Kamis, 20 Juni 2013 0 komentar

Pahala Memberi Persembahan

Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu

Sebelum setiap sesi meditasi, anda harus menyalakan hio dan memberi persembahan bagi para Budha, Bodhisatva dan Dharmapala. Makna dari bahan persembahan yang berbeda adalah:

Air = pahala
Bunga = amal
Dupa = sila
Pelita = ketabahan
Dupa urapan = usaha
makanan = meditasi samatha
musik = prajna

Anda tidak harus memberi semua persembahan pada setiap sesi -- kadang-kadang hanya satu macam saja dilain waktu beberapa macam.

Setiap kali Aku membuat persembahan, Aku pegang sebuah piring dengan sebuah apel didalamnya dan memvisualisasikan apel itu berubah menjadi berjuta-juta apel seperti gunung apel memenuhi angkasa yang berubah menjadi awan-awan apel. Aku juga visualisasikan para Budha dan Bodhisatva menerima apel-Ku dengan sukacita dan semua Budha sepuluh penjuru menerima persembahan-Ku. Persembahan visualisasi ini adalah yang paling efektif dari semua persembahan.

Banyak murid bahkan tidak tahu ritual persembahan dasar meskipun mereka telah bersarana pada-Ku beberapa tahun. Kita harus memahami bahwa kita membuat persembahan dengan ketulusan. Kita mempersembahkan barang-barang ini kepada Budha dari dasar hati kita. Bahkan jika hanya segelas air, kita harus melakukan visualisasi yang tulus. Persembahan yang tulus dan sepenuh hati menghasilkan pahala besar yang menjangkau jauh.

Beberapa murid-Ku akan menelepon-Ku saat ada anggota keluarganya yang sakit: 'Mahaguru Lu, tolong buatkan permohonan darurat bagiku kepada Budha.' Ada banyak orang setiap hari meminta-Ku memohonkan banyak hal dari Budha. Mereka tampaknya mengira bahwa Aku orang kesayangan para Budha dan Bodhisatva yang hanya menerima permohonan dari-Ku. Sebenarnya, hal ini tidak benar. Adalah yang terbaik bagimu untuk membuat permohonanmu sendiri kepada Budha. Anda harus memberi persembahan demi permohonan anda. Anda dapat memohon demi setiap orang lain, seperti anak bagi orangtuanya, atau orangtua bagi anak-anaknya, bawahan bagi atasannya, kakak demi adik, atau adik demi kakak, istri demi suaminya atau suami bagi istrinya. Ingatlah memberi persembahan dan lakukan visualisasi bagi setiap permohonan, agar memperoleh pahala kelas satu.

Adalah juga boleh anda meminta Gurumu memohon demi dirimu, tetapi bagi efek terbaik, anda harus membuat persembahan anda sendiri dan bersembahsujud bersama dengan Guru anda; jangan hanya dengan santai berkata:

'Mahaguru Lu, tolong mohonkan kepada Budha bagiku.' Jika anda tidak membuat persembahan, para Budha dan Bodhisatva tidak akan menganggap itu sebagai suatu upacara yang pantas dan terserah kepada Mereka apakah akan menganugerahkan berkah padamu atau tidak. Itu mungkin menjadi 'permintaan darurat kosong.'

Kalau Aku membeli buah-buahan untuk persembahan, maka itu menjadi persembahan-Ku, bukan persembahanmu; pahalanya menjadi milik-Ku. Sekali lagi, ia mungkin menjadi 'permintaan darurat kosong.' Pahala dalam membuat persembahan tidak tergantung pada berapa banyak anda mempersembahkan atau berapa mahal barang yang anda persembahkan, tetapi pada apakah 'ianya kosong.' Selama ianya tidak 'kosong', ianya berpahala. Persembahan berpahala mengubah nasib jelek menjadi nasib baik dan mengubah kegagalan menjadi sukses, membuat semua hal terjadi sesuai dengan keinginan anda.

Altar Tantra anda harus dihias dengan agung. Keagungan pratima Budha, panji Budha, pengaturan altar yang rapi dan persembahan pusaka, dapat menimbulkan sukacita dan rasa hormat dari sadhaka. Perhiasan yang agung sendiri adalah semacam persembahan; bahan persembahan bermutu tinggi itu juga suatu kebajikan. Semua hal ini menciptakan pahala kelas satu.

Bahan persembahan dapat digolongkan dalam tiga kelompok:

Mempersembahkan makanan, pelita, teh dan benda-benda indah disebut persembahan eksternal atau persembahan kasatmata.
Mempersembahkan hidup seseorang, emas, perak dan perhiasan disebut persembahan internal atau persembahan tidak kasatmata.

Persembahan terbaik adalah 'persembahan pikiran' seperti memberi penghormatan kepada Guru anda, menunjukkan bakti pada orangtua, menunjukkan hormat dan ketulusan pada oranglain, melatih Sadparamitha (dana, sila, ksanti, virya, dhyana dan prajna), menyelamatkan makhluk hidup, mematuhi sila, duduk bermeditasi setiap hari, tidak pernah melepaskan tekad bersadhana; rela menderita demi makhluk hidup. Merangkapkan kedua tangan didepan Budha juga adalah 'persembahan pikiran' dan berpahala.

Secara umum, kita mulai dengan persembahan eksternal, dan kemudian maju ke persembahan internal dan akhirnya melatih 'persembahan pikiran' atau melakukan ketiga persembahan itu secara bersama-sama. Ingatlah bervisualisasi, mengubah bahan persembahan menjadi beribu-ribu bahan, sampai ia memenuhi seluruh Dharmadatu di sepuluh penjuru, dan semua Budha bersukacita menerimanya. Ritual ini sangat berkebajikan. Kalau anda hanya berteriak, 'Mahaguru Lu, tolonglah aku.' dan anda tidak membuat persembahan, tidak akan ada hasilnya. Boleh-boleh saja Aku memohonkan permintaan anda, tetapi anda harus mengusahakan ritual persembahan itu benar karena melakukan ritual juga bagian dari pahala. Hanya permintaan sambil lalu saja tidak akan membuat keinginan terpenuhi.

Aku telah membuat persembahan selama bertahun-tahun. Pertama-tama Aku membuat persembahan bagi Budha. Kedua Aku membuat persembahan bagi para Bodhisatva. Ketiga, Aku membuat persembahan bagi para Vajra. Keempat kepada para Dewa. Kelima kepada para hantu dan makhluk halus. Terakhir, kepada para Raksasa. Aku percaya semua makhluk hidup yang menderita di enam alam tumimbal lahir adalah kerabat Budha, dan Aku tidak membeda-bedakan mereka. Aku berharap semua makhluk yang menderita terbangunkan Bodhicittanya dan menjadi Budha di masa yang akan datang. Itulah sebabnya Aku bahkan memberi persembahan bagi para Raksasa.

Sebagai hasil dari persembahan spesial ini, pernah sekali dalam meditasi-Ku, beberapa cahaya hijau gelap muncul dan seorang Raja Asura datang menengok-Ku. Raja ini berperawakan sangat jelek -- sangat sangat tinggi, tangan dan kaki seperti cakar besi, dengan gigi yang panjang dan mencuat, tengkorak manusia yang berbentuk yang aneh tergantung di dadanya. Ia mempunyai enam mata, tiga di kanan dan tiga di kiri, semua tampak sangat marah. Diatas kepalanya, ada tiga kepala; yang ditengah bertampang raja, dua yang lain berlidah panjang dengan gerakan menjilat darah. Raja itu mempunyai banyak tangan, setiap tangan menggenggam senjata maut, keseluruhannya membentuk rupa yang menakjubkan.

Raja Asura berkata: 'Dengan ini aku mempersembahkan sebuah pedang pada-Mu, pendeta yang terhormat.'
'Untuk apa?'
'Anda telah memberi persembahan bagi para Raksasa.'
'Apa kegunaan pedang ini?'
'Sangat berguna. Dengarkan:
'Mara hawa nafsu dan Pancaskanda berteriak dan menjerit siang malam. Pedang emas yang dibuat di Sorga adalah untuk mengatasi mereka.
Sekarang adalah waktu untuk tumbuhnya buah plum dan cendana.
Keheningan tertinggi menjaga suasana yang benar.
Menyebarluaskan Dharma bagi para makhluk hidup adalah Integritas.
Untuk menghapuskan ajaran sesat dan para mara.
Kami para Asura harus datang dan membantu.'

Sang Raja Asura mengangkat pedang itu, cahaya emas memancar ke semua penjuru.
'Pedang pusaka yang luarbiasa!' Aku berseru.

Sebelum Aku selesai, sang Raja meletakkan pedang itu di depan-Ku dan menghilang. Hari ini, kapan saja Aku masuk ke dalam meditasi yang mendalam, akan ada sebilah pedang di atas kepala-Ku. Semua iblis ketakutan sampai hilang akal dan bersarana pada-Ku. Aku memperoleh pedang pusaka ini hanya karena Aku membuat persembahan bagi para Raksasa.

Dalam sadhana Tantra, ada susunan Delapan Persembahan (dari kanan ke kiri): kulit kerang, buah, dupa urapan, pelita, dupa yang tidak dibakar, lima bunga putih, air sabun, air mengalir atau air matang. Mantra untuk persembahan ini adalah: "Om, ya-li-ye, zhen-ba-la, sian-da-ye, sha-ba-le-wa-la, bie-cha, ya-gan, ba-deng, bu-bie, du-bie, ya-luo-chie, jien-die, nee-wen-die, shi-da, bu-la-dee-cha-ye, sa-ho."

Mudra untuk persembahan ini harus diajarkan secara pribadi.

Hasrat untuk memberi persembahan berasal dari para biksu dan pandita sendiri. Di dalam hal apapun yang mereka kerjakan (bergerak, hidup, duduk, tidur) selama mereka melakukan penghormatan kepada Budha, mereka akan mengembangkan tekad untuk membuat persembahan. Persembahan sangat efektif. Persembahan yang diniatkan adalah eksternal; persembahan yang tidak diniatkan adalah internal; kedua jenis itu berpahala. Dalam dunia kita, membuat persembahan adalah suatu cara untuk bhavana; ianya telah diturunkan dari generasi ke generasi dan keefektifannya takterperikan. Adalah tidak benar tidak melakukan persembahan. Beberapa orang menganggap bahwa Budha ada didalam pikiran kita dan dengan demikian hanya pikiranlah yang penting, dan membuat persembahan hanyalah suatu formalitas diluar pikiran. Mereka tidak salah, namun Orang Cerah seperti itu sangat jarang. Jikalau semua orang biasa mengabaikan memberi persembahan, akan ada kekacauan dalam Budha Dharma. Jika semua ritual dihapuskan, makhluk hidup akan kehilangan sandaran dan akan lebih sedikit lagi yang dapat mencapai Pencerahan.

Kesimpulannya, sadhaka dalam melakukan meditasi harus membuat persembahan; kalau tidak, mereka dapat dianggap telah melakukan 'pelanggaran ketidakhormatan.'

Senin, 03 Juni 2013 0 komentar

Secret Mudra Cen fo chong (True Buddha School) II

Mudra dan Mantra

ai ren ming wang amituofo chun di fomu chun sen fo mu cing kang sato hei chai sen huang chai sen hui ci cinkang hung chai sen kurukule fomu kwan se im pusat lienhua sen tase lienhua tung ce litumu tara hijau lungwang fo ma tou mingwang mahakala moli ce thien phusat pai chai sen putung ming wang se mien kung simu secia moni fo selun cinkang wencu seli pusat
0 komentar

Bodhisattva Mahasthamaprapta

TASECE POUSAT/BODHISATVA MAHASTHAMAPRAPTA



Makna Maha-sthama-prapta (Dashizhi)
Kekuatan seorang bodhisattva sungguh tidak terkirakan. Kekuatan untuk selalu semangat mencapai kebuddhaan, kekuatan kebijaksanaan menaklukkan Mara dan kegelapan batin, kekuatan kasih sayang dan welas asih menyebrangkan semua makhluk ke Pantai Seberang, Nirvana, itulah kekuatan agung Bodhisattva Mahasattva.
Salah satu Bodhisattva Mahasattva yang memiliki kekuatan luar biasa itu adalah Bodhisattva Maha-sthama-prapta (Mahasthamaprapta), atau dalah Mahayana Tiongkok dikenal dengan nama Dashizhi Pusa.
Nama Bodhisattva Mahasthamaprapta memiliki arti: “Bodhisattva yang Mencapai Kekuatan Agung”. Seperti yang diutarakan dalam Sutra Amitayur Dhyana (Guan Wu Liang Shou Jing): “Dengan kekuatan kebijaksanaan, mencabut penderitaan tiga alam rendah (neraka, setan, hewan) agar memperoleh kebahagiaan tertinggi, karena itu disebut sebagai Maha-sthama-prapta.” Sedang Sutra Visesacintabrahma-pariprccha (Si Yi Jing) mencantumkan: “Saya menapakkan kaki di satu tempat, bergetarlah alam tiga ribu maha ribu dan istana Mara, sebab itu disebut sebagai Maha-sthama.”
Makna nama Maha-sthama-prapta (Dashizhi) dapat diartikan pula sebagai berikut. Maha (Da) menunjukkan arti pencapaian Tubuh Dharma (Dharma-kaya) yang besar dan agung; Sthama (Shi) adalah kekuatan pencapaian kebijaksanaan yang menghancurkan kegelapan batin (internal) dan menundukkan godaan Mara (eksternal); sedang Prapta (Zhi) adalah pencapaian Pencerahan yang mendekati kebuddhaan.
Amitabha Buddha, Avalokitesvara dan Mahasthamaprapta Bodhisattva adalah Tiga Suciwan Pembabar Dharma di Tanah Suci Sukhavati. Setelah Buddha Amitabha mahaparinirvana, maka Bodhisattva Avalokitesvara akan menjadi Buddha menggantikan Amitabha membabarkan Dharma di Sukhavati. Setelah Avalokitesvara Mahaparinirvana, akan digantikan oleh Mahasthamaprapta dengan nama Shanzhu Gongde Baowang Rulai. Supratishthita-guna-ratnaraja Tathagata) yang berarti “Tatagatha Raja Kebajikan dalam Permata Pahala Moralitas.”
Mahasthamaprapta digambarkan mengenakan mahkota dengan sebuah botol berisi cahaya kebijaksanaan di tengahnya, kedua tangan memegang setangkai bunga teratai (lotus) yang mekar, membuka hati setiap insan menerima Buddha.
Vipasyana Bodhisattva Mahasthamaprapta
Nama Mahasthamaprapta muncul dalam berbagai Sutra. Sutra Saddharmapundarika menyebutkan Mahasthamaprapta termasuk dalam kumpulan besar yang mendengarkan Dharma Buddha di Puncak Grdhakuta, Rajagriha. Sedang dalam Sutra Amitayur Dhyana, Buddha menjelaskan tentang Mahasthamaprapta sebagai berikut:
Buddha bersabda lagi: “Selanjutnya kita melaksanakan Vipasyana Bodhisattva Mahasthamaprapta! Ketahuilah, tinggi dan besar Bodhisattva ini sama dengan Bodhisattva Avalokitesvara. Lingkaran sinar empat penjuru masing-masing mencapai 125 yojana dan memancar sejauh 250 yojana. Seluruh tubuh memancarkan cahaya ungu keemasan yang juga menerangi 10 oenjuru alam, para makhluk yang berjodoh akan dapat melihatnya.
O, Arya Ananda! Ketahuilah, asal dapat melihat cahaya yang terpancar dari satu pori saja, identik dengan melihat cahaya murni dan menakjubkan dari para Buddha di 10 penjuru! Karena itu, Bodhisattva Mahasthamaprapta juga disebut Bodhisattva Anantavamprabha (Cahaya Tanpa batas). Sebab cahaya dari satu pori itu sama seperti cahaya para Buddha yang tak terhitung banyaknya yang menyinari secara luas tiada batas. Seperti halnya Bodhisattva Avalokitesvara menyinari semua makhluk dengan cahaya kasih sayang dan welas asih, Bodhisattva ini menyinari segala tempat dengan cahaya kebijaksanaan, agar para makhluk dapat memiliki cahaya kekuatan tak terhingga yang dapat membebaskan diri dari penderitaan tiga alam rendah. Karena itu arti nama Bodhisattva Mahasthamaprapta adalah kekuatan dahsyat dari kebijaksanaan memenuhi sepuluh penjuru.
Di atas mahkota Bodhisattva Mahasthamaprapta terdapat 500 teratai mustika. Di setiap teratai mustika terdapat 500 takhta mustika, setiap takhta menampakkan panjang dan lebar wilayah sepuluh puluhan penjuru Tanah Suci Mengagumkan dari para Buddha. Usnisa di dahi Bodhisattva Mahasthamaprapta seperti bunga teratai merah dan di atas usnisa itu terdapat sebuah kundika (botol mustika) yang berisikan cahaya kebijaksanaan, yang digunakan untuk menyelamatkan semua makhluk. Tanda-tanda agung lainnya tidak berbeda dengan Bodhisattva Avalokitesvara.
Ketika Bodhisattva Mahasthamaprapta mengayunkan langkah, sepuluh penjuru alam akan bergetar, dan pada setiap tempat yang bergetar di masing-masing alam itu muncullah 500 koti bunga teratai mustika. Setiap teratai mustika itu tampak anggun dan agung. Keagungannya mirip alam Sukhavati! Saat Bodhisattva Mahasthamaprapta duduk, tanah tujuh permata di Alam Sukhavati akan terlebih dulu bergoyang, lalu menyebar hingga Tanah Buddha di bagian bawah yaitu Negeri Buddha Suvarnaprabha. Di antara dua alam Buddha tersebut tertampak Nirmanakaya (Badan penjelmaan) dari Buddha Amitayus (Buddha Amitabha), Bodhisattva Avalokitesvara dan Bodhisattva Mahasthamaprapta yang tak terhitung jumlahnya. Kesemuanya berkumpul di Alam Sukhavati, memenuhi seluruh langit, dan duduk bersila di atas takhta teratai, membabarkan Dharma yang menakjubkan dan dalam maknanya demi menyelamatkan para makhluk yang menderita. Metode tersebut disebut Vipasyana Bodhisattva Mahasthamaprapta”, juga dinamakan Vipasyana ke sebelas.”
Dikisahkan dalam Sutra Shurangama, Mahasthamaprapta mencapai pencerahan melalui pengendalian landasan indera dan pelafalan nama Buddha secara tiada henti sehingga mencapai kondisi Samadhi. Sesepuh ke-13 tradisi Tanah Suci (Sukhavati), Master Yin-guang (1861-1941), menetapkan Dashizhi Pusa Nianfo Yuantong Zhang (Bab Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafalkan Nama Buddha secara Sempurna dan Tiada Halangan – bagian dari Sutra Shurangama) sebagai salah satu dari Sutra acuan tradisi Sukhavati.
Kalangan Mahayana Tiongkok meyakini Master Yin-guang sebagai badan penjelmaan Bodhisattva Mahasthamaprapta. Sedang tempat pembabaran Dharma di Tiongkok dari Mahasthamaprapta yang kelahirannya diperingati setiap tanggal 13 bulan 7 Imlek ini ditetapkan di Vihara Guangjiaosi di Gunung Langshan, Nantong, Propinsi Jiangsu.
Mahasthamaprapta juga diyakini beberapa kali mewujudkan dirinya di negara Jepang. Di sana, Mahasthamaprapta berwujud sebagai seorang perempuan yaitu istri dari pangeran Shotoku, juga sebagai seorang pria, yaitu Honen Shonin (1133-1212), pendiri aliran Jodo (Sukhavati) di negara matahari terbit. Uniknya, nama asli Honen (Chinese: Faran) adalah Seishi-maru. “Seishi” adalah terjemahan bahasa Jepang untuk Mahasthamaprapta.
Bahkan tidak hanya beremanasi sebagai seorang manusia saja, Mahasthamaprapta juga muncul sebagai seorang dewa bernama Dewa Candra (bulan), yang menerangi kegelapan “malam” samsara dan memberikan kebijaksanaan pada semua makhluk.
Bodhisattva Vajrapani tradisi Vajrayana
Di negara atap dunia (Tibet), Mahasthamaprapta lebih dikenal dengan nama Bodhisattva Vajrapani (Tibet: Chana Dorje, Chinese: Jin-gangshou Pusa). Sebagai emanasi dari Dhyani Buddha Akshobya, Vajrapani menempati posisi sebagai pemimpin keluarga Vajra. Bersama Avalokitesvara dan Manjusri, merupakan 3 bodhisattva utama tradisi Vajrayana yang melambangkan 3 aspek utama dari Bodhi (pencerahan) yaitu cinta kasih (mahamaitrikaruna), kebijaksanaan (mahaprajna) dan kekuatan (mahabala). Ketiga Bodhisattva tersebut juga menyimbolkan tubuh, ucapan dan pikiran para Buddha. Selain itu, dalam paham wilayah, Vajrapani adalah pelindung Mongolia, Manjusri pelindung dataran Tiongkok dan Avalokitesvara pelindung Tibet.
Sebagaimana Ananda sebagai siswa “Penjaga Dharma” yang mengingat dan mengucapkan ulang wejangan Buddha dalam konsili pertama, demikian juga di saat yang sama di Gunung Vimalasvabhava, Vajrapani mengucapkan ulang ajaran-ajaran Buddha, yang kemudian dikenal sebagai Sutra-sutra Mahayana. Konsili tersebut dikepalai oleh Bodhisattva Samantabhadra, beserta Maitreya mengucapkan kembali Abhidharma. Keseluruhannya dikumpulkan menjadi Tripitaka Mahayana.
Vajrapani dikenal juga dengan sebutan Guhyapati, “Penguasa Rahasia”, penjaga semua Tantra yang diajarkan oleh Buddha. Vajrapanilah yang memohon Buddha untuk memutar roda dharma sekali lagi yaitu ajaran Tantra, dan memimpin pertemuan para Bodhisattva di Surga Tusita untuk merangkai dan menyusun kembali ajaran Tantra (Kriya, Carya dan Yoga) yang telah dibabarkan oleh Buddha.
Dalam Seni Gandhara (Seni Buddha Yunani), Vajrapani digambarkan sebagai Hercules (Herakles), sang tokoh legendaris penemu Olimpiade dan putra dari Zeus, karena melambangkan kekuatan yang maha dasyat. Penggambaran ini kemudian turut mempengaruhi wujud dua emanasi Vajrapani di Asia Timur, yaitu Misshaku dan Narayana. Keduanya ditampilkan di kedua sisi gerbang vihara dengan tubuh berotot dan memegang vajra. Para pelindung tersebut berada dalam posisi beladiri layaknya posisi pratayalidha (prajurit) Vajrapani sendiri.
Vajrapani berarti Tangan Vajra (Petir) atau Pemegang Vajra, adalah satu-satunya bodhisattva Mahayana yang disebutkan dalam naskah Pali, selain Maitreya (Metteyya) dan Svetaketu (Setaketu). Beliau muncul sebagai sebagai Yakkha Vajirapani (Pali), atau Vajrapani (Sanskrit) di Ambattha Sutta, Digha Nikaya. Seorang brahmana bernama Ambatta berkata tidak layak kepada Buddha serta menolak untuk menjawab pertanyaan Buddha sebanyak dua kali. Saat itu juga Yakkha Vajrapani muncul di atas kepala Ambatta, berdiri di udara dengan membawa pemukul besi besar (Vajra) yang menyala-nyala bersiap memecahkan kepala Ambatta sampai berkeping-keping apabila tidak menjawab pertanyaan Buddha untuk ketiga kalinya. Ambattha menjadi sangat ketakutan, kemudian ia mengakui kesalahannya dan memohon perlindungan pada Sang Bhagava. Buddhagosa, komentator Tipitaka Pali yang terkemuka, menyebutkan, bahwa Yakkha Vajirapani adalah Sakka (Shakra), raja para deva di alam Trayastrimsa (Tavatimsa).
Selain sebagai Bodhisattva, Vajrapani juga merupakan Dharmapala (Pelindung Dharma). Ia adalah Dharmapala dari Sakyamuni Buddha dan selalu bersama Buddha (Abhyantaraparivara), layaknya Ananda. Dalam Sutra Astasahasrika Prajnaparamita dikatakan, “Maka sekarang, Vajrapani, Yaksha yang agung, terus menerus mengikuti bodhisattva yang teguh! Tidak tertandingi, Bodhisattva tidak dapat dikalahkan oleh manusia maupun hantu.” Demikian juga Sutra Lankavatara pun menyebutkan bahwa Buddha selalu diikuti oleh Vajrapani.
Ketika Buddha melalui Bukit Gridhakuta, tempat Buddha membabarkan Prajnaparamita, Devadatta, sepupu Buddha, hendak membunuh Buddha dengan menggulingkan sebuah batu besar. Tepat ketika batu tersebut hampir mengenai Buddha, Vajrapani muncul dan menghancurkannya menjadi berkeping-keping sehingga hanya sedikit melukai jari kaki Buddha. Selain melindungi Buddha, Vajrapani juga pernah melindungi para naga Uddiyana dari serangan garuda ketika para naga itu sedang mendengarkan pembabaran Dharma dari Buddha.
Sewaktu tiba di Kusinagara, India, Faxian (227-422) dan Xuanzang (sekitar 662-664) menemukan sebuah stupa Vajrapani, yang dipercaya sebagai lokasi tempat Vajrapani menjatuhkan vajranya ketika menyaksikan Buddha Sakyamuni Mahaparinirvana.
Selain itu, raja-raja seperti Raja Suchandra dari Shambhala dikenal sebagai emanasi Vajrapani. Guru Padmasambhava meramalkan bahwa Vajrapani akan beremanasi sebagai Raja Raipavhen dan sebagai seorang perempuan yaitu Konchok Paldron, putri dari Chokgyur Lingpa, Terton agung sekaligus nenek dari Tulku Urgyen Rinpoche.
Jadi, Vajrapani atau Mahasthamaprapta tidak mewujudkan diri beliau di Tiongkok dan Jepang saja, namun juga di Tibet, India dan Shambala.
Amanat Mahasthamaprapta
Dari berbagai bentuk tubuh penjelmaan yang ada, sebenarnya hanya satu hal yang diamanatkan oleh Mahasthamaprapta kepada kita semua, yaitu tekunlah kita mengendalikan enam landasan indera dan berfokuslah pada pelafalan nama Buddha secara tiada henti, itulah kekuatan agung Bodhisattva Mahasattva. Itulah salah satu metode terbaik dalam membangkitkan kekuatan agung hakekat sejati kita.
Kekuatan agung itu bukan menjadi hak milik atau hak paten Bodhisattva Mahasthamaprapta atau para Bodhisattva Mahasattva dan Buddha, melainkan semua makhluk dapat mencapainya asal mampu menerapkan Dharma yang indah. Konsisten dalam Dharma, itulah kekuatan agung yang sejati.
Sumber : Sinar Dharma Vol. 6 n0. 2-4 2551 BE
0 komentar

Dupa atau Hio dan maknanya

Hio atau Dupa dan maknanya

Hampir semua orang Tionghoa tahu apa itu Dupa/Hio karena setiap ritual persembahyangan yang dilakukan selalu menggunakan benda yang satu  ini. Bahkan pernah saya mengdengar seorang sesepuh berkata, “Kalau tidak mau memegang dan tidak tahan dengan bau Dupa/Hio janganlah jadi orang Tionghoa.” Namun tahukah anda makna yang tersirat dari penggunaan Hio didalam ritual persembahyangan tersebut. Berikut sedikit penjelasan tentang makna dari Hio, jenis-jenisnya, dan cara penggunaannya.
Hio artinya harum. Yang dimaksud harum disini ialah Dupa, yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap berbau sedap/harum. Dupa yang dikenal pada jaman Nabi Khongcu (Kongzi) berwujud bubuk atau belahan kayu, misalnya : Tiem Hio (Cheng Xiang), Bok Hio (Mu Xiang)/Gaharu, Than Hio (Tan Siang)/Cendana dan lain-lain.
Makna dan Kegunaan

Membakar dupa/hio mangandung makna :
- Jalan Suci itu berasal dari kesatuan hatiku. (Dao You Xin He)
- Hatiku dibawa melalui keharuman dupa. (Xin Jia Xiang Chuan)
Selain itu dupa juga berfungsi untuk:
- Menenteramkan pikiran, memudahkan konsentrasi, meditasi. (seperti aroma therapy pada jaman sekarang)
- Mengusir hawa atau hal-hal yang bersifat jahat.
- Mengukur waktu : terutama pada jaman dahulu, sebelum ada lonceng atau jam. (seperti pada saat duel di film-film kungfu)
1. Dupa yang bergagang Hijau
Gunanya khusus untuk bersembahyang di depan jenasah keluarga sendiri atau dalam masa perkabungan.
2. Dupa yang bergagang Merah
Gunanya untuk bersembahyang pada umumnya. (contoh : ke altar Tian/Tuhan, altar Nabi, Shen Ming (para suci), dan leluhur)
3. Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida, bubukan dsb-nya
Gunanya untuk menenteramkan pikiran, mengheningkan cipta, mengusir hawa jahat; dinyalakan pada Swan Lo (Xuan Lu)/tempat dupa –> tidak sama dengan tempat menancapkan dupa.(gambar menyusul)
4. Dupa yang berbentuk spiral, seperti obat nyamuk.
Hanya untuk bau-bauan. Sering ditemui ketika upacara perkabungan.
5. Dupa besar bergagang panjang (Kong Hio/Gong Xiang)
Gunanya khusus untuk upacara sembahyang besar.
6. Tiang Siu Hio/Chang Shou Xiang
Dupa tanpa gagang, panjang lurus, dibakar pada kedua ujungnya. Gunanya untuk bersembahyang kepada Tuhan atau untuk dipasang pada Swan Lo (Xuan Lu). Bisa juga lagi dalam masalah gawat sekali, urgent memohon pertolongan sang Dewa dengan segera.
Ketentuan Jumlah/Penggunaan Dupa

1. Dupa yang bergagang Hijau
2 batang : digunakan untuk menghormat jenasah keluarga sendiri atau kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa berkabung atau belum lewat sembahyang Tai Siang/Da Xiang (sembahyang 3 tahun). Boleh juga dipakai satu batang saja.
2. Dupa yang bergagang Merah
1 batang : dapat digunakan untuk segala upacara sembahyang; bermakna memusatkan pikiran untuk sungguh-sungguh bersujud.
2 batang : untuk menghormat kepada arwah orang tua/yang meninggalnya telah melampaui 2 x 360 hari/setelah sembahyang Tai Siang; atau ke hadapan altar jenasah bukan keluarga sendiri. Mengandung makna : ada hubungan Iem Yang atau Negatif dan Positif, ada hubungan duniawi.
3 batang : untuk bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa/Nabi/Para Suci.
4 batang : sama makna dengan 2 batang.
5 batang : untuk menghormat arwah umum, umpamanya pada sembahyang bulan VIII Imlek(Yin Li) : sembahyang King Hoo Ping (Jing He Ping). Mengandung makna melaksanakan Lima Kebajikan (Ngo Siang/Wu Chang) atau sembahyang Thu thi kung (hok tek ceng sin).
8 batang : sama guna dengan 2 batang, khusus untuk upacara kehadapan jenasah oleh Pimpinan Upacara dari Majelis Agama (MAKIN). Mengandung makna Delapan Kebajikan.
9 batang : untuk bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa/Nabi/Para Suci.
1 pak : Boleh sebagai pengganti 9 batang atau 1 batang; ini kurang/tidak perlu.

Cara Menancapkan Dupa

1. Untuk 2 batang dupa
Langsung ditancapkan sekaligus, setelah dinaikkan 2 kali. Ini juga berlaku untuk 4 atau 8 batang.
2. Untuk 3 batang dupa
berlaku juga di Hio Lo berbentuk
bulat
Hio pertama ditancapkan di tengah-tengah, hio kedua ditancapkan disebelah kiri (ditinjau dari altar), hio ketiga ditancapkan disebelah kanan. (lihat gambar)
3. Untuk 5 batang dupa
a. Pada tempat menancapkan dupa (Hio Lo/Xiang Lu) yang berbentuk bulat, 5 batang dupa itu ditancapkan sbb (ditinjau dari altar):
- dupa pertama : tengah-tengah
- dupa kedua : kiri (dalam)
- dupa ketiga : kanan (dalam)
- dupa keempat : kiri (luar)
dupa kelima : kanan (luar)
b. Pada tempat dupa yang bentuknya persegi panjang. 5 batang dupa itu ditancapkan seperti pada penancapan 3 batang, ditambah dengan dupa keempat disebelah kiri dupa kedua dan dupa kelima di samping kanan dupa ketiga.
4. Untuk 9 batang dupa
Cara menancapkan seperti pada penancapan 3 batang, dinaikkan 3 kali dan tiap kali ditancapkan 3 batang dupa.
Catatan : untuk setiap penancapan dupa selalu menggunakan tangan kiri
Penjelasan : Didalam prinsip-prinsip ajaran yang terdapat di Kitab Ya King (I-Ching) yang menguraikan tentang garis-garis Pat Kwa (Ba Gua), dinyatakan kiri ialah melambangkan unsur Yang atau Positif, dan kanan melambangkan unsur Yin atau Negatif. Maka untuk hal-hal yang bersifat seperti menancapkan dupa, wajib menggunakan tangan kiri. Ada keterangan lain yang peninjauannya secara anatomis (untuk diketahui saja):
Jantung atau Siem (Xin) kita ada disebelah kiri, menancapkan dupa adalah hal kesujudan hati/Siem (jantung), maka digunakanlah tangan kiri.
Fakta tambahan : coba lihat lintasan lari di stadion pasti mengarah kekiri atau lihat atraksi “roda gila” pasti pemainnya muter ke arak kiri.  Chi/angin bergerak dari arah sebelah kiri menyusuri tembok kiri (sisi naga ).
source : koleksikoin.blogspot.com
sumber : SGSK XXVIII No 4-5 Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu, MATAKIN
Penelitian yang dilakukan di Taiwan pada tahun 2001 terkait pembakaran dupa dapat mengakumulasi bahan kimia dalam tubuh, penelitian tersebut dilakukan di sebuah kuil Budha. Membakar dupa dengan bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi dapat menyebabkan masalah-masalah pernapasan dalam tubuh manusia seperti sesak nafas karena jumlah bahan kimia yang dihasilkan dalam proses pembakaran dupa.Penelitian ini juga yang membuat sebagian vihara di indonesia tidak memperbolehkan menyalakan hio lagi untuk umum , hio hanya dinyalakan pada waktu sembahyang.
 Ciri-ciri dari dupa yang terbuat dari bahan alami adalah :
1. Abu dupa tidak panas di tangan.
2. Pembakaran tidak akan padam di tengah.
ada tips lain lagi, sisa lidi-lidi yang menancap di hiolo jangan dibuang sembarangan, karena sering ditempel oleh roh yang mengisap hio tersebut.  roh2 tersebut biasanya yang sering membantu kita dalam kehidupan sehari-hari, karena kita telah memberi makan kepadanya… (makan wewangian).
 untuk membuangnya ,sebaiknya dibakar dengan kertas mas (kimcoa) setiap ce it atau cap go
 
 
Sumber :
http://padmakumara.wordpress.com/2011/11/05/hio-atau-dupa-dan-maknanya/
0 komentar

Sutra Mahayana Suramgama Samadhi Suttram

[Alam Sementara Pratyekabodhi]

Ketika Sang Buddha telah mengakhiri kata-kata itu, dua ratus Bodhisattva mengalami keputusasaan (linacitta) dan berpikir: Ajaran (dharma) dari Buddha Bhagavat terlalu mendalam (Atigambhira) dan anuttarasamyaksambodhi terlalu sulit untuk dicapai (Sudurlabha), kita tidak mampu mencapai hal-hal ini, akan lebih baik untuk memasuki Nirvana dengan cara Kendaraan dari Pratyekabuddha.

Kenapa? Karena Buddha telah mengatakan: "Bodhisattva yang goyah bimbang menjadi baik Pratyekabuddha ataupun Sravakas".

Kemudian Manjusri kumarabhuta, memahami keputusasaan (Linacitta) dari dua ratus Bodhisattva itu, ingin menghalangi mereka dari tekad mereka sehingga menyebabkan mereka untuk memperoleh
anuttarasamyaksambodhi. Dia juga berharap untuk mematangkan (paripacana) perkumpulan majelis dengan dewa nya, naga, Yaksa, gandharva, asura, garuda, kimnara dan mahoraga. Itulah sebabnya Ia berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, Aku ingat bahwa di masa lalu (atite 'dhvani), selama kalpa yang disebut Vairocana 'Cemerlang', dalam perjalanan dari tiga ratus enam puluh ratusan ribu kehidupan, Aku masuk Nirvana dengan cara Kendaraan dari Pratyekabuddha.

Kemudian seluruh perkumpulan majelis (sarvavati parsad), benar-benar bingung (Samsayajata), berpikir: Jika Ia telah memasuki Nirvana, Dia tidak akan kembali ke kelahiran baru (pratisamdhibandha). Jadi mengapa Manjusri berkata: 'Bhagavat, Aku ingat bahwa di masa lalu, selama kalpa yang disebut Vairocana, dalam perjalanan dari tiga ratus enam puluh ratusan ribu kehidupan, Aku masuk Nirvana dengan cara Kendaraan dari Pratyekabuddha '? Apa artinya ini?

Kemudian Sariputra, diberikan kuasa oleh Buddha (buddhanubhavena), bertanya belakangan: Bhagavat, jika seseorang telah memasuki Nirvana, ia tidak bisa kembali ke kelahiran baru. Jadi bagaimana bisa Manjusri, setelah masuk Nirvana, telah terlahir kembali lagi?

Sang Buddha menjawab: Anda dapat bertanya kepada Manjusrl sendiri dan Dia akan menjawab Anda.


[Samaran Nirvana Manjusri]

Kemudian Sariputra bertanya kepada Manjusri dan berkata kepada-Nya: Jika seseorang telah memasuki Nirvana, ia tidak bisa kembali ke kelahiran baru. Jadi bagaimana bisa Anda mengatakan: 'Bhagavat, Aku ingat bahwa di masa lalu, selama kalpa yang disebut Vairocana, dalam perjalanan dari tiga ratus enam puluh ratusan ribu kehidupan, Aku masuk Nirvana dengan cara Kendaraan dari Pratyekabuddha '? Apa artinya ini?

Manjusri menjawab: sang Tathagata yang kini hadir adalah Yang Mengetahui Semua (Sarvajna) dan Yang Melihat Semua (sarvadarsin); Ia menceritakan kebenaran (satyavadin), Ia bercerita tentang kenyataan (tattvavadin) dan Dia tidak berbohong (na vancayati); tidak pernah dia menipu dunia dengan para dewa dan manusianya (sadevamanusyaloka). Sekarang ini sang Buddha secara pribadi menjadi saksi (saksin) terhadap kata-kata saya dan, jika saya berbicara sebaliknya (anyatha), saya akan menipu sang Buddha.

O Sariputra, pada waktu itu, selama kalpa Vairocana, ada muncul di dunia Buddha bernama Pusya. Setelah menjadi manfaat kebaikan bagi dunia dengan para dewa dan manusia-Nya, Ia memasuki Nirvana.
Setelah Nirvana-Nya, Dharma Baik-Nya berlangsung selama seratus ribu tahun. Setelah hilangnya Dharma Baik itu (saddharmavipralopa), para makhluk tidak bisa menemukan kondisi untuk pembebasan kecuali
dengan Pratyekabuddha. Bahkan jika ratusan ribu koti Buddha telah membabarkan Dharma kepada mereka, mereka tidak akan percaya dan tidak akan menerimanya. Itu hanya melalui badan-badan (Kaya), sikap tubuh (iryapatha) atau ajaran (dharma) dari Pratyekabuddha bahwa mereka bisa menang mengatasi. Dan semua makhluk itu bercita-cita ke Bodhi dari Pratyekabuddha. Pada saat itu, tidak ada Pratyekabuddha yang hadir, dan makhluk-makhluk itu tidak punya kesempatan apapun untuk menanam akar kebaikan (kusalamula).

Jadi saat itulah, agar untuk mematangkan mereka (paripacanartham), Aku berpura-pura menjadi seorang Pratyekabuddha. Dalam semua kerajaan (Rastra), desa (Grama), kota (nagara) dan kabupaten (nigama), Saya diyakini sebagai seorang Pratyekabuddha. Selain itu, saya mewujudkan (samdarsayami sma) bentuk badan (samsthana), warna (varna) dan sikap tubuh (iryapatha) dari Pratyekabuddha. Semua makhluk-makhluk itu menghormati Saya (pujayanti sma) sangat mendalam menawarkan dana makanan (Pindapata). Setelah menerima dan memakan itu, Saya menganggap kondisi mereka sebelumnya (purvapratyaya) dan ajaran-ajaran yang cocok untuk mereka dengar; Saya menjelaskan secara terperinci kepada mereka, lalu Saya bangkit ke udara (antariksam abhyudgamam), seperti raja angsa (rajahamsa). Kemudian para makhluk itu merasakan sukacita yang besar dan, diisi dengan hormat, mereka menghormati saya dengan kepala mereka, dengan mengatakan: "Kami ingin, di masa mendatang (Anagate 'dhvani), untuk mendapatkan kebajikan dan keuntungan seperti yang dimiliki Pria ini '.

O Sanputra, adalah dengan metode ini (tenaparyayena) bahwa Saya memimpin jumlah tak terhingga dan tak terhitung para makhluk untuk menanam akar yang baik (Kusalamula).

Kemudian, mengingat dan mengetahui bahwa orang-orang yang menawarkan Saya makanan memiliki perasaan putus asa (Linacitta), Saya menyatakan kepada mereka: "Waktu Nirvana saya telah tiba '. Ratusan ribu makhluk, setelah mendengar kata-kata itu, mengambil bunga (puspa), parfum (Gandha), berbagai intisari dan minyak (taila), dan datang kepada Saya. Lalu Aku memasuki pencapaian penghentian (nirodhasamapatti) namun, sesuai dengan cita-cita Saya sebelumnya (purvapranidhana), Saya tidak memasuki Parinirvana seluruhnya (atyantam). Para makhluk mengatakan bahwa Saya sudah mati;
dalam rangka untuk menghormati Saya, mereka membakar tubuhku dengan bahan bakar wangi (Gandhendhana) dan menegaskan bahwa Saya benar-benar di dalam Parinirvana.

Setelah itu, Saya sekali lagi pergi ke ibukota lainnya (Rajadhani); Saya menampilkan ulang diri Saya sebagai Pratyekabuddha, ada lagi, para makhluk datang untuk menawarkan saya dana makanan (Pindapata). Pada saat itu, Aku berpura-pura masuk Nirvana dan, sekali lagi, Saya dikatakan di dalam Parinirvana. Orang-orang datang untuk menghormati saya dan membakar tubuh Saya.

Jadi, Sariputra, bahwa pada saat itu, selama kalpa kecil secara keseluruhan (Antarakalpa), dalam perjalanan dari tiga ratus enam puluh ratusan ribu kehidupan, Saya adalah Pratyekabuddha dan pura-pura masuk
Nirwana. Dalam semua ibu kota (Rajadhani), satu demi satu, Saya menyampaikan tiga puluh enam ratus ribu makhluk melalui Kendaraan Pratyekabuddha. Jadi itulah, Sariputra, bahwa seorang Bodhisattva yang masuk Nirwana melalui Kendaraan Pratyekabuddha tidak dalam Parinirvana untuk senantiasa.

Ketika Manjusri telah berbicara kata-kata itu, trisahasmahasahasralokadhatu bergetar dalam enam cara (sadvikaram akampata) dan dipenuhi dengan pancaran yang besar (Mahata prabhaya parisphuto 'bhut). Agar
untuk memberi penghormatan kepada Manjusri kumarabhuta, seribu ratusan ribu para dewa menyebabkan bunga-bunga surgawi (divyapuspa) untuk menghujan turun dan berkata: Ini benar-benar luar biasa (adbhuta): hari ini kita telah memperoleh keuntungan besar (labha nah sulabdhah), kita telah melihat Bhagavat Buddha, kita telah melihat Manjusri kumarabhuta dan kami telah mendengar Suramgamasamadhi. O Bhagavat, Manjusri kumarabhuta memiliki kualitas yang benar-benar luar biasa (adbhutadharma). Di dalam samadhi manakah Dia dapat ditemukan untuk mewujudkan kualitas yang luar biasa seperti itu?



[Perbuatan Luar Biasa dari para Bodhisattva dalam Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]

Sang Buddha berkata kepada para dewa: Manjusri kumarabhuta ditemukan di dalam Suramgamasamadhi, itulah mengapa Dia bisa melakukan hal-hal yang luar biasa (Adbhuta) dan sulit (duskara) seperti itu.
1. Bodhisattva di dalam Suramgamasamadhi mempengaruhi untuk mengikuti kebenaran di bawah dorongan keyakinan (sraddhanusarin), tapi Dia tidak bergantung pada orang lain untuk percaya.

2. Dia mempengaruhi untuk mengikuti kebenaran dengan cara Dharma (Dharmanusarin) tapi, tentang hakikat segala sesuatu (dharmata) dan pemutaran Roda Dharma (dharmacakrapravartana), Dia adalah tanpa tidak dapat diubah atau kekurangan.

3. Dia mempengaruhi menjadi tingkat delapan Yang Suci (astamaka), tetapi selama tak terhingga tak terhitung periode kalpa {asamkhyeyakalpa), Dia menjalani sang jalan (margam carati) demi mereka yang telah jatuh ke dalam delapan kejahatan (astamithyatvapatita).

4. Dia mempengaruhi telah memasuki aliran arus Nirvana (srotaapanna) namun, demi mahluk yang tertarik ke dalam aliran arus Samsara (samsarasrotovahita), Dia tidak memasuki kepastian (niyama) [mengenai kemahiran mutlak yang baik].

5. Dia mempengaruhi kembali hanya sekali [antara manusia] (sakrdagamin), tetapi Dia memperlihatkan dirinya dimana-mana di seluruh dunia (lokadhatu).

6. Dia mempengaruhi untuk tidak terlahir kembali [di Kamadhatu] (anagamin), tapi Dia kembali sekali lagi untuk mematangkan makhluk (sattvaparipacanartham).

7. Dia mempengaruhi menjadi Seorang Suci (arhat), tapi Dia terus mengerahkan semangatnya (viryam arabhate) untuk mencari sifat Buddha {buddhadharmaparyesanartham).

8. Dia mempengaruhi untuk menjadi pendengar biasa (Sravaka), tapi Dia mengajarkan Dharma (dharma desayati) kepada umat manusia dengan kefasihan yang tak terhalang {Anacchedyapratibhana).

9. Dia mempengaruhi untuk menjadi Pratyekabuddha tetapi, demi untuk mematangkan para makhluk diberkahi dengan kekuatan kondisi (pratyayabalopeta), Dia tampaknya masuk Nirvana, kemudian melalui kekuatan samadhi ini Dia kembali ke kelahiran baru.

10. O para devaputra, Bodhisattva yang berdiam di dalam Suramgamasamadhi dapat menggunakan berbagai cara mulia dari pidato (aryavyavahara) tetapi, dalam semua tahap (bhumi) di mana Dia membabarkan Dharma, Dia tidak benar-benar menghuni (na viharati).

[Keunggulan Pelanggar terhadap Dia Yang Suci]
Para dewa, saat mendengar Buddha sedang menjelaskan hal-hal ini, larut dalam air mata dan berkata: Bhagavat, makhluk yang telah memasuki kepastian (niyama) dari Sravaka dan Prateykabuddha adalah pasti hilang dicabut (vipanna) dari Suramgamasamadhi ini.

O Bhagavat, seorang yang bersalah dari lima pelanggaran dari hasil langsung (pancanantarya) yang mendengar Suramgamasamadhi dibabarkan/dijelaskan adalah lebih unggul terhadap [Dia Yang Suci] yang masuk ke dalam kepastian (avakrantaniyama) dan terhadap arhat yang telah menghancurkan semua kekotoran batin (ksinasrava). Mengapa? Orang yang bersalah dari pancanantarya, saat mendengar Suramgamasamadhi dibabarkan, membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta dan bahkan jika, karena kelakuan buruk dia sebelumnya (purvapapakarman), dia jatuh ke dalam neraka (Naraka), jasa kebaikan (kusalamula) karena telah mendengar Suramgamasamadhi memungkinkan dia untuk menjadi Buddha. Sebaliknya, para arhat yang telah menghancurkan kekotoran batin (Ksinasrava) adalah seperti wadah rusak (chinnabhajana): tidak pernah bisa dia membuat penggunaan Suramgamasamadhi.

Dengan demikian, Bhagavat, suatu hari ketika pembagian mentega (ghrta), minyak (Taila) dan madu (madhu) sedang berlangsung, kerumunan orang menampilkan diri mereka sendiri dengan segala macam wadah (bhajana). Antara orang-orang itu, melalui ketidaksengajaan (smrtihani), memecahkan wadah yang dia sedang pegang. Ia pergi ke pembagian namun tidak memperoleh keuntungan dari minyak, mentega dan madu. Dia menyegarkan dirinya hanya pada tempat itu, tetapi tidak bisa mengambil apa pun pulang untuk diberikan kepada orang lain. Sebaliknya, orang lain yang memiliki wadah utuh di pengasingan dirinya tidak hanya
menyegarkan dirinya di tempat, tapi bisa mengambil semangkuk yang terisi dengan baik (Paripurnabhajana) untuk menawarkan kepada orang lain.

Mentega, minyak dan madu itu menunjukkan Dharma yang baik {Saddharma) dari Buddha. Pria dengan mangkuk yang rusak yang hanya memperoleh kepuasan pribadi dari pembagian tetapi tidak bisa mengambil apa pun pulang untuk diberikan kepada orang lain menunjukkan Sravaka dan Pratyekabuddha. Pria dengan mangkuk yang utuh menunjukkan Bodhisattva yang, sementara memastikan kesejahteraan (svahita) sendiri, masih bisa memberikan kepada semua mahluk.

[Dua Ratus Bodhisattva yang Putus asa Mendapatkan Sepuluh Kekuatan]
Ketika dua ratus Bodhisattva yang ingin menarik diri dari anuttarasamyaksambodhi mendengar kata-kata tersebut dari para devaputra itu dan belajar dari kebajikan tak terbayangkan dan kemampuan
(acintyagunaprabhava) dari Manjusri kumarabhuta, Mereka memperbaharui tekad tinggi (adhyasaya) mereka dan membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta tersebut. Sepenuhnya memutuskan untuk tidak menarik diri dari itu lagi, Mereka berkata kepada Sang Buddha: Bahkan jika Kami harus menghadapi bahaya dan kehilangan hidup Kami, tidak pernah lagi akan Kami meninggalkan bodhicitta dan tidak akan pernah Kami meninggalkan makhluk. O Bhagavat, berdasarkan manfaat jasa kebaikan (kusalamula) akibat mendengar Suramgamasamadhi ini, semoga Kami memperoleh sepuluh  kekuatan Bodhisattva (dasabodhisattvabala). Apa itu sepuluh kekuatan?
1. Kekuatan kesetiaan ketabahan dalam pemikiran Bodhi (bodhicittasaratabala),
2. Kekuatan keyakinan dalam sifat-sifat Buddha yang tidak terbayangkan (acintyabuddhadharmasraddhabala),
3. Kekuatan penyimpanan ingatan pada pengetahuan (bahusrutyasampramosabala),
4. Kekuatan tak kenal lelah dalam perjalanan melalui putaran kelahiran kembali (samsaranaparikhedabala),
5. Kekuatan kesetiaan ketabahan dalam kasih sayang yang besar terhadap makhluk {sattvesu mahakaruna saratabala),
6. Kekuatan pendirian teguh kemurahan Hati dalam memberi (danadrdhatyagabala),
7. Kekuatan tidak meninggalkan janji mengenai moralitas (silasamadanaparihanibala),
8. Kekuatan penyelesaian tegas dalam kesabaran dan kebaikan (ksantisauratyanivesanabala),
9. Kekuatan kebijaksanaan yang tidak bisa dihancurkan Mara,
10. Kekuatan keyakinan dalam ajaran yang mendalam (gambhiradharmadhimuktibala).
Kemudian Sang Buddha berkata kepada Bodhisattva Drdhamati: Jika seseorang, sekarang atau setelah Saya Parinirvana, mendengar Suramgamasamadhi ini dan mempercayainya,
ia pasti akan mendapatkan sepuluh bodhisattvabala itu.


[Mengapa dan Bagaimana Melatih Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Sekarang, dalam perkumpulan ada seorang Bodhisattva bernama Namamati yang berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat,
1. Dia yang mencari jasa kebaikan harus memberi penghormatan kepada Sang Buddha (punya paryesina buddhapujanam kartavyam).
2. Dia yang mencari kebijaksanaan (prajna) harus mengabdikan dirinya untuk belajar (Srutabhiyoga).
3. Dia yang mencari surga (svarga) harus memperhatikan moralitas (silaraksana).
4. Dia yang mencari kekayaan (upabhoga) harus melipatgandakan pemberian (Danavardhana).
5. Dia yang mencari kecantikan (rupa) harus mengembangkan kesabaran (Ksantibhavana).
6. Dia yang mencari kefasihan (pratibhana) harus tekun mengabdi untuk Guru nya (gurubhakti).
7. Dia yang mencari daya ingat (dharani) harus menghindari kesombongan (abhimanaparivarjana).
8. Dia yang mencari pengetahuan (Jnana) harus mengembangkan perhatian benar (Yoniso manasikara).
9. Dia yang mencari kebahagiaan (sukha) harus menghindari semua tindakan yang salah (Sarvapapakarana).
10. Dia yang berusaha untuk menjadi bermanfaat bagi makhluk (sattvarthakriya) harus membangkitkan pikiran pencerahan (bodhicittotpada).
11. Dia yang mencari suara manis (madhurasvara) harus menumbuhkan perkataan benar (satyavagbhavana).
12. Dia yang mencari kebajikan (guna) harus bersuka dalam kesunyian kesendirian (Pravivekapriti).
13. Dia yang mencari Pengajaran (dharma) harus sering dengan sahabat dharma (kalyanamitrasevana).
14. Dia yang mencari ketenangan (samatha) harus menghindari kerumunan (Samsargavipravasa).
15. Dia yang mencari wawasan pengetahuan yang dalam (vipasyana) harus menumbuhkan perhatian (manasikarabhavana).
16. Dia yang ingin terlahir kembali di dunia Brahma (Brahmaloka) harus berlatih empat tingkatan tak terbatas (caturapramanacittabhavana).
17. Dia yang ingin dilahirkan kembali di antara dewa dan manusia (devamanusyasampad) harus mengikuti sepuluh jalan perbuatan baik (dasakusalakarmapatha).
18. Dia yang mencari Nirvana harus mematuhi kekosongan dharma (dharmasunyatadhimukti).

O Bhagavat, Dia yang mencari pada saat yang sama jasa kebaikan, kebijaksanaan, surga, kekayaan, kecantikan, kefasihan, daya ingat, pengetahuan, kebahagiaan, manfaat bagi makhluk, suara manis, kebajikan, Dharma, ketenangan, wawasan pengetahuan dalam, dunia Brahma, dewa dan manusia dan Nirvana, orang itu, Saya katakan, harus mendengar Suramgamasamadhi, pegang, ingat, menjelaskannya secara terperinci
kepada orang lain dan memasukkannya ke dalam latihan. Bhagavat, bagaimana kemudian harus seorang bodhisattva melatih samadhi ini?

Sang Buddha menjawab: Namamati,
1. Bodhisattva yang menganggap Dharma sebagai kosong (sunya), tidak melawan (apratigha) dan binasa dari seketika ke seketika (ksanika), tanpa keengganan atau kasih sayang (ananunayapratigha), Bodhisattva itu melatih samadhi ini.

2. Selain itu, O Namamati, tidak hanya ada satu metode tunggal pengejaran (ekapratipatti) dalam berlatih samadhi ini. Bagaimana bisa begitu? Sebanyak keberadaan fungsi-fungsi (pravrtti) dalam pikiran dan jiwa
(Cittacaitta) dari makhluk, adalah banyaknya fungsi-fungsi dalam samadhi ini. Sebanyak pintu masuk (pravesa) ke dalam pikiran dan jiwa {Cittacaitta) dari makhluk, adalah banyaknya pintu masuk ke dalam samadhi ini. Sebanyak pintu masuk (pravesamukha) ke indra (indriya) dari makhluk, adalah banyaknya pintu masuk ke samadhi ini. Sebanyak nama dan bentuk (namarupa) diantara para makhluk, adalah banyaknya nama dan bentuk dalam samadhi ini. Mengetahui hal ini begitu adalah sedang berlatih samadhi ini.

3. Sebanyak nama (naman), bentuk (rupa) dan tanda (Laksana) dalam para Buddha, adalah banyaknya nama, bentuk dan tanda dalam samadhi ini. Mengetahui hal ini begitu adalah sedang berlatih samadhi ini.

4. Bodhisattva sendiri memperoleh bidang (ksetra) sebanyak yang Dia lihat dari mereka diantara para Buddha:itu adalah sedang berlatih samadhi ini.

Bodhisattva Namamati berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, metode dari pengejaran (pratipatti) dalam samadhi ini adalah sangat sulit (atiduskara).

Sang Buddha berkata kepada Namamati: Itulah sebabnya sedikit Bodhisattva yang tinggal di dalam samadhi ini, dan banyak para Bodhisattva yang berlatih samadhi-samadhi lainnya.


[Maitreya dalam Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]
Kemudian Bodhisattva Namamati berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, Maitreya Bodhisattva di sini dipisahkan dari lingkungan Buddha dengan hanya satu kehidupan {ekajatipratibaddha) dan menurut Anda, Bhagavat, Dia akan mencapai anuttarasamyaksambodhi. Apakah Maitreya memiliki Suramgamasamadhi?

Sang Buddha menjawab: Namamati, para Bodhisattva yang berada di Tahap kesepuluh (dasabhumistha), yang ekajatipratibaddha dan yang telah menerima pentahbisan (abhiseka) dari para Buddha semuanya memiliki Suramgamasamadhi.

Kemudian Bodhisattva Maitreya menampilkan perbuatan supernormal (evamrupam rddhyabhisamskaram abhisamskaroti sma) bahwa bodhisattva Namamati dan seluruh perkumpulan majelis (sarvavati parsad)
melihat Maitreya Bodhisattva di semua Jambudvipa dari trisahasramahasahasralokadhatu.

Di sini Dia berada di antara para dewa (devaloka), disana di antara manusia (Manusyaloka). Di sini Dia adalah seorang pengemis yang taat beragama (pravrajita), di sana Dia adalah orang awam (grhastha).

Di sini Dia adalah seorang pelayan (upasthayaka) dari Buddha seperti Ananda, disana Dia adalah yang paling utama dari orang bijak besar (mahaprajnavatam agryah) seperti Sariputra, di sana Dia adalah yang paling utama dari mereka yang memiliki kekuatan supernormal (rddhimatam agryah) seperti Maudgalyayana, disana Dia adalah yang paling utama dari mereka yang mengamati praktek pertapaan (Dhutagunavadinam agryah) seperti Mahakasyapa, di sana Da adalah yang paling utama dari mereka yang membabarkan Dharma (dharmakathikanam agryah) seperti Purna, di sana Dia adalah yang paling utama dari mereka yang suka untuk melatih diri sendiri (siksakamanam agryah) seperti Rahula, di sana Dia adalah yang paling utama dari para penjaga Vinaya (vinayadharanam agryah) seperti Upali, di sana Dia adalah yang paling utama dari mereka yang memiliki mata surgawi (Divyacaksukanam agryah) seperti Aniruddha, di sana Dia yang paling utama dari penyerap (dhyayinam agryah) seperti Revata, di sana Dia adalah yang paling utama dari mereka yang tinggal didalam tidak adanya perselisihan (aranaviharinam agryah) seperti Subhuti. Jadi itu adalah yang mereka lihat Maitreya menjadi yang paling utama di antara semua.

Di sini mereka melihat Dia memasuki desa {grama), kota (nagara) dan provinsi (nigama) mengemis untuk makanan, di sana mereka melihat Dia menguraikan Dharma, atau lagi, duduk dalam kesunyian meditasi (pratisamlina).

Bodhisattva Namamati dan perkumpulan majelis besar melihat Bodhisattva Maitreya demikian mewujudkan kekuatan pendukung dari Suramgamasamadhi dan, setelah melihat Dia, mereka sangat bersukacita dan
berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, seperti emas (kancana), bahkan jika itu  telah melewati penempaan, tidak pernah kehilangan kealamiannya (svabhava), jadi para Satpurusa Besar ini, di mana pun Mereka pergi, menyatakan dimana-mana kealamian dari kualitas-kualitas mereka yang tak terbayangkan (acintyadharma).

Kemudian Bodhisattva Namamati berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, Saya menyatakan bahwa Bodhisattva yang dapat menembus Suramgamasamadhi juga menembus praktek dari semua jalur (sarvamargacarya) dan menembus Sravakayana, Pratyekabuddhayana dan Mahabuddhayana.

Sang Buddha menjawab: Ya, memang seperti yang Anda katakan: para Bodhisattva yang dapat menembus Suramgamasamadhi juga menembus praktek dari semua jalan.

[Manjusri Identik dengan Nagavamsagra Buddha]
Kemudian Sang Sthavira Mahakasyapa berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, Saya menyatakan bahwa Manjusri kumarabhuta, di masa lampau (Bhutapurvam), di masa lalu yang lama (atite dhvani), melakukan perbuatan Buddha (buddhakarya), bahwa Dia duduk di Kursi Pencerahan (Bodhimanda), bahwa Dia mengatur memutar Roda Dharma, bahwa Dia mengajar para makhluk dan bahwa Dia memasuki Nirvana Yang Besar (Maha Parinirvana).

Sang Buddha menjawab: Hal ini memang begitu, memang seperti yang Anda katakan (evam etad evam etad Yatha vadasi). Di masa berlalunya waktu yang lama, baik lebih dahulu yang sangat luas {Aprameya), tak terbatas (ananta) dan tak terbayangkan (acintya) asamkhyeyakalpa, ada seorang Buddha yang bernama Nagavamsagra "Puncak dari Bangsa Naga", Yang Telah Datang (Tathagata), Yang Suci (arhat), Yang Mencapai Pencerahan Sempurna (samyaksambuddha), Yang sempurna Pikiran dan Perbuatan (Vidyacaranasampanna), Yang Terbahagia (Sugata), Yang Maha Mengetahui dunia (lokavid), Pemimpin tak Tertandingi (Anuttara), Penjinak Nafsu makhluk-makhluk (purusadamyasarathi), Guru dewa dan manusia (Sasta Devanam ca manusyanam ca), Sang Buddha, Sang Bhagava (bhagavat).

Di wilayah selatan (daksinasyam disi), jika meninggalkan alam semesta ini disini seseorang melintasi seribu tanah Buddha (ito buddhaksetrad buddhaksetrasahasrany atikramya), ada tanah yang disebut Sama "rata", tiada gunung dan sungai {apagataparvatanada) tanpa pasir, kerikil dan batu, tanpa bukit atau batu kecil, bahkan sama seperti telapak tangan (sama panitalajata), menghasilkan rumput lembut (mrdutrna) seperti Kacilindika.

Itu adalah di dalam alam semesta (lokadhatu) itu bahwa Buddha Nagavamsagra mencapai anuttarasamyaksambodhi, mengatur memutar Roda Dharma, mematangkan dan memenangkan tujuh puluh koti lebih para Bodhisattva. Delapan puluh koti orang menjadi arhat dan sembilan puluh enam ribu orang didirikan pada ajaran hubungan sebab akibat dari Pratyekabuddha. Buddha Nagavamsagra memiliki perkumpulan Sravaka yang sangat besar sebagai pengikut-Nya O Kasyapa, umur-Nya (Ayuspramana) adalah dari empat ratus dan empat puluh tahun yang banyak sekali. Ketika Dia telah mengantarkan dewa dan manusia, Dia memasuki Nirvana. peninggalan relik tubuh-Nya (Sarira) dibagikan ke seluruh negeri, tiga puluh enam koti stupa didirikan pada Nya yang para mahluk datang untuk menghormati. Setelah Parinirvana dari Buddha itu, Dharma-Nya yang baik (Saddharma) berlangsung lebih sepuluh tahun yang banyak sekali.

Buddha Nagavamsagra, berada di titik masuk Nirvana, telah memberikan ramalan (vyakarana) kepada Bodhisattva Jnanaprabha "Pengetahuan Cemerlang" dan mengumumkan: 'Bodhisattva Jnanaprabha ini, setelah Diri-Ku sendiri, akan mencapai anuttarasamyaksambodhi dan akan menanggung nama 'Jnanaprabha'.

O Kasyapa, jangan mulai bertanya-tanya apakah, pada waktu itu, Sang Buddha Nagavamsagra dari alam semesta Sama tak lain [selain Manjusri]. Kenapa? Karena Manjusri kumarabhuta yang sekarang hadir waktu itu adalah [Sang Buddha Nagavamsagra].

Kasyapa, sekarang mempertimbangkan kekuatan dari Suramgamasamadhi. Itu adalah melalui kekuatannya para Bodhisattva Agung menyatakan:
1. turun ke dalam rahim (garbhavakranti),
2. kelahiran (janman),
3. penolakan terhadap dunia (abhiniskramana),
4. praktek dari pertapaan (duskaracarya),
5. yang pergi ke pohon pencerahan (bodhivrksagamana),
6. pemasangan di kursi pencerahan (bodhimandanisidana),
7. kemenangan atas Mara (maradharsana),
8. yang mencapai pencerahan (abhisambodhana),
9. pemutaran Roda Dharma (dharmacakrapravartana),
10. yang Mahaparinirvana,
11. pembagian relik (sariraniksepa).

Meskipun demikian, para Bodhisattva itu tidak pernah meninggalkan sifat alami Bodisattva Mereka (bodhisattvadharmatam notsrjanti) dan, [bahkan] di dalam Mahaparinirvana, Mereka tidak benar-benar sepenuhnya di Parinirvana (atyantaparinirvrtta).

Kemudian Mahakasyapa ayusmant berkata kepada Manjusri: Teman, Anda telah mencapai suatu hal yang paling sulit (atiduskara) dengan demikian mewujudkan diri-Kamu sendiri kepada para makhluk.

Manjusri menjawab: Kasyapa, apa pendapat Anda tentang hal ini (tat kim manyase): siapa yang menciptakan Grdhrakutaparvata dan di mana alam semesta (lokadhatu) ini berasal?

Kasyapa menjawab: Manjusri, semua alam semesta diciptakan seperti busa dan mereka berasal dari buah hasil tindakan yang tak terbayangkan (Acintyakarmavipaka) yang dicapai oleh para makhluk.

Manjusri berkata: Semua Dharma juga datang dari buah hasil dari tindakan yang tak terbayangkan. Dalam bidang lingkungan ini, Saya tidak perlu melakukan usaha apapun (Abhisamskara). Kenapa? Semua Dharma tergantung pada penyebab dan kondisi (Hetu-pratyayadhina), tidak menjadi bebas berdiri sendiri (asvamika) mereka ditempa pada keinginan (yathakamavithapita). Tidak ada yang sulit (duskara) untuk dia yang telah memahami hal ini. O Kasyapa, bagi orang yang belum melihat Empat Kebenaran Mulia (na drstasatya) untuk mendengar hal-hal ini dan mempercayainya, itulah yang sulit. Tapi untuk seorang yang telah melihat Empat Kebenaran Mulia (drstasatya) dan memperoleh Pengetahuan Super (abhijhaprapta) untuk mendengar ini dan mempercayainya , bahwa itu tidak sulit.


[Kemunculan para Buddha dari Sepuluh Wilayah]
Kemudian Sang Bhagavat, naik ke atas udara dengan ketinggian tujuh pohon palem (saptatalamatram vaihayasam abhyudgamya), duduk bersila (paryankam abhujya nyasidat) dan memancarkan sinar (avabhasa) yang menerangi alam semesta yang tak terhitung jumlanya dari sepuluh wilayah. Seluruh perkumpulan majelis melihat para Buddha yang tak terhitung jumlahnya dari sepuluh wilayah yang semuanya membabarkan Suramgamasamadhi, tiada menambahkan apapun dan tiada menghilangkan apapun (anunanadhikam), dan dari jauh para perkumpulan majelis mendengar Mereka.

Pada gilirannya Mereka sendiri para Buddha dari sepuluh wilayah, naik ke atas udara dengan ketinggian tujuh pohon palem, duduk bersila dan memancarkan sinar (avabhasa) yang menerangi alam semesta yang tak terhitung jumlanya dari sepuluh wilayah. Para makhluk dari alam semesta tersebut juga melihat sang Buddha Sakyamuni duduk di atas udara, duduk bersila. Mereka para perkumpulan majelis itu mengambil bunga (Puspa) dan, dari jauh, menyebarkan bunga-bunga itu ke atas Sakyamuni Buddha. Mereka melihat bunga-bunga itu bergabung bersama di udara dalam bentuk payung bunga  (puspacchattra).

Para Bodhisattva di alam semesta ini, serta para dewa, naga, Yaksa, gandharva, dan seterusnya, juga mengambil bunga dan menyebarkan bunga-bunga itu ke atas para Buddha [dari sepuluh daerah]. Dan, di atas para Buddha itu, bunga-bunga itu berubah menjadi payung bunga.

Kemudian Sang Buddha mencabut basis kekuatan supranatural-Nya (Rddhipadan pratisamharati sma) dan kembali duduk di tempat asli-Nya. Dia berkata kepada Drdhamati: Itulah kekuatan yang menakjubkan (pratiharyabala) dari Tathagata. Hal ini demikian sehingga kebajikan (guna) dari para makhluk dapat bertambah bahwa Tathagata mewujudkan hal-hal ini.

Pada saat itu Sang Buddha mewujudkan kekuatan ajaib-Nya (pratiharyabala), delapan ribu dewa dan manusia membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta. Dan, sebagaimana pengajaran dari Suramgamasamadhi akan berakhir, Bodhisattva Drdhamati dan lima ratus Bodhisattva Mahasattva memperoleh Suramgamasamadhi. Mereka melihat kekuatan yang luar biasa banyaknya (vikurvanabala) dari para Buddha dari sepuluh wilayah, Mereka memperoleh cahaya pengetahuan (jnanaloka) mengenai ajaran-ajaran yang mendalam {gambhiradharma) dari Buddha, Mereka mendirikan diri Mereka sendiri ke dalam tahap kesepuluh (dasama bhumi) dan menerima pentahbisan dari para Buddha (buddhabhiseka). Trisahasramahasahasralokadhatu berguncang dalam enam cara (sadvikaram akampata); Sinar Besar (mahavabhasa) mengisi alam semesta, banyak sekali ribuan alat musik (turya) dimainkan secara serempak bersamaan dan, dari langit antariksa (uparybantariksat), para dewa menurunkan hujan semua jenis bunga.


Kemudian Sang Buddha berkata kepada Ananda: Pegang Genggamlah, Ananda, Suramgama samadhi ini, ingat, ceritakan dan jelaskanlah secara luas kepada orang lain (Udgrhnisva tvam Anandemam Surarngamasamadhim dharaya vacaya parebhyas ca vistarena samprakasaya).

Lalu Hyang Sakra Merusikharadhara berkata kepada sang Buddha:

Bhagavat, pengetahuan (Jnana) dan kesadaran (smrti) dari Ananda adalah terbatas (pradesika), dan para Sravaka membatasi diri Mereka sendiri untuk mengulangi kata-kata orang lain (parato ghosanuga), bagaimana bisa Anda mempercayakan (Parindatum) ke Ananda permata dari Dharma {dharmaratna) ini yang adalah Suramgama samadhi?

Sang Sakra Merusikharadhara kemudian membuat pernyataan kebenaran (satyavacanam akarot) : Jika memang benar bahwa, pada saat sekarang ini (pratyutpanne dhvani) dan di masa depan mendatang (anagate dhvani) Saya akan menyebarkan (upabrmhayisydmi) Suramgama samadhi ini, semoga pohon-pohon (vrksa) yang menutupi meliputi Grdhrakutaparvata semuanya berubah menjadi pohon bodhi (bodhivrksa) Sang Buddha dan, dibawah masing-masing pohon Bodhi itu, semoga ada Bodhisattva.

Hampir setelah sang Sakra Merusikharadhara mengucapkan kata-kata itu lalu Dia melihat semua pohon sebagai bodhivrksa dan, di bawah setiap salah satu dari bodhivrksa, seorang Bodhisattva. Semua bodhivrksa itu mengucapkan kata-kata berikut ini: Apa yang dikatakan oleh Sakra Merusikharadhara adalah kebenaran (satya): bahwa Dia akan secara luas menjelaskan dan menyebarkan Suramgama samadhi.

Kemudian para dewa, naga, Yaksa, gandharva, dan lain-lain, dengan satu suara berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, mari kita anggap bahwa sang Tathagata menetap hidup untuk seluruh kalpa, tidak melakukan apa-apa selain membabarkan Sravakayana kepada umat manusia, mari kita lebih lanjut menduga bahwa pada masing-masing perintah-Nya Dia memenangkan atas banyak makhluk sebanyak Dia menang atas pada waktu pertama kali memutar Roda Dharma (prathamadharmacakrapravartana). Nah sekarang, para makhluk yang dimenangkan atas (vinltasattva) pengajaran Suramgama samadhi akan melebihi mereka, masih lebih. Kenapa? Karena para makhluk yang dimenangkan melalui Sravakayana tidak mencapai bagian seratus (satatamlm api kalam nopayanti) dari makhluk yang dimenangkan melalui bodhisattvayana, tidak juga seperseribu (Sahasratamim api), maupun sepuluh ribu (dasasahasratamim api), atau seratus-ribu (satasahasratamim api), dan seterusnya sejauh (Yavat) yang tidak dapat di tanggung dengan penomoran, atau perhitungan, atau perbandingan, atau kemiripan (samkhyam api gananam api upamam api upanisam api na ksamante). Suramgama samadhi ini memiliki kekuatan besar, dia dapat menyempurnakan para makhluk dan menyebabkan mereka untuk mendapatkan sifat-sifat Buddha.



[Ciri-ciri Sakyamuni Buddha dan Vairocana]

Kemudian Drdhamati Bodhisattva bertanya kepada Sang Buddha: Bhagavat, berapa lama rentang hidup Anda akan menjadi (kiyat tavayuspramanam) dan setelah berapa lama (kiyacciram) Anda akan masuk Parinirvana tetap yang pasti?

Sang Buddha menjawab: Drdhamati, di wilayah Timur (purvasyam disi) jika, meninggalkan alam semesta ini, seseorang melintasi tiga puluh dua ribu tanah Buddha (Ito buddhaksetrad dvatrimsadbuddhaksetrany atikramya), ada alam semesta (lokadhdtu) yang disebut Pratimandita 'Dihiasi': ada disana bisa ditemukan 'Vairocana Rasmi Pratimandita Vikurvana Raja' ("Raja Luar Biasa Pandai Yang Dihiasi dengan Sinar Bintang), sang 'Tathagata' (Yang Telah Datang), Yang Suci (Arhat), Yang Sepenuhnya Tercerahkan (samyaksambuddha), sempurna pikiran dan perbuatan (vidya carana sampanna), Sugata (Yang Terbahagia), Maha Mengetahui dunia (Lokavid), Pemimpin tiada tanding yang menjinakkan para makhluk (Anuttara purusadamyasarathi), Guru dari dewa dan manusia (Sasta Devanam ca manusyanam ca), Sang Buddha, Sang Bhagava (Bhagavat). Saat ini, Dia sedang menjelaskan secara terperinci Dharma tersebut.

O Drdhamati, rentang hidup-Ku (ayuspramana) adalah sama persis dengan rentang hidup Vairocanarasmipratimanditavikurvanaraja Buddha itu.

[Drdhamati bertanya]: Bhagavat, berapa lama rentang hidup Buddha Vairocanarasmipratimanditavikurvanaraja itu?

Sang Buddha menjawab Drdhamati: Pergi dan bertanyalah kepada-Nya dan Dia sendiri akan menjawab Anda.

Kemudian sang Drdhamati, melalui kemampuan batin luar biasa (rddhibala) dari Sang Buddha, melalui kekuatan batin luar biasa dari Suramgamasamadhi dan juga melalui kekuatan batin luar biasa dari akar kebajikan sendiri (kusalamula), pergi dalam seketika (ekasminn eva ksanalavamuhurte) ke alam semesta Pratimandita dan, setelah memberi hormat pada kaki sang Buddha itu dengan kepala-nya (tasya bhagavatah padau sirasabhivandya) dan setelah mengelilingi Dia tiga kali (trispradaksinikrtya), Dia berdiri di satu sisi (ekante 'sthat). Lalu Dia berkata kepada sang Buddha: Bhagavat, berapa lama rentang hidup Anda akan menjadi dan setelah berapa lama Anda akan masuk Parinirvana?

Buddha itu menjawab: Rentang hidup Saya adalah sama persis dengan rentang kehidupan dari Buddha Sakyamuni. O Drdhamati, jika Anda ingin tahu, rentang hidup Saya akan berlangsung selama tujuh ratus periode kosmis yang tak terhitung (700 asamkhyeyakalpa), dan itu adalah sama persis untuk itu dari sang Buddha Sakyamuni.

Lalu Hyang Drdhamati Bodhisattva mengalami sukacita yang besar dan, setelah kembali ke Saha Lokadhatu ("alam semesta Saha"), Dia berkata kepada Sang Buddha [Sakyamuni]: Bhagavat, rentang hidup Vairocanarasmipratimanditavikurvanaraja Buddha itu akan berlangsung selama tujuh ratus asamkhyeyakalpa dan Dia mengatakan kepada saya: 'Rentang hidup Saya adalah sama persis dengan rentang kehidupan dari Buddha Sakyamuni'.

Kemudian Ananda, setelah bangkit dari tempat duduk-nya, setelah mengatur pakaian atas-nya di salah satu pundak-nya, setelah menempatkan lutut kanannya pada tanah dan setelah mengulurkan tangan-nya bergabung anjali dalam arah kepada sang Bhagavat, berkata belakangan (athananda utthayasanad ekamsam uttarasangam krtva daksinam janumandalam prthivyam pratisthapya yena bhagavams tenanjalim pranamya bhagavantam idam Avocat):

Bhagavat, seperti yang Saya mengerti arti dari kata-kata sang Bhagavat (Yathaham, Bhagawan, bhagavato bhasitasyartham ajanami), Saya katakan bahwa itu adalah Engkau, hai Bhagavat, yang berada di dalam Pratimandita Lokadhatu (alam semesta Pratimandita) di mana, dengan nama yang berbeda (anyena namna), Anda membawa kesejahteraan dan kebahagiaan {hitasukha) dari semua makhluk.

Kemudian Sang Buddha mengucapkan selamat (sadhukaram adat) kepada Ananda: Sangat baik, sangat baik (sadhu sadhu), itu adalah melalui kekuatan sang Buddha bahwa Anda tahu bahwa, bahwa sang Buddha [Vairocanarasmipratimanditavikurvanaraja] adalah diri-Ku sendiri yang, dengan nama yang berbeda, menguraikan secara terperinci Dharma dalam [Pratimandita] alam semesta dan mengantarkan para makhluk. Ananda, kekuatan super dan luar biasa (rddhivikurvanabala) ini adalah kekuatan dari Suramgamasamadhi itu sendiri.

Kemudian Sang Buddha, mengarah kepada Drdhamati Bodhisattva, berkata kepada-nya: Oleh karena itu harus diketahui bahwa rentang hidup Saya  (ayuspramana) akan berlangsung selama tujuh ratus asamkhyeyakalpa dan setelah itu Saya akan secara pasti memasuki Parinirvana.




[Pengaruh Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani Yang Sangat Bagus]

1. Panjang Umur dan Jaminan Keamanan

Kemudian seluruh perkumpulan majelis {sarvavati parsad), pada pembelajaran bahwa rentang hidup Sang Buddha adalah begitu tak terbayangkan (acintya), mengalami sukacita yang besar dan, dipenuhi keheranan penuh takjub (adbhutaprapta), berkata kepada Sang Buddha: Bhagavat, kekuatan batin (rddhibala ) dari para Buddha adalah menakjubkan (adbhuta) dan semua praktek Mereka (carya) adalah tak terbayangkan (acintya). Bahkan saat, di alam semesta ini [Saha Lokadhatu], Anda mewujudkan rentang hidup yang sangat singkat (atihrasva), dalam alam semesta [yang Pratimandita Lokadhatu] itu, rentang hidup Anda berlangsung selama tujuh ratus asamkhyeyakalpasl O Bhagavat, kami ingin semua makhluk untuk memiliki rentang hidup yang terbayangkan seperti itu.

Kemudian Sang Buddha berkata kepada Drdhamati: Dalam semua kerajaan (rastra), desa (grama), kota (nagara), provinsi (nigama), tempat tinggal (vihara) dan tempat-tempat sepi (aranya) di mana Suramgamasamadhi ini akan menembus, tiada Mara maupun kerabat Mara (marajdtlya) akan memiliki kuasa di atasnya (avataram na lapsyante).

Dia lebih lanjut berkata kepada Drdhamati: Jika ahli Dharma (dharmacarya) menuliskan (likhayati), belajar (svadhyayati) atau mengajarkan (uddesayati) sang Suramgamasamadhi, ia akan mengalami ketiadaan takut atau gemetar di hadapan manusia atau mahluk bukan manusia {manusyamanusyanam antike nottrasisyati na samtrasisyati na samtrasam apatsyate). Selanjutnya, ia akan memperoleh dua puluh satu macam kebajikan tak terbayangkan (acintyagunavisesa).


2. Dua Puluh Satu Kebajikan Yang Tak Terbayangkan

Apa itu dua puluh satu kebajikan yang tak terbayangkan (acintya) itu?
1. Manfaat Jasa Kebajikan Pahala Yang Tak Terbayangkan (Punya).
2. Pengetahuan Yang Tak Terbayangkan (Jnana).
3. Kebijaksanaan Yang Tak Terbayangkan (prajha).
4. Cara Mahir Yang Tak Terbayangkan (upaya).
5. Kefasihan Yang Tak Terbayangkan (pratibhana).
6. Cahaya pengetahuan Yang Tak Terbayangkan (jnanaloka).
7. Dharani Yang Tak Terbayangkan.
8. Penjelasan Terperinci Dharma Yang Tak Terbayangkan (dharmamukha).
9. Kesadaran (smrti) dan Kecerdasan (mati), Sesuai Dengan Kebenaran  Yang Tak Terbayangkan .
10. Kekuatan dari Pengetahuan Super Yang Tak Terbayangkan (abhijnabala).
11. Penembusan Bahasa Seluruh Makhluk Yang Tak Terbayangkan (Sarvasattvaniruktipravesa).
12. Penembusan Praktik dan Cita-Cita Semua Makhluk Yang Tak Terbayangkan (sarvasattvacaryasayapravesa).
13. Daya Penglihatan Semua Buddha Yang Tak Terbayangkan (sarvabuddhadarsana).
14. Pembelajaran Yang Tak Terbayangkan (sruta).
15. Pematangan Makhluk Yang Tak Terbayangkan (sattvaparipacana).
16. Kekuatan Atas Pemusatan Pikiran Yang Tak Terbayangkan (samadhivikurvana).
17. Pencapaian Prestasi dari Tanah Suci Yang Tak Terbayangkan (ksetrabhinirhara).
18. Keindahan dari Bentuk dan Pewarnaan Yang Tak Terbayangkan (samsthanavarnaprasada).
19. Kebajikan (guna) dan Kekuatan Berdaulat (vasita) Yang Tak Terbayangkan.
20. Praktek Kesempurnaan Yang Tak Terbayangkan  (paramitabhavana).
21. Roda Dharma Tak Dapat Diubah Yang Tak Terbayangkan (avaivartikadharmacakra).

Tersebut adalah dua puluh satu kebajikan. Drdhamati, siapa pun yang menuliskan (likhati) dan belajar (svadhyayati) Suramgamasamadhi ini memperoleh dua puluh satu macam kebajikan yang tak terbayangkan (acintyagunavisesa) itu. Itulah sebabnya, O Drdhamati, siapa pun yang ingin mendapatkan keuntungan-keuntungan (artha) itu dalam kehidupan masa ini dan kehidupan masa depan (ihaparajanmani) harus menulis, belajar, menembus dan berlatih Suramgamasamadhi ini.



3. Mencapai Pencerahan

Drdhamati, kulaputra atau kuladuhita (Putra Yang Baik atau Putri Yang Baik) yang mencari pencerahan berlatih enam kesempurnaan (Sat Paramita) selama seratus ribu kalpa. Tapi siapa pun, yang mendengar Suramgamasamadhi ini, akan percaya, tidak putus asa, tidak takut, tidak gentar [dan tidak mengambil ketakutan], akan melampaui yang lebih dahulu dalam pahala kebajikan prestasi dan akan lebih cepat dibentuk di dalam Pencerahan Sempurna Tertinggi. Apa yang kemudian dapat dikatakan dari orang-orang yang, setelah mendengar itu, akan menggenggam memahami, mempertahankan, mengulangi dan menjelaskannya sambil menerapkan setiap usaha untuk itu? (Drdhamate, bodhyarthikah kulaputro vd kuladuhita va kalpasatasahasresu satparamitas Carati. Yas ca khalu punah suramgamasya samadheh saha sravanenadhimucyeta navaliyen nottrasen na samtrasen na samtrasam apadyet sa eva bahutaram punyaskandham prasavati, ksiprataram niryaty anuttarayam samyaksambodhau. kah Punar vado yah srutvodgrhniyad dharayed vacayet parebhya uddised bhagavanayogam anuyuktah).

4. Keyakinan Pasti

Bodhisattva yang, setelah mendengar Yang Tidak Dapat Dipahami dari para Tathagata, tidak ingin takut dan tidak ingin gemetar, Bodhisattva yang ingin tahu meskipun pengalaman pribadi semua sifat Buddha, tanpa bergantung pada ajaran lain, Bodhisattva itu, kata Saya, harus menumbuhkan Suramgamasamadhi. Bodhisattva, yang ketika mendengar ajaran yang belum pernah didengar sebelumnya, ingin mempercayainya dan tidak ingin menolaknya, Bodhisattva itu harus mendengarkan Suramgamasamadhi (bodhisattvena tathagatacintikatam srutvanuttrasitukamenasamtrasitukamena, bodhisattvena parato ghosam anisritya sarvabuddhadharmanam pratyatmajnanam anugantukamena suramgamasamadhir bhavayitavyah bodhisattvenasrutapurvan Dharman srutvadhimoktukamena na niksiptukamena.
suramgamasamadhih srotavyah).


[Pengubahan Akhir]

Sementara Suramgamasamadhi demikian diajarkan, makhluk yang tak terhitung jumlahnya membangkitkan Pemikiran Tertinggi Pencerahan Sempurna (Anuttara SamyakSamBodhi Citta), lebih banyak yang tak terhitung dari Mereka yang didirikan pada tingkat Tanpa Kemunduran (Avaivartika Bhumi), namun lebih banyak yang tak terhitung dari Mereka yang memperoleh Kepastian dari Dharma Yang Tidak Timbul (Anutpatika Dharma Kshanti). Delapan belas ribu Bodhisattva memperoleh Suramgamasamadhi, pikiran delapan belas ribu Bhikkhu dan Bhikkhuni yang, melalui pelepasan, disampaikan dari kekotoran mereka, dua puluh enam ribu upasaka dan upasika memperoleh Mata Dharma Murni Tanpa Debu atau Noda Mengenai Dharma (Dharma Caksu Visuddham); tiga puluh nayuta Dewa masuk kedalam Kepastian Mulia.

(Asmin suramgamasamadhau nirdisyamane 'prameyanam sattvanam anuttarayam samyaksambodhau cittany utpannani, apramanatara ye 'vaivartikabhumau pratisthitah. apramanataras ca yesam anutpattikadharmaksantih pratilabdha. astadasanam bodhisattvasahasranam suramgamasamadhih pratilabdhah. astadasanam bhiksubhiksunisahasranam anupadayasravebhyas cittani vimuktani. sadvimsatinam copasakopasikasahasranam virajo vigatamalam dharmesu dharmacaksur visuddham. trimsatinam ca devanayutanam niyamavakrantir abhusit).

Demikianlah yang diucapkan Bhagavan. Diangkut dengan sukacita, Manjusri Kumarabhuta, Bodhisattva Drdhamati, para Bodhisattva besar yang lain, murid-murid besar dan dunia dengan dewa-dewanya, manusia, asura dan gandharva memuji kata-kata yang diucapkan oleh sang Bhagavan

(idam avocad bhagavan. attamana Manjusrih kumarabhutah sa ca Drdhamatir bodhisattvas te canye bodhisattva mahasattvas te ca mahasravakah sadevamanusyasuragandharvas ca loko bhagavato bhasitam abhyanandann iti)
 ========================================================================
Namo Sarvajna Siddha Tathagata

Namo Dasa Disani Triadhvani Sarva BuddhaBodhisattveSravakaPratyekaBuddhebhyah
Dengan keberuntungan, akhirnya selesai sudah Penerjemahan Suramgama Samadhi Suttram yang dinaungi oleh yayasan AnuttaraSamyakSamBodhiCitta.

Semua Dharma dana ini dan dharma-dharma lain yang saya buat disini adalah bebas, boleh dan dianjurkan untuk di sebarkan oleh semua umat Triratna tanpa ada unsur hak cipta atau ijin apapun karena ini semua adalah dari dan oleh Triratana bahwa yayasan AnuttaraSamyakSambodhicitta mendanakannya.


akhir kata, Sabbe Satta Sabba Dukkha Pamuccantu, Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata, Sadhu Sadhu Sadhu
 

Analitic

Suasana angin Topan di surabaya november 2017

Suhu Malaysia yang gagal Panggil Shen

Upacara Buddha Tantrayana Kalacakra indonesia

Four Faces Buddha in Thailand 1 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=jnI1C-C765I

SemienFo At Thailand 2 (Copy Paste Link ini) https://www.youtube.com/watch?v=GOzLybAhJ2s

Informasi

 
;