- Apakah kalo di kweepang dan orang tua pada umur 16 belum mencabut kweepangnya , apakah orang tersebut akan menjadi kurang baik nasibnya ?
- Seseorang di kweepang adalah agar dilindung Oleh Dewa (Shen ) . Dewa tidak membawa kepada keburukan, tetapi selalu membawa kebaikan. jadi tidak ada masalah dicabut atau tidak.
- Seharusnya kita berpikir berkat Dewa selalu baik Maka hidup Akan selalu diberkahi para Dewata
======================================================================
Budaya
semacam kwee pang juga terkadang disebut sebagai ji bai 寄拜 dengan berbagai alasan. Salah satunya ,
si anak ciong dengan keluarganya. Di masa chunqiu , jika si anak terlahir saat
peh cun maka bisa dianggap sebagai pembawa bencana sehingga dititipkan di
keluarga lain. Dalam kasus lain , si anak sering sakit-sakitan dan biasanya
akan dicari dewa pelindung seperti Kwan Im , Kwan Kong dan sebagainya. Dalam
kasus lain , demi mempererat hubungan tali kekerabatan antar dua keluarga.
Kwee pang merupakan salah satu tradisi yang ada dikalangan Tionghoa dan dikenal oleh banyak, tapi tentunya tidak hanya dikalangan Tionghoa saja yang mengenal kwee pang ini. Tradisi kweepang banyak dikenal oleh budaya lain, karena prinsipnya kwee pang adalah merawat anak orang lain dan diperlakukan bagaikan anak kandung atau juga dalam tradisi yang berkaitan dengan kepercayaan orang Tionghoa adalah menyerahkan anak untuk dilindungi oleh dewata tertentu, dimana anak tersebut menjadi anak angkat dewata yang berjodoh.
Mengangkat anak atau meminta anak kita untuk diangkat anak oleh orang lain, dalam khasanah bahasa Tionghoa amat banyak penyebutannya, beberapa diantaranya adalah guofang 過房, jibai 寄拜,guoji 過繼,baiqie 拜契, shouyang 收養, qiyang 乞養, jifang 寄房, baoyang 抱養, jisi 繼嗣. Tradisi inijuga mengandung system control sosial dan juga termasuk jaminan sosial masyarakat yang dilindungi oleh undang-undang kerajaan yang dari dinasti ke dinasti semakin memperkuat posisi anak angkat setara dengan anak kandung.
Tradisi mengangkat anak atau menyerahkan anak untuk dipelihara orang lain memiliki beberapa sebab :
1. Mengharapkan agar anak yang dipelihara oleh orang lain, terutama oleh mereka yang mampu, berkharisma atau terpelajar. Berharap agar anak tersebut bisa mewarisi kemampuan orangtua angkatnya
2. Meneruskan marga atau melanjutkan abu leluhur
3. Membantu mereka yang kesulitan terutama secara ekonomi
4. Terlalu banyak anak
( HUBUNGAN RELASI MANUSIA DENGAN MANUSIA LAIN (1-4))
5. Anak sakit-sakitan, susah diajar
6. Tidak harmonisnya anak sebagai microcosmos dengan keluarga sebagai macrocosmos
Kwee pang merupakan salah satu tradisi yang ada dikalangan Tionghoa dan dikenal oleh banyak, tapi tentunya tidak hanya dikalangan Tionghoa saja yang mengenal kwee pang ini. Tradisi kweepang banyak dikenal oleh budaya lain, karena prinsipnya kwee pang adalah merawat anak orang lain dan diperlakukan bagaikan anak kandung atau juga dalam tradisi yang berkaitan dengan kepercayaan orang Tionghoa adalah menyerahkan anak untuk dilindungi oleh dewata tertentu, dimana anak tersebut menjadi anak angkat dewata yang berjodoh.
Mengangkat anak atau meminta anak kita untuk diangkat anak oleh orang lain, dalam khasanah bahasa Tionghoa amat banyak penyebutannya, beberapa diantaranya adalah guofang 過房, jibai 寄拜,guoji 過繼,baiqie 拜契, shouyang 收養, qiyang 乞養, jifang 寄房, baoyang 抱養, jisi 繼嗣. Tradisi inijuga mengandung system control sosial dan juga termasuk jaminan sosial masyarakat yang dilindungi oleh undang-undang kerajaan yang dari dinasti ke dinasti semakin memperkuat posisi anak angkat setara dengan anak kandung.
Tradisi mengangkat anak atau menyerahkan anak untuk dipelihara orang lain memiliki beberapa sebab :
1. Mengharapkan agar anak yang dipelihara oleh orang lain, terutama oleh mereka yang mampu, berkharisma atau terpelajar. Berharap agar anak tersebut bisa mewarisi kemampuan orangtua angkatnya
2. Meneruskan marga atau melanjutkan abu leluhur
3. Membantu mereka yang kesulitan terutama secara ekonomi
4. Terlalu banyak anak
( HUBUNGAN RELASI MANUSIA DENGAN MANUSIA LAIN (1-4))
5. Anak sakit-sakitan, susah diajar
6. Tidak harmonisnya anak sebagai microcosmos dengan keluarga sebagai macrocosmos
(HUBUNGAN VERTIKAL MANUSIA DENGAN
SHEN(5-6))
Dengan adanya point diatas, maka makna dari penyebutan di atas bisa tidak sama satu sama lainnya. Pada umumnya anak yang diangkat itu, jika diangkat oleh marga yang berbeda ada yang berganti marga dan tidak berganti marga.
Guofang, guoji tidak berganti marga, tapi jibai,baiqie, shouyang, qiyang bisa berganti marga atau tetap tidak berganti marga.
Guofang 過房 sebenarnya memiliki arti : meninggalkan orangtua kandung dan tinggal dikeluarga lain sebagai anak. Tapi keluarga yang ditinggali ini masih memiliki kekerabatan dari leluhur garis ayah. Biasanya mereka yang menikah tapi tidak memiliki anak, atau juga sudah berusia dewasa tapi belum menikah. Karena itu anak yang dipelihara oleh keluarga baru itu memanggil ayah ibu kandungnya menjadi sebutan kekerabatan keluarga, bisa memanggil paman atau bibi 伯伯叔叔 舅舅,伯母叔母舅母阿姨 kepada orangtua kandungnya.Anak yang diangkat ini memiliki hak yang sama seperti anak kandung lainnya ( jika ada ) dan juga dikukuhkan melalui surat pernyataan yang disaksikan oleh keluarga besar atau pemuka desa. Di jaman lampau, di kota yang memiliki administrasi kenegaraan yang penuh, biasanya dicatatkan di kantor pejabat setingkat bupati atau walikota. Tindakan ini untuk menjamin hak anak tersebut. Dan saat orangtua angkatnya meninggal, anak tersebut juga memakai baju berkabung sebagai anak dan melakukan upacara perkabungan selayaknya seperti anak kandung. Umur anak yang diangkat ini tidak ada batasan umur, tapi pada umumnya diangkat pada usia dibawah 10 tahun. Anak ini disebut guofangzi 過房子 atau juga sizi 嗣子.Pengertian yang sama juga berlaku untuk guoji 過繼, menurut Zang Jian 藏健, sebutan guofang ini baru muncul pada masa Song Selatan dan dinasti Yuan, sedangkan istilah guoji baru muncul di masa Song Utara.Tujuannya adalah melanjutkan keturunan dari pihak keluarga yang tidak memiliki anak.
Shouyang 收養 (arti harafiah menerima dan merawat ), istilah ini sudah timbul pada catatan Shiji 史記, karangan Sima Qian, yang memiliki arti dibuang dan dirawat kembali. Biasanya anak yang dianggap membawa bencana,lahir tidak sesuai dengan waktunya, kemudian dibuang kemudian untuk dirawat kembali oleh ibunya.Pada catatan sejarah dinasti Han sudah menyebutkan kasus-kasus di atas, kemudian makna shouyang menjadi luas, menjadi mengangkat para yatim piatu terutama yang masih satu marga, memiliki kekerabatan atau juga satu wilayah.Anak-anak itu disebut yangzi 養子.Pada masa Jin, terjadi permasalahan, apakah anak angkat memiliki hak yang sama dengan anak kandung, permasalahan ini tercatat dalam Tongdian 通典 yang menceritakan istri He Qiao 賀喬 yang bermarga Yu 于, karena tidak memiliki keturunan, mertuanya dan iparnya yang bernama HeQun 賀群 kasihan pada kondisinya, kemudian memberikan anak He Qun untuk dirawat sebagai anaknya sendiri. Kemudian ternyata selir dari suaminya memberikan keturunan. Karena ituanak angkatnya diminta untuk dikembalikan kepada ibu kandungnya, Yu kemudian mengadukan masalah ini dan menjadi polemic hukum. Salah satu alasan Yu adalah, memberikan anak kepada suami istri itu adalah sebagai penerus keturunan dan merawat 20 tahun adalah memiliki ikatan batin yang kuat dan perasaannya sebagai ibu yang merawat anak itu bagaikan anak kandungnya.Pada masa dinasti Tang, posisi anak angkat ( pungut ) yang berbeda marga diperbolehkan sebagai penerus marga dengan syarat dibawah umur tiga tahun dan dibuang oleh orangtuanya,yang mana pada masa itu hanya para bangsawan dan pejabat saja yang sanggup dan boleh melakukan hal itu. Tapi perlahan-lahan, jaman Song, rakyat jelata boleh shouyang untuk meneruskan marga dan disebut jisi 繼嗣, anaknya disebut sizi嗣子. Inilah yang menjadi cikal bakal apa yang kita kenal sekarang dengan sebutan guoji 過繼atau guofang 過房.Kebiasaan membuat anak angkat menjadi budak lebih dipengaruhi oleh tradisi orang Mongol dan Nvzhen 女貞 pada masa itu yang menganggap anak angkat ( pungut ) setara budak. Jika shouyang bisa pada orang yang tidak memiliki hubungan darah, maka baoyang 抱養 itu digunakan kepada orang yang memiliki hubungan darah.Shouyang ditujukan kepada anak yang secara ekonomi tidak mampu, perbedaan umur yang besar dengan orangtua angkat, yatim piatu.
Baiqi 拜契, ini bisa diartikan adalah mengangkat saudara atau juga mengangkat orang lain menjadi orangtua angkat, selain manusia juga digunakan untuk dewata. Arti kata qie ini bukanlah kontrak atau jual beli tapi suatu ikatan yang terkait dengan kasih saying dan ketulusan. Karena ada yang mengganggap bahwa baiqie ini adalah kontrak jual beli dengan membakar kertas doa.Anaknya disebut qizi 契子.
Qiyang 乞養, memiliki beberapa arti, antara lain adalah meletakkan jabatan agar bisa merawat orangtua,memohon untuk merawat yang lanjut usia dan mengangkat anak yang tidak memiliki hubungan darah. Dalam sejarah Tiongkok, banyak kasim yang mengangkat anak dan disebut minglingzi 螟蛉子 ( 螟蛉 sejenis serangga berwarna hijau ).
Guoji 過繼 ini tidak melulu harus diangkat oleh orang hidup, bisa juga oleh yang sudah meninggal dengan persetujuan keluarga yang mengangkat maupun orangtua kandung. Dimana anak angkat itu memiliki kewajiban merawat altar orangtua angkatnya dan selalu menghormatinya sesuai dengan tradisi yang berlaku dan memiliki hak waris. Hal ini terjadi pada kaisar dinasti Qing, dimana pangeran Chun 醇親王 menyerahkan anaknya Zai Tian載湉 menjadi anak dari kaisar Xianfeng almarhum 咸豐皇帝dan anaknya itu naik tahta menjadi kaisar 宣統皇帝.
Banyak terjadinya adopsi, lebih karena ingin mencari penerus marga, selain menjadi penerus marga juga sebagai jaminan sosial akan hari tua, selain itu juga membantu mereka yang berkekurangan agar bisa lepas dari beban memelihara anak atau merawat yang kurang mampu. Banyak yang mengangkat anak itu dari anak yang kurang mampu dan juga orang tua yang menyerahkan anaknya juga kepada orang yang lebih mampu. Agar anak tersebut mendapat perlindungan dan kepastian hukum dari tindakan sewenang-wenang, biasanya dibuat surat pernyataan dari pihak orang tua kandung dan juga orang tua angkatnya dengan saksi para tetua atau juga mendaftarkannya di kantor pejabat kerajaan setempat dan mengukuhkan posisi anak angkat itu setara dengan anak kandung. Yang mana tujuan utamanya adalah menghindari juefang 絕房 atau putusnya keturunan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh ujar Meng Zi bahwa "不孝有三無後為大"yang berarti "tidak berbakti ada tiga, tidak memiliki keturunan yang terbesar". Hal ini lebih terkait pada system keluarga yang menjadi basis masyarakat, dimana keluarga itu wajib memiliki keturunan sebagai suatu system sosial masyarakat agar bisa berkembang dan tidak terputus warisan pengetahuan maupun warisan budaya.
Hal penting yang patut digaris-bawahi adalah system pengangkatan anak ini juga bertujuan melindungi istri yang sah dari perlakuan suami yang bisa menceraikan istri dengan alasan tidak memiliki keturunan atau dengan sewenang-wenang mengangkat gundik. Perlu diketahui sebenarnya proses pengangkatan gundik juga tidak mudah, salah satu syaratnya adalah disetujui dan dipilih oleh istri yang sah dan gundik itu statusnya akan tetap lebih rendah daripada istri yang sah. Lagipula sejak jaman dinasti Zhou adanya larangan untuk rakyat jelata memelihara gundik atau beristri lebih dari satu.
Tapi dalam beberapa kasus, pengangkatan anak dari saudara yang memiliki garis darah yang sama adalah demi menjaga kekuasaan atau harta tidak keluar atau berpindah ke marga atau clan yang lain.
Dengan adanya point diatas, maka makna dari penyebutan di atas bisa tidak sama satu sama lainnya. Pada umumnya anak yang diangkat itu, jika diangkat oleh marga yang berbeda ada yang berganti marga dan tidak berganti marga.
Guofang, guoji tidak berganti marga, tapi jibai,baiqie, shouyang, qiyang bisa berganti marga atau tetap tidak berganti marga.
Guofang 過房 sebenarnya memiliki arti : meninggalkan orangtua kandung dan tinggal dikeluarga lain sebagai anak. Tapi keluarga yang ditinggali ini masih memiliki kekerabatan dari leluhur garis ayah. Biasanya mereka yang menikah tapi tidak memiliki anak, atau juga sudah berusia dewasa tapi belum menikah. Karena itu anak yang dipelihara oleh keluarga baru itu memanggil ayah ibu kandungnya menjadi sebutan kekerabatan keluarga, bisa memanggil paman atau bibi 伯伯叔叔 舅舅,伯母叔母舅母阿姨 kepada orangtua kandungnya.Anak yang diangkat ini memiliki hak yang sama seperti anak kandung lainnya ( jika ada ) dan juga dikukuhkan melalui surat pernyataan yang disaksikan oleh keluarga besar atau pemuka desa. Di jaman lampau, di kota yang memiliki administrasi kenegaraan yang penuh, biasanya dicatatkan di kantor pejabat setingkat bupati atau walikota. Tindakan ini untuk menjamin hak anak tersebut. Dan saat orangtua angkatnya meninggal, anak tersebut juga memakai baju berkabung sebagai anak dan melakukan upacara perkabungan selayaknya seperti anak kandung. Umur anak yang diangkat ini tidak ada batasan umur, tapi pada umumnya diangkat pada usia dibawah 10 tahun. Anak ini disebut guofangzi 過房子 atau juga sizi 嗣子.Pengertian yang sama juga berlaku untuk guoji 過繼, menurut Zang Jian 藏健, sebutan guofang ini baru muncul pada masa Song Selatan dan dinasti Yuan, sedangkan istilah guoji baru muncul di masa Song Utara.Tujuannya adalah melanjutkan keturunan dari pihak keluarga yang tidak memiliki anak.
Shouyang 收養 (arti harafiah menerima dan merawat ), istilah ini sudah timbul pada catatan Shiji 史記, karangan Sima Qian, yang memiliki arti dibuang dan dirawat kembali. Biasanya anak yang dianggap membawa bencana,lahir tidak sesuai dengan waktunya, kemudian dibuang kemudian untuk dirawat kembali oleh ibunya.Pada catatan sejarah dinasti Han sudah menyebutkan kasus-kasus di atas, kemudian makna shouyang menjadi luas, menjadi mengangkat para yatim piatu terutama yang masih satu marga, memiliki kekerabatan atau juga satu wilayah.Anak-anak itu disebut yangzi 養子.Pada masa Jin, terjadi permasalahan, apakah anak angkat memiliki hak yang sama dengan anak kandung, permasalahan ini tercatat dalam Tongdian 通典 yang menceritakan istri He Qiao 賀喬 yang bermarga Yu 于, karena tidak memiliki keturunan, mertuanya dan iparnya yang bernama HeQun 賀群 kasihan pada kondisinya, kemudian memberikan anak He Qun untuk dirawat sebagai anaknya sendiri. Kemudian ternyata selir dari suaminya memberikan keturunan. Karena ituanak angkatnya diminta untuk dikembalikan kepada ibu kandungnya, Yu kemudian mengadukan masalah ini dan menjadi polemic hukum. Salah satu alasan Yu adalah, memberikan anak kepada suami istri itu adalah sebagai penerus keturunan dan merawat 20 tahun adalah memiliki ikatan batin yang kuat dan perasaannya sebagai ibu yang merawat anak itu bagaikan anak kandungnya.Pada masa dinasti Tang, posisi anak angkat ( pungut ) yang berbeda marga diperbolehkan sebagai penerus marga dengan syarat dibawah umur tiga tahun dan dibuang oleh orangtuanya,yang mana pada masa itu hanya para bangsawan dan pejabat saja yang sanggup dan boleh melakukan hal itu. Tapi perlahan-lahan, jaman Song, rakyat jelata boleh shouyang untuk meneruskan marga dan disebut jisi 繼嗣, anaknya disebut sizi嗣子. Inilah yang menjadi cikal bakal apa yang kita kenal sekarang dengan sebutan guoji 過繼atau guofang 過房.Kebiasaan membuat anak angkat menjadi budak lebih dipengaruhi oleh tradisi orang Mongol dan Nvzhen 女貞 pada masa itu yang menganggap anak angkat ( pungut ) setara budak. Jika shouyang bisa pada orang yang tidak memiliki hubungan darah, maka baoyang 抱養 itu digunakan kepada orang yang memiliki hubungan darah.Shouyang ditujukan kepada anak yang secara ekonomi tidak mampu, perbedaan umur yang besar dengan orangtua angkat, yatim piatu.
Baiqi 拜契, ini bisa diartikan adalah mengangkat saudara atau juga mengangkat orang lain menjadi orangtua angkat, selain manusia juga digunakan untuk dewata. Arti kata qie ini bukanlah kontrak atau jual beli tapi suatu ikatan yang terkait dengan kasih saying dan ketulusan. Karena ada yang mengganggap bahwa baiqie ini adalah kontrak jual beli dengan membakar kertas doa.Anaknya disebut qizi 契子.
Qiyang 乞養, memiliki beberapa arti, antara lain adalah meletakkan jabatan agar bisa merawat orangtua,memohon untuk merawat yang lanjut usia dan mengangkat anak yang tidak memiliki hubungan darah. Dalam sejarah Tiongkok, banyak kasim yang mengangkat anak dan disebut minglingzi 螟蛉子 ( 螟蛉 sejenis serangga berwarna hijau ).
Guoji 過繼 ini tidak melulu harus diangkat oleh orang hidup, bisa juga oleh yang sudah meninggal dengan persetujuan keluarga yang mengangkat maupun orangtua kandung. Dimana anak angkat itu memiliki kewajiban merawat altar orangtua angkatnya dan selalu menghormatinya sesuai dengan tradisi yang berlaku dan memiliki hak waris. Hal ini terjadi pada kaisar dinasti Qing, dimana pangeran Chun 醇親王 menyerahkan anaknya Zai Tian載湉 menjadi anak dari kaisar Xianfeng almarhum 咸豐皇帝dan anaknya itu naik tahta menjadi kaisar 宣統皇帝.
Banyak terjadinya adopsi, lebih karena ingin mencari penerus marga, selain menjadi penerus marga juga sebagai jaminan sosial akan hari tua, selain itu juga membantu mereka yang berkekurangan agar bisa lepas dari beban memelihara anak atau merawat yang kurang mampu. Banyak yang mengangkat anak itu dari anak yang kurang mampu dan juga orang tua yang menyerahkan anaknya juga kepada orang yang lebih mampu. Agar anak tersebut mendapat perlindungan dan kepastian hukum dari tindakan sewenang-wenang, biasanya dibuat surat pernyataan dari pihak orang tua kandung dan juga orang tua angkatnya dengan saksi para tetua atau juga mendaftarkannya di kantor pejabat kerajaan setempat dan mengukuhkan posisi anak angkat itu setara dengan anak kandung. Yang mana tujuan utamanya adalah menghindari juefang 絕房 atau putusnya keturunan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh ujar Meng Zi bahwa "不孝有三無後為大"yang berarti "tidak berbakti ada tiga, tidak memiliki keturunan yang terbesar". Hal ini lebih terkait pada system keluarga yang menjadi basis masyarakat, dimana keluarga itu wajib memiliki keturunan sebagai suatu system sosial masyarakat agar bisa berkembang dan tidak terputus warisan pengetahuan maupun warisan budaya.
Hal penting yang patut digaris-bawahi adalah system pengangkatan anak ini juga bertujuan melindungi istri yang sah dari perlakuan suami yang bisa menceraikan istri dengan alasan tidak memiliki keturunan atau dengan sewenang-wenang mengangkat gundik. Perlu diketahui sebenarnya proses pengangkatan gundik juga tidak mudah, salah satu syaratnya adalah disetujui dan dipilih oleh istri yang sah dan gundik itu statusnya akan tetap lebih rendah daripada istri yang sah. Lagipula sejak jaman dinasti Zhou adanya larangan untuk rakyat jelata memelihara gundik atau beristri lebih dari satu.
Tapi dalam beberapa kasus, pengangkatan anak dari saudara yang memiliki garis darah yang sama adalah demi menjaga kekuasaan atau harta tidak keluar atau berpindah ke marga atau clan yang lain.
Jika point 1 sampai 4 yang menjadi penyebab umum terjadinya kweepang dan lebih kearah hubungan horizontal antar manusia. Maka point ke 5 dan ke 6 ini amat menarik (Anak sakit-sakitan, susah diajar.Tidak harmonisnya anak sebagai microcosmos dengan keluarga sebagai macrocosmos.)
Sesungguhnya hubungan yang terjadi bisa hubungan horizontal dan vertical, dimana yang perlu ditekankan adalah factor harmonisasi, keteraturan, menghindari masalah yang mungkin bisa terjadi dan juga factor perlindungan.
Kenapa bisa ada permohonan perlindungan kepada para dewata ? Ini merupakan satu pertanyaan yang menarik dan perlu diketahui latar belakang yang mendasari masalah ini.
Sebelum membahas hubungan vertical dan point ke empat dan ke lima, perlu sikap arif dalam
Sebenarnya perlu kita ketahui bahwa dari cerita-cerita mitologi orang Tionghoa dan banyak tradisi serta ritual yang menyertai kehidupan mereka, menandakan semangat yang pantang menyerah serta melakukan upaya harmonisasi dalam menghadapi hidup yang tidak pasti, walau mereka juga mempercayai takdir dan nasib tapi tidak ada kata menyerah dalam hidupnya, intinya adalah berusaha semaksimal mungkin dengan berbagai upaya yang bisa dilakukan, tidak menyerahkan hidup begitu saja termasuk juga terhadap maut.
Perlu kita ketahui bahwa kehidupan manusia selalu tidak pasti dan ada masa-masa bahaya yang menimpa kehidupan manusia ini. Misalnya saja pada kehamilan atau 妊娠 renshen, yang mana dalam pengertian budaya Tionghoa, yang dimaksud renshen sebenarnya adalah proses kehamilan dan dalam budaya Tionghoa, satu renshen adalah satu bulan yang berjumlah 28 hari, proses perkembangan janin menjadi matang pada saat 10 bulan atau 280 hari, ini yang membedakan dengan pandangan barat yang mengacu pada 9 bulan 10 hari dengan budaya Tionghoa yang berjumlah 10 bulan.
Salah satu cara mengatasi hal yang tidak pasti dan bahaya itu adalah dengan meminta perlindungan anak kepada mahluk adikodrati(SHEN) dan biasa dilakukan di kelenteng-kelenteng.Selain itu adalah rasa psikologis terutama berkaitan dengan xiaoer guansha 小兒關煞
Apa yang dimaksud mahluk adikodrati secara umum disebut dewa dan dewa dalam pengertian budaya Tionghoa tidak selalu harus mahluk dari langit atau juga mahluk yang sudah ada sebelum manusia, tapi lebih banyak adalah mereka yang pernah hidup di dunia dan mengabdikan diri mereka dengan memberikan sumbangsih positif bagi masyarakat dalam berbagai bentuk dan ketika meninggal mereka menjadi dewa. Sebutan untuk dewa-dewi mereka juga banyak yang berupa panggilan kekerabatan, seperti misalnya nenek, kakek, nyonya. Sebagai contoh adalah Mazu 媽祖 yang merujuk kepada Lin Moniang 林默娘 atau Guan Gong 關公 yang panggilan akrab untuk Guan Yu 關羽.
Masyarakat di pesisir Fujian dan Guangdong banyak yang mempercayai bahwa Chen Jinggu 陳靖姑 ( 臨水夫人 ) adalah pelindung anak hingga memasuki usia dewasa.Selain itu adalah Zhusheng niang-niang 註生娘娘, yang salah satunya adalah Bixia Yuanjun 碧霞元君 atau Wei Huacun 魏華存. Karena itu banyak dihormati, terutama di Taiwan, oleh para orang tua serta banyak anak-anak yang sejak kecil meminta perlindungan yang ritualnya memiliki kemiripan dengan kweepang dewa lainnya.
Guofang atau kweepang di masyarakat Indonesia sering digunakan untuk mereka yang diangkat anak oleh manusia maupun dewa. Penyebabnya seperti yang dituliskan adalah butir ke lima dan ke enam.Pengangkatan anak kepada dewa tidak selalu harus dilakukan jika anak sakit, karena pada umumnya jika anak sakit maka pihak keluarga akan mengundang tabib, jika tidak bisa disembuhkan oleh tabib, biasanya diundang orang "pintar", baik sebagai medium ataupun ahli menghitung tanggal lahir dan bentuk fisik ( membaca garis tangan ataupun raut muka ).
yang mana akan banyak unsur perhitungan atau
ramalan, perlu kita ketahui bahwa salah satu fungsi ramalan itu adalah suatu
upaya mencari keteraturan alam. Menafsir atau meramal itu dikenal dalam semua
kebudayaan dan mengandung unsur kebijaksanaan ( profetik ). Hasil ramalan tidak
selalu baik, unsur enak dan tidak enak harus diterima. Dalam budaya Tionghoa
itu mengenal banyak metode untuk mengubah atau memiliki cara-cara untuk
mengatasi tidak enak itu. Manusia saat menatap masa depan, selalu memiliki
kecemasan dan harapan, citra dan idealitas. Begitu pula orang tua yang selalu
memiliki kecemasan dan harapan akan masa depan anak itu.
Perlu juga kita garisbawahi bahwa persentase anak untuk memasuki jenjang
dewasa pada masa lampau itu kecil, tidak seperti sekarang ini. Dan bagi anak
yang menderita penyakit, harapan dilimpahkan kepada para dewa untuk mengatasi
rasa cemas orang tua. Dus bukan berarti tahayul, tapi sudah memasuki ranah
belief system dari kepercayaan orang Tionghoa. Dan belief system ini berjalan
ribuan tahun yang bertujuan menjaga keteraturan atau mencari keteraturan itu sendiri
yang merupakan system simbolik.System simbolik adalah mediasi antara tataran abstraksi dan ekspresi dalam hidup, yang memiliki 3 bagian yaitu domain ekspresi, system simbolik dan domain abstraksi ( konseptual atau metafisik ).
Proses untuk diangkat menjadi anak angkat dewata juga tidak selalu harus berdasarkan hasil peramalan,bisa juga karena ingin anaknya bisa tumbuh sehat dan memasuki jenjang dewasa dengan selamat, anaknya bisa menjadi anak yang berahlak mulia, karena sakit-sakitan melulu.
Anak bisa diangkat menjadi anak angkat dewa dengan ramalan, salah satu alasan adalah adanya ketidak harmonisan bazi atau 8 aksara yang menjadi 4 pilar, salah satu basis utama ilmu peramalan Tiongkok. Yangperlu diketahui bahwa system bazi ini lahir pada masa jaman Song dengan nama Ziping Bazixue 子平八字學 oleh Xu Ziping 徐子平 yang berbasiskan tiangan dan dizhi 天干地支, yinyang 陰陽 dan lima unsur hubungan 五行. Sistem perhitungan yang amat kompleks dan biasanya mereka yang mengalami ketidakseimbangan itu tidak melulu harus diangkat anak oleh dewata, bisa juga dicari pasutri yang unsurnya bisa menambah atau menguatkan kelemahan dari unsur anak itu, mencari posisi shensha 神煞 yang ideal bagi anak atau juga demi keharmonisan keluarga besar. Selain hal ini, juga sering digunakan terhadap anak gadis yang memiliki garis tangan putus 斷掌 atau yang bisa dikatakan adalah tipe wanita yang mandiri dan berkarakter keras. Ada pula untuk menghindari xiaer guansha 小兒關煞 yang bisa dilihat di tongshu 通書. Dimana xiaoer guansha adalah proses alami yang dialami anak hingga mencapai usia dewasa.
Pada umumnya system anak angkat dengan dewata ini hanya berlaku hingga umur 16 tahun atau memasuki usia 21 tahun, bisa juga saat menikah. Selewat itu, anak dianggap berhasil melewati kondisi berbahaya dan berhasil selamat memasuki usia dewasa dan hubungan itu terputus seketika. Ini terkait dengan ritual akil balig dan ritual dewasa.
Perlu diketahui bahwa ritual yang dilakukan oleh para anak-anak itu dilakukan dua kali, yang pertama adalah saat memasuki usia 12-14 tahun dan kemudian memasuki 16-21 tahun atau juga saat menikah , upacara itu juga tetap dilakukan, sebagai perlambang dewasa.
SUMBER:
http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/495-tentang-budaya-kwee-pang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar