Pages - Menu

Pages

Jumat, 29 November 2013

Tips Menjapa Namo Amituofo

Di seluruh masyarakat China, awalnya semua keluarga menjapa Amituofo, setiap rumah memuja Kwan im pusat. Sebenarnya Kuan im pusat dan Amitabha adalah bersama-sama, masih ada satu  Tasece pusat, Namo Tasece pusat jarang dijapa orang, Namo Tasece pusat. Trini Arya Barat (Si fang san sen) adalah Amitabha di tengah,di sebelah kanan adalah Kuan Impusat, sebelah kiri adalah Tasece pusat. Sudah Banyak titisan Kuan Im pusat muncul, sehingga Kuan Im pusat banyak dikenal orang, sehingga kebanyakan orang tidak kenal Tasece pusat. Di dalam Sekte Sukhavati, juga ada sebuah Sutra Mahasthamamprata Kesempurnaan Japa Amituofo (大勢至菩薩唸佛圓通章)

Tasece pusat juga menganjurkan japa Amituofo, oleh karena itu, Sekte Sukhavati menganjurkan japa Nama Amituofo agar terlahir di Sukhavatiloka Barat. Di Amitābha-sūtra, Amitāyuḥ-sūtra, dan Sutra Amitābha-vyūha, juga ada sebuah Sukhāvatīvyūhopadeśa, merupakan Tiga Sutra dan Satu Sastra Sekte Sukhavati, tiga kitab Sutra dan sebuah Sukhāvatīvyūhopadeśa adalah kitab sutra utama, sebenarnya banyak kitab Sutra menyebut tentang Amitabha. Zaman Sekarang begitu para Bhiksu/ni bertemu muka, umumnya beranjali, sambil menyebut satu kata “Amituofo”. Dulu, di film, melihat bhiksu saling bertemu muka “Omituofo“, sebenarnya kita diajari secara tidak benar, seharusnya “Amituofo“. “O” homofon dengan logat Taiwan “hitam”, yakni “Omama” (artinya hitam kelam), “Omama” berubah menjadi “Obama”, repot, pelafalan mau diperbaiki sangat sulit. Sekarang masih banyak bhiksu bertemu muka “Omituofo“; yang benar “Amituofo“, nada ringan. Ringan berarti naik, berat berarti turun. Kelak kita terlahir di Sukhavatiloka Barat, japa “Amituofo“, maka naik, ada semacam kesan naik, jangan salah baca”Omituofo“, yakni menghitam, diharapkan tidak ada lagi yang menjapa seperti itu. Oleh karena itu, pelafalan juga sangat penting, kita japa pelafalan Sansekerta, seperti nada Tibet “A” dari “Om A Hum”, jelas-jelas pelafalan “A” baru benar malah berubah menjadi “O”, seperti kita japa mantra ditutup dengan kata “Suoha” adalah nada ringan, kok malah berubah menjadi “Suopohe“, “Suoha” berubah menjadi “Suopohe”, itu beda jauh. Tentu saja, pelafalan Mahaguru juga tidak baku, karena Mahaguru ada logat Taiwan, juga ada logat Mandarin, juga ada logat Kanton. Tidak peduli baku atau tidak, yang penting kalian mengerti. Amitabha adalah penguasa barat, seluruh Sekte Sukhavati menjapa Amituofo, Sekte Sukhavati sendiri adalah sebuah aliran yang besar. Awalnya, kita sebut “jalan mudah”, mengandalkan kekuatan pemberkatan Amitabha, maka bisa terlahir di alam suci, ini tentu saja sangat mudah. Namun, tiba di alam suci, hanya sebuah terminal peristirahatan, namun, tidak akan mundur. Tidak akan mundur sudah sangat baik; tidak akan mundur, maka Anda pun dapat mencapai kebuddhaan, pasti mencapai kebuddhaan.
Makna rahasia dari Amitabha Buddha adalah Cahaya Tak Terhingga, Usia Tak Terhingga, Amitabha Buddha juga merupakan satu Buddha yang paling terkenal, setiap orang mengetahuinya ; Setiap kali para bhiksu berjumpa akan menggunakan “Amituo Fo” sebagai sapaan. Tanah Suci Amitabha Buddha adalah yang terindah, dan merupakan Tanah Suci paling ternama.
Saat melafal Nama Agung , selain melafal Amitabha Buddha, juga perlu untuk melafal Nama Agung dua pengiringnya, yaitu Avalokitesvara Bodhisattva(Namo Kwan Im Pu sat) dan Mahastamaprapta Bodhisattva(Namo Tasece Pusat), inilah Trini Arya Sukhavatilokha.
Metode pelafalan Nama Buddha yang digunakan dalam Sekte Tanah Suci, mengutamakan Mahasadhana Amitabha, yaitu Melafalkan Nama Buddha, disebut juga Jalan Yang Mudah Dilalui. Cara pelafalan Nama Buddha yang paling mudah adalah melafal satu hirupan dan satu hembusan nafas , total 10 kali, ini disebut Metode Sepuluh Pelafalan.
Dalam pelafalan Nama Buddha ada Pelafalan Nama Buddha Empat Aksara, ada juga Pelafalan Nama Buddha Enam Aksara, Dharmaraja Liansheng memperagakan pelantunan beberapa jenis pelafalan Nama Buddha, serta memberitahukan bahwa kita boleh memilih salah satu nada pelantunan yang kita sukai.
Dharmaraja Liansheng memberikan petunjuk dalam pelafalan Nama Buddha, jika sedang berada diluar, dapat memvisualisasikan Amitabha Buddha sebesar pohon Song, bahkan setinggi langit, sambil melafal Nama Buddha, sambil memvisualisasikan Amitabha Buddha.
Saat melafal di dalam Vihara maupun di dalam ruangan, dapat memvisualisasikan Amitabha Buddha sebesar ibu jari, sekujur tubuh keemasan, berada di Cakra-ajna sadhaka (diantara kedua alis mata), bahkan diri sendiri berubah menjadi Amitabha Buddha, memvisualisasikan dengan mendetail dan jelas, maka akan timbul anubhava , diri sendiri juga akan mengetahui apakah Amitabha Buddha hadir.
Setiap hari saat Dharmaraja Liansheng memimpin semua umat bersama melakukan paradaksina sambil melantunkan Nama Agung Buddha, maka Amitabha Buddha pasti hadir, ini merupakan fenomena yukta.
Setelah beryukta, maka kelak diakhir hidup, asalkan sepenuh hati mengenang Buddha, pada saat-saat yang paling mendesak tersebut Amitabha Buddha akan menjemput Anda terlahir di Tanah Suci !
Oleh karena itu, asalkan telah beryukta, selamanya tidak akan pergi !
Mahaguru tidak basa-basi, to the point, menjelaskan tentang Amitabha harus langsung ke pokok permasalahan. Ada 2 poin penting, satu adalah “sepenuh hati tidak galau”, sepenuh hati tidak galau adalah poin penting. Yang terpenting di dalam Amitābha-sūtra, kita harus japa nama Buddha, maka harus sepenuh hati tidak galau, ini adalah poin penting. Jika hati galau, japa nama Buddha tidak berhasil, memanjatkan Sutra juga tidak berhasil. Sebenarnya, kita japa nama Buddha, japa mantra, japa Sutra, banyak yang tidak berhasil, mengapa tidak berhasil? Karena hati Anda galau. Ada sebagian bhiksu juga menganjurkan lebih baik japa tanpa konsentrasi daripada tidak japa sama sekali, Anda japa, japa, japa, sudah tidak konsentrasi, pikiran menerawang ke tempat lain, namun, masih japa Buddha, japa “Amituofo! Amituofo!….” tiba-tiba, guntur menggelegar, Anda terkejut, lalu spontan dengan suara keras japa, “Amituofo….” nah yang satu ini adalah yang sejati. Oleh karena itu, di antara penjapaan yang tidak konsentrasi juga bisa menghasilkan yang sejati.
Pernah ada sebuah kisah seperti ini, ada seorang nenek telah banyak menjapa nama Buddha, setiap kali japa sepatah, ia pun taruh sebutir beras ke dalam ember. Sampai akhirnya, ia tiba di tempat Raja Yama, Raja Yama berkata, “Berapa kali nama Buddha yang telah Anda japa?” “Saya telah japa banyak sekali, japa seember besar nama Amituofo.” Raja Yama ambil dan melihat, sekali ditekan menjadi serbuk. “Yang Anda japa adalah kosong”, tetapi di antara serbuk, masih ditemukan sebutir beras, ah? Keras sekali, “Mengapa bisa demikian?” Ternyata, pada saat ia japa Amituofo, guntur menggelegar, penjapaan nama Amituofo tersebut benar-benar memohon pada Amitabha, oleh karena itu, baru bisa keras, ini juga basa-basi. Namun, kita japa nama Buddha, harus benar-benar sepenuh hati tidak galau, japa mantra juga harus sepenuh hati tidak galau, memanjatkan Sutra juga harus sepenuh hati tidak galau, jangan sampai ada yang menggalaukan hati Anda, semua yang Anda japa, pasti terang benderang. Oleh karena itu, pada tempat penerimaan Sila, sering ditempel satu pepatah, “Jangan menggoyahkan hati sadhaka”; jangan menggoyahkan hati sadhaka, ini sangat penting. Baik pria maupun wanita, di sini banyak yang berkepala gundul, jika seorang bhiksu, seorang upasika datang, sang bhiksu tergoda, ini berarti menggoyahkan hatinya, jika seorang bhiksuni, seorang pria yang tinggi tampan, begitu bhiksuni melihat, “Wah! Tinggi sekali, tampan sekali, aduh! Mengapa saya dari awal mau menjadi bhiksuni?” Ini berarti menggoyahkan hati sang bhiksuni. Sepenuh hati tidak galau justru menjelaskan “jangan menggoyahkan hati sadhaka”. Namun, jika hati sadhaka ini begitu mudah digoyahkan, berarti bukan sadhaka sejati. Sadhaka mestinya sudah mencapai kondisi sepenuh hati tidak galau, apapun yang saya lakukan, yidam senantiasa ada di hati saya. Amitabha, Yaochi Jinmu, Ksitigarbha, yidam saya berada di dalam hati saya. Oleh karena itu, apapun yang Anda lakukan, jangan lupa yidam sendiri. Bahkan di tengah angkasa ada yidam Anda sedang melihat. Apapun yang Anda lakukan, yidam Anda senantiasa ada, ada di dalam diri Anda, di tengah angkasa, di sekeliling, dengan demikian bisa sepenuh hati tidak galau.
Ketika kita sedang menjapa nama Buddha, ada dua macam pahala yang sangat penting, ada dua macam pahala menjapa nama Buddha,
  1. adalah mengumpulkan bekal Anda sendiri, mengumpulkan berkah Anda, mengumpulkan bekal terlahir di alam suci;
  2. kedua adalah sepenuh hati dan tidak galau. Ketika Anda sepenuh hati dan tidak galau, cita-cita Anda akan tercapai. Buddha pernah bersabda, jika pikiran bisa terfokus, konsentrasi, tidak ada yang tidak terlaksana. Setiap orang dalam proses melatih diri, harus konsentrasi, sepenuh hati dan tidak galau, sangat terfokus, dengan demikian, dapat terlahir di alam suci. Jika hati Anda kacau balau, ketika meninggal dunia, berpikir ke mana-mana, seketika memikirkan hal yang sangat rumit, tidak mampu membuka simpul tersebut, anda pun tidak mampu memutuskan bermacam-macam karma duniawi dan gagal terlahir di alam suci Buddhaloka. Oleh karena itu, dua hal yang penting yang harus kita ingat, kita mesti japa nama Buddha, japa Namo Amituofo, kemudian japa pendamping-Nya “Namo Kwan Im Pusat , Namo Tasece Pusat.” Boleh menjapa 3 kali, lalu namaskara 3 kali, menjapa dan bernamaskara dengan sangat tulus, bahkan harus sepenuh hati dan tidak galau, ini adalah poin penting dari menjapa nama Buddha. Kelak di dalam buku saya akan menulis tentang Dharma Sukhavati, mengajari Anda metode japa nama Buddha. Setelah metode menjapa nama Buddha ini ditulis, kalian jalankan metode ini, manula juga boleh menekuninya. Saat muda, Anda harus banyak mendengarkan Dharma! Saat usia setengah baya, harus mendalami satu metode; saat usia lanjut, memohon dapat terlahir di Buddhaloka, ini paling penting, juga merupakan ajaran dari pendahulu kita, ini baru bisa sepenuh hati dan tidak galau. Kita melatih diri, ada pada pangan, sandang, papan, transportasi, pendidikan, hiburan, termasuk pendidikan dan kebahagiaan, semua dilakukan atas dasar yidam, Anda pun tidak melanggar Sila. Pangan adalah persembahan, penyeberangan; sandang adalah perisai perlindungan diri; papan adalah simabandhana; berjalan adalah sambil dengan tekun japa nama Buddha, japa mantra; pendidikan, saat bersekolah, juga visualisasi yidam di tengah angkasa, di antara berbagai cara mendengar, juga visualisasi yidam bersama dengan Anda; lagi senang, saat paling bahagia, juga jangan melupakan yidam, ini barulah melatih diri yang sesungguhnya. Hari ini, sekian tentang Amitabha.

Tips sadhana Anasrava(non bocor)


visualisasi sadhana anasvara
Dharmaraja melanjutkan pembabaran mengenai cara penekunan luar dan dalam dari Sadhana Anasrava dalam Dzogchen.
Sadhana Anasrava sangat penting, sebab jika bindu bocor, tubuh bagian bawah akan dingin, tidak mampu mempertahankan suhunya, maka tidak akan bisa mengkonsentrasikan prana, tidak mempunyai daya untuk mempertahankan AIR, maka akan timbul banyak masalah di tubuh.
Dalam menekuni Sadhana Anasrava, kayu bakarnya harus cukup, dengan demikian Kundalini bisa bangkit dengan mudah. Terlebih dahulu kita menekuni Bhadrakumbha Prana sampai mempunyai prana yang melimpah, kemudian melanjutkan dengan Sadhana Anasrava, membangkitkan Kundalini, kemudian menekuni Sadhana Pengolahan Bindu, jika pintu airnya kokoh, maka tidak akan bocor.
Biasanya, dikarenakan gravitasi bumi, semua kekuatan akan tertarik ke bawah, oleh karena itu semua benda akan mengarah ke bawah, Anda memerlukan daya untuk mengangkatnya.
Kita menekuni Sadhana Anasrava, bagian perut akan bertenaga, akan mempunyai daya untuk mengangkat.
Berikut merupakan pembabaran Dharmaraja Liansheng mengenai tahapan Visualisasi Dalam di Penekunan Sadhana Anasrava :
1. Membentuk Mudra Vajranguli kemudian menekan lembut kepada ubun-ubun.
2. Bervisualisasi bagian perut terdapat aksara HUM merah yang mengait Padma putih ( Bodhi Putih ) , untuk wanita bervisualisasi di bagian ini mengait Padma Merah ( Bodhi merah )
3. Meneriakkan HUM, kedua tangan diangkat ke atas dengan kuat, bervisualisasi aksara HUM dan padma terangkat sampai ke ubun-ubun.
4. Saat itu bervisualisasi di atas ubun-ubun terdapat aksara HUM dan padma yang berdiri, di bawahnya terdapat Usnisasirsa ( Bagi wanita tidak perlu memvisualisasikan Usnisasirsa )
Dharmaraja Liansheng melanjutkan dengan transmisi Postur Luar untuk Sadhana Anasrava ( Enam Postur Sakya ), berikut kiatnya :
1. SURYA CANDRA MENENGADAH KE LANGIT
Kedua mata melihat ke atas, memindahkan konsentrasi pada Yidam di atas, supaya bindu dapat dipertahankan.
2. UJUNG LIDAH MENYENTUH LANGIT-LANGIT MULUT
Supaya prana memperoleh jembatan yang menghubungkan ke atas, tak terintangi.
3. MENEKAN TENGGOROKAN
Setelah menekan dan mempertahankan prana, prana disimpan tak tergoyahkan. Bagaikan sedotan yang ditekan kemudian diangkat, maka air tidak akan jatuh ke bawah.
4.PERUT MENEMPEL PADA PUNGGUNG
Menggunakan kekuatan perut untuk menuntun bindu menuju ke atas, ditarik sampai ke dalam tubuh, jangan sampai keluar.
5. PRANA ATAS DIKELUARKAN
Memuntahkan prana atas, dengan demikian bisa mengalirkan bindu ke atas.
6.MENGETATKAN OTOT ANUS
Enam Postur Sakya di atas, diselesaikan dalam sekejap. Saat belum timbul sukha, menangkap bindu kembali, diri sendiri harus merasakannya.
Meski sangat sukar, namun harus tetap belajar sampai menguasainya, sebab dengan demikian baru bisa mengokohkan akar, ini adalah sumber daya, dengan adanya sumber daya barulah bisa membangkitkan Kundalini.
Berikut merupakan Manfaat penekunan Sadhana Anasrava :
1. Kesadaran dan Prana akan segar dan fit, Chi positif tercukupi.
2. Bagian perut berkekuatan, kandung kemih kuat, mencegah mengompol.
3. Hormon bertumbuh, daya tahan tubuh kuat, tidak akan bungkuk.
4. Mampu mempertahankan dan mengangkat bindu, tidak bocor.
5. Dapat menghasilkan Mahasukha.
6. Menembus Sushumna.
7. Samadhi Mahasukha.
Setelah berhasil dalam Sadhana Anasrava, perlu menekuni Sadhana Kundalini, sebab perlu untuk mentransformasikan Bindu menjadi Prana “Melebur intisari menjadi prana.” , jika hanya menekuni Anasrava namun tidak menekuni pembangkitan Kundalini, tetap masih berpenyakitan, akan timbul masalah. Menurut ilmu kedokteran, jika bindu tidak dipergunakan akan rusak, oleh karena itu kita perlu menggunakan kekuatan api untuk mentransformasikan bindu menjadi uap, kemudian didistribusikan ke semua pembuluh darah, pori-pori dan tulang.
Dharmaraja Liansheng menyimpulkan bahwa penekunan Sadhana Anasrava ada manfaatnya, antara lain dapat menembus Sushumna, prana berkecukupan, tidak mudah jatuh sakit, menghasilkan mahasukha, prana cukup sukha juga cukup, usai Mahasukha dapat dengan mudah memasuki Samadhi, di dalam sukha yang hangat ini, akan menyaksikan terang, setelah menyaksikan terang, kemudian menekuni Metode Melihat Sinar dalam Dzogchen akan lebih mudah berhasil.
Dharmaraja Liansheng telah membeberkan Sadhana Anasrava yang demikian unggul dan berharga, supaya semua umat memperoleh rahasya penekunan Sadhana Dalam, lubuk hati setiap umat dipenuhi rasa syukur , juga penuh dengan Dharmasukha !

Sumber ku dari  : http://padmakumara.wordpress.com/2013/11/05/tips-sadhana-anasravanon-bocor

Sadhana bindu (inti sari Kehidupan)

Sadhana Bindu (inti sari Kehidupan)


Dharmaraja Liansheng melanjutkan pembabaran 9 Tingkat Dzogchen, Sadhana Bindu merupakan Sadhana tertinggi dalam penekunan Sadhana Dalam !
Dalam penekunan Sadhana Dalam Tantrayana, terdapat oleh prana – nadi dan bindu, sedangkan Sadhana Bindu sudah merupakan yang tertinggi dalam sadhana dalam. Sekujur tubuh kita termasuk darah dan hormon merupakan bindu, dan bindu yang paling penting adalah bindu pada Cakra Ajna, yang diwakili oleh aksara HANG ,disebut sebagai Cairan Rembulan Bochicitta, disebut juga Padma berkelopan Seribu.
Pada mulanya Cairan Rembulan Bodhicitta adalah solid, beku, namun dengan pembangkitan kundalini, akan meleburkan Cairan Rembulan Bodhicitta, sehingga bindu dapat menetes ke bawah.
Pembangktian Kundali berfungsi untuk membakar bindu, saat bindu turun mengalir melalui Sushumna, akan menghasilkan Mahasukha ; Saat bindu turun ke Cakra Visuddhi akan menghasilkan semacam sukha yang disebut Sukacita Awal ; Saat bindu turun ke Cakra Anahata akan menghasilkan Sukacita Unggul ; Saat turun ke Cakra Manipura akan menghasilkan Sukacita Yang Melampaui ; saat turun ke Cakra Muladhara akan menghasilkan Sahajananda ( Sukacita Asali ), inilah Empat Sukacita.
Setelah bindu turun, kemudian bindu yang semua dinaikkan, akan timbul Sukha yang lain lagi, pada sukha yang demikian akan timbul anubhava sunyatha, inilah Empat Sunya.
Kemudian Dharmaraja Liansheng Menjelaskan : “Sukha tidak bisa diambil, namun bisa dirasakan melalui ekspresi dan ucapan, oleh karena itu persepsi lah yang membuat Anda bersukacita. Sukha yang umum tidaklah bertahan lama, namun Empat Sukacita dalam Tantrayana melampaui sukacita manusia awam.”
Dengan visualisasi kita juga bisa menghasilkan Sukha, penekunan Tantrayana bisa memperoleh Empat Sukacita dan Empat Sunya, dengan menggunakan prana – nadi dan bindu bersirkulasi naik turun menggesek, dapat menghasilkan Sukha yang bisa bertahan beberapa jam, bahkan bisa bertahan seharian penuh, juga bahkan sukha yang abadi, Sukha ini dapat melampaui semua kerisauan, mampu mematahkan lobha dosha dan moha, sukha yang demikian mudah memasuki Samadhi, dengan melakukan meditasi dalam Sukha tanpa batas , maka dengan mudah akan menyaksikan Sinar Kesunyataan Bindu.
Pembangkitan Kundalini adalah demi Sadhana Bindu , Sushumna merupakan akar dan sumber Mahasukha dan Mahaprabha, Sukha timbul dari gesekan, sukha bukan pada satu tempat saja, tapi pada sekujur tubuh, sekujur tubuh adalah bindu.
Sedangkan yang terutama dalam Sadhana Bindu adalah membuka Lima Cakra, saat semua nadi dan cakra terbuka, bindu akan memasuki semua nadi dan cakra, sehingga semua organ dalam akan harmoni, sekujur tubuh menghasilkan sinar terang.
Sukha yang umum tidak sebanding dengan sukha tertinggi dalam hidup manusia , sedangkan sukha dalam hidup manusia tidak sebanding dengan Sukha yang dihasilkan gesekan pada Sushumna. Sebab saat prana menggesek pada Sushumna, tubuh akan merasa enteng, mudah memasuki samadhi, ini disebut Samadhi Sukha dan Sunya, jika kita menekuni sampai terbukanya Cakra Anahata maka bisa menyaksikan Buddhatta, saat sinar Buddha diri sendiri melebur dengan Sinar Buddha Alam Semesta, berarti mencapai Kebuddhaan.
Dharmaraja Liansheng juga mengajarkan kepada semua bagaimana cara melonggarkan lima cakra :
1. Cakra Ajna : Kedua tangan beranjali, dengan ringan diketukkan ke arah cakra ajna, dapat melonggarkan cakra ajna.
2. Cakra Visuddha : Leher melakukan gerakan memutar perlahan, dapat melonggarkan cakra visuddha.
3. Cakra Anahata : Melakukan push up dapat melonggarkan cakra anahata.
4. Cakra Manipura : Sit-up dapat melonggarkan cakra manipura.
5. Cakra Muladhara : Melatih Zhu jianfa dapat melonggarkan Cakra Muladhara. ( Note : Zhu jianfa hanya dapat ditekuni setelah memperoleh abhiseka dari Dharmaraja Liansheng )
Asalkan caranya tepat, maka semua nadi dan cakra akan terbuka,melalui penekunan yang konsisten, kelak suatu hari nanti pasti akan mengalami Mahasukha ! Setelah memperoleh Mahasukha, tidak akan lagi serakah pada harta, seks, ketenaran, sebab Mahasukha mengungguli semua nafsu keinginan, Mahasukha adalah Lobha yang terbesar . Begitu tiada lagi lobha, maka Anda telah melampaui, segala penderitaan akan sirna, Anda menjadi Suciwan, Anda dapat meraih Siddhi.

Tata cara Pernapasan Botol

Bhadrakumbha Prana (pernapasan Botol)

Kemudian Dharmaraja Liansheng melanjutkan Dharmadesana Dzogchen, serta secara langsung menjelaskan dan memperagakan kiat Bhadrakumbha Prana yaitu : TARIK, PENUH, MENYEBAR dan MELUNCURKAN. Demikianlah langkah-langkahnya :
1. Duduk dalam Tujuh Postur Vairocana.
2. Bervisualisasi di angkasa hadir Kesadaran Tertinggi Semesta berupa cahaya terang.
3. TARIK : Melakukan pernafasan penuh, menarik nafas sampai ke perut dan turun ke Dan-tian. ( Untuk wanita cukup sampai ke cakra hati / Dan-tian tengah )
4. PENUH : Penuh prana dalam Dan-tian, mengetatkan otot anus, ujung lidah disentuhkan langit-langit mulut, menekan tenggorokan.( Prana atas ditekan ke bawah, prana bawah dinaikkan ke atas ) , menahan nafas, menjadi bentuk Bhadrakumbha.
5. MENYEBAR : Menyebar yang pertama adalah prana masuk ke dalam Sushumna ; Menyebar yang kedua adalah prana diarahkan ke semua nadi di sekujur tubuh, bahkan sampai ke pembuluh darah kapiler. ( Pertama kali bisa mulai dari setengah menit, kemudian sampai satu menit, kemudian bisa ditingkatkan ) menahan prana dalam waktu lama, dengan alamiah prana akan memasuki Sushumna, dan dengan sendirinya juga ke sekujur tubuh.
6. MELUNCURKAN : Saat sudah tidak kuat menahan nafas, keluarkan. Langkah pertama adalah terlebih dahulu diarahkan ke ubun-ubun ( Ini merupakan Metode Phowa, namun begitu usnisa terbuka, satu bulan hanya boleh dilatih satu kali, tidak boleh lebih, juga harus bervisualisasi kaki Yidam menginjak dan menutup usnisa sadhaka, jika tidak demikian bisa menyebabkan pendek usia. )Yang kedua, baru mengeluarkannya lewat hidung.
Penekunan Bhadrakumbha Prana termasuk metode olah prana golongan keras, ada efeknya ( ada bahayanya ) , yang harus diperhatikan adalah :
1. Paling tepat dilakukan pagi hari kala perut kosong.
2. Setiap harinya dalam penekunan tidak boleh lebih dari 21 tarikan nafas.
3. Dalam menahan nafas tidak boleh dipaksakan, cukup dengan cara meningkatkan waktu secara bertahap.
4. Hanya menggunakan hidung untuk menghirup dan mengeluarkan nafas, tidak boleh melalui mulut.
5. Jika terlampau banyak menembus ubun-ubun, bisa mengakibatkan pendek usia, setelah usnisa telah terbuka, setiap bulan hanya boleh menembusnya satu kali.
6. Jika menekuninya secara berlebihan, dapat mengakibatkan telinga berdenging, mata merah, mimisan, gusi bengkak, pusing, sakit kepala dan aneka efek samping lainnya, harus menekuninya dengan disesuaikan.
7. Akan timbul fenomena abhijna dan tembus alam roh.
8. Wanita tidak boleh menekuninya saat sedang datang bulan, bisa mengakibatkan pendarahan.
9. Saat sakit, flu, saat kurang fit, samasekali tidak boleh menekuninya.
Dharmaraja Liansheng mengatakan jika penekunan Bhadrakumbha Prana bisa dipadukan dengan Metode Air Dewata, maka manfaat yang diperoleh akan lebih baik lagi, demikianlah tahapan penekunanya :
1. Lidah diputar – putar di garis gigi.
2. Menghasilkan air liur.
3. Menggunakan lidah untuk mengaduk liur menjadi buih.
4. Menelan buih liur.
5. TARIK : Nafas memasuki Dantian.
6. PENUH : Menjadi Bhadrakumbha.
7. MENYEBAR : Sampai ke Sushumna dan sekujur tubuh.
8. MELUNCURKAN : Prana dikeluarkan melalui hidung.
Berikut merupakan manfaat dari penekunan Air Devata yang dipadukan dengan Bhadrakumbha Prana :
1. Bindu ( Hormon ) akan terus tumbuh.
2. Tubuh sehat dan kuat, awet muda, menyehatkan otot dan tulang.
3. Prana asali melimpah, penuh semangat.
4. Prana dan darah akan mengalir lancar tidak terrintangi, menghindarkan dari penyakit pembuluh darah jantung.
5. Usus dan lambung sehat, pencernaan baik.
6. Prana memasuki Sushumna, membuka cakra, dapat menyaksikan sinar gemilang, melihat asap, melihat cahaya terang, pada akhirnya dapat menyaksikan terangnya Buddhatta.
Dharmaraja Liansheng mengatakan bahwa Bhadrakumbha Prana merupakan sarva-guna ; Dapat mencapai Anasrava, dapat membangkitkan Kundalini, dapat menaikkan dan menurunkan bindu, merupakan dasar semua Sadhana Dalam, sangat penting !
Buddha Dharma ada sejati juga ada yang dipalsukan, namun yang diajarkan oleh Dharmaraja Liansheng merupakan yang sejati, bahkan gratis tidak dipungut biaya !
( Note Penterjemah : Sadhana Dalam memerlukan abhiseka sarana dan abhiseka penekunan Sadhana Dalam secara langsung. Penekunannya memerlukan bimbingan Vajra Acarya sejati yang benar-benar menekuninya. Semua syarat ini mutlak diperlukan , jika diabaikan bisa mengakibatkan pelanggaran ketentuan Dharma, hasil yang menyimpang dan bahkan berbagai efek samping yang buruk )

Janji Kurukulla Bhagavati

【 Berita Terbaru TBSN 】23 November 2013 Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu Memimpin Upacara Api Homa Kurukulla Bhagavati, Membabarkan Dzogchen Bagian Akasha.


⓪ Mempersilahkan Anda untuk membaca artikel, bagi yang memiliki akun Facebook , ingatlah untuk klik LIKE bergabung dengan :www.facebook.com/syltbsn
Menyambut Anda semua untuk bergabung dengan Grup Dharmapala Online Zhenfo, klik LIKE untuk membagikan Dharmasukha, klik SHARE untuk melindungi Guru dan Dharma, menyebarluaskan Sadhana Tantra Zhenfo ajaran luhur dan mulia dari Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu ~



【 Liputan Acarya Shi Lian-dian , Nantou 】

Dalam penantian puluhan ribu umat, akhirnya pada tanggal 23 November pukul 1:30 siang ,Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu bersama Gurudara tiba di Taiwan Lei Tseng Temple, begitu Mahaguru dan Gurudara tiba, pembawa acara mengajak sekitar dua puluh ribu umat yang memenuhi arena upacara, aula utama dan Sukhavatisala untuk bersama menyapa : "Salam Sejahtera Mahaguru dan Gurudara."... Empat kelompok siswa di arena bertepuk tangan meriah.

Setelah setengah tahun berlalu, saat Dharmaraja Liansheng melambaikan tangan pada para hadirin, kembali mengundang sorak sorai sukacita yang membahana. Di sepanjang jalan , Dharmaraja Liansheng menerima salam hangat dari para siswa, persembahan bunga dan lain sebagainya, membuat arena dipenuhi keharuan. Usai Dharmaraja Liansheng mempersembahkan dupa di altar utama, kemudian naik ke lantai atas untuk beristirahat, mengadhistana surat-surat dan menangani beberapa urusan aliran.

Para tamu agung yang kali ini hadir di Taiwan Lei Tseng Temple, diantaranya adalah : Dubes Taiwan untuk Dewan Koordinasi Amerika Utara , suami istri Liao Dongzhou ; Sekjen Pemerintah Provinsi Taiwan Bapak Zheng Peifu ; Komisaris Wilayah Nantou, Suami istri Chen Zhiqing ; Anggota Parlemen Kabupaten Nantou, Jian Peilin ; Anggota legislatif Nantou, Xu Zhuangyi ; Ketua Departemen Sosial Pemerintahan Kabupaten Nantou Bpk. Lin Rong-sen ; Ketua Departemen Urusan Sipil Kabupaten Nantou, Wu Yan-ling ; Ketua Departemen Urusan Sipil Kabupaten Nantou Bagian Keagamaan, Zeng Kui-yuan ; Ketua pusat pelayanan pemerintahan Kabupaten Nantou Bpk. Chen Qi-zhao ; Perwakilan anggota partai KMT Kaohsiung Xu Hui-yu ; Anggota Dewan Kota Tainan Cai Wang-quan, dan lai-lain. . .

Pada pukul empat sore, Upacara Api Homa dimulai, perwakilan Taiwan Lei Tseng Temple, Acarya Shi lian-zhe mempersembahkan hatta dan pujana kepada Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu, sebagai tanda penghormatan tertinggi. Usai Upacara Api Homa, terlebih dahulu diadakan prosesi penyerahan dana, Komisaris Wilayah Nantou Bpk. Chen Zhiqing naik ke atas panggung untuk memberikan kata sambutan dan terima kasih kepada Dharmaraja Liansheng Zhenfo Zong yang mendanakan 6000 seragam sukarelawan, sehingga kegiatan Lantern Festival kali ini lebih sempurna

Kemudian, dalam kata sambutan Gurudara Acarya Lian-xiang : Tokoh utama Lantern Festival Bagian Religi di Nantou tahun 2014 mendatang adalah Padmakumara, diharapkan supaya para siswa dari seluruh penjuru dunia dapat turut meramaikannya, supaya Padmakumara dapat menjalin afinitas dengan para insan.

Pada perjalanan Mahaguru kembali ke Taiwan kali ini, hati Gurudara diliputi kebahagiaan, mengharapkan supaya semua dapat berkumpul bersama tiap hari Sabtu di Taiwan Lei Tseng Temple.

Kemudian, tibalah saat yang dinanti-nantikan oleh semua, memohon Dharmadesana Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu . Setelah Dharmaraja Liansheng menghaturkan sembah sujud pada Para Guru Silsilah, memperkenalkan para tamu agung dan memberikan salam dengan berbagai bahasa kepada para umat di arena dan yang menyaksikan secara online.

Dharmaraja Liansheng memperkenalkan Adinata Api Homa Kurukulla Bhagavati kepada para hadirin, dan mengatakan bahwa Adintaa ini merupakan Adinata Maha-vasikarana, memperoleh abhiseka Kurukulla Bhagavati dapat memperoleh keharmonisan sesama manusia, keharmonisan dengan Para Devata, vasikarana Para Buddha, vasikarana Dharmadhatu, memperoleh Mahavasikarana dari umat manusia dan Para Devata.

Kurukulla Bhagavati berwujud gadis muda usia 16 tahun, tangan membawa panah bunga, bijaksaranya adalah HRIH, oleh karena itu Mulabhumi nya adalah Amitabha Buddha.

Dharmaraja Liansheng mengatakan, apakah itu Mahavasikarana ?

Tokoh di dunia politik kelak memiliki kesempatan untuk menjadi presiden, dikarenakan memperoleh penghormatan dan kepercayaan dari rakyat ; Jika berada dalam dunia agama, maka akan mampu mengemban aktifitas Tathagata, menjadi seorang Guru aliran ; Dalam dunia seni peran, akan memiliki fans yang tak terhitung banyaknya . . . . Dalam skala besar meliputi negara dan masyarakat, dalam skala kecil meliputi keluarga, perorangan adalah jodoh pernikahan, pekerjaan dan lain sebagainya, dalam berbagai hal dapat memperoleh kekuatan vasikarana dan keharmonisan yang paling besar.

Sebab Kurukulla Bhagavati mempunyai Empat Ikrar Agung :
1. Ikrar Prthivi : Supaya semua insan memperoleh kesejahterahan.
2. Ikrar Apah : Mencuci semua karmavarana dan sakit penyakit, santika.
3. Ikrar Teja : Menganugerahkan Vasikarana Paripurna pada semua insan.
4. Ikrar Vayu : Kekuatan abhicaruka.

Kekuatan Kurukulla Bhagavati sanggup melakukan santika melindungi negara, disini melimpahkan jasa semoga Taiwan senantiasa aman sejahtera, cuaca berjalan sebagaimana mestinya, perekonomian dapat terus berkembang pesat !

Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu mengumumkan bahwa tahun depan , 8 Februari 2014 di Upacara Agung Musim Semi Taiwan Lei Tseng Temple akan mentransmisikan untuk pertama kalinya, Sadhana Kurukulla Bhagavati Memanah Sepuluh Penjuru.

Kemudian, Dharmaraja Liansheng melanjutkan Dharmadesana mengenai Dzogchen bagian Akasha, menjelaskan makna utama dari Kesunyataan melalui penjabaran "Segala yang berkondisi adalah anitya, segala sesuatu adalah anattman, Nirvana Santam."

Segala benda di dunia ini memiliki sifat yang senantiasa berubah, semuanya tidak kekal, inilah makna mula dari sunya. Dharmaraja mencontohkan diri sendiri, yaitu perubahan yang terjadi sejak kecil sampai dewasa, ada rupa masa kecil, ada rupa masa muda yang rupawan, juga ada rupa usia 70 tahun. . . Tidak ada satupun yang abadi, tidak ada satupun yang bertahan selamanya, semua senantiasa berubah .

Dulu tidak menyangka diri sendiri akan berimigrasi ke Amerika dan dapat berbicara dalam Bahasa Inggris, akhirnya perubahan nasib dan peruntungan, tibalah di Amerika, saat ini juga belajar Bahasa Inggris, ini juga merupakan ketidak kekalan.

Kehidupan manusia sampai pada akhirnya akan masuk ke Sukhavatisala, melangkah masuk ke kematian, semuanya sama, sampai pada akhirnya Anda akan menyadari bahwa tiada yang bisa diperoleh, sama sekali tidak ada satupun yang dapat diperoleh, saat memahami ketidak kekalan, akan mengenali Kesunyataan, dengan demikian akan memahami Batin Asali.

Setelah mencapai realisasi, akan mampu bermanifestasi, dimanapun dapat menuntun insan ; Apa itu aku ? aku juga tiada, Batin Asali sama dengan Buddha, saat itu batin yang tidak menetap akan muncul, tiada yang dibuat, maka muncullah tiada yang diperoleh.

"Tiada yang diperoleh" tidak akan berhasrat memiliki sesuatu, tidak melekati apapun, kondisi batin akan sangat stabil , akan mampu memasuki Samadhi, saat itu mampu melihat segala sesuatu dengan semestinya, Buddhatta akan muncul, saat itu tercerahkan.

Dharmaraja Liansheng juga mendoakan semoga Upacara Agung kali ini dapat menganugerahkan pemenuhan harapan pada semua, segalanya lancar manggala, memperoleh kekuatan Vasikarana teragung. Usai Dharmadesana, semua menyatakan terima kasih yang mendalam dengan memberikan tepuk tangan yang sangat meriah.

Terakhir, Dharmaraja Liansheng berwelas asih menganugerahkan Abhiseka Kurukulla Bhagavati , demikianlah Upacara Api Homa Manggala dan Paripurna !

◎ Mari bookmark page ini www.tbsn.org ,serta page facebook Zhenfo Zong, www.facebook.com/syltbsn,supaya Anda senantiasa bersama Buddha !

Diterjemahkan Oleh Lianhua Shian

Sumber :
http://tbsn.org/chinese2/news.php?id=2969&classid=1