Pages - Menu

Pages

Kamis, 28 Februari 2013

Tiga Hal Penting dalam Menyeberangkan Insan

Tiga Hal Penting dalam Menyeberangkan Insan
Welas Asih, Kebijaksanaan, dan Dharmabala

(Intisari Ceramah Dharmaraja Lian Sheng pada Upacara Akbar Pemberkatan Musim Semi Bodhisattva Avalokitesvara tahun Kerbau yang Diadakan Ling Shen Ching Tze Temple Tanggal 14 Februari 2009)


Sembah sujud pada Y.M. Liao Ming, Guru Sakya Zhengkong, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna mandala, sembah sujud pada Buddha dan Bodhisattva, Vajra Dharmapala, Dakini dan Para Dewa, sembah sujud pada Bodhisattva Avalokitesvara Lengan 4! Pemimpin upacara Acarya Lian Deng, Gurudhara Acarya Lian Xiang, juga Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, para umat se-Dharma, ketua vihara, juga umat se-Dharma di internet, salam sejahtera semuanya.

Hari ini kita menekuni Sadhana Avalokitesvara Lengan 4. Tadi, Acarya Lian Deng mengatakan bahwa Bodhisattva Avalokitesvara merupakan sesosok Bodhisattva yang paling welas asih. Sesungguhnya, Tantra membaginya menjadi 3 kelompok, kelompok pertama adalah welas asih, diwakili oleh Bodhisattva Avalokitesvara; kelompok kedua adalah kebijaksanaan, diwakili oleh Bodhisattva Manjushri; kelompok ketiga adalah yang menghasilkan Dharmabala, diwakili oleh Bodhisattva Vajrapani. Avalokitesvara, Manjushri, Vajrapani disebut 3 kelompok Tantra. Tadi, Acarya Lian Deng juga mengatakan bahwa maitri, karuna, mudita, dan upeksa-Nya tak terbatas. Hari ini kita menekuni sadhana-Nya di sini, sama halnya dengan berdana paling luas dan tak terbatas. Dalam upacara ini, saya akan menerangkan kunci Sadhana Avalokitesvara Lengan 4.

Di dalam Tantra, Anda harus menekuni Avalokitesvara Lengan 4. Sebab, Avalokitesvara Lengan 4 adalah sesosok bodhisattva terpenting bagi hampir seluruh Tantra Tibet. Di Tibet, setiap orang Tibet menjapa "OM MANI PADME HUM"; sama halnya dengan menjapa "AMITABHA" dalam Agama Buddha Han di daratan tengah. Seluruh rinpoche tertinggi adalah titisan dari Avalokitesvara Lengan 4, termasuk Karmapa, Dalai Lama, semuanya titisan Avalokitevara Lengan 4, semuanya rinpoche tertinggi.

Asalkan Anda memasuki kawasan Tibet, tumpukan mani yang ada di mana-mana bertuliskan "OM MANI PADME HUM" Avalokitesvara Lengan 4. Seluruh tembok tertulis aksara mantra-Nya. Pembabaran Avalokitevara Lengan 4 paling luas, welas asih-Nya boleh dikatakan luas tak terhingga. Tadi saya perhatikan dengan seksama tataritual sadhana kita, visualisasi di dalamnya sangat penting, ada satu yang dikatakan Prof. Zhu, setiap sadhana sebelum ditekuni harus visualisasi sunya, "visualisasi sunya membersihkan karma", gunanya membersihkan rintangan karma Anda, memadamkan seluruh pikiran dan khayalan Anda, itulah sunya; ketika seluruh pikiran padam, itulah sunya; ketika seluruh pikiran padam, di tengah angkasa muncul sebuah aksara "BAN", sebuah lingkaran, sebuah persegi empat, setelah aksara Sansekerta "BAN" muncul, muncul sekuntum teratai, di tengah putik teratai juga ada sebuah aksara "AH"; aksara "AH" ini menebitkan sebuah cakra candra, di pusat cakra candra ada sebuah aksara "XIE", di Tantra Timur disebut "CHULI", di Tantra Tibet disebut "XIE". Dari aksara "XIE", muncullah penjelmaan Avalokitesvara Lengan 4.

Dalam menekuni sadhana ini, Anda harus bervisualisasi. Anda visualisasi Bodhisattva Avalokitesvara muncul di tengah angkasa, saat bervisualisasi harus fokus pada 1 pikiran, titik beratnya adalah satu pikiran, konsentrasi. Urutan visualisasi terdiri dari: pertama-tama visualisasi "BAN" berubah menjadi teratai, visualisasi lagi "AH" berubah menjadi cakra candra, kemudian visualisasi lagi "CHULI" atau "XIE" berubah menjadi Avalokitesvara Lengan 4, ini adalah urutan visualisasi, ini wajib dilakukan. Jika Anda tidak bervisualisasi demikian, itu Sadhana Avalokitesvara biasa bukan Sadhana Avalokitesvara Lengan 4. Yang satu ini sangat penting.

Avalokitesvara Lengan 4 dalam Tantra Tibet memiliki 2 lengan yang menopang ratnamani, bukan beranjali. Apa itu ratnamani? Ratnamani adalah pusaka pengabul kehendak yang sangat berharga (pusaka berharga). Di dalam mantra-Nya ada "OM. MANI." yakni pusaka yang paling berharga. Dua tangan lain yang menjulur di bawah, yang kiri memegang teratai putih; satu lagi memegang japamala. Tangan yang memegang teratai melambangkan "kebijaksanaan". Tangan yang memegang japamala melambangkan apa? Yakni, Anda menghitung satu berarti menyeberangkan satu insan; hitung satu kali "OM MANI PADME HUM" berarti menyeberangkan satu insan; japa satu kali "OM MANI PADME HUM" berarti menyeberangkan satu insan, ada arti di dalamnya. Jadi, Avalokitesvara Lengan 4 harus divisualisasikan.

Di tengah adalah Pancabuddha, pusatnya adalah Buddha Amitabha, melambangkan "XIE" atau tempat asal-Nya adalah Buddha Amitabha, mengenakan mahkota Pancabuddha, wajah sangat agung; tubuh-Nya mengenakan jubah lima warna, melambangkan sistem Pancabuddha; Ia mengenakan banyak pusaka berharga, seperti cincin, gelang tangan, gelang kaki, di dada-Nya ada batu berharga, semuanya melambangkan tubuh-Nya. Pertama, Anda harus visualisasi Ia muncul; kedua, Anda harus japa mantra Caturvidya "ZHA HUM BAN HUO", mudra "ZHA HUM BAN HUO" adalah begini. (Mahaguru memperagakan mudra) Arti dari "ZHA HUM BAN HUO" adalah mengundang Avalokitesvara Lengan 4 memasuki tubuh saya, saya sendiri berubah menjadi Avalokitevara Lengan 4, saat ini kedua tangan Anda menopang ratnamani, satu tangan memegang teratai putih, satu tangan lagi memegang japamala, Anda sendiri pun berubah menjadi Bodhisattva Avalokitesvara.

Saat ini, visualisasi lagi dari hati Anda, "OM AH HUM", sinar biru menembak dari aksara "HUM", mengundang Pancabuddha, Bodhisattva, Vajra Dharmapala, Dakini dan Para Dewa; Pancabuddha memancarkan cahaya menyinari seluruh umat di tempat upacara; Pancabuddha memancarkan cahaya membimbing para makhluk arwah ke Sukhavatiloka Barat; Pancabuddha memancarkan terang memberkati semua orang, saat ini, semua orang karena menerima pancaran cahaya Bodhisattva Avalokitesvara, semua permohonan dalam hati kalian terkabulkan, atau seluruh karma penyakit tersingkirkan.

Inilah visualisasi terpenting dalam menekuni Sadhana Avalokitesvara Lengan 4, japa mantra, dan memasuki samadhi, di sinilah kunci sadhana yang terpenting. Jadi, tadi kita bersadhana, saya melakukan visualisasi demikian dan memasuki samadhi. Sebelum bhiksu lama menyebutkan memasuki samadhi dalam tataritual ini, dari awal saya sudah memasuki samadhi, saya terus menebarkan cahaya hati, semoga cahaya ini menuntun Pancabuddha, menuntun seluruh Buddha Bodhisattva, Vajra Dharmapala, Dakini dan Para Dewa, memancarkan cahaya memberkati semua nama yang didaftarkan, supaya permohonan semua orang dapat terwujud dan sejahtera; (hadirin tepuk tangan) biarlah upacara kita kali ini dapat memancarkan terang, menerangi seluruh dunia. Ini sangat penting.

Kita tahu Bodhisattva Avalokitesvara memiliki manfaat yang besar untuk memancarkan cahaya. Pertama, Ia dapat mencabut seluruh penderitaan umat, misalnya orang yang sakit, orang yang terlibat perkara pengadilan, orang yang bernasib buruk, juga orang yang memiliki masalah ekonomi, seluruhnya bisa dicabut. Kemudian, bisa memberkati seluruh umat agar memperoleh terang dan kesejahteraan. Ini sangat penting. Tadinya berkah Anda sangat minim, berkah Anda pun meningkat; tadinya kebijaksanaan Anda sangat minim, kebijaksanaan Anda pun meningkat. Jadi, dalam sadhana kali ini, asalkan Anda melihat Bodhisattva Avalokitesvara, mendengar mantra Bodhisattva Avalokitesvara, merasakan Avalokitesvara Bodhisattva, mengenal Bodhisattva Avalokitesvara, setiap orang kelak dapat mencapai kebuddhaan. (Hadirin tepuk tangan)

Di dalam gatha usai samadhi Avalokitesvara Lengan 4 tertulis demikian: "Sembah sujud pada Avalokitesvara Lengan 4, di atas relung kepala terdapat Buddha Amitabha nan agung, cahaya maha-suci yang murni dan tanpa noda, menerangi dan memberi kebaikan pada seluruh insan." Biasanya cara sadhana Avalokitesvara Lengan 4 seperti ini, harus visualisasi "BAN", visualisasi "AH" di atas teratai, visualisasi lagi "XIE", kemudian muncul lagi Avalokitesvara Lengan 4. Sadhana biasa kita harusnya merupakan Sadhana Arya Avalokitesvara. Sementara, Sadhana Avalokitesvara Lengan 4 harusnya seperti itu.

Kita tahu, Bodhisattva Avalokitesvara tidak hanya memiliki maitri-karuna-mudita-upeksa tak terhingga, teratai di satu tangan-Nya juga melambangkan "kebijaksanaan". Walaupun ajaran Tantra membagi Bodhisattva Avalokitesvara, Manjushri, dan Vajrapani menjadi 3 kelompok, sesungguhnya Bodhisattva Avalokitesvara sendiri juga memiliki kebijaksanaan, teratai di satu tangan-Nya adalah kebijaksanaan. Kita harus memiliki kombinasi kebijaksanaan, welas asih, dan kebijaksanaan dalam membimbing para insan. Kita sering mengatakan "kombinasi antara welas asih dan kebijaksanaan", welas asih dan kebijaksanaan harus diterapkan berdampingan.

Seperti tadi Acarya Lian Ming yang mencapai pencerahan ini, ia memang mencapai pencerahan, kita secara khusus memakaikan jubah Dharmaraja. Selain itu, masih banyak yang mencapai pencerahan, kelak jika satu per satu datang, satu per satu harus dipakaikan jubah Dharmaraja, jubah sesepuh adalah jubah Dharmaraja. (Hadirin tepuk tangan) Di antara acarya kita juga ada yang mencapai pencerahan, namun, ia beda. Mengapa? Ada yang duluan, ada yang belakangan. Karena Acarya Lian Ming adalah orang pertama yang mencapai pencerahan, jadi, ia orang pertama yang diberikan jubah Dharmaraja. Orang kedua yang mencapai pencerahan adalah Lianhua Jingbo, mengapa hari ini tidak memberikannya jubah Dharmaraja, sebab waktunya belum tiba, jika ia mengatakan waktunya telah tiba, Mahaguru tetap memberikannya jubah Dharmaraja.

Di antara acarya kita juga ada yang mencapai pencerahan, namun, mengapa Mahaguru tidak memberikannya jubah Dharmaraja? Sebab "ombak di belakang mendorong ombak di depan, ombak di depan mati di pantai", ia mau jubah Dharmaraja, boleh, Anda babarkan Dharma 50 tahun lagi! (Hadirin tepuk tangan) Kita biarkan yang muda unjuk gigi, acarya yang mencapai pencerahan ini kita check (amati) saja. Jadi, orang yang benar-benar mendapatkan jubah Dharmaraja/jubah sesepuh memiliki tanggungjawab yang sangat berat, (hadirin tepuk tangan) banyak kesulitan dan rintangan muncul di hadapan Anda, Anda harus menerobosnya; Anda harus bijaksana dalam menyeberangkan insan.

Ada satu contoh seperti ini, di Pingtung ada sebuah tempat landasan parasut, Acarya Lian Seng tahu tempat itu. Di Pingtung ada satu tempat landasan parasut, seorang kepala kompi membawa sepasukan prajurit parasut terjun dari tempat yang tinggi, parasut ini bukan terjun dari pesawat terbang. Kepala kompi mengajari mereka, "Kalian dalam hati hitung sampai 3, ingat tarik kancing parasut. 1, 2, 3, tarik! Terjun, parasut pun akan terbuka." Seluruh prajurit parasut melakukan sesuai aba-aba kepala kompi, salah satunya begitu terjun dari atas parasut lantas jatuh ke air, parasutnya tidak terbuka. Kepala kompi pun bertanya padanya, "Mengapa Anda bisa jatuh ke air, ini sangat memalukan. Parasut semua orang terbuka, hanya parasut Anda saja yang tidak terbuka?" Karena, orang itu gagap, Anda suruh dia sebut 1, 2, 3, dalam hati ia sebut sa..sa...sa...(phong), ia pun jatuh.

Justru di sini masalah kepala kompi, karena mengajari para insan harus sesuai potensinya, setiap insan memiliki sifat dan kebiasaan yang berbeda-beda, tidak semua bisa Anda ajari. Ia gagap, ia menyebut angka 1 saja lama, belum sempat menyebutkan angka 2, ia sudah jatuh ke tanah. Jadi, ia harus diajari secara khusus, genggam ujung jari, tekan 1 kali, 2 kali, 3 kali, lalu tarik. Inilah cara mengajar yang khusus, inilah kebijaksanaan.

Setiap insan itu berbeda-beda, ibarat wajah mereka juga berbeda-beda; hati juga berbeda-beda. Jika Anda sungguh ingin mengajari para insan, Anda harus belajar kebijaksanaan; tanpa kebijaksanaan, Anda tidak dapat mengajari para insan. Welas asih juga sama, dalam melakukan segala hal kita harus memiliki hati welas asih. Di sini juga ada sebuah kisah tentang welas asih. Ada seorang pemuda duduk di bus, di sampingnya duduk seorang nenek, tempat duduk sudah penuh. Tiba di sebuah halte, seorang ibu naik, ibu ini berperut besar, hamil. Nenek sangat welas asih, usianya sudah begitu lanjut tentu sungkan untuk berdiri, membiarkan tempat duduk untuk ibu hamil, ia pun mendorong sejenak pemuda itu. Namun, pemuda itu berkata pada si nenek, "Anak itu bukan anak saya!" Ini sungguh keterlaluan, pikirannya sudah melantur entah ke mana.

Pemuda ini tidak bijaksana. Kita sebagai umat Buddha tahu kombinasi antara welas asih dan kebijaksanaan, welas asih dan kebijaksanaan harus diterapkan bersamaan, ketika dua orang sama-sama welas asih, kekuatannya bisa muncul. Tadi, Acarya Lian Deng juga menyebutkan tentang keagungan dan menaati sila, bicara tentang menaati sila, kita sebagai umat Buddha tahu bahwa keagungan dapat diperoleh lewat menaati sila, ini juga sangat penting.

Mengapa menaati sila bisa memperagung diri sendiri, sebab dengan menaati sila, sikap Anda pun bisa sangat anggun, Anda pun menjadi teladan para insan. Lantas, Anda dalam bertutur kata sangat agung, wajah Anda sangat agung, mahkota Pancabuddha Anda sangat agung melekat di kepala Anda. Kali ini saya tidak tahu apakah acarya kita yang memakai mahkota Pancabuddha mengantuk atau tidak, seharusnya tidak ada! Sebab, ada beberapa kali acarya mengantuk, mahkota Pancabuddha nyaris jatuh, ia segera membetulkannya, lalu duduk dengan baik, tiba-tiba "pancing ikan" lagi, mahkota Pancabuddha jatuh lagi, ia segera membetulkannya. Ini jelas sekali dalam rekaman. Contoh sikap yang agung, Anda mengenakan mahkota Pancabuddha, mengenakan jubah dhyana, sikap duduk tegak, seperti prajurit, duduk 1/3 bagian kursi, kepala diangkat dan dada dibusungkan. Anda jangan katakan Anda selalu memasuki samadhi. Samadhi juga harus agung! Memasuki samadhi bukan berarti meneteskan air liur, apakah Anda menghadiri perjamuan Wangmu Niangniang? Memasuki samadhi dan mengantuk bisa terlihat, mengantuk itu sedang memancing ikan, mimpi bertemu Kakek Zhou, ini tidak agung lagi.

Lantas, bagaimana kita memperagung batin kita, kita menaati sila berarti memperagung batin kita. Bagaimana memperagung lahir/fisik kita? Dari lahir ke batin, dari batin ke lahir. Penampilan prajurit itu dari lahir ke batin. Dulu, bila kita hendak keluar, sepatu kulit harus digosok hingga mengkilap, setiap kali kepala kompi periksa, kita buru-buru menggosok sepatu kulit di belakang celana, kancingnya harus mengkilap, kancing tembaga sepatu kulit harus mengkilap, semua lencana harus mengkilap. Hari ini kita mengenakan mahkota Pancabuddha, mengenakan jubah dhyana, mengenakan jubah lama, sikap duduk harus agung, jangan membungkuk (logat Taiwan), berjalan juga sama. Jadi, bagi bhiksu ada istilah berjalan laksana angin, duduk laksana lonceng, berdiri laksana pohon pinus, berbaring laksana busur, ini ada standarnya, inilah penampilan yang agung dari seorang bhiksu. Sementara, keagungan dari dalam adalah maitri, karuna, mudita, dan upeksa, keagungan dari luar adalah berjalan laksana angin, berjalan jangan membungkuk.

Saya tahu Lian Deng menunjuk seorang bhiksu lama yang baru meninggal dunia, Acarya Lian Deng mirip sekali dengan bhiksu lama itu, kemiripannya 99 persen, tidak perlu dandan. Bukan menyamar, bukan seperti siswa Zhenfo Zong kita Tai zhiyuan, sekarang ia juga punya seorang putra Tai Jing, tingkat kemiripian mereka berdua 100 persen; tingkat kemiripan Acarya Lian Deng kita dengan bhiksu lama itu adalah 99 persen; tingkat kemiripan Acarya Lian Deng dengan Paman Mao yang dijuluki "Haijiao Qihao" itu 99 persen, bahkan gigi pun sama. (Hadirin tertawa)

Tapi, Acarya Lian Deng kita lebih agung! (Hadirin tepuk tangan) Sungguh! Kita harus agung, jangan sekali-kali melakukan hal-hal yang melanggar sila, seperti membunuh, mencuri, berzinah, berdusta, dan mabuk-mabukan. Semua itu tidak boleh dilakukan, apalagi mabuk-mabukan. Bhiksu lama, upasaka/sika, yang mematuhi Pancasila Buddhisme, yang mematuhi Sila Bodhisattva jangan membunuh, mencuri, berzinah, berdusta, dan mabuk-mabukan.

Ada satu telpon 0204, sekali telepon sepertinya di seberang sana ada suara yang sangat tidak berkenan, demikianlah mereka saling menuntun satu sama lain. Ada seorang anak kecil setiap hari menelepon 0204, suatu hari ia berkata pada temannya, "Gawat, tagihan akan dikirim ke sini, tagihan telepon mahal sekali." "Lantas bagaimana?" "Entah mau bagaimana lagi!" Tagihan dikirim ke sini siapa yang bayar, temannya ikut panik. Tak lama kemudian ia ditanya lagi, "Apakah tagihan sudah dikirim ke sini?" "Sudah." "Kamu tidak apa-apa?" "Tidak, masalahnya adalah ayah saya." Ayah saya dipukul ibu saya sampai masuk rumah sakit. Kejadian apapun ada sebab akibatnya, karena Anda menelepon 0204, semacam kesenangan sesaat Anda, sesungguhnya itu tidak agung, itu tidak benar.

Ini masalah keagungan! Anda lihat seluruh Buddha dan Bodhisattva, bukankah setiap Buddha dan Bodhisattva sangat agung! Tidak ada Buddha dan Bodhisattva yang tidak agung, sikap duduk-Nya tegak atau alami, sangat mulia. Setelah Anda melihat keagungan Buddha dan Bodhisattva, hati Anda pun muncul keagungan, jika Anda tidak agung, Anda menghina diri sendiri. Setiap umat Buddha harus ingat, tindak tanduk kita harus sangat agung; jika Anda agung, para insan ikut Anda agung; jika Anda mematuhi sila, para insan ikut Anda mematuhi sila; jika Anda serakah, para insan ikut Anda serakah; Anda marah, para insan pun ikut Anda marah; Anda bodoh, para insan ikut Anda bodoh. Anda harus menyeberangkan para insan lewat welas asih, wujud keagungan, dan kebijaksanaan Anda.

Seperti mengantuk di atas panggung, tentu di bawah panggung juga ada yang mengantuk, di antara kalian siapa yang mengantuk, bisa terlihat. Orang di bawah panggung melihat ke atas, lebih jelas lagi, sebab setiap mahkota Pancabuddha sangat agung, mahkota Pancabuddha Anda sudah miring sebelah, mudah sekali terlihat. Dulu, saya pernah jadi guru, di bawah ada seorang siswa, sering mengantuk, setiap hari mengantuk. Kalian yang pernah sekolah pasti tahu, dulu guru sekolah begitu memutar badan melihat siswa itu mengantuk, ia akan memutuskan sedikit kapur lalu melemparnya, begitu siswa itu terlempar kapur, ia pun bangun. Guru pun berkata padanya, "Tahukah Anda! Kelinci dan kura-kura lomba lari, mengapa kura-kura bisa menang, mengapa kelinci bisa kalah?" Semua tahu cerita ini, kura-kura dan kelinci lomba lari, kelinci berlari sangat cepat, kemudian saat ia hampir mencapai garis akhir, ia pun melihat kura-kura merangkak perlahan-lahan di sana, ia pun tidur dulu, alhasil kura-kura juara 1. Siswa itu berdiri dan berkata, "Saya tahu, saya adalah kelinci, yang tidak tidur semuanya kura-kura." Ternyata yang mengantuk adalah kelinci, kita yang tidak tidur dan terus semangat adalah kura-kura. Siswa itu mengatakan demikian tentu adalah metafora, pandangan yang keliru.

Kita siswa Zhenfo Zong harus mengajari seluruh insan, Anda harus menggabungkan kebijaksanaan Anda sendiri, keagungan Anda, dan welas asih Anda, ditambah POWER Anda, Anda pun dapat menyeberangkan insan luas. Anda semua harus tahu, tiga kelompok dalam Tantra, Avalokitesvara yang welas asih, Bodhisattva Manjushri yang bijaksana, Bodhisattva Vajrapani POWER, kalian harus menerapkan welas asih, kebijaksanaan, dan Dharmabala dari Vajrapani untuk menyelamatkan dan menyeberangkan seluruh insan. Kita Zhenfo Zong dapat menyeberangkan begitu banyak insan luas di dalam lingkungan yang sulit ini, justru karena welas asih, kebijaksanaan, dan Dharmabala. (Hadirin tepuk tangan)

Seperti Sdr. Deng Yingjia, ia sendiri adalah dosen universitas, bahkan seorang Doktor, tadinya ia telah bunuh diri, dirinya tiba di depan pintu neraka, Mahaguru dapat muncul saat itu, muncul di depan pintu neraka, kemudian mengembalikannya dari pintu neraka ke alam saka, (hadirin tepuk tangan) inilah kekuatan Vajrapani. Hari ini ia bisa menjadi bhiksu, dapat mengorbankan hayat demi Dharma, saya justru mau keberaniannya ini. (Hadirin tepuk tangan) Saya menyelamatkannya dari pintu neraka, menyelamatkan jiwanya, supaya ia memiliki pikiran yang benar, saya memiliki Dharmabala Bodhisattva Vajrapani untuk menyelamatkan orang di alam baka, saya pergi ke pintu neraka untuk menyelamatkan orang, kita harus memiliki kekuatan demikian. Anda menyeberangkannya, jiwanya berhasil diselamatkan kembali.

Ia adalah Padmakumara Hijau, ia tidak boleh mengorbankan diri secara sia-sia, saya harus menyelamatkannya. Setelah menyelamatkannya, ia boleh mengorbankan hayat demi Dharma. (Hadirin tepuk tangan) Ia mengucapkan ikrar agung / Bodhicitta, kelak ia akan mendirikan "Dayuan Leizang Si" di Tainan. (Hadirin tepuk tangan) Anda menyelamatkan seorang insan, berikan pandangan yang benar padanya, ia sendiri akan memancarkan cahayanya. Jadi, saat kita menyelamatkan para insan, kita juga harus memiliki Dharmabala, menyelamatkannya dengan Dharmabala, ia bahkan seorang Padmakumara Hijau lagi, mau tak mau harus ditolong, ia memiliki tanggungjawab besar, jangan biarkan ia di dalam neraka. Ia menyeberangkan para insan mengandalkan kekuatan ikrarnya, seluruh kekuatan ikrarnya dikembangkan. Ia adalah seorang cendekiawan, seorang Doktor, ia memiliki kriterianya sendiri, jadi, ia sangat cepat menyeberangkan insan, ia telah memekarkan teratai hijaunya. Teratai Emas Acarya Lian Ming juga telah mekar.

Selain itu, tadi ada seorang Padmakumara kecil, ia adalah warga Singapura, Lama Lian Lai yang baru menjadi bhiksu, saya berkata, ia juga Padmakumara, ia sangat sukses dalam menekuni Sadhana Persembahan Tubuh. Sewaktu saya mendengar Sadhana Persembahan Tubuh nya di Yuanxue Leizang Si, saya sangat kagum padanya, kelak teratainya telah mekar, teratai kecil bisa berubah menjadi teratai sedang, teratai sedang bisa berubah menjadi teratai besar, ia adalah teratai jingga. (Hadirin tepuk tangan) Kelak, kita lihat POWER yang ia kembangkan, kita menobatkannya.

Menyeberangkan para insan harus memiliki kekuatan, menyeberangkan insan tanpa kekuatan itu tidak mustahil. Kekuatan ini berasal dari kombinasi welas asih, kebijaksanaan, dan Dharmabala. Anda jangan berkata, "Saya tidak sanggup lagi. Sekujur tubuh saya sudah tidak bertenaga. Saya sudah tua!" "Acarya tua kita ini, sudah tua! Hidup 2 tahun lagi! Saya tidak sanggup lagi!" "Menyeberangkan insan? Sudah tua! Sudah tidak sanggup lagi!" Kalian makan obat tonik! Ada beberapa acarya tua makan obat tonik! Acarya Lian Han sering makan tonik, ia acarya yang telah cerah!" (Hadirin tepuk tangan) Tapi, saya menaruh simpati padanya, tidak memakaikannya jubah sesepuh. Jika ia mau juga boleh! Jika ia tidak mau, tentu saja berikan pada generasi muda. Benar tidak. "Ombak di belakang mendorong ombak di depan, ombak di depan mati di atas pantai."

Anda tahu, lebih baik makanan tonik daripada obat tonik, menyerap makanan bergizi lebih baik daripada obat tonik. Ia juga mengerti makan tonik, makanannya sangat bergizi. Sekarang ia lumayan, bisa datang saja sudah sangat lumayan! Bisa datang saja sudah sangat bagus. (Hadirin tepuk tangan) Menurut Anda, makan apa supaya kita menjadi paling kuat? Mau tahu tentang obat tonik dan makanan tonik, mintalah petunjuk Acarya Lian Han.

Menurut saya pribadi, menyeberangkan para insan sungguh harus memiliki hati welas asih. Sekali hati welas asih Anda berkembang, siapapun Anda boleh terima, siapapun boleh diseberangkan, tidak ada insan yang tidak boleh diseberangkan; sekali hati welas asih berkembang, hati Anda sangat luas, insan yang Anda seberangkan sangat luas. Anda memiliki kebijaksanaan, Anda pun dapat menerapkan kebijaksanaan Anda, menyeberangkan setiap insan dengan cara yang berbeda-beda, dan bukan secara stereotip. Anda memiliki kekuatan, memiliki POWER, Anda memiliki daya gaib, Anda bisa menggelar upacara di alam baka dan neraka. Ini juga ada saksinya.

Badai finansial tidak berdampak negatif terhadap Mahaguru, mengapa tidak berdampak negatif? Sebab, saya sudah tahu dari awal. Gurudhara juga tahu, mengapa tidak berdampak negatif, sebab telah tahu dari awal. Dampak negatif ditekan hingga paling minim. Kita Zhenfo Zong tidak pernah PHK, (hadirin tertawa, tepuk tangan), sekalipun Anda seorang acarya yang kinerjanya sangat buruk, bhiksu lama yang kinerjanya sangat buruk, dharmacarya yang kinerjanya sangat buruk, Mahaguru tidak pernah PHK. Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasyaraya, seluruh umat se-Dharma, Mahaguru tidak pernah PHK. Mahaguru hanya di-"PHK" para insan, di-PHK siswa. Ia tidak mengakui saya Mahaguru ini, ia pun PHK saya, saya pun di-PHK.

Ingat, kebijaksanaan yang luas, welas asih yang luas, daya gaib yang luas, Buddhadharma tak terbatas, inilah 3 prinsip utama menyeberangkan insan. Om Mani Padme Hum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar