menuntut dan tidak bangga.
- Metta tidak lemah tetapi lembut dan tegar.
Perbuatan Metta dilakukan dengan tekad untuk menolong, membebaskan, membahagiakan dan melapangkan jalan.
Cara-cara untuk mengembangkan Metta adalah:
Membuang sifat jahat, kebencian, marah dan dendam.
Merenungkan manfaat mengasihi, mencintai melalui pemusatan pikiran pada hukum karma.

b. Karuna:

kasih sayang yang tulus kepada semua mahkluk yang menderita. Ikut merasakan beban penderitaan serta membantu mengeliminir penderitaan yang dialami. Lawan langsung Karuna adalah kekerasan dan kekejaman. Sedangkan lawan tidak langsung atau terselubung adalah kesedihan. Karuna akan menghindari kejahatan dan kekejaman sekecil apapun serta berupaya melenyapkan penderitaan mahkluk lain tanpa memandang ras, agama, jenis kelamin, suku, bangsa, usia dan tempat tinggal (Universal) dan memberikan sesuatu yang menentramkan. Semua perbuatan baik, sifat-sifat baik mempuhyai dasar Karuna sebagai pangkal pijakan (Karuna Nidhanam Nisilam).

c. Mudita:

merupakan kegembiraan yang timbul dari hati nurani atas keberhasilan orang lain. Mudita adalah simpati tanpa keakuan. Lawan langsungnya adalah irihati, dengki dan ketidak-senangan. Sedangkan lawan terselubungnyaadalah luapan emosi.
Sifat Karuna dan Mudita ibarat sekeping matauang: berbeda tetapi tak dapat dipisahkan.
d. Upekka/Upeksa:
keseimbangan bathin yang timbul akibat perenungan terhadap sebab-akibat/Hukum Karma serta memiliki pengertian tentang kesunyataan sehingga membuat pikirannya tenang dan tidak tergoyahkan. Lawan langsung dari Upekka adalah keterikatan, sedangkan lawan terselubung adalah sifat acuh tak acuh yang diakibatkan oleh kebodohan bathin. Metta merangkul semua mahkluk, Karuna menyentuh orang yang sedang menderita, Mudita menumbuhkembangkan semangat bagi yangberhasil dan yang tidak berhasil, yang baik dan yang jahat yang dikasihi maupun yang terlantar, yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, yang tampak buruk maupun yang cantik dengan tanpa pilih kasih. Upekkha tidak hanyut atau terlena terhadap atthaloka dhamma atau perubahan delapan macam dari kehidupan yaitu: untung-rugi, tidak mashur-termashur, dipuji-dicela, suka-duka.

2. Dibba Vihara, terdiri dari: 
  • Hiri:   Rasa malu untuk melakukan perbuatan yang tidak baik. 
  • Ottapa:  Rasa takut akan akibat dari perbuatan yang tidak baik.
3. Dhamma Vihara adalah merupakan jantung kehidupan manusia, yaitu:
  • Jangan berbuat jahat
  • Berusahalah untuk menambah kebaikan
  • Sucikan hati dan pikiran
  • Inilah ajaran paraBuddha.

4. Arya Vihara, terdiri dari:
  • Sila : Latihan kedisiplinan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik yang dapat menimbulkan kerugian bagi orang/mahluk lain.
  • Samadhi: Pengembangan bathin untuk mencapai ketenangan dan pandangan terang.
  • Panna: Kebijaksanaan yang timbul sebagai akibat dari pelaksaan sila yang baik. Merekayang memiliki ke bijaksanaan akan mencapai kebahagian sejati.
Untuk membangun vihara sebagai tempat tinggal kita butuh material, kemauan, tenaga dan uang. Sedangkan untuk membangun vihara dalam bathin kita membutuhkan Sati dan Sampa janna. Sati adalah keadaan yang selalu sadar, penuh perhatian dan kesadaran yang ditujukan kepada Brahmavihara, Dibhavihara, Dhammavihara dan Arya vihara. Sampajanna berarti sadar akan apa yang sedang dilakukan, selalu mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh mata, hidung, telinga, anggotatubuh lain- nyasertapikiran.
Brahmavihara, Dibbavihara, Dhammavihara dan Aryavihara sangat baik dan tepat digunakan sebagai landasan filosofis hidup berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara sehingga mampu menciptakan kedamaian dan perdamaian dunia.

(Sumber : http://www.brahmaviharaarama.com/about/19-sejarah-agama-buddha-di-bali.html)