Se Jia Muo Ni Fo (釋迦牟尼佛), berasal dari bahasa
Sansekerta : Sakyamuni Buddha, yang artinya Buddha dari suku Sakya.
Cerita :
Menurut sejarah, Sakyamuni Buddha atau yang dikenal juga dengan nama Buddha Gotama, asalnya adalah seorang pangeran yang bernama Sidharta Gotama,hidup pada sekitar tahun 623 SM Ayahnya bernama Raja Suddhodana memerintah di Suddhodana, kerajaan Kapilavastu, dan ibunya bernama Maha Maya. Nama Sidharta sendiri memiliki arti ‘tercapailah tujuannya‘ .
Seminggu setelah kelahiran Sidharta, ibunya meninggal dunia.Sejak saat itu Sidharta dibawah asuhan ibu tirinya, Maha Pajapati, adik dari Maha Maya.
Pada usia 16 tahun, ia menikah dengan seorang puteri yang masih memiliki hubungan keluarga (sepupu), bernama Yasodhara. Kehidupan yang mewah di istana, membuat Sidharta memiliki keinginan untuk melihat-lihat dunia luar. Suatu hari, secara diam-diam, ia pergi keluar istana dengan diantar pengawalnya yang bernama
Channa. Di luar istana, ia melihat 4 kejadian yang membuat bathinnya terpukul, yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan seorang petapa.
Disadarinya bahwa hidup sebagai manusia itu tidaklah kekal, penuh dengan keadaan yang tidak menyenangkan.Beberapa saat setelah kelahiran puteranya yang diberi nama Rahula(Rahu berarti belenggu, mengacu pada pengertian belenggu bathin),
Sidharta meninggalkan istana, anak dan isterinya, untuk menjadi seorang petapa.
Ia bertekad hendak mencari obat yang dapat mengatasi segala macam penderitaan yang dialami manusia. Saat itu usia Sidharta 29 tahun.
Selama 6 tahun ia menjalani berbagai latihan dan ilmu dari berbagai macam guru, namun belum juga memberikan hasil seperti yang diharapkannya. Sampai pada suatu saat, ia hampir mati karena terlalu keras berlatih. Pada saat itu ia mendengar seorang penyanyi melantunkan syair : ‘Bila tali gitar distel terlalu kendor, maka ia tidak akan berbunyi. Bila distel terlalu keras, ia dapat putus’. Sidharta menjadi sadar, bahwa ia tidak boleh terlalu ekstrim jika melakukan sesuatu.
Kemudian ia mulai berbenah diri dan duduk bermeditasi di bawah sebuah pohon Bodhi (Ficus Religiosa) di hutan Buddha Gaya, dengan kesadaran yang terjaga penuh. Godaan demi godaan dialami pada bathin Sidharta, tapi ia tetap teguh bersamadhi. Akhirnya ia berhasil mencapai ke-Buddha-an, dan disebut sebagai Arahat Samma Sambuddha, Sang Tathagata. Saat itu terjadi ketika sedang purnama sempurna di bulan Waisak (Waisak = nama bulan menurut penanggalan India kuno, kalau menurut penanggalan lunar kira-kira sama dengan bulan 4 Imlek).
Selama 45 tahun beliau mengajarkan ajaran DhammaNya. Ribuan orang telah menjadi muridnya dan menjalani hidup sebagai bhikkhu serta mencapai kesucian tertinggi (Arahat). Pada tahun 543 SM, beliau mencapai Maha Parinibbana (wafat) di kota Kusinara.
Jasad beliau dikremasikan dan reliknya (relik = sisa jasad orang suci) dibagi-bagikan kepada suku-suku di India, serta dibangunkan Stupa / Pagoda untuk menghormatinya. Konon di candi Borobudur, di tengah Stupa besarnya, juga terdapat relik dari Sang Buddha.
Profil :
Sakyamuni Buddha umumnya ditampilkan dalam posisi duduk bermeditasi. Ciri utamanya adalah benjolan di atas kepalanya, yang seolah-olah seperti memakai konde, dan rambutnya keriting pendek, berputar kearah kanan. Tradisi Theravada menampilkan dengan jubah yang terbuka pada bagian bahu sebelah kanan, sedangkan tradisi Mahayana menampilkan dengan jubah yang terbuka pada bagian
tengah dada.
Di klenteng-klenteng aliran Mahayana, Sakyamuni Buddha biasanya ditampilkan bersama-sama dengan Amitabha Buddha (O Mi To Hud / O Mi Tuo Fo 阿彌陀佛 – Buddha keselamatan) dan Bhaisajya Buddha(Yok Su Hud / Yao Shi Fo 藥師佛 – Buddha pengobatan).
Ketiga Buddha ini disebut Sam Po Hud (San Bao Fo 三寶佛)
Hari perayaan :
Di klenteng Po An Thian, perayaan Sakyamuni Buddha ada beberapa,
yaitu :
- Tanggal 8 bulan 2 Imlek, sebagai hari Cut Ke (melepas
keduniawian)
- Tanggal 8 bulan 4 Imlek, sebagai hari Shejid (HUT)
- Tanggal 15 bulan 4 Imlek sebagai hari WAISAK.
- Tanggal 8 bulan 12 Imlek sebagai hari Sing To (mencapai kesempurnaan).
Sedangkan untuk O Mi To Hud dan Yok Su Hud, perayaannya pada :
- Tanggal 29 bulan 9 Imlek, Yok Su Hud Sing Tan
- Tanggal 17 bulan 11 Imlek, O Mi To Hud Sing Tan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar