Meditasi dan hal-hal yang perlu diketahui dalam bermeditasi
Meditasi dan hal-hal yangperlu diketahui dalam bermeditasi.
Metode dalam bermeditasi antara lain
- metode perenungan pada satu obyek.
- Berkonsentrasi pada mantra.
- Bervisualisasi pada Buddha.
- Menghitung napas.
- Berfokus pada tidak sesuatupun.
- Metode menghitung napas
- Berfokus pada tidak sesuatupun.
Postur tubuh meditasi hendaknya seperti postur duduk para Buddha yang terkesan agung. Alas tempat duduk sedikit lebih tinggi dari lantai sehingga pernapasan menjadi halus.
Yang terbaik adalah duduk dalam posisi teratai penuh, telapak kaki bersilang menghadap langit. Bila hal tersebut sulit dilakukan dapat duduk dengan bersila biasa kaki bersilang.
Mengenai mudra tangan dalam meditasi, kedua telapak tangan diatas kaki. Tapak kiri diatas telapak kanan dengan kedua jempol bersentuhan adalah yang terbaik. Bisa juga menggunakan mudra guru . Kedua pundak harus tegak tidak boleh miring. Ingat bernapas secara halus dan teratur. Lidah menyentuh langit mulut. Mata dapat setengah terbuka menatap ujung hidung atau terbuka menatap ke depan. Itu adalah postur standar dalam bermeditasi.
Tahap-tahapan dalam bermeditasi adalah
Ada 3 tahap awal dalam Samadhi pada seorang pemula.
- Ketenangan awal ketika roh terkonsentrasi di cakra dahi.
- Ketenangan absolut dimana cakra dahi bergerak dengan sendirinya, berbuat tanpa melakukan. Pada tahap ini kesaktian sudah mulai muncul.
- Penyatuan, cakra dahi mandi dan segalanya tercapai. Ini tercapai ketika semua rintangan karma terhapuskan.
Dalam tubuh kita dibedakan ada dua yaitu roh dan jiwa. Roh mengandalkan sinar roh di cakra dahi/hati langit sementara jiwa mengandalkan kesadaran palsu yang berada di hati fisik. Kita harus melatih roh kita untuk menghidupkan sinar roh sehingga dapat menundukkan kesadaran palsu, dengan kata lain menggunakan sifat sejati Menundukkan kesadaran palsu.
Roh adalah unsur “Yang” (positip, terang) hawa yang terang dan bersih bermukim di “sifat sejati”(cakra dahi).
Jiwa adalah unsur “im” (negatip, gelap) hawa kotor dan gelap bermukim di “kesadaran palsu”(hati). Bila roh anda kuat anda akan naik kelangit dan dapat menjadi seorang Buddha. Bila jiwa anda yang kuat anda akan masuk neraka menjadi arwah.
Para penekun tao banyak berlatih keras berusaha menghabiskan unsur yin. Sewaktu unsur im musnah hanya tersisa unsur yang murni tersisa akan menjadi seorang mahluk suci.
Manusia pada umumnya tidak memahami dan mengenal sifat/roh sejati dirinya sendiri karena belum muncul bila tidak bermeditasi. Yang berkuasa pada manusia, awalnya adalah kesadaran/jiwa palsu bermukim di hati, yaitu hati secara fisik ditutupi oleh paru-paru. Kesadaran/jiwa palsu biasa disebut juga dengan hati abu-abu yaitu hati yang terpengaruh oleh panca indra kita yang menyebabkan nafsu jahat muncul. Hati abu menimbulkan pikiran-pikiran yang tidak sehat ide jahat, tujuh perasaan, enam napsu, pandangan-pandangan yang keras kepala, pemikiran-pemikiran yang tidak adil. Hati abu akan menjadi panic bila diserang, menjadi marah bila dikecam, menjadi sedih bila ditinggal orang yang dikasihi, menajadi mabuk melihat wanita cantik. Ini semua merupakan akibat bekerjanya kesadaran palsu. Ada ungkapan mengenai hubungan antara Roh sejati dan jiwa palsu seperti yin dan yang . Roh sejati adalah “yang =dewa dan Buddha” sedangkan “kesadaran/jiwa palsu = yin” adalah mara/iblis Mereka terus bergulat mencari kemenangan. Bila jiwa palsu sedang di atas angin akan merangsang diri dengan pikiran jahat tanpa henti.. Roh sejati orang tersebut buram dengan tidak terfokusnya sinar di dahi.berarti tidak ada sinar/gelap. Orang seperti ini sudah pasti masuk neraka.
Cakra dahi/hati langit adalah tempat dari pikiran juga surga. Surga adalah tempat para Buddha dimana Roh asal/sejati kita bermukim. Roh sejati adalah sinar roh yang merupakan prana (chi) yang juga merupakan tempat pemukiman penerangan sempurna.
Orang yang berlatih meditasi atau konsentrasi maka “Roh sejati”nya akan menampakkan diri dan berada di cakra dahi /hati langit yang mana akan menundukkan “jiwa palsu”.
”Roh sejati” ini biasanya muncul dalam konsentrasi meditasi dengan pancaran sinar yang kuat. Sinar ini terfokus pada satu titik dan mempunyai kekuatan mistik serta penguasaan diri membuat segala sesuatunya siap dilatih untuk mencapai kebuddhaan.
Mengatasi Gangguan setan/mara dalam bersamadhi
Orang yang belum berhasil dalam latihan, semua setan datang mengganggu, Bila menghadapi kejadian demikian Sadhaka hanya perlu menelan air ludah, menarik napas bersih dan kemudian menyatukan kelima roh internal, jangan goyah. Dengan demikian roh dan tubuh menjadi kuat dan sadhaka tidak gentar lagi terhadap setan.
Dalam ajaran tao, Liao Ming hesang mengajarkan sebuah mantra untuk yang mau bertapa di goa-goa dipegunungan kalau di Indonesia supaya tidak dimakan buto ijo (banyak di goa-goa di Indonesia) harus membaca mantera ini.
Mantra untuk memanggil dewa petir dan pasukan langit menjaga kita bermeditasi setiap malam
Dibaca stiap sore menjelang magrib
Kertak gigi 36 x sebelum membaca
Ik se ta mo wang Raja Mara dari Kamadhatu
shou se tie chin jien melayani kaisar langit
kei wei liang wang kui semua hantu menyatu kedalam
san chuan nei hun sing sungai-sungai dan gunung-gunung
cin lai she tao ce sekarang mereka datang menguji saya
hu fa xian lei ting Para Dharmapala tunjukkanlah kesaktianmu
suo ciao wu jing kui Basmi semua hantu dan setan
ken thui ta mo cin kalahkan pasukan mara
ciu thien feng huo chi Angin dan api dari langit ke sembilan
fu mie wan cing siao datanglah untuk membasmi semua setan
khan chi kuan san ek semua setan dan hantu dihukum
ching ik tong fa yan seperti tertera dalam dharma
lik ling she laksanakan perintah ini segera!
Karena kemungkinan adanya gangguan mara/setan dan gangguan halusinasi dalam meditasi , timbul pertanyaan bagaimana kita dapat membedakan respon yang benar dan yang palsu dalam bermeditasi ? bagaimana kita tahu bahwa kita berada di jalan yang benar dalam bermeditasi ? Pengalaman yang benar dalam meditasi, konsentrasi yang dihasilkan berlangsung lama
Dibarengi dengan perasaan damai/ketenangan dan hawa hangat di seluruh tubuh. Bila yang dirasakan adalah hawa dingin berarti telah terjadi penyimpangan.
Perasaan pertama dalam konsentrasi samadhi adalah menjadi padat bermula dari titik kedua sedikit diatas alis (huang ting) menjadi padat lalu seluruh kepala menjadi padat kemudian tubuh bagian atas juga menjadi padat lalu menju kebawah menjadi padat satu-persatu. setelah itu prana mulai mengalir di nadi-nadi tubuh terasa seperti baal, perih mirip seperti orang mati dan orang suci secara bersamaan.
bila kita dapat berkonsentrasi secara benar akan terasa sinar terang menyinari dari bawah sampai atas, sehingga tubuh dirasakan menjadi transparan dan memancarkan sinar kemilau.
Dalam bermeditasi kita harus merasakan kenyamanan di seluruh tubuh dan tubuh berasa penuh semangat dan tenaga setelah mengakhiri meditasi. Perasaan ini merupakan respon awal dalam bermeditasi.
Respon yang kedua anda akan merasakan dunia berasa dalam keadaan stabil (berdiam, tidak bergerak) segalanya menjadi sunyi. Anda duduk diantara langit dan bumi, menyatu dengan alam semesta. Dunia yang gelap dan buram lama-kelamaan berubah menjadi dunia yang terang cemerlang. Anda memancarkan sinar menerangi seluruh dunia, mengubah menjadi sinar yang cemerlang. Ini merupakan respon tahap kedua.
Di tahap ini cakra dahi telah terbuka dan mulai memancarkan sinar keemasan.
Ada 3 Tan thien utama di tubuh manusia
1. Tan thien atas (cakra dahi, Huang ting)
2. Tan thien tengah (cakra hati)
3. Tanthien bawah (cakra pusar).
Yang pertama kali dibuka dimulai dari tanthien bawah yaitu cakra pusar yaitu dengan berkonsentrasi penuh pada cakra pusar yang merupakan pertemuan dari 3 nadi utama tubuh, yaitu ida, pingala dan sushumna.
sebelum bermeditasi sebaiknya kita juga mencoba membaca syair dari sutra Huanting :
Melewati dua lubang menuju huangting
napas bersirkulasi tanpa henti
saya mulai melihat wujud diriku
merasakan tubuh menjadi semakin kuat
tanpa terasa saya terbang melewati awan-awan gelap
Pertanyaan yang juga sering muncul, adalah
Bagaimana membangunkan kundalini ? dengan mengkonsentrasikan pikiran kesatu titik.
Konsentrasi pada titik tengah sedikit diatas kedua alis. Titik tersebut dapat disebut surga pada setiap orang dikenal dengan nama “ling tai” dalam budhisme dan disebut “Huangting” dalam Taoisme disebut juga dalam bahasa Indonesia “hati langit”. Bila titik ini memancarkan sinar keemasan maka orang tersebut telah mencapai penerangan sempurna.
Bila sinar merah yang terpancar orang tersebut adalah seorang suci. Sinar abu-abu berarti kesialan. Bila sinar hitam menunjukkan seorang akan mendapatkan tragedi besar dalam kejahatan. Bila sinar di titik ini terfokuskan maka berarti anda telah dapat memahami kebenaran dan memiliki kebijaksanaan.
Menyatukan “hati langit”/cakra dahi dan “hati alam semesta” pada tingkat dasar adalah menjalankan pancasila dan 10 perbuatan kebajikan. Ini dapat meluputkan manusia terlahir di 3 alam bawah .Tahap selanjutnya melatih sifat diri kita yang berkaitan dengan ke-ego-an menaklukkan nafu dalam diri kita. Ini merupakan sadhana murni untuk “kembali pada pikiran nan satu dan melihat sifat asal diri sendiri dibawah bimbingan guru pewaris” Sinar di cakra dahi ini merupakan akar kesucian dari benih Buddha. Titik sinar di cakra dahi ini bagaikan seorang kaisar yang duduk di singgasana dengan para menteri dan jenderal berdiri di samping kiri dan kanannya, dan siap melaksanakan perintah dari kaisar tanpa ragu-ragu.. Titik sinar di cakra dahi ini adalah seperti apa yang telah dikatakan dalam sutra surangama “Pikiran yang dimurnikan menjamin perjalanan ke surga” .
Latihlah sampai semua sinar roh itu naik ke atas dan berkumpul di cakra dahi di satu titik. Ketika semua sinar berkumpul di hati langit/cakra dahi, harus diketahui titik sinar itu adalah “Roh sejati” diri kita.
Orang yang melatih ini akan menjadi sangat cerdas dan tenang.
Pembicaraan kosong dalam perdebatan tidak akan membawa manfaat setelah anda jalankan sendiri akan mengetahui kebenaran. Mereka yang berjodoh umumnya akan segera berlatih dengan tekun. Mereka yang tidak berjodoh dan belum pernah melatih diri sebelumnya biasanya kan ragu-ragu. Tetapi asalkan mereka selalu mendekatkan diri dengan Buddha (menjapa sutra dan mantera Buddha) dapat terjalin jodohnya.
Catatan : Hati-hati dengan aliran yang berusaha menutup cakra dahi dengan cara memercikan air atau dengan tangan menyentuh dahi kita dan melarang upaya meditasi dan membaca mantera yang sudah biasa di baca semua kalangan Budhist seperti Ta pei cou . Ada kekhawatiran bila kita bisa melihat jati diri mereka yang sebenarnya siapa ?????!!!! pasti akan kabur.
Titik sinar ini bukan diberikan tapi didapat dari usaha sendiri ,dari rajin berkonsentrasi dalam meditasi. Sinar itu akan menetap dalam cakra dahi dengan kekuatan konsentrasi yang didapat dari meditasi. Semua cakra di dalam tubuh kita harus dibuka oleh kita sendiri , bahkan guru hanya membantu. kita sendiri tetap harus rajin bermeditasi.
Dalam berkonsentrasi dalam samadhi juga harus perhatikan 6 larangan dari Tilopa Rinpoche
1. Jangan membayangkan
2. Jangan merenungkan.
3. Jangan membedakan.
4. Jangan berpikir tentang meditasi.
5. Jangan mengingat kembali.
6. Jangan menimbulkan pikiran.
Bagaimana membuka cakra pusar (tanthien). Dengan memasuki tahap “ tanpa pikiran”.
Rahasia mencapai keberhasilan dalam bersadhana
Dalam sadhana tantrayana seorang sadhaka selain melatih diri dengan jalan membaca sutra dan menyebut nama Buddha (sadhana rutinitas) harus juga rajin melatih chi, nadi dan bindu. Melatih chi, nadi dan bindu diolah dalam bermeditasi. Setelah rutin menjapa mantera dan bermeditasi dalam bersadhana hingga dahi berasa padat.
tidak ada sadhana yang tidak mengharuskan pikiran untuk dikonsentrasikan. Jadi pikiran harus dikonsentrasikan ke satu titik untuk mencapai tahap kestabilan pikiran, Dari tahap “kestabilan pikiran” baru dapat memasuki tahap “tanpa pikiran” Asalkan sudah memasuki tahap “ tanpa pikiran semua ching akan berkumpul di dahi. Pada saat itu pernbatasan antara dunia luar dan dunia diri sendiri hilang sehingga saya dapat menyatu dengan lautan sinar alam semesta. Dahi berasa padat. Kesadaran Roh sejati terbangunkan (istilah kundalini bangun tapi apinya belum).
Mulai memasuki tahap melatih diri chi dan nadi dan bindu. Diawali dengan melatih pernapasan botol. Pernapasan botol adalah menggunakan perputaran napas untuk membangunkan api kundalini.
Awal melatih pernapasan botol dimulai dari enam kali sehari bertahap sesuai dengan kemampuan sadhaka hingga mencapai maksimum 21 kali sehari. Pernapasan botol diperlukan untuk membangunkan api kundalini ditambah yoga enam jurus membangkitkan api kundalini.
Api kundalini diperlukan untuk membawa bindu yang akan naik seperti lift di nadi tengah (tulang punggung) membuka cakra-cakra dalam tubuh. Terbawanya bindu ke seluruh tubuh juga menghasilkan sinar terang benderang dalam tubuh.
Apakah bindu itu ? Bindu adalah air mani (ching) pada pria dan sel telur (hsueh) pada wanita yang telah dipadatkan Ketika bindu bergabung dengan api kundalini dan bergerak naik melancarkan nadi tengah dan membuka kelima cakra, Kelima cakra tersebut adalah cakra dahi, cakra tenggorokan, cakra hati, cakra pusar (tan thien) dan cakra akar.
Ketika cakra pusar (tanthien) terbuka seorang siswa akan dapat mencapai keadaan samadhi .
Ketika cakra hati terbuka tubuh Sambhogakaya dari kebuddhaan akan muncul,
ketika cakra tenggorokan terbuka tubuh Nirmanakaya dari kebuddhaan akan muncul, ketika cakra dahi terbuka tubuh Dharmakaya dari kebuddhaan akan muncul.
Ketika Cakra mahkota terbuka ia akan mencapai penyatuan dengan Buddha. Pada saat itu cairan surgawi/nectar (bindu putih) di cakra dahi akan mencair dan turun mencapai bindu merah yang naik dari bawah dan bertemu di cakra hati. Begitu keduanya menyatu hati akan berubah menjadi bunga teratai dan wujud tubuh dharma dari Buddha. Pada saat itu Nadi tengah sadhaka akan terbuka dan akan memancarkan sinar.
Setelah ketiga tubuh Buddha telah muncul(sambhogakaya, Nirmanakaya, dharmakaya) , sadhaka dapat melanjutkannya dengan sadhana memunculkan ke lima Pelindung dharma di kelima cakra. Inilah tingkat ke-iv vajarayoga. Lewat abhiseka (pemberkatan) dari kelima Vajra Buddha sang siswa akan mendapatkan kekuatan mistik (kesaktian) dan “ penguasaan diri”.
Setelah berhasil dalam Vajrayoga. Seorang sadhaka melanjutkan ke tingkat sadhana Maha tantra yoga (Annutara Yoga) dan selanjutnya lagi tingkat Dzogchen.
Tingkat Maha tantra yoga dan tingkat Dzogchen disebut dalam tahap penyelesaian.
Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaiaan di Tibet biasanya dikenal dengan istilah “trekcho” dan “togal”
Seorang sadhaka harus langsung memotong apa yang menutupi pikiran biasa dan langsung masuk ke keadaan “pencapaian spontan dari sifat pikiran”. Apakah yang dimaksud dengan “pencapaian spontan dari sifat pikiran” itu ? Itu adalah keadaan dimana seseorang dikaruniai dengan kekuatan tembus pandang, persepsi dan rekoleksi (suatu keadaan”penguasaan diri”). Intinya didalam sadhana Dzogchen adalah “memotong” dan pencapaian spontan (trekcho dan togal). Seseorang yang mempunyai kebijaksanaan tinggi begitu ia mendengar “memotong”, akan segera memotong segala kecacatan yang berkaitan dengan pikiran biasa dan mengubah diri dari tingkat orang biasa menjadi tingkat orang suci. Bila seseorang “memotong” pikiran biasa dan terbebaskan dari batasan-batasan dan keinginan, maka ia segera menjelma menjadi orang suci.
Namun banyak orang yang kelihatannya sudah mencapainya tapi ternyata belum. Sebenarnya sadhana Zen merupakan sadhana “tahap penyelesaian”. Tidak seperti orang awam, Seorang yang berbakat istimewa dan mempunyai kebijaksanaan tajam dapat langsung “memotong” langsung di awal tahap penyelesaian ini.
Misalnya Bodhidharma ( Ta Mo)
Sebagai Pendiri aliran Zen Di China berhasil “memotong”. Ketika Hui Ko (Pewaris kedua Zen) mengunjungi Bodhidharma .
Ia langsung ditanya “ Mengapa kau datang kemari”
Hui Ko menjawab : “Saya ingin pikiran saya ditenangkan”
Bodhidharma lalu berkata : “Berikan pikiranmu, maka aku akan menenangkannya untukmu”.
Huiko menjawab : “Bagaimana saya mendapatkan pikiranku ? saya tidak dapat menemukan pikiranku”.
Bodhidarma menjawab : “Saya telah menenangkan pikiranmu untuk mu”
Ini merupakan sebuah “Koan” dari Zen. Huiko merupakan seorang yang sangat cerdas dan tajam. Begitu mendengar jawaban dari Bodhidharma bahwa beliau telah menenangkan pikirannya untuknya. Pada saat itu juga mencapai pencerahan. Pencerahan ini disebut Dzogchen = Penerangan sempurna yang datang mendadak.
Metode-metode tersebut diatas di gambarkan sebagai metode rahasia sadhana tantrayana
Dalam pelaksanaannya memerlukan Abhiseka seorang guru yang telah mencapai keberhasilan pula. Diceritakannya tahapan-tahapan tersebut adalah untuk membangkitkan semangat dan menambah motivasi bersadhana semoga semua sadhaka akan rajin berlatih dan mengetahui tahap-tahap bersadhana yang akan dicapai.
Apabila belum mencapai tahap tiap tingkat tersebut, tidak boleh meminta abhiseka tersebut mendahului tingkat yang belum waktunya. Menurut sutra “ Vajra roda waktu” bila metode rahasia ini diajarkan terlalu awal badi seorang sadhaka yang belum waktu tingkatannya dan mengerti tingkatan pembinaan diri dalam tantrayana, Guru yang mengajarkan akan mengalami tiga macam bencana.
Pertama ia akan menjadi gila, kedua ia akan dirasuki setan ular, ketiga akan banyak mendapat bencana dan kesialan. Jadi pelajaran seperti ini dapat dikatakan abhiseka dan pelajaran yang sangat rahasia , Yang menyebabkan aliran tantrayana dikenal dengan ajaran rahasia (esoteric).
Yang harus diingat cara membina diri yang terbaik adalah secara alamiah tidak dalam bentuk penyiksaan diri dan harus merawat tubuh jangan sampai lemah dan sakit-sakitan.
Bila belum waktunya tidak usah terlalu tergesa-gesa/terlalu memaksa diri bila didalam diri kita sudah ada kemampuan untuk melaksanakan sadhana itu baru boleh dijalankan.
Dan juga sangat penting adalah lokasi meditasi harus di tanah yang mempunyai hongsui yang baik. Bial tidak akan susah mencapai kemajuan.
Berlanjut
Ketika seorang sadhaka sampai ke tahap pusar (tan thien) terbuka, baru ia bisa memasuki Samadhi. Ketika cakra hatinya terbuka maka ia sudah dapat menyatu dengan yidamnya (Mahluk Suci pendampingnya). Ketika cakra mahkota, cakra dahi dan cakra tenggorokan orang tersebut terbuka dan terhubungkan satu sama lainnya (dengan kata lain nadi tengah telah terbuka total) Maka ia dapat melihat sinar terang benderang dari alam semesta. Pada saat itu juga pori-pori tubuhnya terbuka dan ia sendiri memancarkan sinar dari tubuhnya. Ketika ia bermeditasi sinar dari tubuhnya akan memancar keluar dan menyatu dengan sinar alam semesta. Inilah yang diesbut dengan masuknya sinar kedalam diri sendiri.
Syarat untuk melihat para Buddha dan Bodhisatva :
- Seluruh jiwa raganya harus dipersembahkan kepada Buddha dan Bodhisatva.
- Tidak ada nafsu lagi.
- Tidak Goyah (iman mantap hanya ke pada Buddha)
- Berlatih dengan tekun dan disiplin.
- Sudah dapat meditasi memasuki Samadhi.
- Mempunyai prajna/ kebijaksanaan.
- Melatih pondasi.(tubuh fisik)
- Belajar mengendalikan pernapasan dan emosi.
- Melatih pernapasan 9 perputaran dalam tao disebut chiu coan sian kung/tan fa lalu memasuki Samadhi. Bermeditasi sambil menjapa mantera maka dengan bantuan dan perlindungan dari para dewa dan Bodhisatva maka kekuatan meditasi dan kebijaksanaan akan bertambah. Bila berhasil akan mencapai keberhasilan dari dewa yang manteranya kita japa.
- Bagian Wai kung (diluar tubuh kita)
Keberhasilan dicapai setelah setiap kali berlatih dapat merasakan seluruh tubuh dibungkus dengan chi yang berputar. Dan di luar chi itu masih terdapat sinar. Diantara chi dan sinar terdapat api. Jadi tubuh akan terbungkus oleh chi sebagai lapisan pertama, lapisan kedua adalah api dan lapisan ketiga adalah sinar dan membawa sensasi yang sangat kuat. Seperti dikelilingi sesuatu yang sangat kuat , jelas (terlihat jelas bagi yang melatih) setiap kali berlatih. Bila fenomena ini berhasil dicapai berarti telah mencapai penerangan sempurna dan tubuhnya penuh dengan chi. Kemanapun ia pergi, apapun yang terjadi chi orang tersebut selalu hadir dan memancar ke seluruh penjuru.
Dalam Pembinaan diri, Kenikmatan/kebahagiaan terbesar dialami seorang sadhaka adalah ketika chi bergerak diseluruh tubuhnya membuka nadi-nadi yang terblokir. Kenikmatan yang dihasilkan sungguh tak terbayangkan dan disebut kebahagiaan yang tidak ada duanya dan biasanya dikenal dengan “rasa dharma”. Kenikmatan ini tidak bisa terungkap dalam kata-kata, hanya dapat dirasakan si sadhaka. Analoginya hampir mirip seperti kenikmatan sex. Tetapi kenikmatan sex hanya berselang sebentar sedangkan sensasi kenikmatan rasa dharma berlangsung lama. Orang yang pernah merasakan rasa dharma ini tidak akan pernah meninggalkan jalan pembinaan diri tidak akan bolos bermeditasi satu haripun bahkan bisa seharian bermeditasi dan orang tersebut sudah dapat disebut orang suci dan jelas tidak akan menyimpang dari jalan keBuddhaan.
Dalam kondisi dapat melatih diri dengan tekun kita harus memiliki 3 macam karma baik yang tersebut dalam sutra samsara.
- Karma baik keberuntungan Menyebabkan kita terlahir di alam manussia/alam dewa tapi belum lepas dari 6 alam samsara.
- Karma baik pembebasan, karma yang membawa kita dari penderitaan dan mencapai kebahagiaan.Karma baik keberhasilan pencapaian.
Arsip untuk meditasi
Tahapan Berlatih Api Kundalini
Tahapan Berlatih Api Kundalini
dari buku Maha guru ke-100
Mengenai “bindu dan api dalam” kita bahas secara singkat saja.
Dalam bersadhana kita harus mulai dari catur prayoga.
Bila anda berlatih Catur prayoga, anda akan berjodoh dengan semua Buddha dan Bodhisatva, jadi ini adalah tingkatan pertama/fondasi.
Dengan melakukan sadhana maha puja persembahan, sarana, catur brahma vihara, perisai perlindungan diri, Vajrasatva berarti anda menjalin jodoh dengan semua buddha dan bodhisatva. Anda mendapatkan semua adhistana dari semua dharmapala , dakini, Buddha , Yidam… ini sangat penting.!!!
Yang kedua : adalah anda harus mendapatkan adhistana dari Vajra Acharya. Adhistana dari Vajra Acharya juga sangat penting !!!!
Yang ketiga : adalah mendapatkan adhistana dari Yidam.
Setelah kontak bathin dengan guru yoga dan yidam yoga, membangkitkan api kundalini akan menjadi cepat. Bila anda langsung memulai dengan latihan api dalam, padahal belum mencapai tahap kontak bathin dalam guruyoga dan yidam yoga. Berarti tidak ada yang memberikan adhistana dan pembangkitan api. Ini adalah sebuah masalah berat….
Menguasai semua rumus tantra dalam
Jika dimulai dari internal, didalamnya ada banyak mengandung rahasia, misalnya hal Dakini Vajravarahi. Pada semua Yang arya Tantrika yang mencapai keberhasilan api kundalini. Vajravarahi akan datang dengan sendirinya. Saat itu bila anda tidak mempunyai fondasi dari tantrayana, maka anda tidak akan tahu dan kenal dengan Dakini Vajravarahi. Anda tidak akan mampu membedakan Dakini-dakini ini. Bila belum saatnya anda, tidak akan paham.
Jadi dalam sadhana internal, istilah-istilah ini harus anda kenali dengan jelas,
apa itu prana ?
Apa itu nadi ?
Apa itu bindu ?
Apa itu prana jalan atas ?
Apa itu prana jalan bawah ?
Apa itu prana jalan langit ?
Apa itu prana hati ?
Apa itu suka sunyata atas ?
Apa itu sukha sunyata menengah ?
Apa itu sukha sunyata bawah ?
Apa itu catur sukha ?
Apa itu catur sunyata ?
Semuanya harus anda pahami. Begitu pula dengan sapta(7) cakra,sad (6) cakra dan panca cakra. Semuanya harus anda kenal barulah boleh menjalankan sadhana internal. Jika tidak memahaminya, sebentar saja anda sudah bisa salah tafsir maka habislah semuanya……..
catatan : hanya sadhaka tantra (hindu) yang wajib bertemu dengan dakini Vajravarahi, tidak tahu dengan aliran di luar agama.
dari buku Maha guru ke-100
Mengenai “bindu dan api dalam” kita bahas secara singkat saja.
Dalam bersadhana kita harus mulai dari catur prayoga.
Bila anda berlatih Catur prayoga, anda akan berjodoh dengan semua Buddha dan Bodhisatva, jadi ini adalah tingkatan pertama/fondasi.
Dengan melakukan sadhana maha puja persembahan, sarana, catur brahma vihara, perisai perlindungan diri, Vajrasatva berarti anda menjalin jodoh dengan semua buddha dan bodhisatva. Anda mendapatkan semua adhistana dari semua dharmapala , dakini, Buddha , Yidam… ini sangat penting.!!!
Yang kedua : adalah anda harus mendapatkan adhistana dari Vajra Acharya. Adhistana dari Vajra Acharya juga sangat penting !!!!
Yang ketiga : adalah mendapatkan adhistana dari Yidam.
Setelah kontak bathin dengan guru yoga dan yidam yoga, membangkitkan api kundalini akan menjadi cepat. Bila anda langsung memulai dengan latihan api dalam, padahal belum mencapai tahap kontak bathin dalam guruyoga dan yidam yoga. Berarti tidak ada yang memberikan adhistana dan pembangkitan api. Ini adalah sebuah masalah berat….
Menguasai semua rumus tantra dalam
Jika dimulai dari internal, didalamnya ada banyak mengandung rahasia, misalnya hal Dakini Vajravarahi. Pada semua Yang arya Tantrika yang mencapai keberhasilan api kundalini. Vajravarahi akan datang dengan sendirinya. Saat itu bila anda tidak mempunyai fondasi dari tantrayana, maka anda tidak akan tahu dan kenal dengan Dakini Vajravarahi. Anda tidak akan mampu membedakan Dakini-dakini ini. Bila belum saatnya anda, tidak akan paham.
Jadi dalam sadhana internal, istilah-istilah ini harus anda kenali dengan jelas,
apa itu prana ?
Apa itu nadi ?
Apa itu bindu ?
Apa itu prana jalan atas ?
Apa itu prana jalan bawah ?
Apa itu prana jalan langit ?
Apa itu prana hati ?
Apa itu suka sunyata atas ?
Apa itu sukha sunyata menengah ?
Apa itu sukha sunyata bawah ?
Apa itu catur sukha ?
Apa itu catur sunyata ?
Semuanya harus anda pahami. Begitu pula dengan sapta(7) cakra,sad (6) cakra dan panca cakra. Semuanya harus anda kenal barulah boleh menjalankan sadhana internal. Jika tidak memahaminya, sebentar saja anda sudah bisa salah tafsir maka habislah semuanya……..
catatan : hanya sadhaka tantra (hindu) yang wajib bertemu dengan dakini Vajravarahi, tidak tahu dengan aliran di luar agama.
Mudra Meditasi
ada seseorang sesiung menanyakan kepada Maha Guru Lien Seng masalah Mudra Meditasi
Tanya : Dalam membentuk mudra meditasi, apakah kita menaruh telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri, ataukah sebaliknya ? Apakah ini ada hubungannya dengan unsur air dan api. ?
Jawab : Tangan kanan melambangkan api dan tangan kiri melambangkan air, sepanjang pengetahuan saya, kebanyakan orang membentuk mudra ini (Maha guru mendemonstrasikan tangan kanan di atas tangan kiri) Namun ketika Buddha Sakyamuni mengajarkan Visualisasi tulang belulang, ia memberikan demonstrasi begini (tangan kiri di atas telapak tangan kanan). Sesungguhnya kedua cara ini dapat digunakan. Hanya pada umumnya air mengalir ke bawah sedangkan api naik keatas. Jadi posisi telapak tangan kanan dan kiri sebaiknya merefleksikan sifat alamiah api dan air.
metode kedua adalah dengan menukar gaya ini jadi air yang naik dan api yang turun dalam hal ini melambangkan langkah menaikkan dan menurunkan dalam sadhana dlam (kundalini). Metode ini berlawanan dengan sifat alam. seperti ada dalam pepatah “ ada cara-cara rumit dalam mencari Tao, bila anda dapat memutar balikkannya maka anda menjadi seorang maha dewa”
Jadi mudra ini juga bisa dalam bentuk terbalik yaitu telapak tangan kiri di atas telapak tangan kanan.
gambar yang pertama, mudra meditasi tangan kanan diatas tangan kiri begitu juga gambar yang kedua Rhupang Buddha di Pollonnaruwa abad ke-12 tetap tangan kanan di atas tangan kiri. sebaiknya dicoba yang mana lebih cocok anda rasakan sendiri.
Tanya : Dalam membentuk mudra meditasi, apakah kita menaruh telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri, ataukah sebaliknya ? Apakah ini ada hubungannya dengan unsur air dan api. ?
Jawab : Tangan kanan melambangkan api dan tangan kiri melambangkan air, sepanjang pengetahuan saya, kebanyakan orang membentuk mudra ini (Maha guru mendemonstrasikan tangan kanan di atas tangan kiri) Namun ketika Buddha Sakyamuni mengajarkan Visualisasi tulang belulang, ia memberikan demonstrasi begini (tangan kiri di atas telapak tangan kanan). Sesungguhnya kedua cara ini dapat digunakan. Hanya pada umumnya air mengalir ke bawah sedangkan api naik keatas. Jadi posisi telapak tangan kanan dan kiri sebaiknya merefleksikan sifat alamiah api dan air.
metode kedua adalah dengan menukar gaya ini jadi air yang naik dan api yang turun dalam hal ini melambangkan langkah menaikkan dan menurunkan dalam sadhana dlam (kundalini). Metode ini berlawanan dengan sifat alam. seperti ada dalam pepatah “ ada cara-cara rumit dalam mencari Tao, bila anda dapat memutar balikkannya maka anda menjadi seorang maha dewa”
Jadi mudra ini juga bisa dalam bentuk terbalik yaitu telapak tangan kiri di atas telapak tangan kanan.
gambar yang pertama, mudra meditasi tangan kanan diatas tangan kiri begitu juga gambar yang kedua Rhupang Buddha di Pollonnaruwa abad ke-12 tetap tangan kanan di atas tangan kiri. sebaiknya dicoba yang mana lebih cocok anda rasakan sendiri.
Meditasi dari Vairocana Buddha
Source :Grandmaster Lu’s Book>51_Highest Yoga tantra and Mahamudra
catatan hanya boleh di copy untuk forum/situs True buddha sch/chen fo cung.
ini bukan pesan dari saya tapi dari yang di atas.
Bab 03: The Meditation from Vairocana
Pertama kita harus belajar postur meditasi tujuh titik, yang juga dikenal sebagai tujuh titik dari Vairocana.(seven point of Vairochana Buddha ). Postur meditasi ini berguna untuk mencapai keseimbangan dalam pikiran dan tubuh melalui postur duduk. Di India, posisi duduk untuk meditasi ini disebut sebagai posisi lotus penuh, dan kita tahu sebagai posisi kaki yang bersilangan Seperti sering terlihat di pratima Budha, kaki-kaki dengan postur vajra, dengan kedua kaki bersilangan dan telapak menghadap ke atas. Dengan demikian ia disebut sebagai posisi vajra penuh.
Duduk dalam posisi lotus penuh membuat tubuh dan pikiran untuk tetap diam lengkap dalam keseimbangan, menghapus pikiran kacau dan sirkulasi darah lebih lancar. Hal ini akan membuat tubuh lemas lembut dan mampu bertahan duduk. Melalui postur meditasi tujuh titik , seseorang dapat memperoleh kebijaksanaan yang paling awal. Mencapai kestabilan meditasi, dan langsung mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang.
Mengapa ia disebut tujuh poin dari Vairocana? Hal ini karena Vairocana Budha merupakan pusat Dhyani Budha dari Lima Buddha, juga dikenal sebagai Buddha Matahari yang agung (Dainichi Nyorai). Vairocana adalah pemimpin utama dari Budha aliran esoterik, dan merupakan dewa utama dari kedua Mandala Vajradhatu dan Mandala Garbhadhatu, yang melambangkan sinar alam semesta.
Gambar Vairocana dalam permata, atau Mandala Vajradhatu, yang dikenal sebagai tubuh dharmakaya dari Buddha matahari yang agung, di mana ia menampilkan Mudra kebijaksanaan. Gambar Vairocana dalam kandungan, atau Garbhadhatu, Mandala, mewakili prinsip atau alasan (dalam bahasa Jepang, Ri) aspek Dainichi, dan dikenal sebagai (sambhogakaya ?) dari Buddha Matahari yang agung Dalam gambar ini menampilkan Vairocana Mudra Dharmadhatu (di Jepang, disebut Hokaijyo-in).
Menurut sutra, wujud dari Buddha Vairochana dijelaskan sebagai berikut: Vairocana duduk di takhta teratai permata berkelopak delapan, ia memiliki tubuh berwarna emas, yang muncul seperti Bodhisattva duduk bersila pada teratai permata, memakai mahkota lima Budha yang tak ternilai bercat putih. Punggungnya dipenuhi kombinasi dari lima cahaya yang berputar, kepalanya yang dikelilingi dengan awan, dan tubuhnya yang dikelilingi aura cahaya yang warna-warni berlapis-lapis seperti dalam sorotan lampu. Dia muncul dengan bahu-panjang, dan rambut berwarna merah tua panjang, perhiasan telinga dengan anting-anting emas. Lehernya dengan lapisan perhiasan dari perhiasan yang berharga seperti jewels, jade dan kalung mutiara biru dan karangan bunga yang tergantung kebawah menyentuh lutut. Lengan-Nya dihiasi dengan perhiasan mutiara dan jade armlets, dan pergelangan tangan yang dihiasi dengan gelang emas, yang juga dipakai pada lengan atas. Kedua tangan diletakkan bersama-sama, telapak tangan menghadap ke atas, dengan telapak tangan kiri menutup telapak kanan dengan jempol di masing-masing tangan saling menyentuh, ditempatkan di bawah pusar dan menampilkan wujud memasuki penyerapan. Dia berpakaian tipis, pakaian surgawi putih, yang memakai rok yang terbuat dari kain yang berbeda seperti brokat biru dan sutra, dan pada pinggangnya di bungkus dengan sabuk ikat pinggang berwarna hijau.
Menuju ke dalam , kebajikan dari Vairocana Buddha menerangi semua alam dharma yang tak terhingga,
Menuju ke luar mereka menyinari semua mahluk tanpa rintangan. Pahala ini terdiri dari semua kebajikan sebagai keseluruhan yang lengkap, dan tetap dalam kondisi stabil dan tidak berubah. Mereka juga mewujudkan fikiran dari semua mahluk dan semua Buddhas, dimana sinar tersebut terwujud dimana-mana. Ini adalah sinar dari Tathagata yang menyinari semua alam dharma dalam ketenangan.
Vairocana tidak pernah terlihat dalam sikap berdiri, tetapi hanya dalam posisi duduk. Membawa ini lebih bermakna, karena ia adalah tokoh sentral dari Dhyani Buddhas dan foto menunjukkan dia memasuki profoundly deep meditasi. Dengan demikian, ajaran Mahamudra diawali dengan sikap meditasi dari Vairocana, di mana kaki yang bersilang vajra sikap posisi lotus penuh, dengan kedua telapak dari kaki menghadap ke atas.
Beberapa orang yang memiliki kaki yang pendek atau yang kaku sendi yang mungkin tidak mungkin untuk menyilangkan kaki mereka untuk mencapai posisi lotus penuh. Namun, mereka harus setidaknya mereka berusaha untuk menyesuaikan kedua telapak kaki menghadap ke wajah mereka ke atas dan tarik kaki ke arah badan untuk mencapai suatu sikap seimbang.
Tangan membentuk Mudra Dharmadhatu dengan telapak tangan menghadap ke atas, beristirahat di bawah titik pusar, dengan meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dan jempol saling menyentuh sedikit. Atau alternatip lain membentuk Mudra dengan ujung jari tengah menyentuh satu sama lain dan jempol merapat ke bawah jari telunjuk, dan memelihara Mudra ini secara konsisten. Kita dapat menggunakan salah satu dari kedua mudras.
Jauhkan dada sedikit bergerak ke atas dan bahu ke belakang. Dagu sedikit menekuk kedalam, seperti seorang prajurit yang akan menaikkan dada dan menekukkan dagunya dalam latihan penghormatan.
Tekan lidah dengan lembut terhadap atas langit-langit. Ini merupakan hal yang sangat penting, seperti praktisi tao memanggil jembatan antara langit dan bumi atau membangun istana langit. Ketika para hewan tidur panjang (hibernasi), lidah mereka istirahat dalam posisi keatas menyentuh langit-langit. Ketika seorang praktisi berkeinginan belajar praktik Mahamudra, dia tidak akan dapat benar-benar masuk ke dalam ketenangan jika lidah itu tidak menyentuh atas langit-langit. Di India, perbuatan yang menekan lidah terhadap atas langit-langit disebut Khechari. Hal ini tidak dilakukan hanya dengan menyentuh di atas atap langit-langit dengan lidah, tetapi juga melipatkan lidah mundur ke dalam sehingga mencapai jauh ke dalam tenggorokan (slipping di belakang nasoparynx) dan menekan baik hingga nasal membuka. Dengan cara ini, seseorang dapat mencapai keseimbangan antara tubuh dan pikiran, untuk gangguan aliran nafas adalah ditenangkan. Dengan cara ini dapat hidup lama, dan inti kehidupan seseorang dapat disimpan tanpa kebocoran. Yang menekan dari lidah terhadap atas langit-langit membutuhkan tekukan lidah seperti kaitan ke kaitan terhadap inti lubang hidung. Praktisi tao memandang lidah sebagai jembatan antara jiwa atau roh, yang bersemayam di kepala, dan yang dihati dan tubuh seseorang.
Berikutnya petunjuk dari meditasi Vairocana sambil memandang obyek. Kebanyakan praktisi dari Mahamudra dapat duduk bersila dalam sikap lotus penuh, dengan posisi tangan di bawah pusar (istirahat dalam pangkuan), angkat dada, lalu tekan lidah terhadap atas langit-langit, namun pikiran mereka mungkin masih mengembara, menghasilkan pemikiran yang mengkhayal. Dengan demikian, apabila kita ingin menenangkan pikiran, kita harus memulai dengan fokus pada satu titik. Pelatihan dimulai dengan orang yang mengambil obyek, menempatkannya dalam lima setengah kaki (1,65 meter) dan dari mereka melihat, dan berkonsentrasi melihat dengan tatapan tanpa ragu-ragu. seseorang harus sanggup menatap dalam waktu yang cukup lama , dan sekali focus itu terbentuk, pikiran akan stabil. Atau Jika tidak, maka pikiran masih akan terus mengembara.ketika pikiran tidak terusir, tatapan mata yang tidak bersemangat membuat orang kelihatan tolol. Oleh karena itu, kita harus memulai dengan pelatihan pikiran untuk fokus pada satu titik, karena itu merupakan kunci untuk menstabilkan pikiran.
Yang pertama dari lima silsilah Buddha dari Tantrayana adalah Tathagata silsilah, juga dikenal sebagai silsilah Budha. Pemimpin Budha dari Budha adalah silsilah dari Vairocana Budha. Ibu dari garis keturunan Tathagata adalah Bodhisattva Budha Eye (Locana). The King of the Light Tathagata adalah keturunan Vijayosnisa. Salah satunya tampil dalam Wujud murka sebagai dharmapala adalah Acala (Putung ming wang). Pasangan Yab Yum dari Tathagata Lineage adalah Aparajitavidyarajni. Hati Tathagata silsilah banyak menyimpan mantras rahasia. Ini merupakan divisi dari garis keturunan Buddha , juga mencakup banyak retinues mereka. Ketika kita mulai praktik Mahamudra, kita harus terlebih dahulu mempelajari meditasi sikap dari Vairocana sehingga kita dapat memperoleh akses energi ke dalam garis silsilah Budha Vairocana dan mencapai Buddhahood dalam tubuh sekarang.
Penting untuk mengetahui/memahami bahwa duduk bersila posisi lotus penuh tersebut dimaksudkan untuk memanfaatkan sirkulasi xiaxing chi (bergerak ke bawah energi yang mencakup area dari pusar ke kaki), dan bukan diambil untuk alasan biar enak dilihat. Tetapi ini adalah posisi yang membuat energi lancar bersirkulasi naik turun dengan lembut.
Letakkan tangan merata [pada pangkuan], dengan ujung dari jari tengah saling menyentuh satu sama lain, dan menjaga jempol sedikit lebih rendah dari jari telunjuk. Hal ini akan membuat tubuh dan pikiran dalam keseimbangan sempurna, dan menjaga suhu tubuh, dengan sirkulasi chi dan darah untuk tetap dalam keseimbangan yang baik.
Dengan meningkatkan dada dan dagu tekuk ke dalam, Roh dan energi beredar mengalir di seluruh tubuh tanpa hambatan. Jika kita tidak menegapkan dada kami dan menekukkan dagu, ketidakcukupan dari chi dan energi roh sejati akan mengakibatkan jatuh tertidur selama latihan. Ada banyak alas an mengapa mereka tertidur setelah memasuki meditasi. Ini semua disebabkan oleh dada tidak ditegapkan dan dagu tidak melipat ke dalam, sehingga dalam posisi ketiadaan spirit dan energi. Terlalu banyak santai akan mengakibatkan jatuh tertidur.
Bila lidah ditekan terhadap atas langit-langit, ia memungkinkan shangxing chi (arus angin atas, atau Udana dalam sanskrit) untuk berpindah ke bawah, dan xiaxing chi (arus angin bawah atau Apana dalam sanskrit) untuk berpindah ke atas. Kedua energi arus akan saling memelihara satu sama lain melalui metode ini. Ini penting akan lebih dijelaskan dalam bab ke empat.
Aksi menatap satu obyek, yang juga merupakan metode mengumpulkan energi Roh ke dalam Tianxin Lokasi [dahi, duduk di posisi mata spiritual], adalah suatu usaha latihan utama dalam Meditasi menuju jalan bercahaya, dan membantu untuk memfokuskan pikiran pada satu titik. Dengan ini fokus pikiran, seseorang dapat memasuki/terserap kedalam meditasi. Kita dapat menempatkan vajra atau dorje sejauh sekitar lima setengah kaki (1,65 meter) dari pandangan kita dan terus menatapnya. Vajra yang merupakan benda berharga dalam upacara Tantric melambangkan tak terhancurkan. Apabila kita melihat vajra, kita harus menghormati itu seolah-olah ia adalah tablet kumala yang memanjang dari Kaisar Cina . Ini akan membuat meditasi lebih bermakna dan nyata.
Vairocana, Tathagata Matahari yang Agung, setelah menguraikan dharma di tempat tinggal Mahesvara. Tathagata yang saat itu telah muncul dalam tubuh emas, dengan rambut menumpuk di atas kepalanya, membentuk jambul (sanskrit: ushnisha) yang kelihatan seperti mahkota dengan Lima Buddhas duduk di atasnya. Tathagata yang telah memancarkan sinar banyak warna, dan berjubah sutra seperti jubah putih sempurna. Ini adalah tanda mencapai pencerahan sempurna Suddhavasa di Surga. Beberapa orang menganggap bahwa Vairocana, Tathagata Matahari yang Agung, adalah Dewa Matahari. Namun, saya merasa bahwa saat Great Tathagata matahari ini identik dengan matahari itu sendiri, yang merubah kegelapan menjadi terang , cahaya matahari membagi dunia ke dalam siang dan malam, dan ada tempat di mana sinar matahari tidak dapat dijangkau. Dengan demikian, kata besar/agung yang ditambahkan ke kata Matahari untuk menandakan bahwa terang Buddha adalah sepenuhnya adalah sinar kebijaksanaan dari Great Tathagata Matahari bersinar sepenuhnya untuk menenangkan seluruh semua alam dharma.
Saya akan membuka rahasia kepada Anda, para pembaca. Ketika Vairocana saat itu berada di tempat tinggal Mahesvara dan memberikan dharmatalk, di antara para penonton ada salah satu Kumara yang bernama Padmakumara.
Padmakumara merangkapkan kedua telapaknya didada dan memberi hormat kepada Buddha, Mengapa Tathagata selalu terlihat dalam posisi duduk, dan bukan berdiri ?
Duduk adalah untuk mematuhi ketenangan dalam alam dharma yang agung, dan saya menggunakan postur tujuh poin ke posisi duduk berfungsi sepenuhnya untuk memberi instruksi kepada semua mahluk makhluk.
Bagaimana instruksi ini diajarkan? Padmakumara bertanya.
Melalui Mahamudra yang konstan dan tak dapat dirusak, yang menharmoniskan tubuh dan pikiran.
Pertanyaan-pertanyaan Padmakumaras menggerakkan serangkaian acara yang akan berhasil di masa depan jauh di mana saya, sebagai Padmakumara, akan menyeberangkan semua mahluk makhluk. Saya menerima surat keputusan dari Vairocana dan datang kedunia sebagai manifestasi dari Padmakumara menyampaikan Mahamudra. Ini adalah riwayatnya, dan acara itu sendiri adalah sebuah rahasia langit yang tidak misterius maupun dibuat-buat. Semuanya memiliki pola dan tujuan.
Mahamudra adalah meliputi segalanya tetapi sederhana. Seseorang harus memulai dari postur meditasi tujuh titik Vairocana , menyeimbangkan dan mengontrol fungsi chi dan meridians. Melalui posisi lotus penuh, dan Mudra meditasi, yang membuat dada ditegapkan dan menekuk sedikit dagu menekan lidah ke langit-langit , menatap satu obyek, seseorang akan menharmoniskan tubuh dan pikirannya. Hanya latihan ini yang akan membentuk dasar-dasar pelatihan ini yang merupakan prasyarat untuk seseorang dapat mulai praktik membersihkan hati mencapai kesucian dan realisasi kesempurnaan. Sebelum dapat tiba di tahap non-meditasi dan tahap non-pencapaian seseorang harus memulai persiapan awal dengan meditasi 7 point of vairochana dan mencapainya.
Mahamudra itu melibatkan praktik napas/angin, saluran dan tetes. Merupakan pendekatan untuk mencapai keBuddhaan dalam tubuh sekarang, dan bukan merupakan beberapa doktrin kosong sebagai teori yang tidak ada bukti. Itu mengharuskan seseorang untuk praktek, usaha keras dan bersadhana untuk mencapai respons spiritual yang sebenarnya, dimana dia akan mengetahui bahwa Aku, Sheng-yen Lu, tidak mengarang cerita kosong, apa yang sedang dikatakan di sini adalah benar-benar dapat terjadi dan terbukti kebenarannya.
catatan hanya boleh di copy untuk forum/situs True buddha sch/chen fo cung.
ini bukan pesan dari saya tapi dari yang di atas.
Bab 03: The Meditation from Vairocana
Pertama kita harus belajar postur meditasi tujuh titik, yang juga dikenal sebagai tujuh titik dari Vairocana.(seven point of Vairochana Buddha ). Postur meditasi ini berguna untuk mencapai keseimbangan dalam pikiran dan tubuh melalui postur duduk. Di India, posisi duduk untuk meditasi ini disebut sebagai posisi lotus penuh, dan kita tahu sebagai posisi kaki yang bersilangan Seperti sering terlihat di pratima Budha, kaki-kaki dengan postur vajra, dengan kedua kaki bersilangan dan telapak menghadap ke atas. Dengan demikian ia disebut sebagai posisi vajra penuh.
Duduk dalam posisi lotus penuh membuat tubuh dan pikiran untuk tetap diam lengkap dalam keseimbangan, menghapus pikiran kacau dan sirkulasi darah lebih lancar. Hal ini akan membuat tubuh lemas lembut dan mampu bertahan duduk. Melalui postur meditasi tujuh titik , seseorang dapat memperoleh kebijaksanaan yang paling awal. Mencapai kestabilan meditasi, dan langsung mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang.
Mengapa ia disebut tujuh poin dari Vairocana? Hal ini karena Vairocana Budha merupakan pusat Dhyani Budha dari Lima Buddha, juga dikenal sebagai Buddha Matahari yang agung (Dainichi Nyorai). Vairocana adalah pemimpin utama dari Budha aliran esoterik, dan merupakan dewa utama dari kedua Mandala Vajradhatu dan Mandala Garbhadhatu, yang melambangkan sinar alam semesta.
Gambar Vairocana dalam permata, atau Mandala Vajradhatu, yang dikenal sebagai tubuh dharmakaya dari Buddha matahari yang agung, di mana ia menampilkan Mudra kebijaksanaan. Gambar Vairocana dalam kandungan, atau Garbhadhatu, Mandala, mewakili prinsip atau alasan (dalam bahasa Jepang, Ri) aspek Dainichi, dan dikenal sebagai (sambhogakaya ?) dari Buddha Matahari yang agung Dalam gambar ini menampilkan Vairocana Mudra Dharmadhatu (di Jepang, disebut Hokaijyo-in).
Menurut sutra, wujud dari Buddha Vairochana dijelaskan sebagai berikut: Vairocana duduk di takhta teratai permata berkelopak delapan, ia memiliki tubuh berwarna emas, yang muncul seperti Bodhisattva duduk bersila pada teratai permata, memakai mahkota lima Budha yang tak ternilai bercat putih. Punggungnya dipenuhi kombinasi dari lima cahaya yang berputar, kepalanya yang dikelilingi dengan awan, dan tubuhnya yang dikelilingi aura cahaya yang warna-warni berlapis-lapis seperti dalam sorotan lampu. Dia muncul dengan bahu-panjang, dan rambut berwarna merah tua panjang, perhiasan telinga dengan anting-anting emas. Lehernya dengan lapisan perhiasan dari perhiasan yang berharga seperti jewels, jade dan kalung mutiara biru dan karangan bunga yang tergantung kebawah menyentuh lutut. Lengan-Nya dihiasi dengan perhiasan mutiara dan jade armlets, dan pergelangan tangan yang dihiasi dengan gelang emas, yang juga dipakai pada lengan atas. Kedua tangan diletakkan bersama-sama, telapak tangan menghadap ke atas, dengan telapak tangan kiri menutup telapak kanan dengan jempol di masing-masing tangan saling menyentuh, ditempatkan di bawah pusar dan menampilkan wujud memasuki penyerapan. Dia berpakaian tipis, pakaian surgawi putih, yang memakai rok yang terbuat dari kain yang berbeda seperti brokat biru dan sutra, dan pada pinggangnya di bungkus dengan sabuk ikat pinggang berwarna hijau.
Menuju ke dalam , kebajikan dari Vairocana Buddha menerangi semua alam dharma yang tak terhingga,
Menuju ke luar mereka menyinari semua mahluk tanpa rintangan. Pahala ini terdiri dari semua kebajikan sebagai keseluruhan yang lengkap, dan tetap dalam kondisi stabil dan tidak berubah. Mereka juga mewujudkan fikiran dari semua mahluk dan semua Buddhas, dimana sinar tersebut terwujud dimana-mana. Ini adalah sinar dari Tathagata yang menyinari semua alam dharma dalam ketenangan.
Vairocana tidak pernah terlihat dalam sikap berdiri, tetapi hanya dalam posisi duduk. Membawa ini lebih bermakna, karena ia adalah tokoh sentral dari Dhyani Buddhas dan foto menunjukkan dia memasuki profoundly deep meditasi. Dengan demikian, ajaran Mahamudra diawali dengan sikap meditasi dari Vairocana, di mana kaki yang bersilang vajra sikap posisi lotus penuh, dengan kedua telapak dari kaki menghadap ke atas.
Beberapa orang yang memiliki kaki yang pendek atau yang kaku sendi yang mungkin tidak mungkin untuk menyilangkan kaki mereka untuk mencapai posisi lotus penuh. Namun, mereka harus setidaknya mereka berusaha untuk menyesuaikan kedua telapak kaki menghadap ke wajah mereka ke atas dan tarik kaki ke arah badan untuk mencapai suatu sikap seimbang.
Tangan membentuk Mudra Dharmadhatu dengan telapak tangan menghadap ke atas, beristirahat di bawah titik pusar, dengan meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dan jempol saling menyentuh sedikit. Atau alternatip lain membentuk Mudra dengan ujung jari tengah menyentuh satu sama lain dan jempol merapat ke bawah jari telunjuk, dan memelihara Mudra ini secara konsisten. Kita dapat menggunakan salah satu dari kedua mudras.
Jauhkan dada sedikit bergerak ke atas dan bahu ke belakang. Dagu sedikit menekuk kedalam, seperti seorang prajurit yang akan menaikkan dada dan menekukkan dagunya dalam latihan penghormatan.
Tekan lidah dengan lembut terhadap atas langit-langit. Ini merupakan hal yang sangat penting, seperti praktisi tao memanggil jembatan antara langit dan bumi atau membangun istana langit. Ketika para hewan tidur panjang (hibernasi), lidah mereka istirahat dalam posisi keatas menyentuh langit-langit. Ketika seorang praktisi berkeinginan belajar praktik Mahamudra, dia tidak akan dapat benar-benar masuk ke dalam ketenangan jika lidah itu tidak menyentuh atas langit-langit. Di India, perbuatan yang menekan lidah terhadap atas langit-langit disebut Khechari. Hal ini tidak dilakukan hanya dengan menyentuh di atas atap langit-langit dengan lidah, tetapi juga melipatkan lidah mundur ke dalam sehingga mencapai jauh ke dalam tenggorokan (slipping di belakang nasoparynx) dan menekan baik hingga nasal membuka. Dengan cara ini, seseorang dapat mencapai keseimbangan antara tubuh dan pikiran, untuk gangguan aliran nafas adalah ditenangkan. Dengan cara ini dapat hidup lama, dan inti kehidupan seseorang dapat disimpan tanpa kebocoran. Yang menekan dari lidah terhadap atas langit-langit membutuhkan tekukan lidah seperti kaitan ke kaitan terhadap inti lubang hidung. Praktisi tao memandang lidah sebagai jembatan antara jiwa atau roh, yang bersemayam di kepala, dan yang dihati dan tubuh seseorang.
Berikutnya petunjuk dari meditasi Vairocana sambil memandang obyek. Kebanyakan praktisi dari Mahamudra dapat duduk bersila dalam sikap lotus penuh, dengan posisi tangan di bawah pusar (istirahat dalam pangkuan), angkat dada, lalu tekan lidah terhadap atas langit-langit, namun pikiran mereka mungkin masih mengembara, menghasilkan pemikiran yang mengkhayal. Dengan demikian, apabila kita ingin menenangkan pikiran, kita harus memulai dengan fokus pada satu titik. Pelatihan dimulai dengan orang yang mengambil obyek, menempatkannya dalam lima setengah kaki (1,65 meter) dan dari mereka melihat, dan berkonsentrasi melihat dengan tatapan tanpa ragu-ragu. seseorang harus sanggup menatap dalam waktu yang cukup lama , dan sekali focus itu terbentuk, pikiran akan stabil. Atau Jika tidak, maka pikiran masih akan terus mengembara.ketika pikiran tidak terusir, tatapan mata yang tidak bersemangat membuat orang kelihatan tolol. Oleh karena itu, kita harus memulai dengan pelatihan pikiran untuk fokus pada satu titik, karena itu merupakan kunci untuk menstabilkan pikiran.
Yang pertama dari lima silsilah Buddha dari Tantrayana adalah Tathagata silsilah, juga dikenal sebagai silsilah Budha. Pemimpin Budha dari Budha adalah silsilah dari Vairocana Budha. Ibu dari garis keturunan Tathagata adalah Bodhisattva Budha Eye (Locana). The King of the Light Tathagata adalah keturunan Vijayosnisa. Salah satunya tampil dalam Wujud murka sebagai dharmapala adalah Acala (Putung ming wang). Pasangan Yab Yum dari Tathagata Lineage adalah Aparajitavidyarajni. Hati Tathagata silsilah banyak menyimpan mantras rahasia. Ini merupakan divisi dari garis keturunan Buddha , juga mencakup banyak retinues mereka. Ketika kita mulai praktik Mahamudra, kita harus terlebih dahulu mempelajari meditasi sikap dari Vairocana sehingga kita dapat memperoleh akses energi ke dalam garis silsilah Budha Vairocana dan mencapai Buddhahood dalam tubuh sekarang.
Penting untuk mengetahui/memahami bahwa duduk bersila posisi lotus penuh tersebut dimaksudkan untuk memanfaatkan sirkulasi xiaxing chi (bergerak ke bawah energi yang mencakup area dari pusar ke kaki), dan bukan diambil untuk alasan biar enak dilihat. Tetapi ini adalah posisi yang membuat energi lancar bersirkulasi naik turun dengan lembut.
Letakkan tangan merata [pada pangkuan], dengan ujung dari jari tengah saling menyentuh satu sama lain, dan menjaga jempol sedikit lebih rendah dari jari telunjuk. Hal ini akan membuat tubuh dan pikiran dalam keseimbangan sempurna, dan menjaga suhu tubuh, dengan sirkulasi chi dan darah untuk tetap dalam keseimbangan yang baik.
Dengan meningkatkan dada dan dagu tekuk ke dalam, Roh dan energi beredar mengalir di seluruh tubuh tanpa hambatan. Jika kita tidak menegapkan dada kami dan menekukkan dagu, ketidakcukupan dari chi dan energi roh sejati akan mengakibatkan jatuh tertidur selama latihan. Ada banyak alas an mengapa mereka tertidur setelah memasuki meditasi. Ini semua disebabkan oleh dada tidak ditegapkan dan dagu tidak melipat ke dalam, sehingga dalam posisi ketiadaan spirit dan energi. Terlalu banyak santai akan mengakibatkan jatuh tertidur.
Bila lidah ditekan terhadap atas langit-langit, ia memungkinkan shangxing chi (arus angin atas, atau Udana dalam sanskrit) untuk berpindah ke bawah, dan xiaxing chi (arus angin bawah atau Apana dalam sanskrit) untuk berpindah ke atas. Kedua energi arus akan saling memelihara satu sama lain melalui metode ini. Ini penting akan lebih dijelaskan dalam bab ke empat.
Aksi menatap satu obyek, yang juga merupakan metode mengumpulkan energi Roh ke dalam Tianxin Lokasi [dahi, duduk di posisi mata spiritual], adalah suatu usaha latihan utama dalam Meditasi menuju jalan bercahaya, dan membantu untuk memfokuskan pikiran pada satu titik. Dengan ini fokus pikiran, seseorang dapat memasuki/terserap kedalam meditasi. Kita dapat menempatkan vajra atau dorje sejauh sekitar lima setengah kaki (1,65 meter) dari pandangan kita dan terus menatapnya. Vajra yang merupakan benda berharga dalam upacara Tantric melambangkan tak terhancurkan. Apabila kita melihat vajra, kita harus menghormati itu seolah-olah ia adalah tablet kumala yang memanjang dari Kaisar Cina . Ini akan membuat meditasi lebih bermakna dan nyata.
Vairocana, Tathagata Matahari yang Agung, setelah menguraikan dharma di tempat tinggal Mahesvara. Tathagata yang saat itu telah muncul dalam tubuh emas, dengan rambut menumpuk di atas kepalanya, membentuk jambul (sanskrit: ushnisha) yang kelihatan seperti mahkota dengan Lima Buddhas duduk di atasnya. Tathagata yang telah memancarkan sinar banyak warna, dan berjubah sutra seperti jubah putih sempurna. Ini adalah tanda mencapai pencerahan sempurna Suddhavasa di Surga. Beberapa orang menganggap bahwa Vairocana, Tathagata Matahari yang Agung, adalah Dewa Matahari. Namun, saya merasa bahwa saat Great Tathagata matahari ini identik dengan matahari itu sendiri, yang merubah kegelapan menjadi terang , cahaya matahari membagi dunia ke dalam siang dan malam, dan ada tempat di mana sinar matahari tidak dapat dijangkau. Dengan demikian, kata besar/agung yang ditambahkan ke kata Matahari untuk menandakan bahwa terang Buddha adalah sepenuhnya adalah sinar kebijaksanaan dari Great Tathagata Matahari bersinar sepenuhnya untuk menenangkan seluruh semua alam dharma.
Saya akan membuka rahasia kepada Anda, para pembaca. Ketika Vairocana saat itu berada di tempat tinggal Mahesvara dan memberikan dharmatalk, di antara para penonton ada salah satu Kumara yang bernama Padmakumara.
Padmakumara merangkapkan kedua telapaknya didada dan memberi hormat kepada Buddha, Mengapa Tathagata selalu terlihat dalam posisi duduk, dan bukan berdiri ?
Duduk adalah untuk mematuhi ketenangan dalam alam dharma yang agung, dan saya menggunakan postur tujuh poin ke posisi duduk berfungsi sepenuhnya untuk memberi instruksi kepada semua mahluk makhluk.
Bagaimana instruksi ini diajarkan? Padmakumara bertanya.
Melalui Mahamudra yang konstan dan tak dapat dirusak, yang menharmoniskan tubuh dan pikiran.
Pertanyaan-pertanyaan Padmakumaras menggerakkan serangkaian acara yang akan berhasil di masa depan jauh di mana saya, sebagai Padmakumara, akan menyeberangkan semua mahluk makhluk. Saya menerima surat keputusan dari Vairocana dan datang kedunia sebagai manifestasi dari Padmakumara menyampaikan Mahamudra. Ini adalah riwayatnya, dan acara itu sendiri adalah sebuah rahasia langit yang tidak misterius maupun dibuat-buat. Semuanya memiliki pola dan tujuan.
Mahamudra adalah meliputi segalanya tetapi sederhana. Seseorang harus memulai dari postur meditasi tujuh titik Vairocana , menyeimbangkan dan mengontrol fungsi chi dan meridians. Melalui posisi lotus penuh, dan Mudra meditasi, yang membuat dada ditegapkan dan menekuk sedikit dagu menekan lidah ke langit-langit , menatap satu obyek, seseorang akan menharmoniskan tubuh dan pikirannya. Hanya latihan ini yang akan membentuk dasar-dasar pelatihan ini yang merupakan prasyarat untuk seseorang dapat mulai praktik membersihkan hati mencapai kesucian dan realisasi kesempurnaan. Sebelum dapat tiba di tahap non-meditasi dan tahap non-pencapaian seseorang harus memulai persiapan awal dengan meditasi 7 point of vairochana dan mencapainya.
Mahamudra itu melibatkan praktik napas/angin, saluran dan tetes. Merupakan pendekatan untuk mencapai keBuddhaan dalam tubuh sekarang, dan bukan merupakan beberapa doktrin kosong sebagai teori yang tidak ada bukti. Itu mengharuskan seseorang untuk praktek, usaha keras dan bersadhana untuk mencapai respons spiritual yang sebenarnya, dimana dia akan mengetahui bahwa Aku, Sheng-yen Lu, tidak mengarang cerita kosong, apa yang sedang dikatakan di sini adalah benar-benar dapat terjadi dan terbukti kebenarannya.
Meditasi Anapanasati
by Gm Lien sen
dari majalah Cen fo indonesia nov-des. 2003
Pada umumnya setiap umat Buddha pasti mengenal apa itu Anapanasati.
Yaitu suatu metode meditasi yang sangat sederhana dan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa ada pantangan atau larangan tertentu.
Namun karena terlalu sederhana kita jangan meremehkan metode ini. Banyak sekali rumus-rumus inti yang harus diperhatikan dalam metode ini dan semua itu kita bahas dengan lebih rinci dan mendalam.
Dibawah ini saya akan perjelaskan satu persatu rumus inti tersebut,setelah itu saya harap anda bisa mengerti dengan sendirinya. Contohnya, metode meditasi dengan obyek benda-benda kotor dan obyek tulang belulang adalah suatu metode yang sangat rumit.
Maksud saya agar jangan meremehkan merode anasanapati bukan tanpa sebab. Ketika sang Buddha memberikan pelajaran kepada siswa-siswanya, beliau berpesan bahwa setelah mengerti metode Anapanasati, hendaknyak ita kembali kedalam goa atau dibawah pohon tempat meditasi masing-masing untuk mempraktekkan metode ini. Dengan metode ini, tidak sedikit siswa sang Buddha ketika itu berhasil mencapai tingkat Arahat.
Jadi metode ini diperuntukkan untuk umat awam untuk mencapai penerangan sempurna, jangan sekali-sekali memandang remeh dan tidak menjalankannya.
Rumus inti pertama dari metode Anapanasati adalah
Ketenangan jiwa raga
Ini dapat dicapai dengan mengatur atau mengusahakan menghitung keluar masuknya udara dari hidung. Ketika menjelaskan metode meditasi tantrayana saya pernah menekankan pentingnya tarikan napas halus, pelan dan panjang ini dapat membawa kita pada kondisi batin yang tenang secara jiwa dan raga dan selanjutnya akan membawa kita ke dalam jhana baik lahir maupun bathin.
Bila yang terjadi sebaliknya yakni tarikan napas yang kasar dan tergesa-gesa dan pendek maka itu pertanda kita sedang dalam kondisi sakit , marah , lelah . ketakutan dan tidak stabil.
Tarikan napas yang halus , pelan dan panjang dapat membawa ktia pada kondisi batin yang tenang secara jiwa dan raga sedangkan tarikan napas yang kasar, cepat dan pendek akan mengakibatkan kita berada dalam kondisi abnormal baik jiwa maupun raga.
Begitu kita mempraktekkan metode anapanasati, kita kan segera merasakan, bila kita tidak memperhatikannya maka kita tidak akan pernah tahu panjang –pendeknya napas kita, tetapi dengan mempraktekkannya kita menjadi tahu napas kita sebenarnya ada yang panjang dan ada juga yang pendek.
Nah tugas kita adalah mengatur dan menjaga keseimbangan antara napas yang panjang dan pendek itu. Dengan terjaganya keseimbangan antara napas panjang dan napas pendek, kita menjadi mengenal lebih dalam dan lebih rinci pada pernapasan kita sendiri.
Yang pertama-tama yang harus dikenali begitu mempraktekkan Anapanasati adalah :
Apa itu napas panjang (pernapasan lengkap)?
Apa itu napas pendek (napas yang tergesa-gesa) ?
Apa itu napas yang alamiah ?
Bagai mana cara kita mengatur napas agar kita dapat memasuki meditasi ?
Sang Buddha memperkenalkan 3 macam pernapasan.
1. Pernapasan lengkap (pernapasan panjang).
Andaikan ada sebuah jarak antara hidung dan empat jari dibawah pusar (tan thien).
Posisi hidung di atas dan tanthien di bawah. Setiap napas yang kita hirup, masuk melalui hidung dan diteruskan sampai tan thien. Dan napas yang kita buang dimulai dan tanthien hingga ke atas keluar melalui kedua lubang hidung.
2. Pernapasan Alamiah (pernapasan biasa)
Napas ditarik dari kedua lubang hidung dan masuk kedalam paru-paru, lalu napas yang dibuang juga mulai dari paru-paru dan dihembuskan keluar dari kedua lubang hidung.
Anda sama sekali tidak perlu mencoba untuk merasakannya, karena semua itu berlangsung secara otomatis tanpa dapat kita rasakan.
3. Pernapasan pendek (pernapasan yang tergesa-gesa). Pernapasan ini hanya berlangsung dalam jarak antara hidung dan mulut saja. Ini merupakan gejala pada mereka yang menderita penyakit asma (sesak napas).
Sang Buddha pernah berkata : Dengan pernapasan panjang, tubuh kita akan menjadi lemas lalu memasuki suasana tenang dan damai.
Dengan pernapasan pendek, tubuh kita akan menjadi kaku, kasar dan diikuti perasaan gelisah.
Ketika berada dalam Samadhi, kita akan merasakan sebuah rahasia bahwa pernapasan-pernapasan itulah yang selama ini menguasai seluruh organ tubuh kita. Oleh karena itu kita harus segera melatih cara bernapas kita diselaraskan dengan ketiga macam pernapasan tersebut diatas.
Tujuan nya adalah untuk melacak sebab-sebab dibalik sebuah pernapasan dan juga untuk mengetahui pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh sebuah pernapasan. Diharapkan dengan cara menutup kedua belah mata saja, maka dalam sekejap pernapasan-pernapasan kita segera akan menjadi selaras dan rata.
Untuk memperaktekkan pernapasan panjang dibutuhkan 2 cara sebagai berikut.
Metode cara yang pertama adalah mengikuti jalannya pernapasan, sedangkan yang kedua adalah menjaga dan memperhatikan keluar masuknya udara dalam pernapasan kita.
Baik cara pertama dan kedua harus sama-sama menjaga keseimbangan antara udara yang keluar dan udara yang masuk harus sama panjang tarikannya sama rata, sama halus dan sama lambatnya, semua itu harus diperhatikan satu persatu.
Mereka yang pertama kali belajar metode ini biasanya akan segera kehilangan konsentrasi dan kesadaran tidak lama setelah memperaktekkannya, pikiran akan melayang-layang entah kemana. Pada saat itu lakukanlah pernapasan sedikit keras, itu tidak apa-apa karena dengan demikian perhatian dan konsentrasi kita akan kembali dipusatkan. Dan itu adalah salah satu cara untuk mengembalikan konsentrasi yang terpecah.
Seorang sadhaka setelah berhasil mengatur keluar masuknya udara dalam pernapasan
Sampai terasa halus , pelan dan panjang. Pernapasan itu sangat rata dengan panjang dan pendek yang sebanding. Maka dapat dikatakan dia telah mencapai keberhasilan tahap pertama dalam memperaktekkan metode anapanasati.
posisi telapak tangan kiri di atas telapak tangan kanan untuk pria sedangkan wanita posisi telapak tangan kanan di atas tangan kiri.
Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah masalah konsentrasi.
Konsentrasi itu diperlukan baik untuk cara pertama yaitu “mengikuti” dan juga cara kedua yaitu “menjaga” kedua lubang hidung. Kedua cara ini sama baiknya yang penting harus diperhatikan adalah menjaga konsentrasi. Yang harus dicapai baik dengan cara mengikuti maupun cara menjaga adalah :
Apakah keluar masuknya udara masih kasar ?
Apakah keluar masuknya udara sudah halus ?
Menyadari adanya udara yang masuk juga sadar akan udara yang keluar ?
Jangan meremehkan kedua cara tersebut di atas. Dengan praktek secara continue lama-kelamaan sebuah perasaan akan timbul.
Perasaan ini adalah salah satu dari “delapan perasaan tubuh” yang terdiri dari perasaan-perasaan bergetar, gatal, ringan, berat , dingin, hangat , kasar dan licin. Sebagaimana pernah saya singgung di awal tulisan dalam menghadapi delapan perasaan tubuh ini boleh saja kita memberikan reaksi yang sepantasnya. Selain 8 perasaan tubuh tersebut, mungkin juga timbul perasaan-perasaan sengsara, menderita atau juga perasaan nikmat dan nyaman, rasa kantuk, kepala merunduk, tertidur dan gejala-gejala lain bisa muncul. Selain itu perasaan-perasaan buruk yang pernah kita rasakan sehari-hari seperti marah, sebal, terhina, tak tahu malu, iri, dengki dan sebagainya juga bisa muncul. Juga khayalan, kegelisahan, penderitaan , dan kemelekatan juga bisa muncul.
Bila perasaan-perasaan itu muncul maka kita harus melepaskan semuanya, jangan melakukan apapun, jangan perdulikan apapun, tetap ikuti petunjuk menurut konsep buddhis yaitu kenali wajah asli dari perasaan-perasaan yang timbul. Semua perasaan-perasaan buruk seperti kemelekatan, ego, ngotot, angkuh dan sebagainya harus dikikis satu persatu. Semua perasaan yang timbul harus dihadapi dengan bijaksana temukan akar sebab-musababnya lalu kenali jati dirinya yang asli.
Berdasarkan pengalaman saya ketika menghadapi gangguan macam-macam perasaan tersebut, maka cara terbaik untuk mengendalikannya adalah melakukan meditasi “delapan negasi” atau “delapan tidak”
Yang dimaksud dengan delapan negasi itu adalah :
- tidak dilahirkan
- tidak musnah
- tidak terputus
- tidak kekal / anitya
- tidak tunggal
- tidak berbeda
- tidak pergi
- tidak datang.
Bila kita dapat bersikap tidak melekat dan tidak menjauhi macam-macam perasaan yang timbul dan tetap memusatkan konsentrasi dalam meditasi anapanasati tanpa terpengaruh oleh perasaan-perasaan itu, maka itu telah membuktikan bahwa kita telah mencapai tingkat kekuatan jhana yang amat tinggi.
dari majalah Cen fo indonesia nov-des. 2003
Pada umumnya setiap umat Buddha pasti mengenal apa itu Anapanasati.
Yaitu suatu metode meditasi yang sangat sederhana dan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa ada pantangan atau larangan tertentu.
Namun karena terlalu sederhana kita jangan meremehkan metode ini. Banyak sekali rumus-rumus inti yang harus diperhatikan dalam metode ini dan semua itu kita bahas dengan lebih rinci dan mendalam.
Dibawah ini saya akan perjelaskan satu persatu rumus inti tersebut,setelah itu saya harap anda bisa mengerti dengan sendirinya. Contohnya, metode meditasi dengan obyek benda-benda kotor dan obyek tulang belulang adalah suatu metode yang sangat rumit.
Maksud saya agar jangan meremehkan merode anasanapati bukan tanpa sebab. Ketika sang Buddha memberikan pelajaran kepada siswa-siswanya, beliau berpesan bahwa setelah mengerti metode Anapanasati, hendaknyak ita kembali kedalam goa atau dibawah pohon tempat meditasi masing-masing untuk mempraktekkan metode ini. Dengan metode ini, tidak sedikit siswa sang Buddha ketika itu berhasil mencapai tingkat Arahat.
Jadi metode ini diperuntukkan untuk umat awam untuk mencapai penerangan sempurna, jangan sekali-sekali memandang remeh dan tidak menjalankannya.
Rumus inti pertama dari metode Anapanasati adalah
Ketenangan jiwa raga
Ini dapat dicapai dengan mengatur atau mengusahakan menghitung keluar masuknya udara dari hidung. Ketika menjelaskan metode meditasi tantrayana saya pernah menekankan pentingnya tarikan napas halus, pelan dan panjang ini dapat membawa kita pada kondisi batin yang tenang secara jiwa dan raga dan selanjutnya akan membawa kita ke dalam jhana baik lahir maupun bathin.
Bila yang terjadi sebaliknya yakni tarikan napas yang kasar dan tergesa-gesa dan pendek maka itu pertanda kita sedang dalam kondisi sakit , marah , lelah . ketakutan dan tidak stabil.
Tarikan napas yang halus , pelan dan panjang dapat membawa ktia pada kondisi batin yang tenang secara jiwa dan raga sedangkan tarikan napas yang kasar, cepat dan pendek akan mengakibatkan kita berada dalam kondisi abnormal baik jiwa maupun raga.
Begitu kita mempraktekkan metode anapanasati, kita kan segera merasakan, bila kita tidak memperhatikannya maka kita tidak akan pernah tahu panjang –pendeknya napas kita, tetapi dengan mempraktekkannya kita menjadi tahu napas kita sebenarnya ada yang panjang dan ada juga yang pendek.
Nah tugas kita adalah mengatur dan menjaga keseimbangan antara napas yang panjang dan pendek itu. Dengan terjaganya keseimbangan antara napas panjang dan napas pendek, kita menjadi mengenal lebih dalam dan lebih rinci pada pernapasan kita sendiri.
Yang pertama-tama yang harus dikenali begitu mempraktekkan Anapanasati adalah :
Apa itu napas panjang (pernapasan lengkap)?
Apa itu napas pendek (napas yang tergesa-gesa) ?
Apa itu napas yang alamiah ?
Bagai mana cara kita mengatur napas agar kita dapat memasuki meditasi ?
Sang Buddha memperkenalkan 3 macam pernapasan.
1. Pernapasan lengkap (pernapasan panjang).
Andaikan ada sebuah jarak antara hidung dan empat jari dibawah pusar (tan thien).
Posisi hidung di atas dan tanthien di bawah. Setiap napas yang kita hirup, masuk melalui hidung dan diteruskan sampai tan thien. Dan napas yang kita buang dimulai dan tanthien hingga ke atas keluar melalui kedua lubang hidung.
2. Pernapasan Alamiah (pernapasan biasa)
Napas ditarik dari kedua lubang hidung dan masuk kedalam paru-paru, lalu napas yang dibuang juga mulai dari paru-paru dan dihembuskan keluar dari kedua lubang hidung.
Anda sama sekali tidak perlu mencoba untuk merasakannya, karena semua itu berlangsung secara otomatis tanpa dapat kita rasakan.
3. Pernapasan pendek (pernapasan yang tergesa-gesa). Pernapasan ini hanya berlangsung dalam jarak antara hidung dan mulut saja. Ini merupakan gejala pada mereka yang menderita penyakit asma (sesak napas).
Sang Buddha pernah berkata : Dengan pernapasan panjang, tubuh kita akan menjadi lemas lalu memasuki suasana tenang dan damai.
Dengan pernapasan pendek, tubuh kita akan menjadi kaku, kasar dan diikuti perasaan gelisah.
Ketika berada dalam Samadhi, kita akan merasakan sebuah rahasia bahwa pernapasan-pernapasan itulah yang selama ini menguasai seluruh organ tubuh kita. Oleh karena itu kita harus segera melatih cara bernapas kita diselaraskan dengan ketiga macam pernapasan tersebut diatas.
Tujuan nya adalah untuk melacak sebab-sebab dibalik sebuah pernapasan dan juga untuk mengetahui pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh sebuah pernapasan. Diharapkan dengan cara menutup kedua belah mata saja, maka dalam sekejap pernapasan-pernapasan kita segera akan menjadi selaras dan rata.
Untuk memperaktekkan pernapasan panjang dibutuhkan 2 cara sebagai berikut.
- Pikiran yang bergerak mengikuti jalannya pernapasan, artinya pikiran dan hati kita bergerak seiring dengan bergerak dan naik turunnya napas kita. Pikiran dan napas menjadi satu, sehingga pikiran adalah napas kita begitu juga dengan napas adalah pikiran kita.
- Perhatian dipusatkan pada ujung hidung, dengan memandang ujung hidung kita. Sendiri. Perhatian di pusatkan ke ujung hidung, maka perhatian hidung juga dipusatkan ke pikiran/hati selanjutnya pikiran dipusatkan pada keluar masuknya nudara.
Metode cara yang pertama adalah mengikuti jalannya pernapasan, sedangkan yang kedua adalah menjaga dan memperhatikan keluar masuknya udara dalam pernapasan kita.
Baik cara pertama dan kedua harus sama-sama menjaga keseimbangan antara udara yang keluar dan udara yang masuk harus sama panjang tarikannya sama rata, sama halus dan sama lambatnya, semua itu harus diperhatikan satu persatu.
Mereka yang pertama kali belajar metode ini biasanya akan segera kehilangan konsentrasi dan kesadaran tidak lama setelah memperaktekkannya, pikiran akan melayang-layang entah kemana. Pada saat itu lakukanlah pernapasan sedikit keras, itu tidak apa-apa karena dengan demikian perhatian dan konsentrasi kita akan kembali dipusatkan. Dan itu adalah salah satu cara untuk mengembalikan konsentrasi yang terpecah.
Seorang sadhaka setelah berhasil mengatur keluar masuknya udara dalam pernapasan
Sampai terasa halus , pelan dan panjang. Pernapasan itu sangat rata dengan panjang dan pendek yang sebanding. Maka dapat dikatakan dia telah mencapai keberhasilan tahap pertama dalam memperaktekkan metode anapanasati.
posisi telapak tangan kiri di atas telapak tangan kanan untuk pria sedangkan wanita posisi telapak tangan kanan di atas tangan kiri.
Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah masalah konsentrasi.
Konsentrasi itu diperlukan baik untuk cara pertama yaitu “mengikuti” dan juga cara kedua yaitu “menjaga” kedua lubang hidung. Kedua cara ini sama baiknya yang penting harus diperhatikan adalah menjaga konsentrasi. Yang harus dicapai baik dengan cara mengikuti maupun cara menjaga adalah :
Apakah keluar masuknya udara masih kasar ?
Apakah keluar masuknya udara sudah halus ?
Menyadari adanya udara yang masuk juga sadar akan udara yang keluar ?
Jangan meremehkan kedua cara tersebut di atas. Dengan praktek secara continue lama-kelamaan sebuah perasaan akan timbul.
Perasaan ini adalah salah satu dari “delapan perasaan tubuh” yang terdiri dari perasaan-perasaan bergetar, gatal, ringan, berat , dingin, hangat , kasar dan licin. Sebagaimana pernah saya singgung di awal tulisan dalam menghadapi delapan perasaan tubuh ini boleh saja kita memberikan reaksi yang sepantasnya. Selain 8 perasaan tubuh tersebut, mungkin juga timbul perasaan-perasaan sengsara, menderita atau juga perasaan nikmat dan nyaman, rasa kantuk, kepala merunduk, tertidur dan gejala-gejala lain bisa muncul. Selain itu perasaan-perasaan buruk yang pernah kita rasakan sehari-hari seperti marah, sebal, terhina, tak tahu malu, iri, dengki dan sebagainya juga bisa muncul. Juga khayalan, kegelisahan, penderitaan , dan kemelekatan juga bisa muncul.
Bila perasaan-perasaan itu muncul maka kita harus melepaskan semuanya, jangan melakukan apapun, jangan perdulikan apapun, tetap ikuti petunjuk menurut konsep buddhis yaitu kenali wajah asli dari perasaan-perasaan yang timbul. Semua perasaan-perasaan buruk seperti kemelekatan, ego, ngotot, angkuh dan sebagainya harus dikikis satu persatu. Semua perasaan yang timbul harus dihadapi dengan bijaksana temukan akar sebab-musababnya lalu kenali jati dirinya yang asli.
Berdasarkan pengalaman saya ketika menghadapi gangguan macam-macam perasaan tersebut, maka cara terbaik untuk mengendalikannya adalah melakukan meditasi “delapan negasi” atau “delapan tidak”
Yang dimaksud dengan delapan negasi itu adalah :
- tidak dilahirkan
- tidak musnah
- tidak terputus
- tidak kekal / anitya
- tidak tunggal
- tidak berbeda
- tidak pergi
- tidak datang.
Bila kita dapat bersikap tidak melekat dan tidak menjauhi macam-macam perasaan yang timbul dan tetap memusatkan konsentrasi dalam meditasi anapanasati tanpa terpengaruh oleh perasaan-perasaan itu, maka itu telah membuktikan bahwa kita telah mencapai tingkat kekuatan jhana yang amat tinggi.
tips meditasi dari Kantaviriya
Pencapaian Meditative1 Obhasa (Sinar yang gemerlap)
- Sinar seperti kunang-kunang, obor, lampu, dll
- Seluruh kamar terang sehingga badan sendiri dapat dilihat
- Sinar yang menembus tembok-tembok kamar, seperti tidak ada tembok
- Sinar yang memungkinkan untuk melihat bermacam-macam tempat yang timbul
- Sinar terang, seperti melalui pintu yang terbuka, kadang-kadang orang mengangkat tangannya untuk menutupnya, atau membuka matanya untuk melihatnya, atau mengangkat tangannya untuk mengamatinya
- Sinar terang yang memungkinkan orang dapat melihat bunga-bunga dengan bermacam-macam warna yang timbul dekat dihadapanya
- Sinar yang memungkinkan orang dapat melihat laut yang jauhnya berkilo-kilo meter
- Cahaya terang yang seolah-olah keluar dari badan dan hati si meditator
- Bayangan gajah, binatang dll seperti hayalan
2 Piti (kegiuran) yang nyaman, terdiri atas 5 macam yaitu;
Khudaka Piti
- Melihat warna putih
- Merasa dinggin, rambut berdiri sampai kebelakang kepala berat dan pusing
- Air mata keluar, dan merasa ketakutan
Khanika Piti;
- Melihat sinar berkelebat di mata
- Melihat kembang api berhamburan dari percikan batu
- Gugup dan terkejutan
- Kaku seluruh badan
- Merasa seperti banyak semut merayap di badan
- Gemetar atau mengigil
- Melihat bermacam-macam warna merah
- Rambut sering berdiri sampai ke belakang, tapi tidak lama
- Terasa gatal seperti ada semut atau kutu merayap di muka kita atau dibadan
Okkantika Piti;
- Badan goyang, bergerak, berayun, dan gemetar
- Muka, tangan, kaki tegang dan meregang
- Gayang dan bergerak naik turun seperti tempat duduk kita akan terbalik
- Merasa seperti mabuk laut, dan sewaktu-waktu dapat muntah
- Merasa seperti ombak menyentuh pantai
- Merasa seperti di ombang-ambing ombak
- Merasa bergetar seperti sebuah tongkat yang dipegang ddi dalam arus air
- Melihat warna kuning muda
- Badan bergoyang ke muka dan belakang
Ubbonga Piti;
- Badan terasa semangkin besar dan naik
- Buang air mencret dan disentri
- Merasa di dorong oleh seseorang
- Merasa kepala di putar ke kiri dank e kanan oleh seseorang
- Badan ber goyang-goyang seperti ditiup angin badan bungkuk ke muka hinga bias mencapai lantai
- Badan terasa melompat
- Lengan dan kaki dapat terangkat sendiri
- Badan dapat membonkok kemuka dan kesamping
- Melihat warna kelabu seperti mutiara
Phara Piti
- Rasa dingin meliputi seluruh badan
- Ketenangan pikiran timbul sewaktu-waktu
- Merasa gatal seluruh badan
- Merasa mengantuk dan segan membuka mata
- Tidak ada keinginan untuk mengerakan badan
- Perasaan ringan mengalir dari kaki ke kepala, dan sebaliknya
- Badan merasa dingin serasa sehabis mandi, atau tersentuh dengan es
- Melihat warna biru atau hijau seperti daun pisang yang kelabu atau seperti jambrut
- Merasa gatal seperti ada kutu yang merayap di muka
3 Passadi (ketenangan bathin)
- Tenang dan aman seperti telah mencapai penerangan sejati(phala-samapatti)
- Tidak ada gegelisahan dan penyelewengan pikiran
- Pengenalan dan penyadaran berlangsung dengan mudah
- Merasa sejuk dan enak, tidak gelisah
- Merasa puas dengan pengenalan dan penyadaran
- Merasa terserap seperti akan tertidur
- Merasa ringan gesit dan lincah
- Konsentrasi berlangsung dengan baik, tidak lalai
- Pikiran sangat terang
- Bagi orang yang bengis, kejam, kasar, tidak punya kasih sayang, akam terasa bahwa dhamma itu sangat dalam dan mulia, dan di hari depan ia ingin berhenti berbuat kejahatan, hanya berbuat kebaikan saja
- Orang yang tergolong bajingan dan pemabuk dapat menyadari dirinya dan ingin bertobat, membuang kebiasaan yang jelek, dan ingin menjadi orang yang baik.
4 Sukkha ( kebahagiaan)
- Merasa gembira
- Merasa senang, terhibur, nikmat, dan tidak ingin berhenti tetapi mau meneruskan latihan sampai waktu yang lama.
- Ingin berbicara dan memceritakan kepada orang lain tentang hasil-hasil meditasi yang telah didapatinya
- Bangga dan gembira yang berlebih-lebihan
- Di antaranya ada yang sampai berkata, bahwa sejak lahir ia belum pernah merasakan kebahagiaan seperti yang dialaminya itu.
- Banyak memikirkan kebajikan gurunya
- Merasa diri sudah siap untuk memberikan pertolongan
5 Saddha (keyakinan)
- Keyakinan terlalu tebal
- Mengharapkan setiap orang ikut berlatih
- Ingin mendorong-dorong mereka yang sudah punya niat berlatih
- Ingin membayar jasa atas kebajikan dari tempat-tempat meditasi
- Ingin supaya latihanya lebih baik, lebih berhasil lebih cepat.
- Ingin melakukan perbuatan-perbuatan yang bajik, dan memberikan dana-dana, memdirikan dan memperbaiki bangunan bangunan tempat suci
- Merasa hormat kepada orang-orang yang menganjur-anjurkan atau mempropagandakan latihan meditasi
- Ingin memberikan persembahan pada gurunya
- Ingin memjadi bhikkhu/bhikkuni atau tabib
- Ingin berdiam lama dalam latihan dan tidak ingin memnghentikan latihanya
- Ingin pergi dan berdiam di suatu tempat yang sepi dan tenang
- Bertekad untuk melakukan latihan dengan tekun dan sunguh-sunguh
6 Paggaha (usaha)
- Lebih rajin dari yang semestinya
- Berniat melakukan latihan yang sunguh-sunguh terus menerus sampai mati
- Hanya terlalu bersemangat, sehingga perhatian dan kesadaran menjadi lemah, lalu menyebabkan lemahnya Samadhi (konsentrasi)
7 Upatthana (ingatan yang terang)
- Penyelewengan dari kesadaran, karena tidak memperhatikan saat yang sekarang ini, tetapi pikiranya cenderung pada soal-soal yang telah laud an yang akan datang
- Hanya teringat pada hal-hal dan kejadian-kejadian yang telah lalu
- Seolah-olah orang dapat melihat kehidupanya yang telah lalu
8 Nana (Pengetahuan)
- Soal belajar menjadi tercampur dengan praktek latihan, salah mengerti, dan mengangap diri benar, merasa gagah dan bergaya dan melawan pada gurunya
- Member komentar pada bermacam-macam objek, seperti pada naik turun perut, umpama naik-turun berhenti, dan lain-lainya.
- Memikirkan bermacam-macam hal yang telah diketahui atau telah dipelajari
- Proses yang terjadi pada saat sekarang ini tidak terpegang atau tidak disadari, hanya berpikir belaka, sehingga membentuk “pengetahuan pikiran” atau Citta-nana
9 Upekkha 9keseimbangan)
- Pikiran tidak bergerak, tidak merasa senang atau tidak tidak-senang, seperti terlupa atau terlelap, dan naik turunya perut menjadi tidak terang, dan kadang-kadang tidak merasakan
- Tidak sadar atau seperti tidak berpikir apa-apa
- Naik turunya perut kadang-kadang terasa, kadang-kadang tidak berasa
- Pikiran tidak tergangu dan tidak aman
- Lambat sekali terhadap hal-hal kesejahteraan
- Tidak terpengaruh kalau berhubungan dengan objek-objek yang baik atau buruk, pengenalan tidak terlalu dihiraukan, dan kesadaran yang tertuju pada objek-objek di luar (yang terjadi berikutnya) menjadi lebih luas
10 Nikanti (kepuasan)
- Puas terhadap bermacam-macam objek
- Puas terhadap cahaya, kesenangan, kebahagiaan, keyakinan, usaha, pengetahuan, dan keseimbangan
- Puas terhadap bermacam-macam NIMITTA.
Timbulnya 10 macam Vipassanupakilesa
atau 10 macam kekotoran
Vipassana dalam Nana
Inilah lima rintangan yang harus kita hindari
dalam meditasi, agar buah meditasi
dapat di realisasikan;
1, Nafsu indra/Nafsu Keinginan
2, Kedengkian/Niat jahat
3, Keengganan dan Kemalasan
4, Kegelisahan dan Kekhawatiran
5, Keragu-raguan
jika kita dapat merealisasikan dan melewati 5 rintangan
di atas, buah meditasi dengan sendirinya, akan tercapai
Inilah yang dinyatakan oleh yang terberkahi, dalam urutan
pelatihan terhadap kewaspadaan terhadap NAFAS;
Semua kondisi ini sama berlaku untu menarik dan menghembuskan nafas;
Nafas panjang
Napas pendek
Sambil menyelami tubuh
Sambil menenangkan bentukan tubuh
Mengalami suka cita
Mengalami bahagia
Menyelami/Mengalami bentukan mental
Menenangkan bentukan mental
Mengalami pikiran
Mengembirakan pikiran
Mengkonsentrasikan pikiran
Membebaskan pikiran
Merenungkan ketidak kekalan
Merenungkan kematian
Merenungkan Penghentian
Merenungkan PELEPASAN,
Setelah pencapaian pelepasan, meditator adalah seorang ARIA,
dalam level apapun yang dapat di realisasikan oleh Meditasi
Ini lah urutan pelaksanaan Pancasila Buddhis
terhadap, pencapaian Konsentrasi/ Samadhi
kemurnian pelaksanaan moralitas (5 sila )menyebabkan,
TANPA PENYESALAN
tanpa penyesalan menyebabkan
KEGEMBIRAAN
kegembiraan menyebabkan
SUKACITA
sukacita menyebabkan
KETENANGAN
ketenangan menyebabkan
BAHAGIA
kebahagiaan menyebabkan
KONSENTRASI
Jika pikiran terkonsentrasi, pemusatan pikiran tercapai,tujuan Samadhi tercapai, berdasarkan, pemurnian pelaksanaan sila sebagai landasan Samadhi
Meditasi kesendirian mempunyai banyak manfaat. Semua Tathagata mencapai kebuddhaan lewat cara itu dan kemudian mengajarkan hal itu demi manfaat umat manusia.
Ada 28 manfaat praktek kesendirian dalam meditasi
1, meditasi itu melindungi seseorang
2, memperpanjang usia kehidupanya
3, memberikan semangat
4, mengikis kelemahanya
5, menghilangkan segala reputasi yang buruk, dan
6, membawa kemashyuran
7, menghancurkan ketidakpuasan, dan
8, menumbuhkan kepuasan
9, menghapuskan ketakutan, dan
10,memberikan keyakinan
11,menghilangkan kemalasan, dan
12,memenuhinya dengan semangat
13,mengusir nafsu
14,mengusir niat jahat, dan
15,mengusir pandangan salah;
16,melemahkan kesombongan;
17,menghalau keraguan, dan
18,membuat pikiran terpusat
19,melembutkan pikiran,dan
20,membuatnya ringan hati;
21,membuatnya serius
22,membawa banyak keuntungan
23,membuatnya patut di hormati;
24,memberikan sukacita
25, mengisinya dengan kegembiraan
26,menunjukan kepadanya sifat sejati semua bentukan;
27,mengakhiri kelahiran kembali,dan
28,memberikan kepadanya semua buah dari kehidupan meningalkan duniawi.
bukan begitu harfiahnya, jika kita bermeditasi kita menarik diri dari duniawi, tentu jika
kita bermeditasi, hanya kita sendiri, itulah kesendirian dalam meditasi
cari ruangan atau tempat yang kosong, cukup, (salah satu ruangan dirumah)
dapat juga secara harfiah, guru Agung tetap melaksanakan masa vassa, dalam
hutan sendiri, disebelah atas akar kayu sendiri bermeditasi sendiri, demi
mencontohkan manfaat bermeditasi bagi generasi mendatang kalau mau belajar agama buddha yang penting melaksanakan pancasila budhis, dan kalau bisa sisihkan sedikit waktu buat meditasi, kalau cukup kuat, bisa berpuasa?
nah namanya puasa uphosatha, pada tanggal 8, 14, 15 menurut tradisi theravada
dan waktu 2 minguan,
Teory SAMATHA – BHAVANA I
Samatha Bha ̃vana berarti Pengembangan Ketenangan Bathin
Keterangan dalam bahasa PALI sebagai berikut;
A KILESE SAMETITI ; SAMATHO
Artinya;
Keadaan yang membuat kilesa tenang disebut
SAMATHA, yaitu Ekaggata yang berada dalam
Mahakusala-citta 8 dan Rupavacarapathamajjhana-kusala citta 1
B CITTAM SAMETITI ;SAMATHO
Artinya;
Keadaan yang membuat pikiran tenang dalam
Konsentrasi terhadap suatu objek di sebut SAMATHA,
Yaitu Ekaggata yang berada dalam Maha ̃kriya-citta
8 dan Rupa ̃vacara-pathamajjha ̃nakriya-citta 1
C VITAKKADI OLARIKADHAMME SAMETITI ; SAMATHO
Artinya;
Keadaan yang membuat jhana jenis kasa tidak timbul
Disebut SAMATHA, yaitu Ekaggata yang berada
Dalam Dutiyajjhanakusalakriya-citta dan lain-lainya
Sehingga mencapai Pancamajjhanakusalakriya-citta
KILESE SAMETITI ; SAMATHO
Bagi mereka yang melaksanakan maditasi samatha bhavana, pada saat itu Mahakusala-cittupada timbul terus menerus, jika orang itu adalah Tihetuka-Puggala dan berusaha dengan secukupnya, ia akan mampu dan berhasil menjadi Jhanalabhi-Puggala, yaitu Rupavacara-pathamajjhanakusala timbul.
Dalam Mahakusala-ciituppada dan Pathamajjhanakusala-cittuppada ini EKAGGATA-CETASIKA menjadi pemimpin.
Dengan adanya pengertian Ekaggata-Cetasika inilah timbul kalimat bahasa PALI yang berbunyi ‘KILESE SAMETITI ; SAMATHO
Yang dimaksud THETUKA-PUGALA, adalah;
Mahluk yang dilahirkan dengan kekuatan alobha(tidak tamak) adosa(tidak benci), dan amoho(tidak bodoh)
Jika seseorang dilahirkan dengan kekuatan alobha, adosa, dan amoha. Ia disebut Tihetuka-Puggala Dan mampu mencapai jhana dalam kehidupan sekarang, Jika dia melaksanakan samatha Bhavana. Dan mampu menjadi Aria Puggala jika dia melaksanakan Vipassana-bhavana
Yang dimaksud JHANALABHI-PUGGALA, adalah
Meditasiawan yang melaksanakan samatha bhavana sehingga memdapatkan Jhana, dan mahir dalam Jhana, artinya kapanpun ia bisa memasuki Jhana dan bisa keluar dari Jhana setiap saat.
CITTAM SAMETITI ; samatho
Bagi mereka(yang mulia metator) yang telah menjadi Arahat, kemudian berbalik melaksanakan Samatha-Bhavana supaya mendapatkan Lokiya-Jhanna, pada saat itu dalam meditasi Mahakriya-cittuppada timbul terus-menerus sehingga mencapai Jhanna-Puggala, yaitu Rupavacara-pathamajjhana-kriya-cittuppada timbul
Mahakriya-cittuppada dan Pathamajhannakriya-cittuppada ini tidak dapat membasmi kilesa dan nivarana.
Dalam Mahakriya-cittuppada dan Pathamajhannakriya-cittuppada ini, EKAGGATA-CETASIKA menjadi Pemimpin.
Dengan adanya pengertian Ekaggata-Cetasika inilah timbul bahasa Pali yang berbunyi
CITTAM SAMETITI ; SAMATHO
VITAKKADI OLARIKADHAMME SAMETITI ; SAMATHO
Orang awam, Sekkha-Puggala dan Asekha-Puggala yang menjadi Pathamajhannalabhi-Puggala, bila melanjutkan melaksanakan Samath-Bhavana, Jhanna tingkat atas ada Dutiyajhannakusala-kriya dan lain-lain timbul menurut tingkatan
Dutiyajjhanna-cittuppada yang menjadi kusala-kriya dan lain-lain, tidak usah lagi membasmi dan menenangkan kilesa nivarana
Bila jhanna tersebut timbul membuat pikiran terkonsentrasi lebih kuat menurut tingkatan, berikut dengan meningalkan jhana yang kasar yaitu VITAKA dan lain-lain, yaitu Dutiyajjhana meningalkan Vitakka, Tatiyajjhana meninglkan Vicara, Catutthajjhana meningalkan piti,
Pancamajjhana meningalkan sukkha.
Dalam Dutiyajjhana-kusala-kriya-cittuppada ini timbul, ada EKAGGATA-CETASIKA yang menjadi pemimpin,
Dengan tercapainya EKAGGATA-CETASIKA inilah sehinga timbul kalimat bahasa Pali yang berbunyi
VITAKKADI OLARIKADHAMME SAMETITI ; SAMATHO
SAMATHA ada dua macam, yaitu;
PARITTA-SAMATHA; bagi mereka yang melaksanakan samatha-bhavana tetapi belum mencapai Appana-Bhavana, disebut Paritta-Samatha.
Sebab pada saat itu yang ada hanya Mahakusala atau Mahakriya-JAVANA, yang timbul dan jhana yang ada pada saat itu mempunyai kekuatan yang lemah.
MAHAGGATA-SAMATHA ; bagi mereka yang melasanakan Samath-Bhavana dan telah mencapai Appana-Bhavana yaitu Mahaggata-Jhana, disebut Mahaggata-Samatha
Sebab pada saat itu Mahaggatakusala telah timbul dan dapat dicapai atau mencapai Mahaggatakriya JAVANA
TELAH TIMBUL, dan jhana yang dihasilkan pada saat dicapai, mempunyai kekuatan yang sangat besar dan mampu,dapat mengkonsentrasikan pada objek meditasi dengan kuat.
JHANA, berate kesadaran/pikiran yang melekat kuat dalam objek Kammatthana(Meditasi), yaitu kesadaran/pikiran terkonsentrasi pada objek meditasi yang dipilih dengan ke kuatan Appana-Samadhi, samadi disini meningalkan istilah meditasi, karena pikiran telah terkonsentrasi kuat pada objeck meditasi, maka kata Samadhi mengambil alih istilah meditasi yang kita lakukan,
Appana-Samadhi adalah konsentrasi yang pandai/ahli yaitu kesadaran pikiran terkonsentrasi pada objek dengan kuat
8 Tingkat Jhana
1 Pathama-Jhana
2 Dutiya-Jhana
3 Tatiya-Jhana
4 Catuttha-Jhana
5 Akasanancayatana-Jhana
6 Vinnanancayatana-Jhana
7 Akincannayatana-Jhana
8 Nevasannanasayatana-Jhana
40 objek pokok meditasi
A Kasina 10 (10 wujut benda)
B Asubha 10 (10 wujut kotoran)
C Anussati 10 (10 macam perenungan)
D Appamanna 4(4 keadaan yang tidak terbatas)
E Aharepatikusalasanna 1 (1 perenungan terhadap makanan memjijikan)
F Catudhatuvavatthana 1 (1 analisa terhadap 4 unsur)
G Arupa 4 (4 perenungan tampa materi)
Nb, detailnya dapat saya berikan jika ada yang tertarik dengan objek tertentu
6 CARITA,
yaitu 6 macam prilaku yang dikaitkan dengan kecocokan objek meditasi
Ini tidak saya uraikan karena sebaiknya minta objek meditaspada yang ahli dan mempunyai otoritas yaitu “Bikkhu”
Masing masing CARITA ini secara garis besar mempuyai kecocokan tertentu terhadap objek meditasi.
BHAVANA ada 3 tingkatan
1 PARIKAMMA-BHAVANA, pegembangan bathin tingkat pendahuluan
2 UPACARA-BHAVANA, pengembangan bathin tingkat penghampiran
3 APPANA-BHAVANA,pengembangan bathin tingkat terkonsentrasi dengan kuat
Untuk mencapai Parikamma-Bhavana objek apakah yang harus diambil dalam melaksanakan meditasi
Samatha-Bhavana. Semua objek(40 objek) dapat menghasilkan Parikamma-Bhavana
Untuk mencapai Upacara-Bhavana, objek meditasi yang dapat menghasilkanya yaitu
8 Anussati (buddhanussati, s.d Devanussati)
Aharepatikulasanna1 dan catudhatuvavatthana
Untuk mencapai Appana-Bhavana, objek meditasi yang dapat menghasilkanya
’10 objek kasina, 10 objek Asubha, 1O Kayagatasati, anapanasati, 4 Appamanna, dan 4 Arupa
Untuk jhana 5-8, sesuai objek masing-masing
Mari kita masuk pada pencapaian jika teman teman sedhamma telah melaksanakan meditasi samatha dan cukup lama serta kira-kira mendapatkan gambaran pencapaiyan .
Ada di mana kira-kira tingkatan dan pencapaian meditasi kita dari tingkat awal hinga tercapai pemusatan pikiran
Ada 3 NIMITTA atau gambaran bathin saat kita melaksanakan meditasi Samatha-Bhavana
Yang pertama pada tingkatan PARIKAMMA-NIMITTA, Gambaran bathin permulaan, yaitu suatu objek yang kita pilih dalam meditasi kita, contoh jika memilih objek kasina warna merah misalnya, kemudian objek tersebut dibayangkan dalam pikiran, dan masih dalam kondisi tidak terlihat dengan jelas dan tetap.
UGGAHA-NIMITTA, gambaran bathin mencapai, yaitu objek medirasi yang kita ambil untuk meditasi, objek tersebut sudah melekat dalam pikiran, sebagai contoh kasina warna merah tsb.
Terlihat dengan jelas dan tetap
PATIBHAGA-NIMITTA, gambaran bathin berlawanan, di sini penguasan penuh terhadap objek dicapai, objek meditasi yang diambil telah melekat pada pikiran, objek yang diambil terlihat dengan nyata, tetap dan jernih (jikamengambil kasinawarna sebagai contoh) terbebas dari gangguan, dan objek tersebut dapat dibesarkan dan dikecilkan dalam pikiran kita, biasanya jika mengambil kasina warna ada wadah kasina tsb yang kita ambil dalam ukuran tertentu, ukuran kasina tersebut itulah yang kita proyeksikan membesar dan mengecil sesuai keinginan kita.
Nah objek-objek apa yang cocok untuk 3 gambaran bathin(NIMITTA)
Untuk mencapai Parikamma-Nimitta dan Uggaha-Nimitta, seluruh objek meditasi yang 40 dapat menghasilkan kedua pencapaian meditative di atas, tetapi untuk pencapaian ke tiga
Yaitu;
Patibhaga-Nimitta tidak semua objek dapai menghasilkan pencapaiyan ke 3, yaitu Patibhaga-Nimitta, kebanyakan yogi banyak yang keliru disini, sehingga kadang-kadang pencapaiyan meditasi seakan-akan mentok, padahal objek meditasinya kurang cocok untuk mencapai pemusatan pikiran/pencerapan secara mendalam.
Apa saja objek yang bias menghasilkan tingkat ke 3 atau Patibhaga-Nimitta, ada 22 objek dari 40, yang dianggap sesuai untuk pencapaiyan, tingkat ini, apa saja
10 Kasina, 10 Asubha, 1 Kayagatasati, dan 1 anapanasati
Pada saat yogi mencapai tahap Uggaha-Nimitta, dia harus mengubah objek meditasinya ke 22 objek yang dapat menghasilkan level 3 Nimitta, banyak para yogi yang tidak mendapat bimbingan tidak menyadari hal ini, kalau halanganya sudah mahir dengan objek yang dipakai 2 tahap sebelumnya dan susah menentukan apa yang dipilih untuk meningkatkan pencapaian meditasi, disitulah seorang guru yang mahir dan sudah menpraktekan Samatha di butuhkan,
Kebanyakan para yogi pemula terpaku pada teory, dan malas belajar pada guru meditasi, jika anda bercita-cita agar meditasinya maju dalam pencapaiyan inilah saatnya pergi ke Vihara dan bertanya pada para bhanthe,
Agar mendapat bimbingan guru yang pantas, jangan membaca teory atau bertanya pada orang yang belum pernah praktek, atau malah pencapaiannya dibawah orang yang bertanya?
Ada bhikkhu yang spesialisasinya meditasi dan ditunjuk oleh Sanggha yang akan membantu, jadi para yogi ayo ke vihara dan berlatih meditasi, agar tidak mandek pencapaiannya
Tambahan pada pencapaian Parikamma-Nimitta objek yang para yogi lihat dengan mata merupakan Paccuppanna-Rupa-Rammana (objek bentuk yang sekaran/pada saat ini)
Sedangkan pada level Uggaha-Nimitta dan Patibhaga-Nimitta objek meditasi yang dilihat dengan batin dan merupakan Atita-Rupa-Rammana (objek bentuk yang lalu)
PERBEDAANYA adalah Rupa-Rammana (objek bentuk) yang menjadi Uggaha-Nimitta itu mempunyai sifat yang sama dengan objek permulaan, sedangkan Rupa-Rammana (objek bentuk) pada Patibhaga-Nimitta tidak sama dengan objek permulaan, karena Rupa-Rammana pada level ini lebih jelas, jernih dan sangat jelas dilihat oleh bathin kita, seperti penglihatan mata yang baik yang dapat mengenali bentuk dengan segala sudut pandang.
Sampai di sini para Yogi dapat melanjutkan sendiri tahapan-tahapan meditasinya, biasanya setelah pencapaian
Patibhaga-Nimitta saya mengklasifikasikan yogi tersebut sebagai “mahir” tinggal seberapa rajin, dan yakin akan pencapaiannya tergantung saddha, dan Viriya
Yogi ini kita sebut saja melakukan Samadhi, dalam literature Buddha;
Sila, Samadhi, Panna,
Maka jangan lupa menyempurnakan pancasila buddhis, agar samadhinya maju, dan mudah mudahan melakukan VIPASSANA Bhavana, agar pannanya juga ikut berkembang,
sila
samadhi
panna (maaf “n” disini mesti ny saya tidak bisa attach tulisan pali)
maka up/upasika setelah menpraktekan sila sebagai dasar diharapkan dapat bermeditasi/samadi
saya setuju meditasi untuk olah bathin, bagaimana cara bathin/pikiran bekerja
dapat di selami dalam samantha bhavana, setelah mengerti cara bekerja pikiran kita dapat mengarahkan fikiran/bathin kita ke hal-hal yang baik
jika mempraktekan samantha bavana, lewat konsentrasi fikiran bentukan-bentukan fikiran dikenali, dan dapat ditekan untuk pencapaian-pencapaian tingkat konsentrasi tertentu.
adapun meditasi biasa dikaitkan dengan vipasana bhavana (pandangan terang) ini berfungsi untuk mengenali dan memotong bentuk-bentuk fikiran jelek (kilesa)
saya lebih banyak praktek samantha dan hanya sedikit vipasana jadi untuk vipasana, saya tidak berani cerita lebih banyak, karena bagi saya vipasana lebih berat
samadhi menurut saya samantha bhavana (fokus ke satu titik)
meditasi menurut saya vipasana bhavana
sebaiknya bagi saudara yang mempraktekan Vipasana Bhavana, samantha dahulu sampai dicapai “ketenangan badan jasmani” kalo tidak (menurut saya pribadi) susah untuk mengetahui bentuk fikiran sementara penderitaan fisik belum bisa diatasi.
manfaat meditasi secara umum kita lebih bisa mengendalikan fikiran kita tergantung tingkat pencapaian masing-masing,
jika saja sudah bisa mencapai penangulangan fikiran untuk tingkat dasar saja
perubahan yang dirasakan sangat signifikan dan bahagianya minta ampun
jadi teman-teman mari ber meditasi/samadi
semoga semua berkembang dalam buddha dhamma
sebelum bermeditasi saya sarankan bertanya kepada bhante, atau baca sutta tentang samadhi
banyak sang buddha menjelas kan cara-cara meditasi, tapi bagi beginner sebaiknya ikutan di vihara dulu, agar sesat dalam meditasi dapat di hindari, lagian kalau tidak ada pembimbing lama jadinya (try and error)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar