KEBAJIKAN ( De 德 ) - Tradisi bersih-bersih altar yang sudah berusia ratusan tahun ini
dilakukan dengan sangat hati-hati agar altar dan berbagai
perlengkapannya yang sudah berusia sangat tua itu tidak rusak dan cacat
nantinya.
Tradisi
membersihkan altar dapat dilakukan setiap saat, tapi tradisi membersihkan rupang
biasanya dilakukan setiap tahun sekali ketika menjelang Imlek yaitu setelah tanggal 24 (sampai akhir
bulan) bulan 12 imlek.
Karena hal ini dipercaya bahwa pada saat tersebut, Dewa-Dewi
naik ke langit dan meninggalkan rupang dan altarnya pada Cap Jie Gwee 24 atau sehari
sebelumnya untuk melaporkan apa yang telah dicatatnya selama setahun..
Pada hakekatnya ketika orang bersembahyang, tentunya perlu tempat sembahyang yang bersih dan mulia. Selain di klenteng, kegiatan
pembersihan ini juga dilakukan oleh masyarakat Tionghoa terhadap altar
sembahyang untuk Dewa dan Arwah leluhur di rumah masing-masing.
Pembersihan altar di rumah pribadi merupakan simbol tanda bakti etnis Tionghoa kepada leluhurnya juga pada Dewa-Dewi, yang dimaksudkan untuk menyiapkan tempat yang bersih untuk para Dewa-Dewi ketika mereka kembali turun pada hari keempat setelah Imlek dan untuk membersihkan diri supaya bila Imlek tiba semuanya dalam keadaan bersih, hingga menciptakan suasana yang nyaman dalam beribadah.
Pembersihan altar di rumah pribadi merupakan simbol tanda bakti etnis Tionghoa kepada leluhurnya juga pada Dewa-Dewi, yang dimaksudkan untuk menyiapkan tempat yang bersih untuk para Dewa-Dewi ketika mereka kembali turun pada hari keempat setelah Imlek dan untuk membersihkan diri supaya bila Imlek tiba semuanya dalam keadaan bersih, hingga menciptakan suasana yang nyaman dalam beribadah.
Dalam melakukan tradisi ini, tidak hanya membersihkan altar dan memandikan Rupang Dewa saja, namun hampir semua sarana peribadatan haruslah dibersihkan. Mulai dari hiolo atau tempat abu sampai gelas tak boleh ketinggalan juga ikut dibersihkan.
Yang
perlu diperhatikan sebelum kita membersihkan altar dan rupang para Dewa adalah
badan / tangan yang membersihkan biasanya sudah
menjalani ritual yaitu tidak melakukan hal-hal kotor,
Ciak Jay atau tidak makan hidangan bernyawa
(vegetarian) selama tiga hari hingga seminggu sebelumnya.
Hal ini dipercaya dapat menyucikan badan agar ketika membersihkan altar setidaknya mereka sudah bersih dari hal-hal duniawi. Acara pembersihan ini sebelumnya juga didahului dengan ritual sembahyang oleh orang yang akan membersihkan altar atau rupang Dewa ini yaitu :
Hal ini dipercaya dapat menyucikan badan agar ketika membersihkan altar setidaknya mereka sudah bersih dari hal-hal duniawi. Acara pembersihan ini sebelumnya juga didahului dengan ritual sembahyang oleh orang yang akan membersihkan altar atau rupang Dewa ini yaitu :
melaporkan semua kejadian yang dicatatnya sepanjang tahun. - See more
at:
http://www.gangbaru.com/v5/index.php/tradisi/12-bersih-bersih-klenteng.html#sthash.ARubYAPQ.dp
melaporkan semua kejadian yang dicatatnya sepanjang tahun. - See more
at:
http://www.gangbaru.com/v5/index.php/tradisi/12-bersih-bersih-klenteng.html#sthash.ARubYAPQ.dpuRitual ini pun hanya dilakukan sekali setahun yakni saat menjelang imlek. Dengan
melakukan ritual tersebut, masyarakat berharap bisa mendapat berkah
serta peruntungan yang baik di masa-masa mendatang
1. Thiam Hio : Sebelum memulai, terlebih dahulu thiam hio memberitahukan, bahwa pada
saat ini kami akan membersihkan altar dan rupang. Altar dan Rupang yang
dibersihkan ini, bagaikan kami yang senantiasa belajar membersihkan
batin kami dari pikiran maupun ucapan yang jelek.
Bila ada kesalahan yang tidak disengaja, mohon diampuni. Semoga semua makhluk bersukacita dan berbahagia. Namo Oh Mee Toh Fo (10x). Kemudian hio ditancapkan pada gelas khusus pengganti hio lo.
Bila ada kesalahan yang tidak disengaja, mohon diampuni. Semoga semua makhluk bersukacita dan berbahagia. Namo Oh Mee Toh Fo (10x). Kemudian hio ditancapkan pada gelas khusus pengganti hio lo.
2. Meja altar : Meja terlebih dahulu dikosongkan, lalu dicuci dan dibersihkan dengan air bunga, kemudian dikeringkan dengan lap khusus atau yang baru untuk membersihkan altar.
3. Rupang : Kim Sin atau rupang dibersihkan dengan menggunakan air bersih yang
dicampurkan 7 rupa bunga dan arak putih, lalu dilap pakai kain merah. Baskom yang
dipergunakan harus yang bersih sebagai tempat air yang di gunakan untuk
membersihkan Kim Sin.
Dalam
tradisi bersih-bersih ini air dicampur arak putih dengan 7 rupa bunga,
agar mengeluarkan aroma harum. Sedangkan tujuan pembersihan Kin Sin (
Rupang dewa ) yang dicampur arak
putih adalah untuk menjaga supaya agar
Kim Sin tersebut tidak cepat rusak serta tetap awet seperti semula.
Bila ada kotoran yang sulit dibersihkan,
bisa menggunakan pasta gigi yang baru dan spesial untuk membersihkannya,
kemudian dikeringkan dengan lap khusus untuk membersihkan rupang.
Setelah bersih, bila ingin dapat diolesi minyak wangi khusus yang
beraroma cendana / melati / kayu garu, kemudian rupang diletakkan
kembali di meja altar.
4. Hio lo :
Sebelum membersihkan hio lo, abunya dipindahkan ke gelas khusus, karena
abu yang ditempatkan di hio lo akan disaring. Maka siapkan 2 gelas
khusus, yang satu diisi beras, digunakan untuk tempat menancapkan hio.
Setelah selesai membersihkan altar, beras ini dapat digunakan untuk
memasak. Sedangkan, gelas yang satu lagi digunakan untuk tempat
memindahkan abu hio loh (abu tempat hio) yang akan disaring. Setelah
bersih dan dikeringkan dengan lap khusus, maka abu dipindahkan kembali
ke tempat hio lo.
5. Persembahan : Setelah selesai dibersihkan, dilanjutkan dengan memberikan persembahan, misalnya, buah, bunga, dan lain-lain.
6. Kim Hua : Setelah
dibersihkan, altar dirapihkan dan bila perlu dapat ditambahkan
atribut-atribut keagamaan (atribut lama / Kim Hua yang lama dibakar dan
diganti yang baru).
Setelah
semua selesai dibersihkan baru kim sin para sin beng (patung Dewa)
dikembalikan ketempat semula, serta kembali melakukan sembahyang
menyampaikan kepada Dewa-Dewi bahwa pembersihkan tempat tinggal sin
beng / Dewa telah selesai dilaksanakan.
Makna
membersihkan altar tidak hanya dipandang dari segi kebersihan dan
keindahan saja, melainkan dari hakekat altar tersebut, yaitu agung dan
mulia. Untuk itu, hakekat membersihkan altar adalah agar orang
senantiasa belajar menjadi orang yang mulia dan agung.
Karenanya, belajarlah untuk senantiasa mengingat hal-hal yang baik,
maka jiwa akan menjadi baik dan kekotoran batin akan berkurang.
Perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari harus berpedoman dan belajar untuk senantiasa menjadi orang yang bajik
yaitu dimana pun berada, harus menjadi manusia berguna dan
senantiasa memberi serta membawa keberuntungan kepada semua makhluk.
Oleh karena itu, makna membersihkan altar berarti pula senantiasa
mengintrospeksi, membersihkan batin agar selalu mengingat yang baik,
merenung dan memperhatikan yang baik. Salam kebajikan
sumber :
http://kebajikandalamkehidupan.blogspot.co.id/2014/01/tradisi-membersihkan-altar-dan-rupang.html