Pages - Menu

Pages

Minggu, 15 Maret 2015

DOU MU DAN JIU HUANG YE

DOU MU DAN JIU HUANG YE
Dou Mu atau Bunda Gantang adalah Dewi dari Bintang Utara, Dewi ini dipuja bersama-sama oleh kaum Buddhist dan Taoist. Menurut E.T.C. Werner dalam bukunya "Myths and legends of China", Dou Mu sebetulnya adalah berasal dari Marici, seorang dewa dari India, yang kemudian dimasukkan ke dalam khasanah kedewaan kaum Taoist. Kedudukannya di dalam Daoisme kira-kira setara dengan
Guan Yin dalam Buddhisme.

Di dalam legenda dikatakan bahwa Dou Mu dilahirkan di Mo-li-che, kawasan Langit Barat, di negeri Tian-zhu (yaitu India). Setelah memperdalam pengetahuannya ten tang rahasia alam semesta, seluruh tubuhnya diliputi sinar sorgawi, dan ia dapat terbang dari rembulan ke matahari dan melayang-layang di atas lautan.

Ia selalu memperlihatkan wataknya yang welas-asih kepada umat manusia. Kemudian ia menikah dengan raja dari Zhou-yu, Zhen Zu Zong, di kawasan sebelah utara, karena raja ini sangat mengagumi budi-pekertinya.
Dari perkawinan ini, Dou Mu melahirkan 9 orang putra. Ke 9 orang putra Dou Mu ini kemudian dikenal dengan sebutan Jiu Huang Ye (Kiu Hong Ya - Hokkian) yang berarti "9 Maharaja Dewa". Yuan Shi Tian Zun (Goan Si Thian Cun — Hokkian) lalu mengundang mereka sekeluarga untuk menikmati kegembiraan di Sorga. Oleh Yuan Shi,
Dou Mu ditempatkan di istana DouShu (yang berarti Poros Kutub). Dinamakan begitu karena semua bintang-bintang berputar di sekelilingnya. Kesembilan putranya yang tinggal di istananya masing-masing di bintang-bintang sekelilingnya.

 Dou Mu ditampilkan dengan memakai topi Buddha, duduk di atas bunga teratai, bertangan delapan dan berkepala tiga. Para pemujanya biasanya berpantang makan barang berjiwa pada tiap tanggal 3 dan 27 setiap bulan, untuk memohon keselamatan dan panjang umur. Seperti juga Guan Yin dan Tian Hou (Tian Shang Sheng Mu), mulanya dianggap Dewa Pelindung Lautan. Dou Mu seperti juga Guan Yin selalu memberikan perlindungan pada para pelaut. Utara di dalam Taoisme sering dikaitkan dengan unsur "air", dan merupakan lambang kehidupan dan kematian yang erat hubungannya dengan umat manusia.
 
Dou Mu dan Jiu Huang Ye
Kesembilan putra Dou Mu secara umum disebut Jiu Huang Ye atau Jiu Huang Da Di (Kiu Hong Tay Tee - Hokkian) yang berarti Sembilan Dewa Maharaja. Jiu Huang Ye dianggap sebagai dewa-dewa yang menguasai nasib manusia. Mereka itu adalah: Tian Ying, Tian Ren, Tian Zhu, Tian Qin, Tian Fu, Tian Chong, Tian Rui dan Tian Peng. Setelah diangkat kelangit bersama-sama dengan ibunya, Dou Mu, mereka menguasai 9 planet yang mengeliling matahari dalam tata-surya kita ini, merupakan lambang kosmologi keberadaan dunia kita (Makrokosmos) dan 9 liang pada tubuh manusia yang merupakan lambang ontologi keberadaaan manusia (mikrokosmos).
Jiu Huang Ye
Di dalam kelenteng-kelenteng, biasanya Jiu Huang Ye ditampilkan hanya dalam bentuk sebuah "papan arwah". Papan ini melambangkan Jiu Huang Ye sebagai satu dewa, yang didalamnya terdiri dari ke-satuan sembilan dewa. Tapi pihak lain ada juga yang beranggapan bahwa papan itu mewakili 9 dewa, walaupun hanya seorang dewa saja yang hadir tiap kali.

Dou Mu dan Jiu Huang Ye ini kelihatannya merupakan satu kesatuan pemujaan. Dou Mu sering dianggap sebagai perwujudan dari Jiu Huang Da Di, ini terlihat dari gelarnya yaitu Nan-dou Bei-dou Dou Mu Tian Zun (Dou Mu dari Bintang Gantang Utara dan Selatan yang memperoleh kehormatan sorgawi). Jiu Huang Da Di mewujudkan diri sebagai Nan-dou (Gantang Selatan) yang mengendalikan kehidupan dan Bei-dou (Gantang Utara) yang mengendalikan kematian. Di dalam beberapa kelenteng Dou Mu disebut dengan gelar Wu Dou Tian Zun (Lima bintang gantang yang memperoleh kehormatan surgawi), altar pemujaannya mewakili Dou Mu sebagai Zhong Dou (Bintang Gantang Tengah) yang dikelilingi Dong Dou (Bintang Gantang Timur) Nan Dou (Bintang Gantang Selatan), Xi Dou (Bintang Gantang Barat) dan Bei Dou (Bintang Gantang Utara).

Pemujaan terhadap Dou Mu dan Jiu Huang Ye ini bermula dari propinsi Fujian, kemudian berkembang ke Yunnan, lalu menyeberangi perbatasan masuk ke Muangthai terus ke semenanjung Malaya dan Singapura. Upacara peringatan tahunan untuk menghormat Jiu Huang Ye yang jatuh pada tanggal 9 bulan 9 Imlik; dirayakan secara meriah di kelenteng-kelenteng Malaya dan Singapura. Di Kuala Lumpur, perayaan terpusat di kelenteng Nan Tian Gong, yang terletak di desa Ampang. Perayaan di sini yang terbesar di Malaysia, diikuti tidak hanya oleh para keturunan Tionghoa dari berbagai tempat, juga oleh penduduk Melayu dan keturunan India.
 
Konon kelenteng di Ampang ini menyimpan segulung kitab suci Jiu Huang Ye yang dibawa dari Tiongkok oleh seorang pemuda bernama Lin Ying ke Malaysia pada saat negeri itu sedang dilanda wabah penyakit.
Di seluruh Malaysia terdapat tidak kurang dari tiga puluh buah kelenteng yang khusus memuja Jiu Huang Ye.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar