DOU MU DAN JIU HUANG YE
Dou Mu atau Bunda Gantang adalah
Dewi dari Bintang Utara, Dewi ini dipuja bersama-sama oleh kaum Buddhist dan
Taoist. Menurut E.T.C. Werner dalam bukunya "Myths and legends of China", Dou Mu sebetulnya adalah berasal
dari Marici, seorang dewa dari India,
yang kemudian dimasukkan ke dalam khasanah kedewaan kaum Taoist. Kedudukannya
di dalam Daoisme kira-kira setara dengan
Guan Yin dalam Buddhisme.
Di dalam legenda dikatakan bahwa
Dou Mu dilahirkan di Mo-li-che, kawasan Langit Barat, di negeri Tian-zhu (yaitu
India).
Setelah memperdalam pengetahuannya ten tang rahasia alam semesta, seluruh tubuhnya
diliputi sinar sorgawi, dan ia dapat terbang dari rembulan ke matahari dan
melayang-layang di atas lautan.
Ia selalu memperlihatkan wataknya
yang welas-asih kepada umat manusia. Kemudian ia menikah dengan raja dari
Zhou-yu, Zhen Zu Zong, di kawasan sebelah utara, karena raja ini sangat
mengagumi budi-pekertinya.
Dari perkawinan ini, Dou Mu
melahirkan 9 orang putra. Ke 9 orang putra Dou Mu ini kemudian dikenal dengan
sebutan Jiu Huang Ye (Kiu Hong Ya - Hokkian) yang berarti "9 Maharaja
Dewa". Yuan Shi Tian Zun (Goan Si Thian Cun — Hokkian) lalu mengundang
mereka sekeluarga untuk menikmati kegembiraan di Sorga. Oleh Yuan Shi,
Dou Mu ditempatkan di istana DouShu
(yang berarti Poros Kutub). Dinamakan begitu karena semua bintang-bintang
berputar di sekelilingnya. Kesembilan putranya yang tinggal di istananya
masing-masing di bintang-bintang sekelilingnya.
Dou Mu ditampilkan dengan memakai topi Buddha,
duduk di atas bunga teratai, bertangan delapan dan berkepala tiga. Para pemujanya biasanya berpantang makan barang berjiwa
pada tiap tanggal 3 dan 27 setiap bulan, untuk memohon keselamatan dan panjang
umur. Seperti juga Guan Yin dan Tian Hou (Tian Shang Sheng Mu), mulanya
dianggap Dewa Pelindung Lautan. Dou Mu seperti juga Guan Yin selalu memberikan
perlindungan pada para pelaut. Utara di dalam Taoisme sering dikaitkan dengan
unsur "air", dan merupakan lambang kehidupan dan kematian yang erat
hubungannya dengan umat manusia.
Kesembilan putra Dou Mu secara
umum disebut Jiu Huang Ye atau Jiu Huang Da Di (Kiu Hong Tay Tee - Hokkian)
yang berarti Sembilan Dewa Maharaja. Jiu Huang Ye dianggap sebagai dewa-dewa
yang menguasai nasib manusia. Mereka itu adalah: Tian Ying, Tian Ren, Tian Zhu,
Tian Qin, Tian Fu, Tian Chong, Tian Rui dan Tian Peng. Setelah diangkat
kelangit bersama-sama dengan ibunya, Dou Mu, mereka menguasai 9 planet yang
mengeliling matahari dalam tata-surya kita ini, merupakan lambang kosmologi
keberadaan dunia kita (Makrokosmos) dan 9 liang pada tubuh manusia yang
merupakan lambang ontologi keberadaaan manusia (mikrokosmos).
Jiu Huang Ye |
Di dalam kelenteng-kelenteng,
biasanya Jiu Huang Ye ditampilkan hanya dalam bentuk sebuah "papan
arwah". Papan ini melambangkan Jiu Huang Ye sebagai satu dewa, yang
didalamnya terdiri dari ke-satuan sembilan dewa. Tapi pihak lain ada juga yang
beranggapan bahwa papan itu mewakili 9 dewa, walaupun hanya seorang dewa saja
yang hadir tiap kali.
Dou Mu dan Jiu Huang Ye ini
kelihatannya merupakan satu kesatuan pemujaan. Dou Mu sering dianggap sebagai
perwujudan dari Jiu Huang Da Di, ini terlihat dari gelarnya yaitu Nan-dou
Bei-dou Dou Mu Tian Zun (Dou Mu dari Bintang Gantang Utara dan Selatan yang
memperoleh kehormatan sorgawi). Jiu Huang Da Di mewujudkan diri sebagai Nan-dou
(Gantang Selatan) yang mengendalikan kehidupan dan Bei-dou (Gantang Utara) yang
mengendalikan kematian. Di dalam beberapa kelenteng Dou Mu disebut dengan gelar
Wu Dou Tian Zun (Lima bintang gantang yang memperoleh kehormatan surgawi),
altar pemujaannya mewakili Dou Mu sebagai Zhong Dou (Bintang Gantang Tengah)
yang dikelilingi Dong Dou (Bintang Gantang Timur) Nan Dou (Bintang Gantang
Selatan), Xi Dou (Bintang Gantang Barat) dan Bei Dou (Bintang Gantang Utara).
Pemujaan terhadap Dou Mu dan Jiu
Huang Ye ini bermula dari propinsi Fujian, kemudian berkembang ke
Yunnan, lalu
menyeberangi perbatasan masuk ke Muangthai terus ke semenanjung Malaya
dan
Singapura. Upacara peringatan tahunan untuk menghormat Jiu Huang Ye yang
jatuh
pada tanggal 9 bulan 9 Imlik; dirayakan secara meriah di
kelenteng-kelenteng Malaya dan Singapura. Di Kuala Lumpur, perayaan
terpusat
di kelenteng Nan Tian Gong, yang terletak di desa Ampang. Perayaan di
sini yang
terbesar di Malaysia, diikuti
tidak hanya oleh para keturunan Tionghoa dari berbagai tempat, juga oleh
penduduk Melayu dan keturunan India.
Konon kelenteng di Ampang ini menyimpan
segulung kitab suci Jiu Huang Ye yang dibawa dari Tiongkok oleh seorang pemuda
bernama Lin Ying ke Malaysia
pada saat negeri itu sedang dilanda wabah penyakit.
Di seluruh Malaysia
terdapat tidak kurang dari tiga puluh buah kelenteng yang khusus memuja Jiu
Huang Ye.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar