Pages - Menu

Pages

Jumat, 29 Juni 2012

ãvaka Komàrabhacca-- Dokter Pribadi Sang Buddha

ãvaka Komàrabhacca [1] -- Dokter Pribadi Sang Buddha

Jãvaka Komàrabhacca [1]

Oleh Hananto

Kisah tentang Jãvaka Komàrabhacca ini dirangkum dari kitab Tipiñaka berbahasa Thai. Jãvaka merupakan seorang dokter yang amat pandai dalam bidang pengobatan penyakit jasmani. Ia merupakan dokter pribadi Sang Buddha dan anggota Saïgha lainnya. Di saat Sang Buddha terluka pada kaki-Nya terkena serpihan batu yang digelindingkan oleh bhikkhu Devadatta dari atas bukit untuk membunuh-Nya, Jãvakalah yang memberi perawatan. Beberapa ketentuan kedisiplinan para bhikkhu ditetapkan Sang Buddha atas usulannya. Ia juga merupakan siswa Sang Buddha yang dianggap unggul dalam bidang pengabdian pada kemanusiaan. Ia pula yang mengajak Ràja Ajàtasattu berpaling ke arah Dhamma sebagai murid Sang Buddha. Ràja Ajàtasattu kemudian menjadi sponsor Saïgàyanà pertama yang diketuai oleh Mahà Kassapa Thera tiga bulan sesudah Sang Buddha parinibbàna. Pengabdian Jãvaka pada perkembangan Buddha sàsanà amatlah besar. Patut untuk dijadikan salah satu panutan oleh umat Buddha sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.

Kelahiran Jãvaka Komàrabhacca

Saat itu di kota Ràjagaha, hiduplah seorang perempuan bernama Sàlavatã. Ia adalah seorang perempuan yang amat cantik, berkulit putih bersih, amat menawan. Karena kecantikannya itu, para hartawan memilih dirinya sebagai perempuan yang tercantik di kota itu. Perempuan itu amat pandai dalam menari dan menyanyi. Ia amat bangga dengan kondisi dirinya dan merelakan dirinya untuk disewa para hartawan hidung belang yang menghendaki kebahagiaan sesaat dengan dirinya. Ia memasang tarif 100 kahapana untuk semalam bersama dirinya.

Namun malang tak bisa dihindari. Suatu kali ia mengandung akibat hubungannya dengan seorang lelaki. Dan ia tak tahu lelaki manakah yang menyebabkan ia hamil. Ia tahu, di antara hidung belang, siapa pula yang hendak menyewa seorang perempuan yang sedang hamil. Maka, ia berpesan pada laki-laki penjaga pintu rumahnya: " Bila ada yang datang untuk menemuiku, katakan bahwa aku sedang sakit"

Laki-laki penjaga pintu pun menjawab: " Baiklah, Nona",

Saat bayi itu lahir, ia berkata pada pelayannya:

"Pelayan, taruhlah bayi ini dalam keranjang tua dan buanglah di tempat sampah." Pelayan itu menuruti perintah tuannya.

Pagi itu Pangeran Abhaya, salah seorang putra Ràja Bimbisàra, sedang berjalan-jalan menghirup udara pagi yang segar. Di suatu tempat pembuangan sampah, ia melihat sekelompok burung gagak terbang mengelilingi sebuah keranjang tua. Dan sebagian lagi melompat-lompat mendekati keranjang tua itu. Pangeran pun berkata pada pengawalnya:

"Pengawal, lihatlah apa yang sedang dikerumuni burung-burung gagak itu."

Pengawal pun memeriksa, kemudian berkata:

"Sebuah keranjang tua yang berisi bayi, Pangeran."

"Masih hidupkah bayi itu, Pengawal?" tanya pangeran lagi.

"Masih hidup, Pangeran."

"Kalau begitu, bawalah ia ke istana. Dan carikan ibu susu untuk menyusuinya."

Maka, bayi itu diangkat anak oleh Pangeran Abhaya, dan diberi nama Jãvaka yang artinya 'masih hidup' serta diberi nama keluarga [marga] Komàrabhacca yang artinya, seorang yang dirawat oleh pangeran.

Tak lama kemudian, Jãvaka pun berkembang menjadi remaja yang tampan, rajin dan berbakti. Ia tahu, bahwa ia hanyalah seorang anak angkat yang dirawat dan dibesarkan oleh Pangeran Abhaya.

Pada suatu hari, ia menghadap sang pangeran dan bertanya:

"Ayahanda, siapakah sebenarnya ibu bapak saya yang telah menyebabkan saya terlahir di dunia ini?"

"Jãvaka, ayah pun tak tahu, siapa sebenarnya ibu bapak kamu. Tapi, sayalah ayahandamu. Karena ayahlah yang merawat dan membesarkanmu. Janganlah kau mencari orang tuamu atau berpikir yang tidak-tidak."

Dalam hatinya Jãvaka berpikir: "Aku hanyalah anak angkat. Tak selayaknya aku hanya menggantungkan hidupku pada keluarga ini. Aku ingin membalas budi beliau. Karenanya, aku harus belajar ilmu pengobatan agar segera bisa membalas budi."

Mulai belajar ilmu pengobatan

Ia mendengar berita bahwa di kota Takkasilà terdapat suatu perguruan tinggi kedokteran yang dipimpin oleh seorang ahli pengobatan bernama Disàpàmokkha, yang amat terkenal saat itu.

Maka, pada suatu pagi buta yang dingin, dengan diam-diam Jãvaka meninggalkan istana Pangeran Abhaya, bertolak menuju kota Takkasilà. Suatu perjalanan sulit harus ditempuhnya, memakan waktu beberapa hari. Namun, karena tekad Jãvaka yang begitu tinggi serta perangainya yang menyenangkan, ia banyak mendapat kemudahan dalam perjalanan. Ia tiba di tempat Disàpàmokkha dalam keadaan lelah dan lemah. Setelah istirahat beberapa lama dan tubuhnya telah semakin segar, ia menghadap Guru Disàpàmokkha.

"Guru, saya bernama Jãvaka, datang dari tempat yang jauh, ingin belajar ilmu pengobatan pada Guru. Saya mohon Guru menerima saya sebagai murid."

Perangai Jãvaka serta tata tertib dan sopan santun yang baik, membuat Guru Disàpàmokkha, tak kuasa menolak permohonan anak muda itu.

"Jãvaka, belajarlah di sini dan menjadilah murid yang baik," jawab Guru Disàpàmokkha.

Jãvaka adalah seorang anak muda yang cerdas, cepat mengerti dan tak mudah lupa. Semua yang diajarkan oleh gurunya bisa dikuasainya dengan cepat.

Waktu terus bergulir. Tujuh tahun lamanya Jãvaka belajar sambil mengabdi pada Guru Disàpàmokkha.

"Tujuh tahun aku telah belajar. Rasanya ilmu Guru telah diberikan padaku. Guru tak lagi memberi pelajaran yang baru padaku, tapi sampai kini, aku belum dinyatakan lulus. Sebaiknya aku tanyakan pada Guru, adakah pelajaran baru yang ingin diberikan padaku."

Maka, ia pun menghadap gurunya.

"Guru, telah tujuh tahun saya belajar pada Guru dan Guru pun tak lagi memberikan pelajaran baru padaku. Lalu, kapankah saya akan menamatkan pelajaran?"

Guru Disàpàmokkha tersenyum mendengar pertanyaan muridnya itu.

"Baiklah, Jãvaka. Ambillah sebuah linggis dan berjalanlah mengelilingi kota Takkasilà ini sejauh satu yojana [kira-kira 16 kilometer]. Carilah sesuatu yang tidak bisa dijadikan obat. Bila kau mendapatkannya, galilah dan bawa padaku".

Dengan patuh Jãvaka mengambil sebuah linggis di gudang dan berjalan mengelilingi kota Takkasilà sejauh satu yojana. Dengan cermat dan teliti ia memeriksa segala sesuatu, tanah, batu maupun tumbuh-tumbuhan, kalau-kalau ada yang tidak bisa dijadikan obat seperti yang diminta oleh gurunya. Tentu saja pekerjaan itu bukanlah pekerjaan yang mudah dan memerlukan waktu yang lama serta melelahkan. Akan tetapi, sesudah itu ia kembali menghadap gurunya dengan tangan hampa.

"Guru, saya telah melaksanakan perintah Guru, tapi menurut pengamatan saya, tak ada sesuatu pun yang tak bisa dijadikan obat. Karenanya, saya tak membawa sesuatu pun seperti yang Guru kehendaki."

Guru Disàpàmokkha pun tersenyum lebar. Ia merasa amat berbahagia dan bangga mempunyai murid secerdas dan sepandai Jãvaka.

"Jãvaka muridku, kau kunyatakan lulus dengan sangat memuaskan. Dengan ilmu yang kau punyai ini, hidupmu tak akan kesulitan. Kau bisa hidup di mana pun. Kini, kau boleh meninggalkan tempat ini, mengembara sesuka hatimu."

Lalu, Guru Disàpàmokkha memberinya hanya sedikit bekal bagi perjalanan Jãvaka. Setelah menyatakan terima kasihnya, ia berpamitan pada Guru Disàpàmokkha, dan mengadakan perjalanan menuju kota Ràjagaha. Namun, begitu tiba di kota Sàketa, ia mengetahui perbekalannya telah hampir habis. Padahal perjalanan yang harus ditempuhnya masih amat jauh. Dan di depan sana tak mudah mendapat perbekalan. Maka, dalam perjalanannya, ia bertanya pada penduduk, adakah orang-orang sakit yang memerlukan pengobatan. Dan penduduk menunjukkan ke satu keluarga hartawan yang istrinya sedang sakit. Jãvaka pun pergi ke rumah hartawan itu.

Di kota Sàketa, tinggal keluarga hartawan yang amat kaya. Namun, kebahagiaan keluarga itu pudar karena istri hartawan terjangkiti sakit kepala yang amat sangat dan telah dideritanya selama tujuh tahun. Telah banyak ahli pengobatan dan dukun atau paranormal yang berusaha mengobatinya. Namun, tak seorang pun berhasil. Untuk itu, hartawan itu telah mengeluarkan harta yang tak terhitung jumlahnya.

Setiba di sana, Jãvaka pun berkata pada penjaga pintu rumah keluarga itu.

"Penjaga, katakan pada istri hartawan bahwa seorang dokter telah tiba untuk mengobatinya."

Penjaga pun masuk menghadap istri hartawan.

"Nyonya, seorang dokter telah tiba untuk mengobati Nyonya."

"Bagaimanakah rupa dokter itu, Penjaga?" tanya istri hartawan.

"Seorang anak muda yang tampaknya sedang mengadakan perjalanan, Nyonya," jawab penjaga rumah itu.

Mendengar itu, istri hartawan menjawab:

"Suruhlah ia pergi, Penjaga. Apa yang bisa diperbuat anak muda itu padaku? Sedangkan dokter-dokter tua dan berpengalaman pun tak mampu menyembuhkanku. Aku tak mau membuang-buang uang lagi."

Penjaga keluar menemui Jãvaka Komàrabhacca dan mengatakan apa yang dikatakan induk semangnya. Tapi, Jãvaka berkata pula:

"Katakan pada majikanmu. Ia tak usah membayarku terlebih dahulu. Bila saya berhasil menyembuhkannya, barulah ia boleh membayar saya."

Dan penjaga pun kembali menghadap istri hartawan, mengatakan apa yang dikatakan Jãvaka.

"Bila demikian, suruhlah ia masuk," kata istri hartawan.

Maka, penjaga mengantar Jãvaka menemui istri hartawan di kamarnya. Setelah memeriksa keadaan penderita, ia meminta segenggam keju. Keju itu ia panaskan hingga cair. Jãvaka mengobatinya dengan cara natthu [penderita menghirup dengan hidung] keju cair itu. Keju cair itu keluar melalui mulut istri hartawan. Istri hartawan menyuruh pelayan perempuan untuk menampung keju cair dengan segumpal kapas. Melihat kelakuan istri hartawan itu, Jãvaka merasa heran dan bertanya:

"Untuk apa Anda menampung sisa keju itu, Ibu? Bukankah ia telah kotor?"

"Dokter, saya adalah seorang ibu rumah tangga yang harus tahu cara berhemat, harus tahu barang mana yang bisa dan layak dimanfaatkan. Keju ini masih bisa dipakai sebagai obat gosok pelayan atau pekerja-pekerja saya. Bisa pula untuk menambah minyak lampu penerangan di dapur. Tapi, saya bukanlah orang yang pelit. Dokter jangan khawatir saya tak memberi pembayaran yang layak pada Anda, karena telah menyembuhkan penyakit saya."

Ternyata, setelah diobati dengan cara natthu itu, penyakit istri hartawan yang diderita selama tujuh tahun itu, sembuh seketika. Oleh karena itu, istri hartawan merasa amat bergembira dan amat berterima kasih pada Jãvaka yang telah berhasil menyembuhkan penyakit yang membuatnya amat tersiksa selama tujuh tahun. Ia memberi pembayaran sebanyak 4.000 kahapana pada Jãvaka. Anak laki-lakinya yang mendengar ibunya sembuh dari penyakit, memberi hadiah 4.000 kahapana pada Jãvaka. Menantu perempuannya yang mendengar ibu mertuanya sembuh dari penyakit, memberi hadiah 4.000 kahapana pada Jãvaka. Hartawan, suaminya, juga merasa berbahagia istrinya telah sembuh, memberi hadiah 4.000 kahapana pada Jãvaka. Ditambah pula kereta kuda serta pelayan laki-laki dan pelayan perempuan dihadiahkannya pada Jãvaka. Tak pelak lagi, Jãvaka tiba-tiba menjadi kaya mendadak.

Ia melanjutkan perjalanan ke Ràjagaha, tanpa mengalami kesulitan apa pun. Dan langsung menghadap Pangeran Abhaya, ayah angkatnya di istana.

"Ayahanda Pangeran, saya mohon maaf telah pergi tanpa pamit tujuh tahun yang lalu. Kini, saya telah kembali dan membawa cukup banyak harta."

"Lupakanlah masa lalu. Tapi, Ayah ingin tahu dari mana kau mendapatkan harta sebanyak itu?" tanya Pangeran Abhaya menyambut kedatangan anak angkatnya.

"Saya telah belajar ilmu kedokteran pada Guru Disàpàmokkha di Takkasilà. Dalam perjalanan pulang ini, saya berhasil mengobati istri seorang hartawan dan mendapat pembayaran serta hadiah-hadiah sebanyak ini," jawab Jãvaka.

Pangeran Abhaya tersenyum mendengarnya, bangga atas kepandaian Jãvaka.

"Ayahanda, saya mohon Ayahanda sudi menerima semua harta yang saya bawa ini, sebagai pengganti harta yang dikeluarkan untuk merawat dan membesarkan saya," lanjut Jãvaka.

Pangeran amat terharu mendengar kata-kata Jãvaka itu. Ia tahu, Jãvaka adalah seorang anak yang berbakti.

"Jãvaka, janganlah berkata begitu. Kau adalah anakku. Ayah minta, dengan hartamu itu, bangunlah rumah untukmu di tanah istana ini, agar kita tinggal berdekatan."

"Kalau demikian, baiklah Ayahanda."

Maka, Jãvaka pun membangun rumah yang cukup besar dan indah di tanah istana Pangeran Abhaya yang amat luas itu.

Asal mula Jãvaka menjadi dokter Sang Buddha dan Saïgha

Kala itu Ràja Bimbisàra dari Màgadha, menderita penyakit wasir yang menyebabkan pakaian bawahnya sering basah dengan bercak-bercak darah. Keadaan itu membuat para selir sering menjadikannya sebagai bahan ejekan.

"Lihatlah, Baginda Ràja sedang datang bulan. Suatu saat nanti, Beliau tentu akan melahirkan seorang bayi."

Tentu saja mendengar bisik-bisik ejekan diantara para selir itu, baginda merasa amat malu. Maka, Ràja Bimbisàra memanggil Pangeran Abhaya.

"Anakku, saat ini Ayah menderita penyakit wasir yang memalukan. Para selir berbisik-bisik mengejek, Ayah sedang datang bulan dan sebentar lagi akan melahirkan. Abhaya, carilah seorang dokter yang pandai untuk mengobati Ayah."

"Baiklah Baginda. Anak angkat hamba adalah seorang dokter yang ahli," jawab Pangeran.

Pangeran pun menugasi Jãvaka untuk mengobati Baginda Ràja Bimbisàra. Hanya sekali dioles dengan obat gosok buatan Jãvaka, Ràja Bimbisàra sembuh dari penyakitnya.

Ràja memerintahkan mendandani 500 perempuan dengan perhiasan yang indah-indah, emas, permata, batu-batu mulia serta kain-kain indah yang tak ternilai harganya.

"Jãvaka, semua perlengkapan yang dikenakan oleh 500 orang perempuan itu adalah milikmu. Ambillah sebagai pembayaran pengobatan yang kau lakukan padaku."

"Baginda, hamba tak menghendaki pembayaran dari Baginda. Yang hamba lakukan, hamba anggap sebagai tugas kewajiban seorang rakyat pada ràjanya."

"Kalau demikian, aku minta kau menjadi dokter istana. Sanggupkah kau, Jãvaka?"

"Hamba sanggup, Baginda," jawab Jãvaka.

"Dan karena Sang Buddha serta para bhikkhu juga menjadi tanggunganku, maka Beliau juga menjadi tanggunganmu apabila Beliau sakit," lanjut Ràja Bimbisàra.

Sejak saat itu, bila Sang Buddha sakit, maka Jãvakalah yang merawat. Begitu pula bila ada bhikkhu yang sakit.

Jãvaka melakukan pembedahan kepala

Seorang hartawan di Ràjagaha menderita sakit kepala selama tujuh tahun. Telah banyak dokter-dokter ahli, dukun dan paranormal yang mencoba mengobati penyakit kepala hartawan tersebut, namun, tak satu pun yang berhasil. Mereka angkat tangan dan tak sanggup lagi mengobatinya. Bahkan, beberapa dokter telah meramalkan bahwa hartawan akan menemui ajalnya dalam waktu tak lama lagi.

Penduduk Ràjagaha amat menyayangkan hal ini. Karena hartawan itu adalah seorang yang dermawan dan berbakti pada Ràja Bimbisàra. Maka, para sesepuh penduduk Ràjagaha, bersetuju untuk menghadap Ràja.

" Baginda, hartawan itu adalah seorang yang berbakti pada kerajaan dan amat dermawan pada penduduk negeri ini. Namun, para dokter meramalkan, penyakitnya tak akan bisa disembuhkan. Hartawan itu akan meninggal dalam beberapa hari lagi. Kami mohon Baginda menitahkan Dokter Jãvaka untuk mengobatinya."

Baginda pun menitahkan Jãvaka untuk mengobati hartawan itu.

"Jãvaka, pergilah ke rumah hartawan itu, dan obatilah dia."

"Baiklah Baginda."

Jãvaka menemui hartawan yang sedang berbaring di tempat tidur dan memeriksanya dengan teliti.

"Hartawan, bila saya berhasil menyembuhkan Anda, apakah yang akan Anda berikan pada saya sebagai pembayaran?" tanya Jãvaka setelah mengetahui penyakit hartawan.

"Dokter, bila Anda bisa menyembuhkan penyakit yang telah menyiksa saya selama tujuh tahun ini, semua harta milik saya akan menjadi milik Anda. Bahkan, diri saya pun akan saya berikan pada Anda. Saya rela jadi pelayan Anda," jawab hartawan bersungguh-sungguh.

"Hartawan, sanggupkah Anda berbaring di satu sisi selama tujuh bulan?" tanya Jãvaka kemudian.

"Saya mungkin bisa berbaring di satu sisi selama tujuh bulan, Dokter," jawab hartawan.

"Sanggupkah Anda berbaring di satu sisi yang lain selama tujuh bulan?"

"Saya sanggup berbaring di satu sisi yang lain selama tujuh bulan."

"Sanggupkah Anda berbaring telentang selama tujuh bulan?"

"Sanggup, Dokter."

"Baiklah, Hartawan. Saya akan mulai mengobati Anda."

Dengan keahliannya, Jãvaka mampu melakukan pembedahan kepala terhadap hartawan dan mengeluarkan penyakit yang membuat hartawan menderita. Setelah menjahit luka bedah di kepala hartawan, Jãvaka membaringkannya ke satu sisi.

Seminggu telah berlalu, hartawan mengeluh dan berkata pada Jãvaka:

"Dokter, saya tak akan mampu berbaring di satu sisi begini terus menerus selama tujuh bulan."

"Tapi, Anda telah berkata bahwa Anda mampu."

"Benar, Dokter, tapi rasanya saya akan mati bila terus begini," keluh hartawan lagi.

"Baiklah, Hartawan. Anda memang tak perlu berbaring begitu selama tujuh bulan. Tapi, bila saya tak meminta janji Anda, Anda pun tak akan mampu berbaring di satu sisi selama seminggu. Saya tahu penyakit Anda akan sembuh dalam waktu seminggu. Bangkitlah, Hartawan. Anda telah sembuh dengan sempurna," kata Jãvaka. " Dan tentu saja Anda harus ingat tentang pembayaran bagi saya," lanjut Jãvaka.

"Dokter, seperti yang telah saya janjikan dulu, ambillah semua harta milik saya dan saya pun rela menjadi pelayan Anda."

Tapi, Jãvaka menjawab:

"Tak perlu Anda membayar saya begitu banyak, dan Anda pun tak perlu menjadi pelayan saya. Saya harap, bayarlah pada ràja sebanyak 100.000 kahapana dan pada saya sebanyak 100.000 kahapana. Itu sudah cukup."

Hartawan menyadari, ternyata Jãvaka bukanlah orang yang serakah, melainkan mempunyai jiwa yang besar, penuh welas asih dan berbakti.

Melakukan pembedahan perut

Seorang atlit akrobat, anak seorang hartawan Bàràõasã, menderita penyakit lambung yang menyebabkan pencernaannya tak bekerja sebagaimana mestinya. Makanan dan minuman yang dikonsumsinya tak tercerna dengan baik. Badannya menjadi kurus, pucat kekuningan.

Orang tuanya sangat sedih melihat keadaan anaknya itu. Ia mendengar keahlian dokter Jãvaka, dokter kerajaan Màgadha. Ia tahu Ràja Bimbisàra adalah seorang ràja yang welas asih dan selalu memperhatikan rakyatnya. Maka, ia pun menghadap ràja, mohon agar dokter istana itu mengobati anaknya.

"Baiklah, saya akan menyuruh Jãvaka untuk mengobati anakmu."

Alangkah gembiranya hartawan dari Bàràõasi mendengar itu. Ia pulang ke Bàràõasi dengan membawa serta dokter istana keràjaan Màgadha.

Setelah memeriksa gejala penyakit si penderita, Jãvaka menyimpulkan, terdapat daging tumbuh di dalam usus pemuda itu. Ia melakukan pembedahan terhadap perut penderita dan memotong daging tumbuh yang menyebabkan penyakit pada pemuda itu. Setelah itu, ia pun menjahit kembali luka bedah dan mengobatinya dengan baik.

Tak lama kemudian, atlit akrobat itu sembuh seperti sedia kala. Untuk itu, Jãvaka menerima 16.000 kahapana dari hartawan Bàràõasi.]

Kisah Vasavattimaradhiraja -- maharaja dari para dewa Mara

Vasavattimaradhiraja
Dipetik dari buku berbahasa Thai berjudul Lokadipani tulisan Phra
Dhammadhirajamahamuni, dituturkan kembali secara bebas Oleh : Hananto,
www.sammaditthi.org
 diedit seperlunya oleh sawfa untuk milis atas ijin redaksi
sammaditthi.
---------------------

Vasavattimaradhiraja yang sekarang menjadi maharaja dari para dewa
Mara yang bertinggal di Sorga Paranimmitavasavatti adalah seorang
Bodhisatta yang sedang menyempurnakan paramathaparami untuk mencapai
Kebuddhaan di masa mendatang. Usaha itu telah dimulainya dalam
hitungan asankheyya.

Semasa Sammasambuddha Kassapa muncul di dunia, Maradhiraja terlahir
sebagai seorang manusia yang bernama Bodhi. Dia bekerja sebagai
Senapati utama dan terpercaya dari Maharaja King-kissa. Karenanya, dia
juga dipanggil Bodhisenapati.

Pada suatu hari, Maharaja Kingkissa - yang mempunyai saddha terhadap
Buddhasasana - mendengar bahwa Sang Buddha Kassapa sedang masuk ke
dalam Nirodhasamapatti yang penuh kebahagiaan selama tujuh hari, di
bawah naungan pohon beringin yang amat besar. Mendekati saat keluarnya
Sang Buddha dari Nirodhasamapatti, Maharaja berpikir : 'Sang Buddha
akan segera mengakhiri samadhi-Nya. Barang siapa mempersembahkan dana
pada saat itu, akan mendapat berkah yang besarnya tak terhingga,
apapun keinginannya akan tercapai. Saya tak akan menyia-nyiakan saat
yang baik ini.' Lalu mengeluarkan perintah dan pengumuman pada
rakyatnya.

'Barang siapa mendahului Maharaja mempersembahkan dana pada Sang
Buddha sesaat beliau mengakhiri samadhi-Nya, saya akan menghukum
pancung orang itu.'

Untuk itu Maharaja memerintahkan prajurit-prajuritnya untuk menjaga
sekeliling pohon beringin dimana Sang Buddha sedang melakukan samadhi.

Bila ada orang yang datang hendak mempersembahkan dana,
diperintahkannya untuk ditangkap. Bodhisenapati tahu akan pengumuman
itu. Namun, dia - yang mempunyai saddha yang amat kuat dan bijaksana -
tetap mempunyai keinginan untuk mempersembahkan dana kepada Sang
Buddha sesaat Beliau mengakhiri samadhi-Nya. Dia berpikir bahwa berkah
yang didapat amatlah besar. Dia tak akan menyesal walau harus mati
karenanya.

Pada keesokan harinya, di saat Sang Buddha akan mengakhiri samadhi,
Bodhisenapati bersama istrinya, menyiapkan makanan persembahan dan
pergi menemui Sang Buddha.

Demi melihat Bodhisenapati beserta istrinya, para prajurit penjaga
bertanya : 'Wahai Tuan Senapati, kenapa Tuan melanggar perintah
Maharaja. Bukankah Tuan tahu bahwa Maharaja melarang siapapun
mempersembahkan dana kepada Sang Buddha? Maharaja sendirilah yang akan
mempersembahkan. Atau mungkin Tuan akan pergi ke tempat lain?'

Mendengar itu Bodhisenapati berpikir : 'Kalau seandainya saya
berbohong kepada mereka, atau menasehati Maharaja untuk mengundang
Sang Buddha ke istana, tentu mereka akan percaya dan mengikuti nasehat
saya. Tapi, saya tak ingin melakukannya. Sebab, dengan berbohong,
berkah yang saya dapat tak akan sesuai dengan harapan. Jadi, sebaiknya
saya berkata dengan sesungguhnya, walau harus mati karenanya.'

Maka, iapun menjawab : 'Ya, kami akan mempersembahkan dana makanan
pada Sang Buddha.'

Para prajurit itu pun segera menangkap Bodhisenapati dan istrinya. Dan
dibawa menghadap Maharaja untuk diadili. Maharaja amat Marah karena
dikhianati panglima perangnya dan menjatuhi hukuman pancung terhadap
Bodhisenapati dan istrinya.

Kassapa Sammasambuddha tahu semua apa yang terjadi. Dengan mata
Kebuddhaan-Nya, Beliau tahu siapa Bodhisenapati. Beliau menaruh metta
padanya.

Beliau segera menciptakan bayangan sendiri untuk tetap tinggal di
tempat semula, dan beliau sendiri pergi menemui Bodhisenapati yang
sedang menanti dilaksanakannya hukuman pancung terhadapnya. Karena
kesaktian-Nya, tak seorang pun bisa melihat kedatangan Beliau selain
Bodhisenapati dan istri. Lalu berkata : 'Wahai Bodhisenapati, tetaplah
tenang. Tetap pertahankan saddhamu. Jangan menyesali kehidupan ini.
Segera persembahkan dana makanan yang telah kau persiapkan dengan
keyakinan yang penuh terhadap Tathagata.'

Demi mendengar itu, keyakinan Bodhisenapati semakin mantap. Dengan
saddha dan piti yang telah memenuhi batinnya, dipersembahkannya dana
mereka pada Sang Buddha serta mengucapkan panidhana :

'Sang Buddha sebagai guru dan pelindung bagi semua makhluk. Saya telah
rela menerima kematian demi mempersembahkan dana makanan ini pada Sang
Buddha. Semoga dana persembahan ini menjadi penyebab bagi keinginan
saya untuk mencapai pencerahan sebagai Sammasambuddha di masa yang
akan datang.'

Sambil mengelus kepala Bodhisenapati, Sang Buddha Kassapa berkata :

'Apa yang kau harapkan akan tercapai. Wahai Bodhisenapati, yakinlah,
dimasa yang akan datang kau akan mencapai pencerahan sebagai seorang
Sammasambuddha.'

***********

Setelah dalam waktu yang amat lama mengikuti daur kehidupan dan
kematian dalam vattasamsara ini, Bodhisenapati terlahir sebagai dewa
Mara, menguasai Sorga Paranimitavasavatti. Dan sempat bertemu dengan
Sang Buddha Gotama, yang sebenarnya merupakan kesempatan yang amat
baik untuk berbuat kebajikan dan belajar Dhamma pada Buddha Gotama.
Namun, kesempatan yang amat baik itu sama sekali tidak
dimanfaatkannya. Bahkan, sebaliknya, ia selalu menghambat, menghalang
dan mengganggu Sang Buddha; sejak awal usaha untuk mencapai
Kebuddhaan, hingga menjelang akhir dari kehidupan Sang Buddha. Sebagai
dewa puthujana yang amat sakti namun dikuasai oleh kilesa, dengan
sombongnya ia menguji dan menghalangi kegiatan Sang Buddha Gotama yang
penuh metta. Namun, segala perbuatan jeleknya itu tak (sampai) bisa
digolongkan sebagai garuka kamma yang menyebabkan seseorang terjerumus
ke dalam neraka Avici, seperti Bhikkhu Devadatta yang telah melukai
Sang Buddha dan memecah belah Sangha.

Kiranya, perbuatannya itu bisa diibaratkan sebagai seorang anak nakal
atau durhaka yang selalu tak menyetujui dan melawan orang tuanya. Dan
ternyata, Sang Buddha pun tak pernah meramalkan sesuatu yang jelek
pada dewa Mara seperti kepada bhikkhu Devadatta.

Rupanya, kenakalan dewa Mara muncul kembali manakala ia tahu ada
seseorang yang berusaha melestarikan dan mengembangkan Dhamma secara
murni.

Itu terbukti saat Asoka Maharaja akan mengadakan peresmian dan
perayaan atas terselesaikannya pemugaran candi-candi Buddha di India,
kurang lebih 200 tahun setelah Sang Buddha parinibbana. Ia berusaha
mengganggu dan menggagalkan perhelatan besar itu. Namun, kenakalannya
itu bisa diredam oleh Upagupta Thera, yang membuat dewa Mara jera dan
menyesal. Kembali mengucapkan adhitthana untuk menjadi Sammasambuddha.

*********

Menjelang diadakannya perhelatan peresmian dan perayaan atas
berhasilnya pemugaran candi-candi Buddha dan pelestarian Buddhasasana
yang diprakarsai oleh Asoka Maharaja, para bhikkhu Arahat dan
menguasai Abhinna, berkumpul diketuai oleh Moggalliputta Tissa Thera.
Mereka membicarakan tentang maksud dewa Mara yang akan datang
mengganggu dan menghalangi terlaksananya perhelatan tersebut. Walaupun
para bhikkhu itu telah mencapai Kearahatan dan menguasai Abhinna,
namun mereka merasa tak seorang pun mampu mengalahkan kesaktian dewa
Mara. Mereka mengetahui dengan mata dewa mereka, hanya seorang bhikkhu
yang mampu mengatasi dewa Mara. Dia adalah Kisanaga Upaguta Thera juga
disebut Upagupta Thera ) yang saat itu berdiam di dasar samudera
Hindia.

Sang Buddha pernah meramalkan bahwa di masa yang akan datang akan
muncul seorang bhikkhu bernama Upagupta yang akan meredam kejahatan
dewa Mara dengan kesaktiannya yang membuat Mara sadar akan
kesalahannya.

Upagupta Thera adalah seorang bhikkhu yang amat sederhana dan lebih
suka tinggal sendiri di tempat-tempat yang hening. Tak suka berkumpul
beramai-ramai. Dia suka mengembara di hutan-hutan, juga di samudera.
Bila tinggal di dasar laut, ia akan menciptakan kuti dari kaca, dan
tinggal sendiri dengan tenang dalam jhana samapatti berlama-lama.
Tanpa makan dan minum. Hingga badannya amat kurus. Karenanya, ia
dinamakan bhikkhu Kisanaga Upagupta.

Pasamuan Sangha memutuskan mengirim dua orang bhikkhu mengundang
bhikkhu Upagupta untuk mengatasi gangguan dewa Mara.

Maka dalam sekejap, dua bhikkhu sakti itu telah tiba dihadapan bhikkhu
Upagupta. Setelah saling tegur dengan Dhamma patisanthara, bhikkhu
utusan itu berkata:

'Avuso Upagupta, kami diutus oleh Pasamuan bhikkhu mengundang Anda
untuk ikut membantu terlaksananya perhelatan kita. Kami dengar Mara
akan datang menggagalkan maksud kami. Sangha menugaskan Anda untuk
mengatasi Mara. Kami harap Anda tak menolak tugas ini.'

Bhikkhu Upagupta pun menjawab :

'Baiklah Avuso, saya menyanggupi tugas ini. Sekarang silakan Avuso
pergi lebih dulu. Saya segera akan menyusul.'

Maka, menghilanglah kedua bhikkhu itu dari hadapan Upagupta Thera dan
muncul kembali di tengah-tengah Pesamuan para bhikkhu. Tapi, apa yang
mereka lihat? Ternyata bhikkhu Upagupta telah tiba lebih dulu. Duduk
dengan tenangnya di hadapan Moggalliputta Tissa Thera.

Keesokan harinya, bhikkhu Upagupta pergi pindapata, menerima dana
makanan dari para upasaka-upasika. Kala itu Asoka Maharaja melihat
bhikkhu Upagupta yang bertubuh amat kurus, merasa ragu-ragu : 'Dewa
Mara terkenal amat sakti. Mungkinkah orang sekurus bhikkhu Upagupta
itu mampu mengalahkan kesaktian dewa Mara?' Untuk meyakinkan dirinya,
ia ingin menguji kemampuan bhikkhu kurus itu. Maka, dengan segera ia
memanggil pengawalnya dan memerintahkan membuat mabuk seekor gajah
istana yang besar dan dilepas menghadang perjalanan bhikkhu Upagupta.

Sang gajah dengan liar dan ganasnya segera menyerang bhikkhu Upagupta.

Melihat itu, Upagupta Thera segera masuk ke dalam metta jhana dan
mengirimkan getaran metta ( cinta kasih ) pada gajah yang sedang mabuk
itu, membuat sang gajah tersadar dari keadaan mabuknya. Kembali
menjadi gajah istana yang perkasa tapi jinak dan manis. Dengan
lembutnya, ia menekuk kaki depannya dan bernamakkara di hadapan
Upagupta Thera. Upagupta Thera mengelus kepala si gajah lalu dengan
tenang meneruskan perjalanan.

Perhelatan yang konon dilaksanakan selama tujuh tahun, tujuh bulan dan
tujuh hari itu dibuka langsung oleh Maharaja Asoka dengan hati yang
tenang karena ia yakin pada kemampuan bhikkhu Upagupta.

Perayaan itu dibuat amat meriah dan mewah. Lampu-lampu hias dan
penerangan amatlah indah dan cemerlang. Terutama lilin-lilin,
bunga-bunga serta dupa pemujaan di altar Sang Buddha ditata begitu
indahnya. Sabda-sabda Sang Buddha dilantunkan kembali oleh para
bhikkhu dengan suara yang teratur dan merdu. Suasana benar-benar
sakral dan menyejukkan hati. Rakyatpun amat bersuka hati dengan
diadakan keramaian itu. Raja yang dermawan dan bijaksana itu berhasil
merebut hati rakyatnya dengan penerapan Dhamma yang benar.

----------
(Pengabdian Asoka Maharaja terhadap Buddhasasana bukan hanya pemugaran
candi-candi Buddha di India. Namun, juga mendukung diadakannya
Sangayana yang ketiga. Mendukung pengiriman para Dhammaduta ke luar
negeri. Yang terkenal diantaranya yaitu, putra-putrinya sendiri,
Mahinda Thera dan Sanghamitta Theri yang dikirim ke Sri Langka.
Mahinda Thera mengadakan Sangayana disana. Sementara Sanghamitta Theri
mendirikan Sangha Bhikkhuni. Dan, Dhammaduta yang diketuai oleh Sona
Thera dan Uttara Thera yang menyebarkan Dhamma ke Burma, Thailand dan
sekitarnya, sempat mampir ke pulau Jawa sejenak. Namun, karena
perjalanan ke tenggara itu amat berat, tak seorang bhikkhuni pun
menyertai sebagai Dhammaduta sehingga tidak terdapat Sangha Bhikkhuni
di tempat yang dikunjungi Sona Thera dan Uttara Thera).
--------------

Namun, perhelatan yang memang telah direncanakan amat meriah dan
menarik itu, ternyata masih ditambah dengan suatu pertunjukan seru dan
mengerikan yang tak diduga sebelumnya. Membuat suasana semakin meriah.
Itu disebabkan oleh ulah dewa Mara yang merasa tak senang atas
berhasilnya pemugaran candi-candi Buddha dan kini sedang dirayakan.
Hatinya merasa gatal melihat kejayaan Buddhasasana.

Dengan segera ia turun dari Sorga Paranimitavasavatti dan menciptakan
badai, angin puyuh yang dahsyat menyapu segala perlengkapan perhelatan
yang telah diatur sedemikian indah. Melihat itu, Upagupta Thera segera
masuk jhana dan ber-adhitthana menghentikan badai dahsyat itu dan
mengembalikan segala sesuatu yang telah porak poranda ke tempatnya
semula. Dewa Mara terkejut dan merasa terhina demi melihat lawannya
hanyalah seorang bhikkhu yang bertubuh amat kurus dan jangkung. Dia
merubah diri menjadi seekor kerbau hutan yang amat besar dan ganas.
Mengamuk dan merusak barang-barang di sekitarnya. Lalu berlari
menubruk hendak melumat tubuh bhikkhu Upagupta.

Sang Thera mengubah diri menjadi seekor harimau yang jauh lebih besar
dari kerbau hutan itu. Langsung menerkam dan menangkap si kerbau,
membuat si kerbau menguak dan meraung kesakitan. Harimau besar tidak
juga melepaskan kerbau yang telah tak berdaya itu, membuat Mara
semakin marah dan mengubah diri menjadi seekor naga. Meronta,
membebaskan diri dan menyemburkan api beracun menyerang harimau besar.
Dengan cepat harimau itu mengubah diri menjadi seekor garuda yang amat
besar. Menyambut serangan nagaraja dengan paruhnya yang menganga
lebar.

Maka, berlagalah kedua makhluk dahsyat itu dengan serunya. Segala
jurus dan usaha dari nagaraja untuk membelit dan menundukkan raja
garuda selalu gagal. Dengan lincah dan ligatnya garuda menghindar dan
membalas serangan sang naga. Api berbisa yang berkobar-kobar pun
seolah-olah bagaikan angin sepoi-sepoi dirasakan garuda.

Akhirnya, sang garuda berhasil menangkap leher naga dengan paruhnya.
Diterkamnya tubuh sang naga dengan cakarnya yang besar dan tajam serta
dibawa terbang ke udara. Dalam keadaan yang tak berdaya, badan sang
naga terombang-ambing di udara lalu dihempaskan kembali ke bumi. Mara
semakin gusar dengan kekalahan yang membawa siksa ini.

Ia segera mengubah diri menjadi raksasa yang amat besar dengan taring
yang mengerikan. Tangan kanannya menggenggam gada pemukul sebesar
pohon kelapa. Meraung-raung menyerang garuda. Namun, garuda pun segera
berubah menjadi raksasa pula. Badannya lebih besar dan kedua tangannya
memegang gada pemukul pula. Menyambut serangan raksasa Mara. Saling
serang, saling mengelak. Bumi pun berdentam-dentam akibat hempasan
kaki kedua raksasa. Pukulan-pukulan raksasa Mara sering tidak mengenai
sasaran bahkan kalau mengena pun seolah tak dirasa oleh raksasa
ciptaan Sang Thera. Namun, pukulan raksasa ciptaan Sang Thera terasa
amat menyakitkan di tubuh maupun hati raksasa Mara. Tubuhnya terasa
remuk redam dan hatinya pun merasa amat sakit dan pilu menerima setiap
pukulan yang mengena.

Dewa Mara teringat saat bersama pasukannya menyerang Sang Buddha.
Semua senjata yang dilontarkan menyerang tubuh Buddha Gotama berubah
menjadi rangkaian besar bunga yang indah memayungi Sang Buddha.
Pasukannya mundur tersapu badai. Sang Buddha membalas
serangan-serangan dahsyat Mara dengan metta. Beliau sama sekali tidak
membalas serangan dengan siksaan seperti yang diterimanya sekarang.
Bhikkhu Upagupta - murid Sang Buddha itu - telah membuatnya
benar-benar tak berdaya dan tersiksa. Tubuhnya kembali menjadi dewa
Mara, terpuruk lemas di hadapan Sang Thera yang berdiri dengan
tenangnya.

Sebenarnya, ia ingin mengerang dan merintih karena rasa sakit di
sekujur tubuhnya. Namun, perasaan angkuh yang masih menguasai dirinya
membuatnya bungkam seribu basa. Rupanya, penderitaan yang dialaminya
itu belum mampu menghancurkan kesombongan dan keangkuhan yang selama
ini menjadi kebanggaannya. Dengan pasrah ia menunggu apa yang akan
terjadi selanjutnya pada dirinya, karena memang tak mampu berbuat
selain dari itu.

Dengan kesaktiannya, Upagupta Thera menciptakan bangkai anjing yang
telah berbau sangat busuk dan berulat. Lalu dikalung-kan pada leher
dewa Mara serta ber-adhitthana : 'Tak seorang pun, dewa bahkan brahma
yang mampu melepas bangkai anjing ini dari lehermu.'

Dewa Mara pun amat terkejut mendengarnya. Kesombongan dan keangkuhan
kembali mengendalikan batinnya. Dengan marahnya ia terbang mencari
pertolongan pada dewa Catumaharajika. Namun, dewa-dewa Catumaharajika
hanya bisa menjawab :

'Tuanku, Tuan saja yang lebih sakti dari kami tak mampu melepasnya.
Apalagi kami.'

Begitupun ketika minta pertolongan pada dewa-dewa yang lebih tinggi
dari dewa-dewa Catumaharajika, seperti Yamadhiraja dan lain-lain.
Mereka menjawab :

'Tuanku, Tuan saja yang lebih sakti dari kami tak mampu melepasnya.
Apalagi kami.'

Mendengar jawaban itu, ia tak segera putus asa. Ia terbang menemui
dewa Brahma bahkan Maha Brahma untuk minta pertolongan melepas bangkai
anjing yang menjijikkan itu dari lehernya.

'Wahai Maha Brahma yang sakti dan baik hati, tolong lepaskan bangkai
anjing ini dari leher saya. Bangkai anjing ini semakin lama semakin
busuk saja.'

'Sayang sekali, dewa Mara. Bukannya kami tak mau menolong Anda. Tapi,
sebenarnyalah, tak seorang pun dewa atau Brahma di tiga alam ini yang
mampu melepas bangkai yang menghiasi leher Anda itu. Hanya ada satu
orang yang mampu melakukannya.'

'Katakanlah Tuan, siapa yang mampu melakukannya?' tanya dewa Mara
penuh harap. Tapi, jawaban Maha Brahma membuatnya berkecil hati
kembali.

'Dia adalah Upagupta Thera, Buddhasavaka yang telah mencapai
Kearahatan dan mempunyai Chalabhinna.'

'Murid Gotama itu telah menyiksaku. Tolong nasehatkan padaku, apakah
aku harus merengek-rengek padanya? Maha Brahma, saya merasa keberatan
berhadapan muka dengannya. Hendak ditaruh dimanakah muka saya ini?'

'Wahai dewa Mara. Kami nasehatkan, kembalilah padanya. Sang Thera
adalah seorang yang penuh metta seperti Buddha Gotama gurunya. Atau
Anda menunggu hingga Sang Thera Parinibbana? Lalu, siapa pula yang
mampu melepas bangkai itu dari leher Anda? Apakah Anda menghendaki
perhiasan itu selama hidup Anda?'

Maka, dewa Mara pun berpikir : 'Baiklah! Kalau memang hanya bhikkhu
itu yang mampu melepaskannya, aku akan pergi padanya. Bila telah
terbebas dari bangkai menjijikkan ini, aku akan pergi dan tak ingin
melihat mukanya lagi.'

Setelah berpamitan, maka ia kembali ke dunia menemui bhikkhu Upagupta.

Bhikkhu Upagupta duduk samadhi di kaki gunung Himalaya, seolah sedang
menunggu kedatangan dewa Mara. Dewa Mara duduk di hadapan Sang Thera,
menunggu dengan tertibnya.

'Dewa yang baik, kau telah kembali rupanya. Kemana saja selama ini?'
tegur Sang Thera. Mendengar pertanyaan ini, makin guguplah ia, seperti
seorang anak nakal yang ditegur ayahnya.

'Bhante, lepaskanlah bangkai ini dari leher saya.' Hanya itu yang
diucapkannya. Sang Thera pun tahu bahwa dewa sakti itu masih tetap
dikuasai kesombongan dan keangkuhan.

Bhikkhu Upagupta berdiri. Melolos ikat pinggangnya serta
melemparkannya pada dewa Mara. Ikat pinggang itu memanjang di udara,
jatuh tepat di tubuh dewa Màra, membelit, mengikat tubuh dewa Mara.
Tubuh yang telah terikat erat dan tak bisa berkutik itu dijinjing oleh
Sang Thera, dibawa terbang menuju puncak gunung Himalaya.

'Lebih baik kau beristirahat di sini selama perhelatan yang diadakan
Asoka Maharaja berlangsung. Dengan begini, kau tak bisa
mengganggunya,' kata bhikkhu Upagupta sambil mengikat tubuh dewa Mara
pada puncak Himalaya. Dan Sang Thera pun beradhitthana : 'Tak seorang
pun, dewa bahkan Brahma yang akan mampu melepaskanmu.' Dan
ditinggalnya Mara terikat sendirian di atas sana selama tujuh tahun,
tujuh bulan dan tujuh hari. Alangkah menderitanya dewa malang itu. Ia
hanya bisa mengerang, mengeluh dan meronta tanpa bisa melepaskan diri.

*******

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan pun berganti tahun.
Akhirnya, tiba pula saatnya perayaan meriah itu paripurna. Bhikkhu
Upagupta pergi ke tempat dewa Mara terikat sedang merenungi dan
meratapi nasibnya tanpa bisa dilihat oleh dewa Mara. Sang Thera
sengaja tak menampakkan diri agar bisa tahu apakah dewa Mara telah
jera atau belum.

Mara yang tahu bahwa hari itu adalah hari berakhirnya perhelatan
besar, yang berarti akan terbebaskannya dirinya dari derita setelah
tujuh tahun lebih harus berkalungkan bangkai anjing busuk dan badan
terikat erat tak bisa beranjak kemana pun.

Baru kali ini dia punya kesempatan merenungkan semua tindakan dan
tingkah laku yang salah di masa lalu. Dalam keadaan tak berdaya,
batinnya bisa berpikir dengan jernih. Bukan dia yang terhebat di dunia
ini!

Dia teringat, karena pikiran usilnya, mengganggu Buddha Gotama yang
tak pernah berbuat salah padanya, dengan segala macam cara.
Sammasambuddha Gotama yang telah mencapai kesucian tertinggi, terbebas
dari nafsu, dia umpan dengan anak-anak gadisnya yang cantik
menggairahkan.

Sammasambuddha Gotama yang menguasai segala kesaktian, dia serang
dengan kekuatan penuh, dengan pasukan dan senjata lengkap. Sang Buddha
mengalahkannya tanpa menyakitinya, tanpa menyiksanya. Keusilannya
belum cukup sampai di situ. Kemudian, ia meminta Buddha Gotama untuk
segera memasuki Parinibbana. Begitupun ketika Buddhasasana, karya Sang
Buddha berjaya, iapun merasa tak senang. Sang Buddha tak pernah
mempunyai urusan dengannya. Buddhasasana pun tak pernah
menyusahkannya. Tapi, kenapa pula ia mencari perkara terhadap orang
yang tak bersalah. Kenapa pula ia usil terhadap orang yang tak pernah
mengusilinya.

Dan kini, karena ulahnya itu, ia terkena batunya. Ia harus tersiksa
karenanya. Murid Buddha Gotama yang muncul dua ratus tahun setelah
Sang Buddha Parinibbana itu telah memberinya pelajaran yang amat
berharga, walau terasa amat pahit. Membuat mata hatinya terbuka lebar.
Membuatnya sadar, betapa jahatnya dirinya, betapa usilnya dirinya,
betapa bodohnya dirinya.

Mengingat itu semua, dia merasa amat malu pada dunia. Dia merasa amat
malu pada Buddha Gotama. Dia merasa amat malu pada bhikkhu Upagupta.
Dan lebih dari itu semua, ia merasa amat malu pada diri sendiri. Dia
menyesali diri sendiri yang telah buta terhadap kebaikan. Mengabaikan
kesempatan yang amat langka.

Akhirnya, ia merasa amat marah terhadap dirinya sendiri. Giginya
mengatup, menggeretak. Dengan geram ia meronta. Dihentakkannya kakinya
beberapa kali ke tanah. Bumi pun berguncang. Salju pun pecah
bertebaran, berserakan menggelinding ke bawah mengikuti aliran sungai
Gangga.

Setelah melampiaskan kemarahan yang mengganjal di dada, Dewa Mara
merasa lilih, tenang. Pikirannya menjadi semakin jernih.

'Alangkah beruntungnya aku bertemu dengan bhikkhu Upagupta yang mampu
menyadarkan diriku. Apa yang terjadi bila tak seorang pun mampu
mengajarku. Tentu aku akan tetap tersesat pada kejahatan. Tapi, akan
lebih baik lagi bila aku mampu mencapai pencerahan sebagai
Sammasambuddha yang penuh welas asih, sebagai pelindung dan guru dari
semua makhluk' pikirnya.

Maka, di kesunyian puncak Himalaya yang amat dingin dan penuh salju,
dengan lantangnya dewa Mara, penguasa sorga Paranimmitavasavatti itu,
ber-adhitthana : 'Wahai alam semesta dan seisinya, saksikanlah, aku,
Maradhiraja penguasa sorga Paranimmittavasavatti, sejak saat ini,
menyatakan diri berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha, bertekad
akan berusaha menyempurnakan parami untuk mencapai penerangan sempurna
sebagai Sammasambuddha, pelindung dan guru bagi semua makhluk.'
Sesudah menguncarkan adhitthana itu, batinnya dipenuhi oleh ketenangan
dan kebahagiaan. Ketenangan dan kebahagiaan yang belum pernah
dirasakan sebelumnya.

Tiba-tiba, muncullah Upagupta Thera di hadapannya. Dengan malu-malu
dewa Mara menegur Sang Thera : 'Bhante, berarti sejak tadi Bhante
telah berada di sekitar tempat ini.'

'Benar, dewa yang baik. Saya tahu apa yang Anda perbuat dan mendengar
apa yang Anda katakan. Maka dari itu, ijinkan saya menyampaikan hormat
saya pada Anda, seorang Bodhisatta.'

'Tapi, Bhante dengan begitu kejamnya telah menyiksa saya. Saya tak
ingin menjadi seorang Arahat seperti Bhante, karena saya tak ingin ada
orang tersiksa seperti saya. Saya ingin menjadi Sammasambuddha yang
penuh welas asih.'

Dengan tersenyum geli, Upagupta Thera berkata :

'Dewa yang baik, janganlah Anda mendendam pada saya. Karena kamma kita
di masa lampau, kita berdua harus sering bertemu dan saling menyakiti.
Tapi, dalam kehidupan ini, sayalah yang menang dan berhasil
mengingatkan Anda kembali ke jalan yang benar. Itu tugas akhir saya
terhadap Anda. Bukankah kita tak akan bertemu lagi pada kehidupan yang
akan datang? Karenanya, harap Anda memaafkan saya bila Anda merasa
tersiksa karenanya. Jadi, bukan karena saya tak mempunyai welas asih.
Tapi, semata-mata karena kewajiban yang harus saya lakukan.'

'Bhante benar. Tak ada lagi hutang piutang diantara kita. Saya merasa
amat berterima kasih pada Bhante yang telah menolong saya untuk
kembali ke jalan yang benar. Dan Bhante ..., telah terlalu lama saya
menderita begini. Tolong bebaskanlah saya sekarang. Saya telah rindu
pada kebahagiaan sorgawi di istana saya' pintanya.

Bhikkhu Upagupta memejamkam mata sejenak, sambil mengatupkan kedua
telapak tangan di dada. Maka, terurailah ikat pinggang yang membelit
tubuh dewa Mara, melayang di udara, menjadi pendek seperti semula dan
jatuh tepat di tangan Sang Thera. Bangkai anjing di leher Mara pun
lenyap seketika.

Dewa Mara menarik napas dengan lega. Dia merasa amat kagum pada
kesaktian Sang Thera, murid Sang Buddha. Kalau muridnya saja begitu
sakti, bagaimana pula dengan Sang Buddha. 'Sebelum Anda kembali ke
tempat Anda, bolehkah saya meminta sesuatu pada Anda?' tanya Upagupta
Thera setelah membebaskan dewa Mara.

'Tentu, Bhante. Apakah yang harus saya perbuat untuk Bhante?'

'Wahai dewa Mara. Dalam satu hal, saya merasa kurang beruntung. Saya
dilahirkan jauh sesudah Sang Tathagata parinibbana. Karenanya, saya
tak pernah bertemu dan melihat langsung bagaimanakah rupa dari Guru
saya tersebut. Dalam hal ini Anda lebih beruntung dari pada saya. Anda
pernah bertemu dan melihat langsung Sang Buddha. Saya harap Anda mau
mengubah diri Anda menjadi Sang Buddha agar saya dapat melihat
bagaimanakah Guru saya itu. Itulah permintaan saya.'

'Baiklah, Bhante. Tapi, dengan satu syarat yang harus Bhante penuhi.
Bila saya telah mengubah diri menjadi Sang Buddha, janganlah Bhante
namakkara pada saya. Saya tak sanggup lagi menerima buah kamma buruk
karenanya,' kata Mara penuh kekhawatiran.

'Baiklah,' jawab Sang Thera.

Maka, Mara mengubah diri menjadi Buddha Gotama, lengkap dengan
Mahapurisalakkhana (tiga puluh dua ciri-ciri Kebuddhaan). Berjalan
dengan anggunnya diiringi oleh Asitimahasavaka (delapan puluh
murid-murid utama).

Setelah cukup lama memperhatikan dengan seksama, dengan penuh hormat,
Upagupta Thera melakukan namakkara di hadapan Sang Buddha.

Dengan segera lenyaplah pemandangan Sang Buddha beserta
murid-muridnya, berganti dengan dewa Mara yang sedang berdiri dengan
muka cemberut memandang Sang Thera.

'Mengapa Bhante mengingkari janji? Mengapa Bhante namakkara pada saya?
Lalu, buah kamma apa lagi yang akan saya terima karenanya? Dulu saya
telah banyak berbuat jahat pada Sang Buddha. Dan saya harus tersiksa
dengan badan terikat di puncak Himalaya ini,' kata Mara dengan penuh
kecemasan.

'Janganlah anda cemas. Saya tak mengingkari janji. Bhikkhu Upagupta
tidak melakukan namakkara pada dewa Mara. Saya melakukan namakkara
pada Sang Buddha, guru saya. Hal itu sama sekali tak berpengaruh pada
anda. Anda tidak akan menerima akibat buruk karenanya. Terima kasih
atas kebaikan anda. Kini, silakan kembali ke tempat Anda di sorga
Paranimmitavasavatti. Sayapun akan kembali ke senasana saya di laut
selatan. Selamat tinggal, dewa Mara.' Maka lenyaplah Sang Thera dari
pandangan dewa Mara.

Dewa Mara pun segera kembali ke sorga Paranimmitavasavatti, tingkatan
sorga yang tertinggi di antara sorga para dewa.

Kini, Maradhiraja yang biasa dikenal sebagai dewa Mara, masih
bertinggal di sorga Paranimmitavasavatti sebagai seorang Bodhisatta
yang sedang menghimpun Dasaparami. Kelak, di kappa yang akan datang,
dewa Mara akan berhasil mencapai penerangan sempurna sebagai seorang
Sammasambuddha. Sebagai satu-satunya Sammasambuddha di kappa tersebut.
Akan disebut Sammasambuddha Dhammasami, yang mempunyai amat banyak
murid yang berhasil mencapai kesucian.Kappa dimana kini kita hidup,
mempunyai paling banyak Sammasambuddha, yaitu lima orang
Sammasambuddha.***


****************
Sebagaimana ia mengajari orang lain, demikianlah hendaknya ia berbuat. Setelah
ia dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, hendaklah ia melatih orang
lain. Sesungguhnya amat sukar untuk mengendalikan diri sendiri.(DHAMMAPADA,
syair 159)

Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan, oleh diri sendiri pula seseorang menjadi
suci. Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri. Tak seorangpun yang
dapat mensucikan orang lain. (DHAMMAPADA, syair 165)

Akupuntur

  1. Akupuntur 1

    Pengobatan tradisional Cina sebagai sistem perawatan dan ilmu pengetahuan
    sudah ada selama paling tidak 2000tahun. Buku pengobatan CIna tertua yang
    masih dapat ditemukan berjudul Huangti Neijing atau Raja obat dalam Kaisar
    Kuning, disusun antara tahun 400 - 200 SM.

    Sekolah dokter kekaisaran pertama
    didirikan pada masa pemerintahan dinasti Sui (tahun 589 - 618) dan sejak
    itu pengalaman selama ratusan tahun dikumpulkan dan dicatat berdasarkan
    pengamatan teliti. Hasilnya, kini para sinshe memiliki berbagai pengalaman
    empiris yang memungkinkan mereka memperkirakan tahap perkembangan penyakit
    dan menentukan obat yang cocok untuk tiap tahap itu. Dalam pengobatan CIna,
    juga dalam akupuntur, kesehatan ditentukan oleh kemampuan seseorang
    mempertahankan keseimbangan dan keselarasan 'lingkungan dalam' tubuhnya.
    Penyakit timbul bila 'lingkungan' ini terganggu dan proses normal tubuh
    untuk memulihkan keseimbangan dan keselarasan tidak mampu mengatasinya.
    Teori 'keselarasan dalam' tubuhdinyatakan dalam prinsip Yin/Yang dan Lima
    Tahapan, yang terus berputar menjaga keseimbangan antar berbagai pengaruh
    yang berlawanan. Jika salah satu dari pengaruh ini berlebih atau kurang,
    dapat mengganggu keselarasan 'lingkungan dalam' tuuh. Keselarasan dan
    keseimbangan juga tergantung pada kelancaran aliran Qi (chi) atau vitalitas.
    Qi ini beredar melalui Jingluo atau kanal pembentuk jaringan tak terputus
    yang menghubungkan semua bagian tubuh dan berhubungan dengan organ dalam
    atau Zangfu. Zangfu menghasilkan Qi yang berbeda-beda namun saling berkait.
    Selain akupuntur, Cina mempunyai berbagai cara pengobatan, diantaranya
    moksibusi, jamu, pijatan otot, pijat tulang dan olahraga penyembuhan (Qi
    Gong, chi kung), yang semua bekerja menurut prinsip dasar pengobatan Cina.
    Akupuntur bukan hanya untuk mengurangi rasa sakit, melainkan mempunyai
    aplikasi luas dalam menangani penyakit yang mengganggu tubung sebagai
    makhluk hidup maupun fungsi khusus suatu bagian tubuh. Namun kekuatan utama
    cara ini adalah dalam mengatasi gangguan fungsional. Cara ini dapat
    digunakan untuk mengobati penyakit akut maupun kronis, termasuk infeksi,
    baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
    Everybody must have a dream....
    A Dream that kept you carry on
  2. Akupuntur 2
    Yin - Yang dan Lima Tahapan

    Yin/Yang dan Lima Tahapan adalah dua konsep yang mendasari sistem pengobatan
    Cina. Kedua konsep ini didasarkan atas pengamatan alam sekitar,
    membandingkan keadaan dan kejadian alam di luar tubuh dengan fisiologi dan
    patologi manusia, serta pengaruh alam lingkungan terhadap tubuh manusia.
    Yin/Yang membagi gejala alam maupun manusia ke dalam dua sifat, Yin dan
    Yang. Yin berkonotasi lembut, gelap, dingin dan basah, sementara Yang
    berkonotasi keras, terang, panas dan kering. Setiap bagian tubuh manusia
    memiliki kedua kualitas Yun dan Yang, namun salah satu lebih kuat, demikian
    pula proses fisiologis dan patologis di tubuh manusia. Istilah Yin dan Yang
    adalah relatif. Setiap gejala memiliki kedua aspek itu, tidak ada Yin tanpa
    adanya Yang, seperti tak mungkin ada malam tanpa adanya siang. Karena itu
    Yin/Yang merupakan sistem total dan masing-masing tidak berarti apa-apa bila
    berdiri sendiri. Pada orang sehat, Yin dan Yang berstatus dinamis namun
    seimbang. Aktivitas siang hari lebih bersifat Yang, sementara tidur bersifat
    Yin. Kedua daya ini selalu saling mengimbangi. Jika salah satu berlebih,
    hingga keseimbangan terganggu, maka akan timbul gejala keluhan. Yin/Yang
    memungkinkan kita memahami keluhan, sebab, serta perkembangannya. Orang yang
    sakit akan menampakkan gejala kelebihan Yin atau Yang. Keluhan akibat
    kelebihan pasokan Dingin ke dalam tubuh, atau yang tampak dengan gejala
    dingin (wajah pucat dan dingin pada tangan dan kaki) dinyatakan sebagai
    kondisi Yin. Sebaliknya kondisi akibat Panas disebut Yang. Pengobatannya
    berbentuk upaya menyeimbangkan kembali Yin dan Yang. Sistem Lima Tahapan
    juga mengelompokkan semua fenomena alam, menjadi: Kayu, Api, Tanah, Logam
    dan AIr. SIstem ini berakar pada pergantian musim dan proses alam yang
    terjadi pada masing-masing tahapnya. Setiap unsur mewakili satu tahap dalam
    pergantian musim. Ciri utama setiap Tahapan ditentukan oleh apa yang terjadi
    di alam di setiap musim. Dalam siklus tahunan, satu musim digantikan oleh
    musim lain sampai akhirnya kembali ke musim yang sama. Tumbuhan bertunas,
    tumbuh, berbiji dan mati kembali pada musim dingin. Intinya adalah
    keselarasan di tiap pergantian Tahapan serta keseimbangan antar tiap
    Tahapan. Pada manusia, Zangfu (organ dalam) dan aktivitasnya, Jingluo
    (kanal), jaringan dan berbagai bagian tubuh semua berkait dengan salah satu
    dari Lima Tahapan. Hubungan antar Zangfu menyerupai hubungan antar musim,
    yaitu saling mendukung dan menekan.
    Everybody must have a dream....
    A Dream that kept you carry on

    Akupuntur 3
    Konsep Qi.

    Sulit dicari padanan kata konsep Qi dalam bahasa lain. Umumnya diterjemahkan
    sebagai 'energi', tetapi kata energi tidak bisa mencakup kompleksuitas
    pengertiannya. Secara garis besar, Qi adalah daya kehidupan dalam tubuh
    manusia yang mengarahkan berbagai aktivitas vital, baik spiritual, mental,
    emosi maupun fisik. Dalam pengertian yang sempit, Qi mempunyai bentuk yang
    berbeda tergantung pada perannya dalam proses kehidupan, misalnya: Kesehatan
    umum = Jing Qi; Nutrisi = Ying Qi; Pertahanan = Wei Qi. Kesehatan seseorang
    ditentukan oleh cukup, seimbang dan tak terputusnya aliran Qi dalam tubuh.
    Qi memastikan kelancaran fungsi tubuh dengan cara mempertahankan aliran
    darah dan cairan tubuh, menghangatkan, melawan penyakit dan menjaga tubuh
    terhadap pengaruh 'lingkungan luar', seperti Angin, DIngin, Kelembaban dan
    Panas. Jika aliran Qi terputus, tersumbat, berlebih atau kurang, tubuh bisa
    jatuh sakit. Ada dua cara utama Qi dapat terganggu. Pertama adalah
    kekurangan sehingga sebagian atau semua fungsi tidak bekerja dengan baik.
    Kedua adalah Qi tersumbat yang biasanya mengakibatkan rasa sakit.
    ---------------------------------------------------

    Jingluo (kanal)

    Qi beredar melalui sistem kanal di permukaan tubuh, yang disebut Jingluo
    (Jing = kanal, luo = penyerta), atau di Barat dikenal sebagai 'meridian'.
    Ada 12 kanal utama yang melintasi lengan, tungkai dan kepala, yaitu
    paru-paru, usus besar, lambung, limpa, jantung, usus halus, kandung kemih,
    ginjal, perikardium, sanjiao, kandung empedu dan hati. Kanal ini saling
    berhubungan membentuk sistem tertutup. Selain itu terdapat dua kanal
    melintang di tengah badan bagian muka (Ren) dan belakang (Du). Kanal-kanal
    utama dihubungkan melalui kanal-kanal sekunder, sementara cabang-cabang
    kanal menyebar ke seluruh permukaan tubuh, membentuk sistem kapiler.
    Hubungan antar kanal memungkinkan meratanya peredaran Qi hingga tercapai
    keseimbangan Yin dan Yang. Selain saling berhubungan, masing-masing kanal
    berhubungan dengan salah satu organ dalam (Zangfu) melalui jalur dalam.
    Salah satu fungsi terpenting kanal adalah menghubungkan organ dalam dengan
    permukaan tubuh hingga Qi tersalur dari Zangfu ke seluruh bagian tubuh. Ini
    juga berakibat gangguan Qi di satu kanal atau organ dapat tertular ke
    kanal/organ lain. Hal ini dapat menjelaskan penyebaran beberapa penyakit
    degeneratif.
    Karena kanal adalah saluran utama Qi dalam tubuh, gangguan Qi sering terasa
    sepanjang kanal. Dengan melihat lokasi gejala, seorang akupunturis dapat
    memastikan kanal mana yang terganggu. Gangguan pada organ dalam juga
    menunjukkan gejala di satu kanal atau lebih dan dapat didiagnosa dengan cara
    serupa. Misalnya untuk sakit jantung, nyeri dapat timbul pada kanal jantung
    yang terdapat di lengan. Pada tiap kanal terdapat titik-titik yang, jika
    dirangsang, mempengaruhi peredaran Qi pada kanal tersebut atau organ dalam
    yang berhubungan. Rangsangan pada titik-titik ini dengan jarum atau pijatan,
    merangsang Qi untuk memperbaiki ketidak-seimbangan penyebab penyakit. Untuk
    bisa memilih titik yang benar dan mendapat hasil terbaik, perlu ditetapkan
    diagnosa yang tepat berdasarkan prinsip pengobatan tradisional CIna. Zat
    penting tubuh lainnya, yaitu darah, cairan tubuh dan Jing, secara umum, juga
    sering disebut denagn istilah 'Qi'. Darah memberi makan jaringan tubuh dan
    menunjang kerja Qi. Cairan tubuh, termasuk ludah, keringat, cairan
    pencernaan dan hidung melembabkan jaringan dan organ serta menjadi pelumas
    persendian. Jing (sering diartikan sebagai 'sari) adalah sebutan untuk inti
    dasar kesehatan seseorang yang disimpan dalam ginjal dan merupakan sumber
    penghasil Qi bila kanal atau organ lemah atau dalam keadaan darurat.
    AKhir-akhir ini di Cina banyak diteliti gejala yang dikenal sebagai
    'perambatan rasa sepanjang kanal' (propagation of sensation along the
    channels - PSC), yaitu rasa di sepanjang kanal jika titik-titik akupuntur di
    kanal tersebut ditusuk. Penelitian ini menunjukkan bahwa rasa tersebut
    meningkatkan efek pengobatan tusuk jarum. Sebagian peneliti dan ahli sejarah
    CIna yakin bahwa gejala inilah yang mendasari penemuan kanal.
    Everybody must have a dream....
    A Dream that kept you carry on
  3. Reply With Quote
    Akupuntur 4

    Zangfu (organ dalam)

    Istilah CIna untuk organ dalam adalah Zangfu, yang sebenarnya terdiri dari
    dua kata: Zang yang berarti 'organ dalam' dan Fu yang berarti 'isi perut'.
    Ada lima Zang utama: paru-paru, limpa, jantung, ginjal dan hati. Zang keenam
    adalah selaput jantung, namun perannya kecil, sanjiao, kandung kemih dan
    kandung empedu Zang merupakan organ "masif" yang menyimpan Qi dan lebih
    bersifat Yin. Fu merupakan organ berongga tempat lewatnya makanan. Organ ini
    lebih aktif dari Zang yang berarti lebih bersifat Yang. Organ-organ Yin dan
    Yang ini dihubungkan berpasangan melalui kanal-kanal. Organ-organ inipun
    berpasangan dalam fungsinya. Limpa dan Lambung misalnya, mempunyai hubungan
    fungsi yang erat. Setiap pasangan organ dihubungkan dengan salah satu dari
    Lima Tahapan. Hubungan ini sangat penting dalam diagnosa dan membentuk
    bagian penting dalam ilmu pengobatan tradisional CIna, tubuh dan pikiran
    tidak dibedakan. Fungsi mental dan spiritual seseorang tidak dapat
    dipisahkan dari fungsi fisiknya. Gangguan emosi dapat disebabkan atau
    menyebabkan gangguan Qi. Emosi tertentu berhubungan dengan organ tertentu.
    Jantung berperan utama dalam peredaran darah. Pada pengobatan tradisional
    CIna, jantung juga menyimpan Shen, kesadaran seseorang. Jantung dan Sehn
    dianggap sebagai pengatur semua aktivitas fisiologis, spiritual dan emosi.
    Paru-paru bertanggungjawab untuk mengambil udara dan merubahnya menjadi Qi.
    Paru-paru amat berperan dalam peredaran Qi dan perlindungan tubuh terhadap
    penyakit-penyakit 'luar'.
    Lambung bersama-sama dengan Limpa terutama pengatur pencernaan. Lambung
    menerima makanan, menyaring zat-zat vital yang akan diubah oleh limpa
    menjadi Qi dan mengedarkannya ke seluruh tubuh.
    Sebagai tempat penyimpanan Jing atau 'Sari', Ginjal merupakan pusat
    kesehatan seseorang. Ginjal sering pula disebut sebagai sumber Yin dan Yang
    bagi tubuh. Ginjal berperan penting mengatur keseimbangan air dalam tubuh
    dan erat berkaitan dengan tulang dan pinggang.
    Hati berperan dalam mengatur pergerakan Qi dan mencegah penyumbatan aliran
    Qi, darah dan cairan tubuh.
    -----------------------------------------------------------

    Fungsi Utama Organ-organ Zangfu

    Hati - kelancaran aliran Qi dan penyimpanan darah
    Paru-paru - pernafasan, peredaran Qi, Qi pertahanan
    Usus besar - memisahkan padatan dan cairan
    Lambung - mengubah bahan makanan menjadi 'sari'
    Limpa - peredaran Qi ke berbagai organ
    Jantung - peredaran darah
    Usus halus - mengubah bahan makanan menjadi sari
    Kandung kemih - penyimpanan dan pembuangan urin
    Ginjal - sumber Yin dan Yang dan menjaga keseimbangan cairan
    Selaput jantung - melindungi jantung

    Zangfu (organ dalam) bertanggung jawab dalam membuat, mengedarkan,
    memperbarui dan menyimpan Qi, Darah dan Cairan tubuh. Aktivitas
    masing-masing organ Zangfu mencapai puncaknya hanya selama dua jam setiap
    harinya pada waktu yang berbeda untuk setiap organ. Walaupun hampir semua
    organ ini mempunyai nama yang sama dengan nama organ dalam anatomi Barat,
    namun bukanlah organ yang sama secara anatomis, maupun fungsional dengan
    yang diterima oleh ilmu pengobatan Barat. Ilmu pengobatan CIna yang
    mendasari istilah dalam akupuntur menggambarkan organ dan fungsinya
    sehubungan dengan Qi, Darah dan Cairan tubuh.
    Everybody must have a dream....
    A Dream that kept you carry on

    Default Akupuntur 5

    Fungsi Utama Organ-organ Zangfu

    Hati - kelancaran aliran Qi dan penyimpanan darah
    Paru-paru - pernafasan, peredaran Qi, Qi pertahanan
    Usus besar - memisahkan padatan dan cairan
    Lambung - mengubah bahan makanan menjadi 'sari'
    Limpa - peredaran Qi ke berbagai organ
    Jantung - peredaran darah
    Usus halus - mengubah bahan makanan menjadi sari
    Kandung kemih - penyimpanan dan pembuangan urin
    Ginjal - sumber Yin dan Yang dan menjaga keseimbangan cairan
    Selaput jantung - melindungi jantung

    Zangfu (organ dalam) bertanggung jawab dalam membuat, mengedarkan,
    memperbarui dan menyimpan Qi, Darah dan Cairan tubuh. Aktivitas
    masing-masing organ Zangfu mencapai puncaknya hanya selama dua jam setiap
    harinya pada waktu yang berbeda untuk setiap organ. Walaupun hampir semua
    organ ini mempunyai nama yang sama dengan nama organ dalam anatomi Barat,
    namun bukanlah organ yang sama secara anatomis, maupun fungsional dengan
    yang diterima oleh ilmu pengobatan Barat. Ilmu pengobatan CIna yang
    mendasari istilah dalam akupuntur menggambarkan organ dan fungsinya
    sehubungan dengan Qi, Darah dan Cairan tubuh.
    ---------------------------------------------------

    Penyebab penyakit

    Penyakit timbul karena ada ketidakseimbangan Yin dan Yang yang mengakibatkan
    terganggunya keselarasan dan kelancaran aliran Qi. Ini mungkin karena
    kurangnya vitalitas untuk menjalankan fungsi normal, atau adanya sumbatan,
    atau putusnya peredaran normal.
    Ada tiga alasan utama terputusnya peredaran Qi, darah atau cairan tubuh:
    faktor dalam tubuh (emosi); faktor di luar tubuh (cuaca); ketidakseimbangan
    makanan atau pola hidup; kelelahan ataupun stres. Seperti gangguan fisik,
    gangguan emosi dapat mempengaruhi Qi. Rangsangan emosi berlebihan atau emosi
    yang dipendam dapat berpengaruh buruk bagi organ dalam yang berhubungan.
    Faktor cuaca, seperti dingin, lembab, panas dan kekeringan juga mempengaruhi
    peredaran Qi.

    Kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap perubahan/peningkatan salah satu
    faktor di atas dapat menurun jika Qi-nya lemah. Walaupun di sini kekerasan
    alam tidak sehebat di Cina, faktor cuaca masih tetap berperan dalam
    menimbulkan penyakit, terutama keadaan seperti artritis.
    Kebiasaan makan dan pola kehidupan berperan penting dalam menentukan sumber
    penyakit.
    Makan terlalu banyak atau sedikit, seperti ketidakteraturan pola makan dapat
    merusak Qi Lambung dan Limpa dan selanjutnya dapat melemahkan Qi tubuh
    secara keseluruhan. Tubuh yang kurang bergerak dapat mengganggu peredaran
    Qi, sementara terlalu banyak gerak dapat melemahkan Qi. Tubuh yang kuat
    dasarnya akan lebih tahan terhadap gangguan dibandingkan dengan tubuh yang
    lemah.
    ----------------------------------------------

    Prinsip pengobatan

    Ada tiga prinsip umum dalam pengobatan tradisional CIna. Pertama adalah
    pengobatan 'akar' (Ben) dan 'cabang'(Biao). Yang kedua adalah pengaturan Yin
    dan Yang. Yang ketiga adalah menguatkan Qi normal dan mengeluarkan Qi
    patogen (penyebab penyakit).
    Pengobatan 'akar' (Ben) dan 'cabang'(Biao) merupakan prinsip pengobatan
    terpenting dalam pengobatan CIna. Pokok prinsip ini adalah menetapkan inti
    atau 'akar' dari penyakit itu agar dapat menentukan pengobatan yang efektif.
    'Akar' merupakan ketidakselarasan Yin/Yang, Lima Tahapan atau Qi, yang
    menimbulkan 'cabang', yaitu gejala atau aspek sekunder penyakit tersebut.
    Prinsip dasar pengobatan Cina adalah memulihkan keseimbangan antara Yin dan
    Yang. Diagnosa menentukan adanya kekurangan atau kelebihan Yin/Yang dalam
    tubuh dan apakah mempengaruhi satu atau lebih organ Zangfu. Titik akupuntur
    yang dipilih tergantung pada efek yang dituju, meningkatkan Yang dalam tubuh
    atau sebaliknya. Melemahnya Qi normal dapat disebabkan oleh hal-hal tersebut
    di atas atau dapat pula diperlemah oleh penumpukan Qi patogen yang lalu
    menghambat fungsi Zangfu dan Jingluo. Seorang ahli pengobatan perlu
    mengetahui perbandingan kekuatan Qi normal dengan Qi patogen.
    Everybody must have a dream....
    A Dream that kept you carry on

    Akupuntur 6

    Hubungan akupuntur dengan pengobatan lain

    Biasanya akupunturis merasa ragu bila pasien sedang menjalani pengobatan
    standar, karena dapat mengacaukan diagnosa lidah, mengingat obat-obatan
    dapat sangat mengubah penampakan lidah. Diagnosa denyut nadi pun dapat
    terpengaruh. Sangat sulit untuk melacak 'akar' ketidakselarasan suatu
    penyakit sampai pasien cukup terobati melalui pengobatan akupuntur yang
    mengurangi/menghapuskan pengaruh obat-obatan. Hal ini dikemukakan karena
    pengambilan langkah harus hati-hati, dan jika pelru akupunturis bisa
    menanyakannya pada dokter yang memberi obat. Selain itu, dalam kondisi
    tertentu, obat-obat Barat tertentu dapat menghambat kemajuan pengobatan.
    Misalnya penderita masalah pencernaan kronis akibat ketidakselarasan Limpa
    akan menunjukkan gejala yang semakin parah jika diberi antibiotika, walaupun
    untuk pengobatan yang tak berhubungan dengan masalah pencernaannya.
    Di Cina akupuntur sering digabungkan dengan herbalisme dan sebagian
    akupunturis Barat mengikuti tradisi ini. Namun sebaiknya tidak melakukan
    pengobatan akupuntur bersama cara 'pengobatan pelengkap' lain, terutama atas
    penyakit yang sama. Kecuali jika ahli tersebut menguasai lebih dari satu
    bidang dan memutuskan untuk menggunakan lebih dari satu cara untuk
    pengobatan satu penyakit, atau jika ahli-ahli pengobatan tersebut bekerja
    sama. Hal ini penting untuk dapat mengamati perkembangan pengobatan yang
    diberikan untuk dapat melihat pengaruh dari masing-masing cara pengobatan.
    -------------------------------

    Riwayat Kasus

    Dalam proses diagnosa, seorang akupunturis dapat menghabiskan waktu antara
    15 menit sampai satu jam dalam tanya jawab dengan pasien, tergantung jenis
    penyakit. Misalnya gangguan Jingluo (kanal) di permukaan yang tidak
    mempengaruhi organ dalam biasanya tidak lama, tetapi dalam masalah yang
    lebih kompleks, apalagi jika menyangkut Zangfu (organ) - memakan waktu agak
    lama dan perlu pertimbangan yang masak sebelum langkah pengobatan
    ditentukan. Riwayat kasus didapat dengan mengajukan berbagai pertanyaan
    kepada pasien, dengan tujuan utama mengetahui riwayat gangguan dan gejala
    yang dirasakkan pasien. Akupunturis menanyakan tentang kesehatan fisik,
    mental, emosi pasien secara umum. Pertanyaan yang kadang dianggap pasien
    tidak relevan sekalipun, seperti pola tidur, kesukaan akan makanan tertentu,
    pola hidup, pola kerja serta lingkungan sosial pasien mungkin diperlukan
    sebagai bahan pertimbangan.
    -----------------------------------

    Pemeriksaan

    Pemeriksaan yang terpenting adalah pemeriksaan lidah dan denyut nadi (di
    atas pergelangan tangan). Bagi akupunturis berpengalaman lidah banyak
    menunjukkan tentang sifat, kedalaman, kekuatan dan lokasi penyakit. Sedang
    bentuk dan warna lidah, ketebalan, kekeringan dan adanya lapisan padanya
    juga membantu diagnosa. Denyut nadi kedua pergelangan tangan memberikan
    informasi yang sama, meskipun interpretasi nadi lebih sulit dan terselubung.
    Pertama diperhatikan kecepatan, kekuatan dan sifat umum denyut. Lalu ketiga
    posisi setiap denyut, yang menunjukkan keadaan Qi dan Darah pada setiap
    palpasi (rabaan) Zangfu. Lidah dan denyut nadi kurang penting dalam diagnosa
    gangguan Jingluo permukaan, karena keduanya lebih menunjukkan keadaan
    lingkungan dalam.
    Jika dianggap perlu, akupunturis dapat melakukan pemeriksaan fisik yang
    umumnya berbentuk rabaan pada bagian tubuh yang sakit atau bengkak.
    Pemeriksaan ini dapat membantu akupunturis menentukan kanal atau organ mana
    yang terganggu.
    --------------------------------------------------------------------------

    Diagnosa

    Berdasarkan pemeriksaan dan riwayat kasus; hasil diagnosa akupunturis
    diberitahukan kepada pasien. Lama dan frekuensi pengobatan kemudian
    dibicarakan dengan pasien, dapat pula pasien diberikan anjuran tentang
    makanan, pola hidup dan kerja.
    Akupunturis membedakan penyakit berdasarkan pengelompokan jenis gangguan
    secara tradisional seperti: Yin/Yang, Lima Tahapan, Delapan Prinsip, Jingluo
    atau Zangfu. Ada pula sistem yang membedakan berbagai jenis demam. Sebagian
    orang mengkhususkan diri pada salah satu sistem, sementara akupunturis Cina
    modern dan banyak tenaga terlatih lain cenderung menggunakan gabungan sistem
    ini atau memilih salah satu sistem yang cocok untuk pasien.
    ------------------------------

    Pengobatan

    Dalam pengobatan, pasien mungkin perlu membuka sebagian pakaiannya agar
    jarum dapat ditusukkan pada titik-titik yang perlu sementara pasien
    berbaring. Umumnya titik-titik pengobatan terletak di lengan bawah dan
    tangan, tungkai bawah dan kaki, walaupun titik-titik akupuntur terdapat di
    seluruh tubuh.
    Titik penusukan tergantung pada lokasi gangguan dan cara akupunturis untuk
    mempengaruhi Qi. Titik ii tidak harus langsung berhubungan dengan keluhan
    pasien, misalnya untuk pengobatan gangguan kepala dapat saja diambil titik
    pengobatan pada kaki yang terletak pada kanal yang bersangkutan.
    Jarum akupuntur padat dan jauh lebih halus dibandingkan jarum suntik, dengan
    panjang antara 12 mm - 10 cm, dan dapat ditusukkan sedalam 6 mm - 7.5 cm,
    tergantung kurus-gemuknya pasien, lokasi titik pengobatan dan gangguan (di
    dalam atau permukaan). Jarum dapat dibiarkan tertancap selama beberapa detik
    sampai satu jam, tetapi umumnya 20 menit.

    Penguasaan mendalam tentang anatomi titik-titik akupuntur serta ketelitian,
    akan menghindarkan terkenanya pembuluh darah atau organ penting lain. Jarang
    sekali darah keluar dalam pengobatan inil kalaupun ada paling hanya satu dua
    titik. Untuk mencegah terjadinya infeksi silang, hukum mengharuskan
    penggunaan jarum yang steril. Tusukan jarum tidak terasa sakit, terutama
    bila pasien santai. Hanya ada sedikit rasa ditusuk jaruml dan bila jarum
    ditusukkan lebih dalam mungkin akan terasa seperti disetrum.
    Akupunturis dapat pula memberikan rangsangan pada jarum untuk memberikan
    rasa 'tersetrum' pada kanal tersebut.
    Pada beberapa kasus akupunturis mungkin memberikan moksibusi, yaitu
    pembakaran daun nei (Artemesia vulgaris) kering untuk menghangatkan atau
    merangsang titik tertentu pada tubuh pasien. Proses ini memberikan pengaruh
    yang kuat untuk merangsang Qi tubuh di bagian yang menunjukkan gejala
    'dingin'. Pasien dianjurkan untuk mengisi perut sebelum pengobatan, untuk
    menghindari rasa lelah, lesu atau pusing. Juga dianjurkan menghindari kerja
    berat setelah pengobatan.

    Pemeriksaan denyut nadi merupakan bagian penting dalam penetapan diagnosa
    dan pengobatan. Di setiap pergelangan tangan terdapat tiga posisi denyut
    nadi yang menunjukkan kondisi organ yang berbeda. Masing-masing posisi
    memiliki tiga kedalaman dan 28 kualitas denyut. Posisi, kedalaman serta
    kualitas denyut menggambarkan keadaan dan keseimbangan Qi dan Darah dalam
    organ dan kanal.
    Everybody must have a dream....
    A Dream that kept you carry on

3 Dinasti Yang Membawa Cina ke Zaman Keemasan

3 Dinasti Yang Membawa Cina ke Zaman Keemasan


Dinasti Tang adalah salah satu dari 3 dinasti yang menurut saya membawa Tiongkok (Cina) ke zaman keemasan pada zamannya. Selain Dinasti Tang adalah Dinasti Han (Barat) dan Dinasti Qing. Tentu jasa2 dinasti lainnya juga tidak boleh dikecilkan seperti Dinasti Qin yang mempersatukan Tiongkok dan Dinasti Ming yang meluaskan pengaruh Tiongkok ke belahan dunia lainnya

Dinasti Han muncul setelah Dinasti Qin yang berumur pendek. Hampir 300 tahun bangsa Tiongkok hidup dalam kekacauan pada zaman Negara2 Berperang (Dinasti Zhou) setelah itu baru dipersatukan oleh negara Qin (Qin Shi-huang) dengan menaklukkan 6 negara lainnya dan mendirikan Dinasti Qin dan memaklumatkan dirinya menjadi Kaisar. Sebelumnya dia hanya raja Qin. Istilah Kaisar dia ambil dari kata Huang dan Di. Dulu sekali, ada mitologi Tiongkok mengenai San Huang Wu Di. Huang dan Di ini sebenarnya adalah kata yang artinya lebih kurang mirip, yaitu merujuk kepada pemimpin. Kaisar Qin mengambil kedua kata dan menggabungkannya menjadi satu menjadikan ia seakan2 adalah pemimpin daripada pemimpin yang pernah ada. Jadi istilah Kaisar Tiongkok baru ada dari Dinasti Qin, Dinasti sebelumnya hanya punya raja (Wang).

Dinasti Han mewarisi Tiongkok bersatu yang sangat kacau dari Dinasti Qin. Itu makanya Kaisar Han Gao-di memutuskan untuk melaksanakan kebijakan "menenangkan rakyat" dengan program "Wen Jing". Pajak diringankan, hukuman juga diringankan, rakyat didorong untuk berproduksi sesuai keahlian masing2.

Kebesaran Han ini menjadikan orang Tiongkok memiliki satu identitas kebangsaan. Mereka menyebut diri mereka sebagai orang Han, bukan orang Qin yang mempersatukan mereka. Dinasti Han juga mengalahkan Xiongnu, belajar keahlian menunggang kuda dan membuka Jalan Sutra. Saat ini, Tiongkok menjadi terkenal sampai ke Timteng ditandai dengan berkunjungnya diplomat dari Roma Byzantine ke Tiongkok. Oh, ya, Dinasti Han mencapai kejayaannya pada zaman pemerintahan Kaisar Han Wu-di.

Setelah itu, Tiongkok terpecah belah dalam kekacauan sampai berdirinya Dinasti Sui. Dinasti Tang mewarisi Tiongkok bersatu lagi dari Dinasti Sui. Dinasti Tang punya Kaisar Tang Tai-zong (Li Shi-min) yang meletakkan dasar2 kejayaan Tiongkok. Kaisar yang satu ini sangat ingin tahu pendapat rakyat tentang gaya pemerintahannya. Lain dari kaisar-kaisar lainnya yang tidak peduli akan kehidupan rakyat. Program reformasinya di bidang administrasi pemerintahan kemudian digunakan beribu tahun sampai Dinasti Qing pada abad ke-20, misalnya pembagian wilayah administrasi, sistem ujian negara, menasionalisasi produksi garam dan lain2.

Saat ini juga ia meluaskan pengaruh ke utara, selatan, timur dan barat. Di utara, Mongolia pertama kali diperintah oleh Tiongkok, di selatan, Vietnam (Annam) juga jadi protektorat Tiongkok. Di timur, Korea (Xinluo) dan Jepang juga mendapat pengaruh dari Tiongkok. Zaman inilah, Korea dan Jepang mulai menggunakan karakter Han sebagai bahasa tulisan mereka. Gaya feodalisme Korea dan Jepang juga mencontoh sistem kekaisaran Tang. Di selatan, pengaruhnya begitu kuat sehingga orang2 di selatan tidak lagi menganggap mereka sebagai orang Han, namun adalah orang Tang. Inilah apa yang saya bilang Dinasti Tang menanamkan identitas kebangsaan bagi orang Tiongkok setelah Han. Dinasti Tang juga terkenal akan kebebasannya, itu makanya perkembangan sastra mencapai puncaknya, ditandai dengan puisi2 Tang yang terkenal itu.

Dinasti Qing, yang bisa dibanggakan hanya jasa mereka memperluas wilayah kekuasaan Tiongkok menjadi seperti sekarang ini dan menahan serangan Rusia dari utara, waktu itu Rusia memperluas kekuasaan ke Siberia dan ingin menaklukkan Tiongkok. Bila tidak, mungkin saja Tiongkok itu tidak sebesar sekarang ini, atau malah mungkin tidak akan ada Tiongkok lagi. Namun Qing juga punya zaman keemasannya sendiri, terutama di bidang perekonomian. Kita mengenal zaman keemasan Kang-Yong-Qian, ini singkatan dari 3 kekaisaran Kangxi, Yongzheng dan Qianlong. Kangxi meletakkan dasar stabilitas politik, Yongzheng mereformasi sistem administrasi pemerintahan (Yongzheng paling anti korupsi) dan Qianlong meneruskan kebijakan Yongzheng membawa Tiongkok berjaya selama 60 tahun. Sayang, di akhir pemerintahan Qianlong korupsi merajalela dan menyebabkan Qing pelan2 kembali terpuruk.

Di masa Qing, sastra tidak banyak berkembang karena ada kebijakan "Wen Zi Yu" yang kira2 berarti "Hukuman atas Tulisan yang Tidak Benar". Semua tulisan yang tidak sesuai dengan kehendak pemerintah akan dibreidel dan penulisnya akan dihukum. Bahkan di zaman Yongzheng, ada seorang penulis yang sudah mati, namun dibongkar kuburannya dan sang mayat dihukum cambuk. Kebijakan yang sangat ketat ini menyebabkan sastra tidak banyak berkembang karena perkembangan sastra memerlukan kebebasan berpikir dan bersuara.

Han Hwie-Song:Zhuge Liang seorang taois dan strateg yang besar dalam sejarah Cina

Han Hwie-Song:Zhuge Liang seorang taois dan strateg yang besar dalam sejarah Cina


Disejarah Tiomgkok biasanya raja dan pembantunya baik yang Wen (boen) administrative dan Wu (Boe) tentara adalah confucianis. Disisni saya akan menulis tentang satu negarawan, strategi dan insinyur yang besar, seorang taois: Zhuge Liang. Zhuge Liang, juga disebut Zhuge Kong-Ming dianggap dalam sejarah Tiongkok sebagai negarawan dan strateg yang besar. Beliau hidup dalam masa dimana Tiongkok dalam keadaan peparangan yang beken dengan nama “Tiga Kerajaan” San Guo Yan Yi atau di negara-negara Barat terkenal dengan nama The Romance of The Three Kingdoms.

Buku ini menurut beberapa ahli klassiek Tiongkok dipakai sebagai referensi dalam sekolah-sekolah militer Di Eropa dan USA. Zhuge Liang adalah Perdana menteri dari kerajaan Shu-Han dinasti (161-271) dan rajanya ialah Liu Bei kemudian diteruskan oleh anaknya. Liu Bei adalah beberapa generasi keturunan raja dari dinasti Han. Karena kepandaiannya yang segani dan ditakuti oleh musuh-musuhnya maka beliau dijuluk juga sebagai “The Crouching Dragon, The Sleeping Dragon atau The Hidden dragon.” Karena strategi dari Zhuge Liang yang tepat, maka Liu Bei dapat mendirikan salah satu dari tiga kerajaan dan mempertahankan, padahal beliau sebelumnya tidak mempunyai kekuasaan yang menentukan perkembangan sejarah Tiongkok.

Menurut cerita Zhuge Liang adalah turunan dari beberapa generasi pemimpin negara di Tiongkok, dan beliau sedari kecil orangtuaya meninggal dunia dan terpaksa melarikan diri sewaktu Cao-Cao seorang warlord dari kerajaan Wei, yang kuat membunuh kira-kira rakyat sebanyak 400 000 orang. Sebetulnya Cao Cao adalah perdana menteri dan raja Tiongkok dibungkam olehnya dan semua urusan negara Cao Caolah yang menentukan.

Liu Bei diberi advies oleh seorang strateg taois, untuk minta Zhuge Liang membantu sebagai strateg militer karena beliau sendiri tidak bisa membantu berhubung ibunya tinggal didaerah dimana Cao Cao berkuasa. Cerita ini beken dengan kunjungan dari tiga saudara Liu Bei, Guan Gong dan Zhang Fei (bukan saudara kandung, tetapi saudara sumpah) ke rumah gubuknya di Long Zhong, sampai tiga kali untuk turun gunung membantu Liu Bei. Didesa ini Zhuge Liang mengerjakan tanahnya untuk penghidupan, namun Beliau sering berdiskusi dengan teman-temanya ahli ketata-negaraan. Dua kali kunjungan tidak dapat bertemu dengan Zhuge Liang, meskipun jalanan yang sukar ditempuh dan hawa udara yang dingin. Dua kali kunjungan mereka haya ditemui oleh adiknya Kong Ming, adiknya mengatakan bahwa kakaknya sedang berpergian dan tidak tahu kapan datangnya. Meskipun kedua saudaranya terutama Zhang Fei akan marah yang menganggap Zhuge Liang orang yang sombong, tetapi dianjurkan oleh Liu Bei agar adik-adiknya pakai Li, sopan santun. Kunjungan ketiga kali baru ketemui dengan maestro yang dicari, mereka berdiskusi lama, dan Kong-Ming tertarik dengan budi pekerti Liu Bei dan bersedia meninggalkan rumahnya dan membantu usaha Liu Bei. Itu waktu Zhuge Liang baru berumur 26 dan Liu Bei 47 tahun. Bersama-sama mreka mendirikan “The Shu Han kingdom” didaerah yang sekarang dikenal sebagai provinsi Sichuan, daerah yang kaya dengan bahan makanan. Dinasti Shu dapat dipertahankan bahkan diperluas, meskipun daerah musuh utamanya, yang dikuasai oleh warlord Cao Cao (yang kemudian mendirikan kerajaan Wei), beberapa kali lebih besar dan lebih banyak penduduknya. Dinasti Shu dibawah raja Liu Bei berumur dari 161 sampai 230, dan anaknya Liu Chan 207-271.

Kedua adiknya Liu Bei kemudian memandang Zhuge Liang sebagai strateg dan pemimpin yang kapabel dan bijaksana, mereka tunduk pada perintah Kong-Ming. Sebagai pemimpin Zhuge Liang memegang keadilan, memegang erat-erat disiplin dan memberikan reward pada mereka yang berjasa dan menghukum mereka yang bersalah. Karena kebijakan memerintah berkembanglah pertanian dan industri tangan dan sekaligus memperkuat kerajaan yang beliau pimpin. Disamping itu Zhuge Kong Ming bisa menempatkan orang pada fungsinya dan mempunyai kepercayaan relasi yang baik dengan orang-orang disekitarnya. Hubungan beliau dengan orang-orang disekitarnya dapat di umpamakan sebagai: Pada waktu musim semi dan panas tanaman-tanaman tidak akan menambah bunga-bunganya dan diwaktu musim rontok dan dingin pohon-pohon tidak akan berjatuhan daun-daunnya. Tetap tidak akan berobah pada empat musim, atau relasi Beliau dengan orang-orang disekitarnya tidak akan berobah pada waktu menguntungkan dan waktu bahaya. Kong Ming setia dan mengabdi baik-baik pada Liu Bei dan teman-teman disekitarnya. Karena kapabilitet dan berbagai kemajuan kerajaan yang dipimpin oleh Kong Ming menyebabkan beliau dianggap sebagai pemimpin yang bijak dan intelegen oleh kaum intelek Tionghoa didalam dan di luar negeri sampai hingga kini pada jaman informatika. Aku ingat bahwa sewaktu aku masih tinggal di Shanghai orang-orang Tionghoa mengatakan bahwa perdana menteri Chou En-Lai adalah Zhuge Liang pada abad keduapuluh.

Dibawah ini saya coba ceritakan suatu kejadian yang mnunjukkan bagaimana hidupnya Kong Ming memakai strategi dalam peperangan. Pada musim panas, dan masa permulaan kekuasaan Liu Bei yang masih kecil, kota dimana Liu Bei tinggal akan diserbu oleh tentara Wei dengan strateg besar musuh utama Kong Ming yaitu Sema Yi. Kalau jadi pertempuran tentunya Kong Ming pasti kalah, maka beliau mengunakan taktik dan menganjurkan Liu Bei dengan rakyatnya keluar, lalu ke kota yang lebih aman yang telah ditunjuk oleh Kong Ming. Liu Bei sebetulnya tidak mau karena beliau berpendapat Kong Ming pasti menjadi korban di pertempuran ini. Kong Ming hanya menjawab:” saya hanya perlu dua boca dan tiga tentara yang bisu, selainninya dapat pergi bersama-sama paduka raja. Tenangkanlah hati anda.” Sesudah berdiskusi Kong Ming tetap pada prinsipnya dan dengan terpaksa dan menangis Liu Bei keluar kota. Zhyge Liang hanya bicara yang perlu dibicarakan selainnya itu Beliau tidak mau bicara.

Tentara Wei yang besar dibawah pimpinan Sema Yi sampai di pinggiran kota dan beliau menyuruh seorang kepercayaannya sebagai mata-mata menyelidiki kota yang akan diserbu. Mata-mata ini heran dan tidak gapat mengerti apa uang dilihatnya; pintu kota dibuka lebar-lebar, kelihatan beberapa orang sedang menyapu jalanan. Dan di rumah tingkat dua kelihatan Zhuge Liang sedang bermain Qing dengan tenang dan dua boca sedang mengipasi Beliau. Mata-mata itu bertanya pada penjaga pintu kota:”berapa jumblah tentara yang ada didalam kota.?” Penjaga pintu itu bisu, hanya menunjukkan tiga jarinya diangkat keatas. Mata-mata itu lalu tanya:” tiga ribu.” Dijawab lagi dengan tiga jarinya. Ditanya lagi:”tiga puluh ribu?”dijawab seperti yang terdahulu. Mata-mata ini kembali melaporkan pada Sema Yi. Sema Yi menjadi binggung dan dilihatnya dari jauh-jauh, memang betul demikian. Yang penting pula Kong Ming dengan tenang bermain Qing tanpa ada kesalahan dalam memukul snar Qing. Dua boca juga tenang tenang mengipasi si strateg yang kenamaan ini, suasanya menunjukkan keamanan dan ketenangan. Sema Yi berpikir, Kong Ming ini banyak akalnya pasti Beliau mempunyai strategi yang berbahaya bagi kita, apalagi kalau kita serbu. Maka dia memutuskan untuk mundur tidak berperang.

Kemudian ada orang yang tanya pada Zhuge Liang:” Jendral Zhuge, saya menanyakan pada diri saya, bagaimana anda seorang strateg yang besar kohk berani dengan rencana yang sangat bahaya ini dan mengapa Sema Yi mundur?” Zhuge Liang dengan senyum menjawab:”taktik ini tidak boleh dipakai untuk jendral yang lain, ini karena saya tahu sifat dari jendral Sema Yi bahwa beliau menganggap saya terlalu banyak akalnya maka beliau ragu-ragu. Dan kalau ragu-ragu lebih baik jangan menyerang, mungurangi korban banyak tentara.” Ini yang dikatakan kenali musuhmu dan kenali dirimu, anda dapat berperang dan menang (Sun Zi, strateg yang besar, bukan filosof Xun Zi).” Apa yang perlu dibicarakan boleh dikatakan, tetapi yang mengandung resiko tidak boleh dikatakan, meskipun pada rajapun.

Strategi dan taktik Zhuge Liang dalam memimpin peperangan ialah:

1. Sebelum peperangan beliau selalu mempelajari lapangan dimana peperangan akan dilakukan, keadaan fisik lapangan, hawa udara etc. dan dicari timing yang menguntungkan.

2. Mengerti kedaan jalan untuk menentukan daerah gerakan maju kalau menang perang dan mundur kalau kalah.

3. Merencanakan persedian yang diperlukan untuk hidup dan semagat tentara.

4. Mempelajari personaliti, sifat-sifat pemimpin musuhnya dan kekuatan tentaranya

5. Waktu memimpin peperangan Beliau selalu naik kereta, berjuba Taois dan memegang kipas besar, putih yang dibuat dari buluh.

6. Beliau sambil melihat peperangan sambil menjerit-jerit untuk memberi pimpinan taktis gerakan tentaranya.

Ang Pau Lindungi dari Gangguan Jahat Ya Sui Qian

Ang Pau Lindungi dari Gangguan Jahat Ya Sui Qian
Legenda Saat Imlek dan Cap Go Meh

Singkawang,- Benda-benda paling karib saat Imlek hingga Cap Go Meh adalah angpau, pohon jeruk, dan ikan pindang. Benda dengan sebutan angpau (Hokian) atau hong bao (Mandarin) secara harfiah berarti "amplop merah". Karena benda yang terbuat dari kertas berhiaskan huruf tinta emas berwarna merah.

Laporan Bas Andreas Gas, Singkawang


Amplop merah dengan huruf tinta emas tersebut merupakan benda yang sangat laku selain dodol Cina yang merupakan khas Imlek. Keberadaan angpau yang kini dalam istilah umum berarti amplop merah berisi uang menjadi benda laris.

Berdasarkan sejarah warga keturunan Tionghoa yang turun-temurun, angpau memang berupa amplop kertas merah dan digunakan untuk memasukkan sejumlah uang. Amplop berkah berisi uang yang diyakini sebagai pembawa keberuntungan tersebut pada perayaan Imlek dibagikan orang tua kepada anak-anak atau kerabat dekat.

Ada keyakinan bahwa uang tersebut selain membawa keberuntungan, juga dapat melindungi putra putri mereka dari gangguan kekuatan jahat atau ya sui qian. Selain itu, uang dalam angpau juga, berdasarkan keyakinan, akan mendatangkan nasib baik kepada yang memberinya.

Menurut kisah, diceritakan mengenai adanya kekuatan roh jahat bernama Sui yang selalu mendatangi warga setiap setahun sekali. Roh jahat dengan tubuh hitam dan bertangan putih itu suka masuk ke rumah dan merenggut kepala anak-anak kecil. Bila terkena tangan Sui, anak-anak akan berteriak-teriak, berkelakuan gelisah, dan bergumam sambil mengigau. Hingga pada akhirnya membuat para orang tua merasa takut dan terbawa gelisah. Salah satu cara untuk mengusir roh jahat tersebut adalah menaruh uang kepeng dalam bungkusan kertas merah sebagai tumbal. Hasilnya benar-benar terbukti, Sui tidak mengganggu anak-anak yang di bawah bantalnya disisipkan angpau.

Hingga kini, kepercayaan tersebut masih saja ada yang melakukan. Terutama menjelang Imlek, anak-anak selalu membawa amplop kertas merah dengan isi delapan koin tembaga. Amplop merah itu kemudian dibawa ke kamar tidur lalu angpau dibiarkan berada di bantal dekat kepalanya. Konon, pada saat anak-anak tidur lelap, angin pun bertiup kuat dan sanggup membuka pintu dan memadamkan lampu.

Roh jahat Sui dengan tangan putihnya berusaha meraih dan merenggut kepala sang anak. Namun, tiba-tiba keluar kilat cahaya dari amplop merah tersebut. Roh jahat itu luar biasa ketakutan dan melarikan diri.

Dalam kisah turun-temurun tersebut, angpau merupakan pelindung dari serangan roh jahat. Makanya, hingga kini tradisi angpau yang dulu digunakan untuk mengusir gangguan tangan roh jahat, kini diteruskan sebagai kebiasaan memberikan hadiah berupa uang dalam amplop merah agar uang itu selain melindungi anak dari gangguan tangan jahat, mungkin juga agar sang anak dididik sejak dini untuk memegang dan mengelola uang hadiah.

Sementara itu, mengenai tradisi buah jeruk berasal dari Cina Selatan. Merupakan kebiasaan warga sana bila setiap Imlek membeli pohon jeruk yang ada buahnya sebagai lambang kekayaan dan pembawa perdamaian. Ini yang biasa disebut dengan "jeruk emas" (jin ju). Sementara itu, ikan bandeng bakal banyak diburu menjelag Imlek. Ikan bandeng rupanya mewakili jenis ikan lainnya sebagai hidangan lezat yang bermakna di hari Imlek. Konon, ikan melambangkan rezeki. Dalam logat Mandarin, kata "ikan" sama bunyinya dengan kata "yu" yang berarti rezeki. (*/beberapa sumber)

Apakah benar Kwan Kong punya istri?

Apakah benar Kwan Kong punya istri?


Tanya:
Dalam cerita Samkok, Kwan Kong (Guan Yu) tidak dituliskan punya keluarga dan beristri. Dalam sejarah faktual, apakah benar ia punya istri? Bagaimana dengan anak2nya?


Jawab:

Kalau ada yang tak tahu Kwan Kong itu siapa, Kwan Kong adalah salah satu dewa paling populer di dalam kepercayaan tradisional Tionghoa, Buddhisme dan Taoisme.

Sepengetahuan kita, Guan Yu diceritakan tidak mempunyai istri dalam cerita Samkok. Putra2-nya juga dikatakan sebagai anak angkat. Namun
tidak begitu sebenarnya dalam sejarah yang sebenarnya.

Guan Yu sebenarnya punya 2 istri, istri pertamanya bernama Hu Jin-ting merupakan ibu kandung dari Guan Ping dan Guan Suo. Hu Jinting meninggal sewaktu berada di Jingzhou. Sepeninggal Hu, Liu Bei menjodohkan seorang istri lagi bagi Guan Yu. Tidak ada catatan mengenai nama istri keduanya ini, namun istri keduanya ini melahirkan Guan Xing dan seorang anak perempuan. Jadi dugaan mengenai Guan Yu mempunyai anak perempuan memang benar adanya.

Silsilah keluarga Guan Yu yang lebih teliti didapat dari nisan Guan Yu yang ditemukan secara tidak sengaja pada masa kekuasaan Kaisar Kangxi, di kampung halaman Guan Yu, Jiezhou ditemukan papan nisan kuburan Guan Yu sewaktu penggalian sebuah sumur. Di dalam dituliskan bahwa Guan Yu mempunyai istri dan anak kandung. Di dalam San Guo Zhi sendiri, pernah dicatat bahwa Guan Ping adalah anak kandung Guan Yu, bukan anak angkat seperti yang banyak dipercayai orang.

Silsilah keluarga lengkap Guan Yu adalah:

- Guan Longfeng (menteri di zaman kekuasaan Jie, Dinasti Xia, 1600 SM).
---------------------------------------
- Guan Shen (kakek Guan Yu), keturunan generasi ke-35 dari Guan Longfeng, Dinasti Han, 0 M.
---------------------------------------
- Guan Yi (ayah Guan Yu)
---------------------------------------
- Guan Yu (istri Hu Jinting)
---------------------------------------
- Guan Ping (anak Guan Yu), Guan Suo (anak Guan Yu), Guan Xing (anak Guan Yu dari istri kedua).
---------------------------------------
- Guan Yue (anak Guan Ping), Guan Tong (anak Guan Xing), Guan Yi (anak Guan Xing).

Dari anak Guan Yu, yang sering disinggung hanya Guan Ping dan Guan Xing, mengenai Guan Suo, ada 2 versi, versi pertama menyatakan Guan Suo tidak diakui oleh Guan Yu sewaktu ia menemui Guan Yu di Jingzhou. Guan Suo lalu pergi mengabdi kepada Cao Cao. Versi kedua, menyatakan Guan Suo sebenarnya adalah Guan Ping itu sendiri, artinya tidak ada seorang Guan Suo.

Setelah Guan Ping dan Guan Yu wafat di peperangan Maicheng dibunuh oleh jenderal negara Wu, istri Guan Ping pernah mengganti marga Guan menjadi Men, namun setelah negara Wu runtuh, ia kembali mengambil marga Guan buat anaknya, Guan Yue. Keturunan Guan Yue muncul kembali pada zaman kekuasaan Kaisar Yongzheng, Dinasti Qing (tahun 1732). Kekaisaran memberikan gelar kehormatan untuk keturunan Guan Yu itu.

Guan Tong tak punya anak, Guan Yi punya keturunan yang kemudian tersebar ke seluruh Tiongkok. Sekarang ini keturunan Guan Yu mayoritas adalah berasal dari keturunan Guan Yi.

Catatan silsilah keluarga Guan sampai sekarang ini mencatat ada sekitar 20000 lebih keturunan Guan Yu di seluruh dunia.