Pages - Menu

Pages

Rabu, 21 Agustus 2013

Liang Hwang Pao Chan atau Sadhana pertobatan mulia Kaisar Liang

Liang Hwang Pao Chan atau Sadhana pertobatan mulia Kaisar Liang adalah suatu sadhana yg legendaris yg disusun pd jaman Dinasti Liang. Kaisar Liang Wu Ti adalah Kaisar Dinasti Liang (di China) yang memerintah antara tahun 502-547. Pada usia 30 tahun Sang Permaisuri wafat. Meskipun telah meninggal beberapa bulan, Sang Kaisar masih bermuram-durja saja baik siang maupun malam. Pada suatu hari, saat sedang di kamar tidur, ia mendengar ada suara berisik di luar. Begitu melihat, ada seekor ular besar sedang bertengger di ruang utama. Sambil menyeringai, ular ini mengerdip-ngerdipkan mata kepada Sang Kaisar. Kaisar menjadi ketakutan, mau lari menyelamatkan diri, apa lacur tiada jalan keluar. Akhirnya ia memberanikan diri berseru kepada ular, "Istana Kaisar dijaga ketat bukan tempat tinggal bagi ular seperti Anda, Anda pasti siluman, apakah ingin mencelakai saya?" Si ular menjawab dengan suara manusia, "Saya adalah permaisuri Anda. Karena semasa hidup suka iri hati, bersifat kejam, bila marah, benda mati maupun hidup tidak luput dari amukan saya. Setelah meninggal, karena dosa-dosa ini terlahir sebagai ular. Tiada makan dan minum, tiada lubang tempat berteduh, hidup serba kekurangan, tidak berdaya. Ditambah lagi setiap sisik saya tumbuh banyak ulat, daging dan otot digigit dan digerogoti, sakit sekali bagai dicungkil pisau. Karena terlahir sebagai ular besar, bukan ular biasa, sehingga memiliki kemampuan khusus dapat menerobos penjagaan ketat istana. Mengetahui Kaisar amat menyayangiku, oleh karena itu menampakkan diri yang buru rupa ini di hadapan Kaisar, memohon bantuan untuk diselamatkan." Setelah itu ular besar ini pun menghilang.

Pada keesokan harinya, Kaisar mengumpulkan sejumlah bhiksu di istana, menceritakan kisah ini, kemudian menanyakan jalan keluar untuk membebaskan permaisuri dari penderitaan. Oleh Bhiksu Pao Ce dikatakan bahwa pengakuan dosa dengan bersujud kepada para Buddha dapat menyelamatkan permaisuri. Sang Kaisar lalu memerintahkan Bhiksu Pao Ce dan bhiksu lainnya membuat kitab pertobatan dosa berdasarkan berbagai kitab suci agama Buddha. Setelah itu menyelenggarakan upacara pertobatan dosa untuk Sang Permaisuri.

Tak lama setelah upacara dilangsungkan, pada suatu hari, istana diliputi wangi yang harum sekali. Secara kebetulan pada saat Sang Kaisar menengadah ke atas, tampak seorang dewa yang amat anggun. Sang Dewa berkata,"Saya adalah jelmaan ular besar. Berkat jasa-jasa Kaisar, saya telah terlahir di alam Trayastrimsa (Surga Tiga Puluh Tiga). Kini menampakkan diri untuk menunjukkan keampuhan pengakuan dosa. Terima kasih banyak." Sesudah berkata demikian, Sang Dewa pun segera menghilang.

Semenjak itu Sadhana Pertobatan ini mulai dikenal secara luas dan dijalankan oleh umat Buddhis Mahayana dalam menjalankan pertobatannya.

Seperti yg termaktub pada awal kitab ini, pembacaan Kitab Pertobatan Dosa Kaisar Liang mempunyai 12 harapan :
1. Semoga makhluk hidup di keenam alam memiliki pikiran luhur yang tiada batasnya.
2. Semoga kebajikan luhur yang tiada batasnya ini dapat membalas jasa semua welas asih yang telah diterima.
3. Semoga dengan kekuatan kebajikan ini membuat semua makhluk hidup mematuhi sila (moralitas), tidak berpikiran untuk melanggarnya.
4. Semoga dengan kekuatan kebajikan ini membuat semua makhluk hidup tidak acuh tak acuh terhadap yang patut dihormati.
5. Semoga dengan kekuatan kebajikan ini membuat semua makhluk hidup, dimana saja mereka berada tidak timbul pikiran dendam atau marah.
6. Semoga dengan kekuatan kebajikan ini membuat semua makhluk hidup tidak iri terhadap apa saja.
7. Semoga dengan kekuatan kebajikan ini membuat semua makhluk hidup tidak pelit terhadap apa saja.
8. Semoga dengan kekuatan kebajikan ini membuat semua makhluk hidup tidak egois terhadap rejeki yang telah diperoleh, tetapi membagikan juga kepada semuga yang tidak terlindungi.
9. Semoga dengan kekuatan kebajikan ini membuat semua makhluk hidup menjalankan empat perbuatan Boddhisattva bukan hanya untuk diri sendiri saja.
10. Semoga dengan kekuatan kebajikan ini membuat semua makhluk hidup bila melihat orang sakit-sedih-tiada sanak keluarga timbul pikiran untuk menolong agar mereka memperoleh kebahagiaan.
11. Semoga dengan kekuatan kebajikan ini bila ada makhluk hidup harus ditundukkan (kebajikan), menjadi tertunduk; bila ada makhluk hidup yang harus diterima, menjadi diterima.
12. Semoga dengan kekuatan kebajikan ini membuat semua makhluk hidup, dimana saja mereka berada selalu ingat untuk mengembangkan Bodhicitta, membuat Boddhicitta ada terus tiada putus-putusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar