Sadhana Awal untuk pemula yaitu Catur Prayoga
Catur prayoga mempunyai pengertian 4 langkah dasar untuk membentuk fondasi untuk semua sadhana. ibarat membentuk fondasi dulu dari sebuah bangunan, jadi penting sekali untuk dijalankan. Empat Langkah Dasar meliputi :
1. Sadhana Maha Namaskara
2. Sadhana Catur Sarana
3. Sadhana Maha Puja
4. Sadhana Vajrasattva – Vajra Citta Bodhisattva, yang merupakan penjelmaan kemurnian Panca Dhyani Buddha.
di Tibet setiap orang yang baru masuk tantrayana, semuanya harus berlatih catur prayoga dulu, bahkan harus melakukannya masing2 100.000 kali. setelah selesai baru boleh mempelajari sadhana tantra lainnya, kalau tidak dikhawatirkan akan banyak menghadapi banyak gangguan dan mudah tersesat.
Banyak orang bertanya, catur prayoga dilatih sekaligus dalam sehari atau boleh cuma 2 tahap saja ?
Jawaban Maha guru :
Semuanya tergantung waktu yang tersedia, tidak usah terlalu kaku, bagi yang memiliki waktu banyak lakukanlah ke empatnya jika tidak mulai melatih dengan satu saja.
1. Sadhana Mahanamaskara
Mahanamaskara TBSN sedikit berbeda dari aliran tibet umumnya, dibagi menjadi 3 jenis
a. Mahanamaskara dengan seluruh badan menelungkup di lantai.
ini adalah gaya tibet, umumnya dilakukan di lantai yang berkarpet atau alas tikar kalau tidak bisa cedera mesti berhati-hati.
b. Panca mandala Mahanamaskara.
Hanya kedua lutut, kedua telapak tangan dan dahi yang menyentuh lantai saja.
c. Mahanamaskara Visualisasi.
hanya ada di TBSN ciptaan Mahaguru, bila ruangan vihara terlalu penuh sesak semuanya boleh sambil duduk dan menerakan mudra namaskara tidak perlu bersujud
karena tempat tidak memungkinkan.
Setiapkali melakukan Mahanamaskara apapun, harus membayangkan Mula Acarya dan Triratna berada di depan (Maha guru dan Amitofo, Kwanseim pusat dan Tasecepusat).
Diri sendiri dan bayangkan anggota keluarga lainnya seperti saudara , orang tua, anak dan pasangan hidupnya melakukan namaskara bersama-sama.
Mula-mula mudra di terakan didahi, bayangkan ada sinar putih menyinari dahi = semua karma badan dibersihkan.
kemudian diterakan di leher dengan sinar merah menyinari leher = semua karma ucapan disucikan.
Lalu diterakan di dada dengan sinar biru menyinari dada/hati = semua karma pikiran disucikan.
setelah semua karma badan, ucapan dan pikiran disucikan mudra kembali disentuhkan ke dahi lalu dileraikan badan kemudian bersujud/membungkuk ke depan sesuai dengan 3 macam namaskara di atas.
untuk yang khusus melatih namaskara, dapat melakukannya 21 kali / 49 kali / 108 kali atau lebih banyak lagi setiap hari boleh hanya menggunakan mudra Jinajik saja bersujud berulang-ulang dengan menyamaratakan semua Buddha, Bodhisatva dan semua mahluk suci lainnya sebagai Buddha, terus menerus bersujud semakin banyak semakin baik.
Yang terpenting dalam namaskara adalah visualisasi sinar putih, merah dan biru untuk menyucikan semua tubuh, ucapan dan pikiran.
ada 4 mudra namaskara
1. mudra Jinajik = Untuk menghormati para Buddha.
2. mudra Arolik = untuk menghormati para Bodhisatva
3. mudra Vajradherk = untuk menghormati para Dharmapala
4. mudra Samaropa = untuk menghormati semua mahluk yang melatih diri
untuk lebih jelas dengan gambarnya coba kunjungi http://www.scribd.com/doc/39588464/TUNTUNAN-PUJA-BHAKTI
Pada waktu bernamaskara boleh menjapa mantera namaskara yaitu :
OM NAMO MANJUSRIYE , NAMO SUSRIYE, NAMO UTTAMASRIYE SVAHA
atau sebuah gatha/syair penghormatan
Namaskara dapat menghilangkan sifat kesombongan, pada saat kita membungkuk dan bersujud, kita belajar untuk berbakti dan rendah hati dengan tujuan menghilangkan keserakahan, kebencian dan kegelapan bathin.
Kunci Mahanamskara :
bersujud kepada angkasa raya (kekosongan) = bayangkan di angkasa raya ada Para Buddha dan Bodhisatva tak terhitung banyaknya.
Diri sendiri adalah angkasa raya = bayangkan diri sendiri dan semua mahluk di enam alam samsara tak terhitung banyaknya
Dengan kata lain membayangkan aku yang tak terhingga jumlahnya bersujud kepada para Buddha yang tak terhitung banyaknya,
pada saat bersujud dan membungkukkan diri kita harus diliputi perasaan berbakti dan rendah hati
Kita ingin bernamaskara berarti kita harus melenyapkan keangkuhan diri (pikiran) kita , hati demikian baru bisa seluas angkasa raya
Mahaguru berkata :
Angkasa raya tiada batasnya, oleh karena yang kita sujudi adalah angkasa yang tiada taranya , sedangkan svabava kita juga harus ditranformasikan menjadi tak ada batasnya. Ini merupakan kunci Mahanamaskara angkasa raya yang tiada taranya. Makna yang terkandung didalamnya, amat dalam, amat menakjubkan merupakan sejenis peleburan , semacam pertukaran suatu penghayatan yang tiada taranya.
Buddha yang tidak terhingga jumlahnya semuanya berubah menjadi aku yang tak terbatas dan tak terhingga jumlahnya.
Para Buddha, Bodhisatva dan mahluk suci lainnya berubah menjadi seberkas sinar putih, mengabhiseka aku yang tak terbatas.
Keduanya menjadi satu manunggal, sinar dan cahaya saling berbaur. Bahagia, ringan melayang beralaskan bunga teratai.
Kunci yang tiada taranya ini adalah bersujud kepada Buddha yang tak terhitung jumlahnya di angkasa raya, diri sendiri yang tak terhitung jumlahnya merupakan angkasa raya. Buddha adalah saya..ini dilambangkan dengan aksara jah.
pencapaian demikian adalah
sekali sujud = bersujud beribu-ribu kali, sekali sujud merupakan manunggalnya aku dengan Buddha.
Ada syair dari Mahaguru yang patut kita baca berulangkali sambil diresapkan mengenai namaskara :
Perhatian tertuju keluar itulah praktek duniawi
Menyelidiki ke dalam bathin itulah jalan menuju pencerahan
Laku Mahanamaskara usaha menjinakkan pikiran yang liar
Berbakti dan mengikis karmawarana
Manfaatnya sangat banyak.
satu lagi syair untuk kunci mahanamskara
Bersujud kepada para Buddha, Guru yang tiada taranya
Sang Guru, Sang Vajradhara
Tiada batas seperti awan laksana samudra
sujudkupun demikian tiada batas
betapa mendalam laku bodhi pradnya
Abhiseka cahaya menuang jenjang menjenjang
lenyaplah sudah trikarma diri
Suci murni melebur tiada batas
Diri sendiri dan Buddha manunggal memperoleh pencapaian
Karuna pradnya tiada putus, oh…Putra Padmakumara
Duduk diatas bunga teratai , oh…betapa menakjubkan
Memasuki sang jalan dan mengedarkan pelita dharma
Thank you
BalasHapus