Pages - Menu

Pages

Senin, 09 Juni 2014

Debat Mengenai Buddha Amitabha dan Alam Sukhavati

tidak mungkin ada 2 Sammasambuddha hidup bersamaan dalam 10,000 tata surya, bukan ‘seluruh’… sumbernya dari teks Pali lho… dalam terjemahan Mahasi Sayadaw juga ada. Memang dalam teks Pali tidak disinggung-singgung keberadaan Buddha lain… Karena Buddha Gotama ingin menegaskan bahwa ‘Buddha lah yang tertingi’, tak ada yang lebih tinggi, tak ada yang sebanding dengan Buddha di seluruh alam semesta… Bila Buddha Gotama mengatakan: ‘ah, ada Buddha lain yang sebanding’ maka saddha para mahkluk yang kurang bijaksana akan tergoyahkan. (NB: di zaman itu, para petapa penganut pandangan salah mengaku bahwa mereka juga ‘Buddha’). Namun, kepada para Bodhisattva, Buddha tidak menutup-nutupi karena tidak perlu; Bodhisattva cukup Bijaksana untuk menafsirkan secara benar ucapan Buddha…
Saya pribadi meyakini Buddha Amitabha, dan ini juga bukan tanpa alasan.
Tanah Sukhavati adalah hasil manifestasi tekad Buddha Amitabha. Ini berawal dari masa yang sangat lampau di mana seorang bhikkhu bernama Dharmakara mengucapkan 48 ikrar agung untuk menjadi Buddha Amitabha. lalu 10 kalpa yang lampau Bodhisattva Dharmakara mencapai Kebuddhaan dengan nama Amitayus/Amitabha di tanah Sukhavati.
Amitayus = usia tak terbatas, karena beliau tak pernah tua, selalu muda dan usianya sangat panjang.
Amitabha = cahaya (Maitri Karuna) tak terbatas, karena tubuhnya bercahaya tanpa batas.
Semua Buddha mengajarkan Dharma yang serupa… Buddha Amitabha juga mengajarkan Dharma seperti yang diajarkan Buddha Sakyamuni. Bedanya adalah Beliau memiliki ikatan karma dengan semua mahkluk hidup melalui 48 Ikrar agung. Kenapa ini penting? Buddha Sakyamuni sendiri mengatakan bahwa Beliau tidak dapat menolong mahkluk yang tidak punya ikatan karma/ jodoh dengan-Nya. Sehingga ini adalah peluang tanpa batas bagi semua mahkluk. Atas alasan inilah Buddha Sakyamuni membabarkan Amitabha Sutra, menceritakan tentang Amitabha demi kebaikan semua mahkluk terutama yang tidak berjodoh dengan Buddha Sakyamuni.
Kapan Buddha Amitabha parinirvana? Belum, Beliau masih hidup saat ini… Bila nanti Beliau parinirvana pun, masa tanpa Buddha tidak akan lama. Sebab, Bodhisattva Avalokitesvara, murid-Nya akan segera mencapai Kebuddhaan dan menggantikan Beliau mengajar Dharma. Begitu seterusnya digantikan Bodhisattva lainnya…
Sukhavati berada di sebelah barat dunia Saha melampaui milyaran tanah Buddha. Barat di mana? pakai kompas apa? Arah ini adalah arah alam semesta, bukan arah di bumi, maka kompas Bumi tidak berfungsi. untuk menjelaskannya dalam bahasa kita sekarang ini hampir tidak mungkin, karena manusia bumi belum punya ‘peta alam semesta’.
Jangankan milyaran, satu tanah Buddha lain pun belum mampu kita datangi. Sukhavati bisa dicapai naik apa? Dengan pikiran. Bukankah pikiran kita bisa mengelana ke mana-mana dalam satu kejab… dengan Abhinna pun problemya siapa yang punya Abhinna sehebat itu bisa mengarungi semesta?
Bro para penganut Theravada, kalau sekarang tidak percaya adanya para Buddha dan Bodhisattva bukan masalah besar. Ini juga karma masing2 orang beda. ini juga bukan selalu berart jelek. Malah menegaskan sikap ehipassiko bro sekalian. Para Guru besar Mahayana di masa lampau pun juga tidak begitu saja langsung percaya. Ada juga yang berasal dari Theravada, lalu setelah terjadi peristiwa tertentu menjadi Mahayana.
Sutra-sutra Mahayana umumnya dititipkan pada para dewa dan naga setelah Buddha parinirvana,lalu beberapa ratus tahun kemudian baru muncul lagi setelah waktunya tiba, bagi manusia2 yang sanggup memahaminya mucul di dunia. Memang sulit untuk menjelaskan hal ini, singkat kata, Kekuatan dan Kebijaksanaan Buddha tak terbatas dan sulit dipahami.
Banyak juga mahayanist yang setelah mempelajari Mahayana mencapai Arahat… seperti Arya Bodhidharma, dll. Toh mereka tidak mempermasalahkan malah menyebarluaskan Mahayana.
apakah Amitabha pernah lahir di bumi ini? kalau sebelum menjadi Buddha yah mungkin-mungkin saja…
Menurut mahayana, seorang Buddha bisa beremanasi menjadi mahkluk apapun dan mengembara di semesta sebagai Bodhisattva. Dalam teks pali, Buddha pun pernah beremanasi bahkan menjadi Buddha, yaitu saat mengajar para dewa dan Brahma. Beliau menciptakan tubuh Buddha lain yang datang ke persamuan itu dan melakukan tanya jawab. Juga saat mengajar di Tavatimsa selama 3 bulan, waktu hendak pindapatta Buddha menciptakan tubuh Buddha lagi yang sama persis yang mengajar sama persis. Sungguh Kekuatan Buddha tak terbatas…
Quote:
Originally Posted by dilbert View Post
Tidak disebutkan bahwa para makhluk yang berpikir bahwa beliau yang termulia, tetapi BUDDHA GOTAMA-lah yang mengetahui dengan persis bahwa pada saat tersebut, beliaulah yang termulia. (Tidak interpretatif)
Tentu saja Beliaulah yang mengetahui. Yang saya maksud di sini adalah ‘tujuan’ Beliau mengucapkan hal itu; pastilah bukan untuk sombong-sombongan, tapi ada tujuannya yaitu supaya para mahkluk memuliakan para Buddha. Bila Anda menganggap Buddha menginginkan para mahkluk berpikir, “Buddha Gotama-lah yang Termulia” dan menolak “para Buddha lah yang Termulia”; maka Buddha mengucapkan hal ini dalam konteks “personal” seorang Gotama sedangkan Buddha jelas-jelas sudah menghancurkan belenggu ke-Aku-an dan kesombongan…
Jadi singkatnya, Buddha ingin para mahkluk berpikir ‘para Buddha yang Termulia’; bukan “Buddha Gotama yang Termulia di antara para Buddha.”(mengecilkan Buddha lain)
Quote:
terlalu interpretatif jika mengatakan bahwa saddha para makhluk akan tergoyahkan jika buddha mengatakan ada buddha lain di tempat lain… JELAS JELAS BUDDHA menawarkan jalan untuk bersama sama mencapai KEBUDDHAAN. Jadi jangan di-interpretasi sendiri sendiri. Coba di link ke saya referensi dari MAHASI SAYADAW. Saya Tidak yakin ada teks pali seperti itu.
Yah, interpretasi masing-masing dengan argumen sendiri2…
Quote:
Masalah anda yakin dengan “adanya” Buddha Amitabha adalah pribadi masing-masing. Dan segala embel embel tentang Buddha Amitabha juga tidak dipermasalahkan (jika memang benar benar ada).
of course, bro…
Quote:
Pertanyaan saya yang pertama. Duluan siapa mencapai sammasambuddha, Amitabha atau Sakyamuni ??? Kelihatannya dari “cerita” MAHAYANA, seharusnya Amitabha duluan mencapai sammasambuddha dibandingkan dengan Sakyamuni.
Amitabha lebih dulu menjadi Buddha sekian kalpa yang lampau.
Quote:
Pertanyaan kedua. Jika Dharma semua sammasambuddha itu sama.
Lantas mengapa dunia saha ini masih perlu seorang sammasambuddha, kalau di “dunia sana” sudah ada Amitabha yang sedang menurunkan ajaran. ???
kalau begitu, bro sudah salah paham tentang ulasan saya. dunia Saha ini tentu perlu Buddha karena tidak ada Buddha lain bahkan dalam lingkup 10,000 dunia. walaupun di sukhavati ada Amitabha Buddha, bila Buddha Sakyamuni tidak memberitakan maka tidak ada manusia di dunia Saha yang tahu.
Dalam Mahayana, diyakini bahwa di banyak dunia di galaxi2 lain terdapat para Buddha lainnya, bukan hanya Amitabha…
Quote:
Seharusnya bagi makhluk yang sudah memiliki parami yang besar seperti misalnya Sariputra dkk, dilahirkan saja di tanah sukhawati dan mencapai arahat dibawah Buddha Amitabha.
Semua itu kembali ke para mahkluk tersebut bro. Y.A. Sariputta memang punya tekad dan jodoh karma dengan Buddha Gotama. Sejak banyak kelahiran lampau Sariputta telah bersama sang Bodhisatta (bisa lihat Jataka). kehadiran Beliau juga sangat bermanfaat bagi dunia Saha.
Quote:
Anda yang sudah yakin dengan Amitabha pada saat sekarang ini (mungkin parami anda / karma anda dekat dengan AMITABHA, mengapa tidak dilahirkan di alam sana saja ???) Sudah susah susah lahir di dunia saha ini, dan ngenal ajaran BUDDHA GOTAMA, mana ntar di transfer lagi ke tanah suci sukhawati.
No make sense…..
Nah itu dia bro, kalau parami saya cukup mah kemungkinan besar uda terlahir di sana.. Buat saya pribadi, keinginan lahir di Sukhavati tidak lain karena ingin bertemu Buddha yang masih hidup, belajar Dharma langsung dari seorang Buddha. Juga dikatakan Sukhavati adalah tempat yang sangat kondusif untuk belajar Dharma.
Quote:
Kenapa sutra mahayana harus diambil dari para naga dan dewa… Buddha gotama sudah mengajarkan “semua” yang patut kita terima. Tidak ada ajaran yang disembunyikan. apalagi harus dititipkan ke para dewa dan naga. Dalam pembabaran Dharma di surga TUSITA kepada dewa santushita (ibunda siddharta), Sariputra mengikuti BUDDHA ke surga TUSITA dan menghabiskan vassa di surga tersebut, maka pelajaran ABIDHARMA bisa ada. Semuanya interpretasi bahwa NAGARJUNA mengambil sutra titipan dari alam naga. Setahu saya, NAGARJUNA adalah seorang bhikkhu yang ahli dalam konsep kekosongan. Konsep MAhayana itu adalah konsep kekosongan. Jalur pencapaian kebuddhaan adalah dengan memahami realitas kekosongan. Sehingga jalur MAHAYANA dianggap jalur yang lebih cepat untuk mencapai realitas diri (mencapai kebuddhaan) dibandingkan dengan jalur THERAVADA yang lebih sistematis.
banyak sutra Mahayana yang dalam dan sulit dimengerti, untuk menghindari misinterpretasi yang fatal,maka para Bodhisattva sengaja menyimpan sampai tingkat pemahaman masyarakat luas meningkat(tentu saja dengan belajar dan praktek sesuai ajaran Buddha yang sudah ada…) contohnya saja Avamtasaka Sutra, sutra yang dibabarkan pertama kali, bukan di dunia manusia tapi di dimensi para Bodhisattva. Dalam sutra ini banyak statement yang luar biasa baik secara Dharma maupun pengetahuan ilmiah. Ahli fisika pun akan terkaget-kaget mengenai perumpamaan2 yang sekarang mirip2 fisika kuantum. Orang zaman dulu tentu sulit menerima hal ini.
Zaman dulu, Tipitaka Pali juga tidak sembarang orang bisa baca, tidak seperti sekarang yang disebarkan luas bebas. Dulu peraturan lebih ketat, hanya para bikkhu terpelajar yang bisa mengakses. Tipitaka dipandang sebagai pusaka yang suci, jadi perlu integritas tinggi dan tekad kuat untuk belajar. masyarakat umum belajar Dhamma dari ceramah2 para bikkhu, bukan baca kitab sendiri…
Juga sebagai contoh, di India sekarang sudah tidak ditemukan peninggalan2 litelatur Buddhis, baik Theravada dan Mahayana. Maka dari itu, litelatur2 itu banyak disimpan dewa dan naga untuk menjaga kelestariannya.
Dalam sutra2 Mahayana juga dimulai dengan narasi dari Y.A. Ananda: Evam mayam sutram… Demikianlah yang telah kudengar…
Seperti halnya disebut dalam pitaka Pali bahwa setiap malam Buddha mengajar para dewa, tapi toh banyak sekali yang tidak tercatat dalam pitaka Pali. Buddha mengajarkan Mahayana khusus kepada para Bodhisattva. Seperti juga Buddha sering muncul dihadapan para murid yang sedang berlatih baik dalam tubuh asli ataupun tubuh ciptaan (lihat kisah2 Theragatha), Buddha juga bisa mengajar Bodhisattva dalam Sambhogakaya yang hanya tampak oleh para Bodhisattva. Arya Nagarjuna memang ahli dalam Sunyata, Beliau menyusun filsafat Mahdyamika (Jalan Tengah) yang menjadi salah satu dasar aliran Mahayana sekarang. Jalan Tengah ini menolak dua ekstrim,eksistensi kekal dan nihilisme. Dan salah besar kalau kita meremehkan ajaran Sunyata. Bikkhu Buddhadassa sendiri mengatakan banyak penganut Theravada yang telah melupakan ‘Sunyata’, padahal dalam pitaka Pali pun Buddha menyebutkan pentingnya Sunyata..
Mahayana juga sama seperti Theravada mengatakan bahwa butuh 4 asankeya dan 100 ribu kalpa untuk menjadi Buddha. mungkin Jalur cepat yang Anda maksud adalah Vajrayana…
Sistematika bukan milik Theravada saja, Arya Nagarjuna pun sangat sistematis dan logis. Beliau menulis banyak risalah logika tentang Dharma.
Justru mahayana merinci proses menjadi Buddha dengan adanya tahapan sistematis Dasabhumi, dll.
Mahayana sekarang tampak tidak sistematis karena terjadi kemunduran Buddhasasana. contohnya Mahayana China banyak mengalami penghancuran vihara dan kitab2 beberapa kali oleh beberapa kaisar. Akibatnya terjadi kemunduran sistem pengajaran. Bandingkan dengan Negara2 Buddhis seperti Thailand, Myanmar yang selalu mendukung, akibatnya kelestarian sistem pengajaran Theravada terjaga, bahkan ada Vajrayana di Thailand.
Quote:
Arya Bodhidharma juga seorang yang ahli dalam konsep kekosongan, mengapa ?? Karena bodhidharma adalah sesepuh silsilah Zen INDIA ke-28 (Nagarjuna adalah sesepuh ZEN INDIA ke-13). Apakah Bodhidharma mencapai ARAHAT atau tidak ?? saya no comment. Tetapi sebagai seorang MAHAYANA, bahkan Arya Bodhidharma itu tidak menginterpretasi yang macam macam semacam BUDDHA AMITABHA. Coba cari semua literatur tentang Bodhidharma ataupun tentang ZEN, ada tidak disebutkan tentang pengagungan BUDDHA AMITABHA sedemikian tingginya ??? Mungkin di singgung saja tidak. Aliran ZEN ini bolah saya katakan yang MENCERMINKAN aliran MAHAYANA secara utuh, sedangkan aliran lain seperti aliran sukhawati, aliran tien tai, aliran vinaya secara gradasi mengalami kemunduran kualitas.
Wah, bro coba baca sutra Altar sesepuh Chan China ke-6… ada dibahas sedikit Amitabha. Juga sesepuh Chan ke-5, Hong Ren, seorang praktisi pelafalan mantra dan Amitabha. Bodhidharma mewariskan kitab Lankavatara Sutra kepada Huike. coba bro baca sutra itu. Memang Bodhidharma lebih menekankan praktek meditasi untuk pengalaman langsung. Toh,ironinya Chan adalah aliran yang paling produktif dlm hal litelatur Buddhis dibandingkan aliran lain. tapi adalah salah bila Chan mencerminkan Mahayana secara utuh. Tampak demikian karena banyak sesepuh Chan/Dhyana terutama India adalah juga sesepuh dalam aliran lain. Contohnya Nagarjuna juga merupakan sesepuh dlm Vajrayana, Sukhavati, Tientai… Sama halnya Buddhasasana baiknya dilihat secara menyeluruh dari Theravada, Mahayana, dan Vajrayana; Mahayana baiknya dilihat tidak dari satu sektenya saja.
Misalnya bagaimana seseorang bisa mempraktekan Vipassyana tanpa belajar Dharma terlebih dahulu? dalam Tientai tersusun ajaran Mahayana secara sistematis. dalam Sukhavati, masyarakat diajak mengamalkan Dharma secara praktis. Bukankah banyak orang menganggap agama Buddha tidak praktis, sulit , rumit, dll. Jadi inilah Upaya Kausalya (Pali. Upaya Kosala) dalam pembabaran Dharma. Mungkin kalangan terpelajar seperti bro mengerti Dhamma yang lebih tinggi, tapi bagaimana dengan yang kurang bisa memahami Dhamma yang mendalam? Diajak meditasi, malah orangnya ga nyambung. yah mendingan disuruh melafal Amitabha aja.. kan dalam Theravada juga ada teknik melafal ‘Buddho..’ sebagai latihan awal. Hal ini tidak bisa diremehkan, bisa kita lihat dari kasus Devadatta, saat akan ditelan bumi, dia berkata: Biar bagaimanapun aku hanya berlinding pada Mu, Buddha! dan Buddha mengatakan sebagai akibatnya Devadatta nantinya akan mencapai Paccekabuddha…
Jadi melafal Namo Amitabha Buddha… tiap saat, tentu manfaatnya besar walaupun tidak langsung dalam kehidupan ini berbuah.
Mengenai pengetahuan Dharma, saya rasa bahkan semua agama juga punya problem dalam menggiatkan umatnya rajin baca kitab suci sehingga kualitasnya menurun.
Quote:
Originally Posted by Marcedes
bacalah baik-baik mahasi sayadaw itu…..” karena tidak ada yang mampu menjawab pertanyaan yang akan di keluarkan,maka sang buddha mencoba menggunakan
kekuatan batin nya untuk melihat SELURUH isi ALAM SEMESTA…..tetapi tidak SATU PUN….yang ada MELEBIHI atau MENYAMAI beliau pada saat itu…
maka beliau berkata ” AKULAH YANG TERTUA, AKULAH YANG TERTINGGI,DLL”..tidak 10.000 tata surya loh…lebih lagi….
gw sih sudah baca…tapi buku itu punya seorang bikhu bukan punya gw. jadi menurut text mahasi sayadaw….buddha itu munculnya “SUPER LANGKA”.
masalah buddha amitabha itu cuma kebenaran atau kesalahan yang bersifat konvensional….malas gw bahas….
sampai air liur kering,jari patah,,,juga tidak ada bukti.
tunggulah sampai punya kesaktian baru pergi ke tata-surya lain seperti maha moggalana.
lihatlah sendiri,,,jangan lupa JEPRET..alias FOTO.
Kalau kata2 itu ditelan mentah2 memang begitu. Coba dianalisa, ‘Akulah Yang Tertua.’ Apa maksudnya?
Usia kah? Rasanya diluar jangkauan kita menghitungnya…
Senioritas sebagai Bodhisatta? Buddha gotama menjalani masa pengumpulan paramita selama 4 asankeya dan 100ribu kappa… tapi Metteya sebagai Viriyadhika Bodhisatta, menempuh 16 asankeya 100 ribu kappa… lebih senior/tua siapa hayo? Jelas-jelas Metteya lebih senior 12 asankeya kappa lha… jadi kata-kata ‘Tertua’ tentu dibanding para mahkluk biasa. Saat Buddha mencari apakah ada yang mampu mengajukan pertanyaan yang Beliau inginkan… Jawabannya adalah Tidak ada satu pun yang mampu kecuali Buddha. Ini menunjukan superioritas Buddha, bukan Buddha sebagai pribadi tapi Buddha sebagai seorang Sammasambuddha…
Sama seperti belajar fisika, pertama belajar Mekanika Newton,dll. Lalu Relativitas dan Quantum. Nah, dalam Quantum, seolah-olah teori2 Newton terputarbalikkan… bayangkan bila fisika Quantum dimunculkan di zaman Newton, tentu akan ditolak habis-habisan. Penyebabnya adalah adanya ‘gap’ pengetahuan… Coba saja ajari Quantum pada anak SD, yang pintar sekalipun akan bingung karena terkesan kontradiksi dengan fisika mekanik sederhana yang dipelajarinya.
Sama dengan Mahayana pun sekilas terkesan kontradiksi, tapi pembelajaran setahap demi setahap akan membuka wawasan kita.
Dalam Mahayana memang image Buddha adalah tak terbayangkan, tak terbatas, di luar jangkauan manusia… dengan kesan Sakral dan magis yang kental. agak berbeda dengan pendekatan Theravada yang kesannya bisa menganalisa detail semua pikiran dan tindakan Buddha. Tentu keduanya memiliki fungsi dan tujuan masing-masing. Di mana saat belajar Theravada seseorang diajari menganalisa semua hal dengan menanamkan keyakinan/pandangan bahwa semua hal bisa dianalisa. Kemudian orang itu belajar Mahayana di mana banyak hal di luar jangkauan dan ‘tak masuk akal’ seperti yang bro bilang… Saya melihat justru di sinilah pikiran analitis dan wawasan akan dikembangkan sampai tak terbatas. Ibarat seorang ahli yang tiba-tiba mengerti pepatah: di atas langit masih ada langit… Maka pandangan seseorang akan menjadi fleksibel dan luas.
Di sini juga, saya ingin minta maaf bila tanpa sengaja menyinggung atau sejenisnya. Saya tidak bermaksud menentang aliran tertentu. Mungkin penjelasan saya kurang memuaskan bro, tapi itulah gambaran pandangan saya. Tujuan post ini tentu membela Mahayana. Saya yakin Sutra Mahayana asli ucapan Buddha Sakyamuni, dan ucapan Buddha tentu benar. Tinggal kita yang mengerti atau tidak.
Memang sulit memberi bukti nyata keberadaan para Buddha lain, sebagaimana halnya sulit membuktikan ada bumi-bumi lain kepada ilmuwan. Tapi bukan berarti tidak ada kemungkinan, alam semesta yang demikian luasnya masa hanya ada 1 Buddha… kalau hal itu benar, logikanya Tipitaka Pali tentunya akan mati-matian mempromosikan Jalan Bodhisatta, mendorong sebanyak mungkin orang menjadi Buddha… nyatanya santai-santai aja… mahayana yang mengenal banyak Buddha yang habis-habisan promosi Jalan Bodhisattva karena ‘demand’ (permintaan pasar) akan Buddha sangat tinggi. Bodhisattva Avalokitesvara pun pernah prihatin dengan semesta, Beliau berkata bahwa sungguh sedih melihat dunia… walaupun Beliau sudah habis-habisan menyelamatkan mahkluk hidup, tetap saja seperti tidak ada habis-habisnya…tetap aja masih ada tak terhitung mahkluk dalam samsara…
Inilah Bodhicitta, keinginan kuat mencapai Kebuddhaan atas Mahakaruna kepada semua mahkluk…
sebenarnya daripada berdebat tentang keberadaan Amitabha, adalah lebih bermakna menumbuhkan Bodhicitta dlm diri kita…
Amitabha = sifat Buddha dalam diri kita
Avalokitesvara = sifat Mahakaruna dalam diri kita
Dengan menumbuhkan Bodhicitta, Amitabha dan Avalokitesvara hidup dalam pikiran kita…

6 komentar:

  1. Sekarang ada vihara Sukhavati Prajna di Poris Indah Cipondoh Tangerang, beliau adalah reinkarnasi seorang dewi dari sorga tingkat ke 27 di alam Sukhavati, dalam hal ini bagaimana pendapat anda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amitofo
      Saya mau nanya bukannya, kalau sudah terlahir ke alam Sukhavati kita tidak dapat lahir kembali?Jika sudah terlahir disana kan kita sudah bebas dari terjadinya reinkranasi. Terima kasih Amitofo

      Hapus
    2. Amitofo
      Saya mau nanya bukannya, kalau sudah terlahir ke alam Sukhavati kita tidak dapat lahir kembali?Jika sudah terlahir disana kan kita sudah bebas dari terjadinya reinkranasi. Terima kasih Amitofo

      Hapus
  2. oh iya, ini link ke vihara tersebut: http://viharasukhavatiprajna.blogspot.co.id/2011_04_01_archive.html

    BalasHapus
  3. Kebanyakan berdiskusi dan berdebat apa manfaatnya?
    Prakteklah merupakan kebajikan dan bermanfaat langsung bagi perkembangan sang Jalan.

    BalasHapus
  4. saya mau tanya alam sukhavati apakah termasuk dalam 31 alam yg disabdakan buddha sakyamuni kalau iya yg mana kalau bukan di alam mana itu

    BalasHapus