Budaya-Tionghoa.Net | Ada 24 hal yang biasa dilakukan dan tabu untuk dilakukan untuk perayaan Imlek ini seperti :kembang api , lampion , memasang kuplet , membersihkan rumah , menyapu , berkunjung dan saling soja , melepas sepatu , memberikan angpao , menangis , berhutang , keramas , potong rambut , berpakaian merah , benda tajam , perenungan , kertas merah dipintu , bertukar jeruk , merusak , membunuh , makanan imlek etc. Pembahasan dilengkapi dengan detail penjelasan dan ditambah lagi detail tambahan link yang bisa ditelusuri lebih jauh.
1. KEMBANG API DAN LAMPION
Menurut legenda , leluhur orang Tionghua ketakutan oleh mahluk bernama Nian yang bisa memakan apa saja termasuk manusia. Orang-orang yang telah ketakutan mendengar Nian kemudian menghitung kapan giliran manusia dimakan oleh Nian. Hasil perhitungan itu tepat 365 hari Nian makan manusia. Kebiasaan Nian makan di malam hari dan kembali ke sarangnya digunung ketika ayam berkokok. Hari tersebut adalah Guansha , gerbang kesialan yang disebut Nian Guan. Gerbang ini bukan gerbang yang sebenarnya tapi gerbang harafiah yang bisa diartikan sebagai ujian , hambatan . Kalau bisa luput dari hal tersebut maka disebut Guo Nian Guan yang artinya lolos dari bencana hambatan Nian.
Suatu saat , Nian mengobrak-abrik suatu kampung di daerah Jiang Nan. Hampir seluruh penduduk dilahap Nian. Tetapi ada satu rumah yang luput karena di pintu rumahnya digantung kain merah. Penghuninya adalah pengantin baru yang juga berbusana merah turut selamat bersama beberapa anak kecil yang lagi bermain api dengan membakar bambu. Nian ternyata takut dengan kain berwarna merah , suara bambu yang meledak terbakar bersama percikan api yang keluar.
Mitologi Monster Nian diperkirakan muncul di masa Chunqiu . Bunyi-bunyian yang dipakai itu untuk mengusir Nian itu bukan petasan melainkan bambu yang dibakar dan oleh sebab itu muncul sebutan baozhu atau bambu yang meledak. Ruas-ruas bambu itu mengandung udara yang kalau dibakar akan meletus. Di buku Shijing atau Kitab Nyanyian sudah disebut tingliao yang artinya bambu terbakar sampai keluar bunyi ledakan.Mitologi ini masih bertahan dalam bentuk tradisi . Orang Tionghua sekarang menggantung lampion merah, kuplet merah , menyalakan kembang api dan tetap bergadang menjelang datangnya tahun baru imlek.
2. KUPLET
Apa itu Kuplet atau "Sajak Berpasangan"? . "Sajak Berpasangan" disebut juga Yinglian 。(sajak berpasangan yang dipasang di tiang) , duizi .Dibentuk dari kombinasi dua bait atau baris kalimat yang disebut kombinasi atas dan kombinasi bawah. Bentuk dan isi kombinasi atas dan bawah memiliki aturan yang ketat 。Sajak berpasangan adalah , sebuah bentuk seni sastra yang unik , yang hanya dimiliki oleh bahasa Mandarin . Selain itu , sajak berpasangan juga semacam puisi atau sajak dengan bentuk yang khas, salah satu bentuk seni kaligrafi huruf Mandarin.
Jenis-jenis kuplet atau duilian (sajak berpasangan) dibagi berdasarkan lokasi dan tujuan pemasangannya. Misalkan chunlian (untuk tahun baru musim semi atau Chinese New Year) , yinglian (sajak yang digantung pada tiang), tanglian (dipasang pada dinding , aula , altar keluarga), shoulian (untuk ulang tahun), wanlian (untuk duka cita) , mingshenglian (ditempat terkenal atau tempat bersejarah), hangyelian (untuk usaha) dan seterusnya.
Salah satu contoh chunlian 春联 untuk tahun baru musim semi.
3.MEMBERSIHKAN RUMAH
Kebiasaan membersihkan rumah pada tanggal 23 - 24 itu adalah berasal dari legenda bahwa jaman dahulu itu manusia memiliki dewa yang disebut san shi shen yang mengikuti manusia bagaikan bayangan. Dewa ini adalah dewa yang rese serta suka mengadu yang tidak-tidak kepada Yu Di. Lama kelamaan image manusia di mata Yu Di ini menjadi buruk. Suatu hari San Shi Shen ini mengadu kepada Yu Di bahwa manusia itu sukanya mengutuk Yu Di serta berencana melawan kekuasaan Yu Di. Yu Di amat marah mendengar hal itu lantas membuat tanda sarang laba-laba dirumah-rumah yang hendak dibantai. Dan memerintahkan Wang Ling Guan untuk membantai manusia pada tanggal 30 dirumah-rumah yang ditandai dengan sarang laba-laba itu.
San Shi Shen amat senang dan tidak pandang bulu semua rumah ditandai dengan sarang laba-laba. Zhao Jun mendengar hal ini amat sangat terkejut dan membuat suatu rencana bahwa pada tanggal 23 -30 (hari menjemput Zhao Jun) semua rumah harus membersihkan dari segala macam kotoran dan semuarumah harus sudah bersih pada tanggal 30. Jika tidak bersih pada tanggal 30 Zhao Jun tidak akan mau datang kerumah itu.
Hal ini dilaksanakan oleh semua manusia dan ketika tanggal 30 Wang Ling Guan datang untuk memeriksa amat terkejut melihat semua rumah bersih
dan orang-orang bersembayang kepada para leluhur serta meminta perlindungan untuk tahun depan, semoga tahun yang baru membawa harapan yang baru ( Xin Nian Ru Yi). Wang Ling Guan melaporkan hal ini kepada Yu Di , membuat Yu Di marah besar dan memeriksa San Shi Shen serta menggampar mulutnya sebanyak 300 kali dan menghukumnya di penjara langit selama-lamanya.
Kebiasaan membersihkan rumah ini menurut catatan kitab kuno Lu Si Cun Qiu sudah ada sejak jaman pemerintahan Yao dan Sun. Kisah-kisah Zhao Jun mencatat perbuatan manusia juga sudah ada sejak lama. Pada masa Dinasti Ming dan Song kebiasaan mengantar Zhao Jun itu selalu disertai arak dan mengoleskan arak diseluruh rupang atau tulisan /papan dewa Zhao Jun. Dengan harapan Zhao Jun mabok dan tidak bisa melaporkan hal-hal buruk manusia dengan baik. Pada masa Dinasti Ming dan Qing itu kebiasaan berubah menjadi menorehkan madu dan mempersembahkan yang manis-manis kepada Zhao Jun.
Beberapa kisah menarik seputar hal ini . Pada masa dinasti Ming diceritakan bahwa ada satu pelajar yang hendak memperkosa pembantunya tapi untunglah sipembantu berhasil meloloskan diri. Pada saat kejadian itu istri si pelajar bermimpi ada dua orang yang sedang bercakap-cakap . Yang satu adalah Zhao Jun dan satunya adalah pembantunnya ( Zhao Jun ada dua pembantu yaitu Shan Guan dan E Guan ). Pembantunya berkata ,"Orang seperti ini perlukah kita putuskan garis keturunan atau memotong umurnya ?" Zhao Jun berkata ,"Jangan dahulu , lebih baik kita lihat saja apakah orang tersebut bisa menyesal atau tidak"
Istri sipelajar kaget dan esoknya menceritakan mimpinya kepada suaminya. Sang suami amat terkejut dan tidak menyangka perbuatan buruknya bisa dicatat oleh Zhao Jun. Seketika itu dirinya amat ketakutan dan insaf atas perbuatan buruknya, ia juga menikahkan pembantunya dengan pasangan yang cocok. Sejak hari itu pula ia banyak berbuat baik dan berusaha menjauhi kejahatan. Kemudian istrinya bermimpi lagi bertemu dengan Zhao Jun. Zhao Jun berkata ," Bersyukurlah suamimu tidak lagi melakukan perbuatan buruk serta banyak berbuat baik bahkan menikahkan pembantunya dengan pasangan yang cocok. Atas perbuatan baik ini Saya khusus melaporkan hal ini kepada Yu Di dan minta agar umur suamimu diperpanjang."
Kitab dinasti Han mencatat pada masa pemerintahan Xuan Di ada orang bernama Yin Zhi Fang melihat penampakan Zhao Jun. Yin adalah org yang miskin tapi baik hati. Ketika itu Yin amat sangat kaget dan sujud. Saat itu pula ia memotong anjing peliharaannya untuk dipersembahkan pada Zhao Jun. Zhao Jun amat terharu dan memberi rejeki kepada Yin ZhiFang sehingga Yin menjadi org yang kaya raya tapi tetap baik hati dan rajin beramal serta rendah hati.
Pada masa dinasti Qing upacara pengantaran Zhao Jun ke surga sudah amat umum bahkan cenderung berlebihan dan berbau menyogok Zhao Jun agar menceritakan hal2 yang baik saja. Zhao Jun diceritakan amat marah kepada satu keluarga yang berkelahi melulu , tidak akur sesama saudara , berlaku kejahatan , menyebar gosip yang tidak benar serta tidak mau berbuat baik , hobbynya menyogok para dewa. Zhao Jun diceritakan menampakkan diri dan mengatakan,"Tidak perduli seberapa besar persembahanmu kepadaKu , tidak perduli berapa banyak hartamu , tidak perduli seberapa tinggi kedudukanmu. Hal-hal itu tidak
akan menggoyahkan diriKu untuk mengatakan hal-hal yang sebenarnya. Perbuatan-perbuatan baik dan menghindari perbuatan-perbuatan buruk itulah persembahan untukku. Jika kalian bisa berubah pada hari penyambutan diriKu , maka AKU akan melindungi keluarga kalian."
Dari cerita-cerita diatas , bisa kita ambil hikmahnya bahwa upacara pengantaran Zhao Jun pada tanggal 23-24 itu adalah upacara intropeksi diri kita dan pada tanggal 30 upacara penyambutan Zhao Jun adalah upacara bagi diri kita agar bisa berbuat baik lebih banyak lagi. Persembahan sederhana tapi tulus lebih berharga daripada persembahan mewah.
Membersihkan rumah , mencat dan memperbaiki rumah selama 6 hari adalah hal yang dapat dikatakan kita juga merawat rumah yang telah kita diami selama setahun itu.
Baca Juga :
http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/200-seputar-imlek-dan-dewa-dapurbag1
http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/201-seputar-imlek-dan-dewa-dapurbag2
http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/mythology-of-china/1315-pertanyaan-mengenai-dewa-pintu
http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/mythology-of-china/621-dewa-pintu
4. (JANGAN) MENYAPU
Hal yang tabu bagi aktivitas menyapu ini berkaitan dengan legenda Ru Yen. Bahkan dapat dikatakan bahwa Ru Yen inilah dewa rejeki sesungguhnya. Pada catatan Lu Yi Ji menceritakan bahwa jaman dahulu ada pedagang bernama Qi Ming yang berkenalan dengan Qing Hong Jun. Qi Ming amat menghormati Qing sehingga suatu saat Qing mengatakan akan mengabulkan satu permintaan dari Qi. Ada orang yang membisiki Qi agar Qi meminta Ru Yen (keinginan/harapan semoga terkabul).
Qing terkejut mendengar permintaan Qi ini dan Ru Yen itu sesungguhnya adalah pelayan wanita Qing. Tapi karena sudah terlanjur berjanji , maka Qing memberi Ru Yen kepada Qi.Ketika Ru Yen tinggal dirumah Qi , ternyata semua keinginan Qi terkabulkan dan akhirnya ia menjadi orang kaya yang sukses. Hingga pada saat hari sincia itu Ru Yen terlambat bangun. Qing amat marah dan hendak memukuli Ru Yen. Ru Yen amat ketakutan dan mengubah dirinya menjadi kecil kemudian bersembunyi diantara tumpukan sampah dipengki. Qi Ming memukuli pengki itu dan berteriak memanggil Ru Yen. Tapi Ru Yen tidak pernah muncul lagi. Sejak itu Qi berangsur-angsur menjadi miskin.
Kebiasaan orang-orang didaerah Kanglam atau Jiang Nan ( Su Hang) itu adalah mengikat atau merangkai uang dan menaruh dipengki kemudian berteriak memanggil Ru Yen. Walau sekarang kebiasaan memanggil-manggil nama Ru Yen tidak ada di kalangan orang-orang selatan ( Fu Jian , Guang Dong dan sekitarnya) tapi kebiasaan tidak membuang sampah keluar rumah dan tidak menyapu pada hari sincia itu masih ada. Harapannya adalah semoga Ru Yen tidak diturut terbuang bersama dengan sampah-sampah itu.
Makna atau pesan moral dari cerita ini adalah jangan berlaku kejam kepada bawahan sendiri. Seorang pedagang atau pengusaha tetap memerlukan pelayan/pembantu dalam hal usaha mencapai keinginan. Termasuk siapapun jangan kejam terhadap karyawan atau pembantu. Karena tanpa mereka juga kita tidak bisa apa-apa.
Baca Juga :
http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/taboo/1674-tabu-menyapu-di-hari-imlek-
5. BERKUNJUNG DAN SOJA.
Banyak upacara atau hari-hari perayaan tradisi dimana menekankan kepada beberapa faktor seperti berkumpulnya anggota keluarga dan terjaganya hubungan kekerabatan keluarga , penghormatan leluhur dan makan-makan. Demikian juga pada hari Imlek. Pertama kali yang dilakukan di hari Imlek adalah memberi pai atau soja kepada sesama penghuni rumah. Yang muda terlebih dahulu pai sama yang lebih tua misalkan kakak , orangtua atau kakek-nenek jika tinggal disatu atap. Setelah itu dilanjutkan dengan kunjungan ke rumah saudara atau kerabat .
Posisi tangan yang benar untuk soja atau pai dalam konteks sikap umum dan bukan dalam konteks keagamaan , adalah:
Kedua telapak tangan disatukan dan menempelkan kedua jempolnya pada tengah-tengah dada.
Mengait-ngaitkan jari2 tangan kanan dan kiri, keduanya dikepalkan dan diangkat sampai batas leher.
Tangan kanan dan kiri membentuk kepalan terpisah dan keduanya ditangkupkan didepan dada/sebatas leher.
Tangan kiri dibungkus tangan kanan dan diangkat didepan dada/sebatas leher.
Tangan kanan dibungkus tangan kiri dan diangkat didepan dada/sebatas leher.
Bisa salah satu diantara diatas. Sama saja.
Yang benar itu adalah sikap ke lima. Alasannya, ada makna kultural dibalik sikap tersebut, dimana tangan kanan adalah tangan yang sering berbuat kesalahan, sehingga perlu ditutupi (oleh tangan kiri) sewaktu bersoja/pai, untuk memberi penekanan kepada rasa hormat sekaligus meminta maaf atas kesalahan selama ini. Sikap kelima yang dimaksud adalah Yang Bao Yin 陽 包 陰 atau kalau memakai bahasa keseharian adalah kita semua harus memupuk sifat yang baik. Ada dua teknik soja / pai yang berbasis Konghucu dan Tao. Kalau Tao sikap soja nya ke sistem perhitungan waktu dan jalan darah. Sedangkan yang berbasis Konghucu diartikan sebagai Yin dan Yang , Ibu dan Ayah , lantas delapan jari tangan itu mengingatkan delapan sifat luhur atau Ba De. Jadi sikap soja / pai dikalangan Tionghoa tidak sesederhana jabat tangan dalam tradisi lain , mengandung pengertian yang luas secara tidak langsung mengajarkan banyak hal terhadap kita.
Aturan posisi tangan juga menunjukkan tingkat derajat kekebarabatan dan umur. Posisi tangan dibawah ulu hati untuk ditujukan kepada derajat yang lebih rendah misalkan ponakan , cucu. Sedangkan posisi tangan sejajar untuk yang satu level , seperti sepupu. Posisi tangan sejajar mulut untuk ibu dan ayah, atau posisi kekerabatan yang lebih tinggi seperti paman , kakek dan seterusnya. Posisi tangan sejajar dahi adalah pai untuk dewa atau "Tuhan".
Baca Juga :
http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/adat-istiadat/523-posisi-tangan-yang-benar-untuk-soja-pai
6. MELEPAS SEPATU
Banyak upacara atau hari-hari perayaan tradisi dimana menekankan kepada beberapa faktor seperti berkumpulnya anggota keluarga dan terjaganya hubungan kekerabatan keluarga , penghormatan leluhur dan makan-makan. Demikian juga pada hari Imlek ketika sedang berkunjung ke satu rumah , sepatu sebaiknya dilepaskan sebelum masuk kedalam rumah. Di hari Imlek ada pantangan untuk menyapu (lihat no 4) . Dan sepatu membawa kotoran dan debu , jadi sebaiknya sepatu dilepas.
7. MEMBERIKAN ANGPAO
Angpao sendiri adalah dialek Hokkian, arti harfiahnya adalah bungkusan/amplop merah. Sebenarnya, tradisi memberikan angpao sendiri bukan hanya monopoli tahun baru Imlek, melainkan di dalam peristiwa apa saja yang melambangkan kegembiraan seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru dan lain2, angpao juga akan ditemukan.
Angpao pada tahun baru Imlek mempunyai istilah khusus yaitu "Ya Sui", yang artinya hadiah yang diberikan untuk anak2 berkaitan dengan pertambahan umur/pergantian tahun. Di zaman dulu, hadiah ini biasanya berupa manisan, bonbon dan makanan. Untuk selanjutnya, karena perkembangan zaman, orang tua merasa lebih mudah memberikan uang dan membiarkan anak2 memutuskan hadiah apa yang akan mereka beli. Tradisi memberikan uang sebagai hadiah Ya Sui ini muncul sekitar zaman Ming dan Qing. Dalam satu literatur mengenai Ya Sui Qian dituliskan bahwa anak2 menggunakan uang untuk membeli petasan, manisan. Tindakan ini juga meningkatkan peredaran uang dan perputaran roda ekonomi di Tiongkok di zaman tersebut.
Orang Tionghoa menitik beratkan banyak masalah pada simbol-simbol, demikian pula halnya dengan tradisi Ya Sui ini. Sui dalam Ya Sui berarti umur, mempunyai lafal yang sama dengan karakter Sui yang lain yang berarti bencana. Jadi, Ya Sui bisa disimbolkan sebagai "mengusir/meminimalkan bencana" dengan harapan anak2 yang mendapat hadiah Ya Sui akan melewati 1 tahun ke depan yang aman tenteram tanpa halangan berarti. Di dalam tradisi Tionghoa, orang yang wajib dan berhak memberikan angpao biasanya adalah orang yang telah menikah, karena pernikahan dianggap merupakan batas antara masa kanak2 dan dewasa. Selain itu, ada anggapan bahwa orang yang telah menikah biasanya telah mapan secara ekonomi. Selain memberikan angpao kepada anak2, mereka juga wajib memberikan angpao kepada yang dituakan.
Baca Juga :
http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/adat-istiadat/1175-mengapa-ada-tradisi-angpao-pada-tahun-baru-imlek
8. (JANGAN) MEMBERI ANGPAO UNTUK YANG BELUM MENIKAH
Mengapa orang yang belum menikah tidak boleh memberi angpao , malah mendapat angpao ? Orang yang telah menikah dalam budaya Tionghoa dianggap mereka telah mapan dan secara ekonomi lebih baik daripada mereka yang belum menikah. Juga perkembangan psikologis bagi mereka yang menikah rata2 lebih baik daripada mereka yang belum menikah. Mereka yang telah menikah dianggap telah berhasil membentuk suatu keluarga yang baru. Dan walaupun status adik , tapi jika telah menikah , kedudukannya lebih tinggi dari kakaknya yang belum menikah. Untuk itu biasanya sang adik memberi angpao kepada kakaknya. Tidak perduli berapa umur kakaknya dan tidak perduli berapa kekayaan kakaknya. Tapi hal ini tidak berlaku bagi mereka yang memiliki karyawan. Mereka yang belum menikah tapi memiliki karyawan diwajibkan memberi angpao sebesar 1 bulan gaji kepada karyawannya. Biasanya angpao untuk karyawan itu diberikan pada tgl 23 atau 24 bulan 12. Ini diutamakan sebab mereka para karyawan juga memerlukan uang untuk mempersiapkan diri menyambut Imlek.
Bagi yang belum menikah, tetap berhak menerima angpao walaupun secara umur, seseorang itu sudah termasuk dewasa. Ini dilakukan dengan harapan angpao dari orang yang telah menikah akan memberikan nasib baik kepada orang tersebut, dalam hal ini tentunya jodoh. Bila seseorang yang belum menikah ingin memberikan angpao, sebaiknya cuma memberikan uang tanpa amplop merah. Namun tradisi di atas tidak mengikat. Sekarang ini, pemberikan angpao tentunya lebih didasarkan pada kemapanan secara ekonomi, lagipula makna angpao bukan sekedar terbatas berapa besar uang yang ada di dalamnya melainkan lebih jauh adalah bermakna senasib sepenanggungan, saling mengucapkan dan memberikan harapan baik untuk 1 tahun ke depan kepada orang yang menerima angpao tadi.
Baca Juga :
http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/adat-istiadat/202-mengapa-orang-yang-belum-menikah-tidak-boleh-memberikan-angpao-
9. (JANGAN) MENANGIS
Menangis pada saat Tahun Baru diyakini berdampak negatif karena dapat menimbulkan kesialan dan membuat korbannya menangis terus-menerus sampai satu tahun ke depan. Akan tetapi, pantangan ini tidak berlaku bagi anak kecil yang menangis pada hari Imlek.
10. (JANGAN) BERKATA BURUK
Setiap orang yang merayakan Imlek sebaiknya tidak mengeluarkan kata-kata kasar, kotor atau yang bermakna buruk dan sial. Kata “empat” atau "si" juga ada baiknya dihindari karena mengandung negatif, yaitu kematian. Satu tabu lagi yang perlu dijauhi adalah menceritakan kisah kematian dan cerita hantu. Di hari Imlek , keluarga besar saling berkunjung dan rumah yang sedang dikunjungi disibukkan dengan berbagai persiapan untuk menyambut mereka. Berkata hal-hal yang buruk dirasa kurang pantas dalam suasana imlek dan juga bagi para tamu yang datang kerumah.
11. (JANGAN) HUTANG
Lunasilah seluruh utang sebelum Imlek dan hindari meminjamkan uang pada hari itu. Jika tidak, ada kemungkinan orang tersebut akan terus dipinjami uang oleh orang lain sepanjang tahun.
12.(JANGAN) KERAMAS
Hindari mencuci rambut saat Imlek tiba karena bermakna mengusir semua keberuntungan sampai satu tahun ke depan.
13. (PRA-IMLEK) POTONG RAMBUT
Rambut adalah pemberian orangtua jadi wajib untuk dijaga. Kalau rambut tidak dipotong-potong dari kecil tentunya akan panjang sekali dan merepotkan. Jadi tetap saja rambut sebaiknya dirapihkan setahun sekali sebelum Imlek.
14. (JANGAN) BERPAKAIAN WARNA HITAM DAN PUTIH
Pakaian berwarna hitam dan putih sering dikenakan orang Tionghua pada saat berkabung dan melayat ke tempat duka , jika ada salah satu kerabat atau teman meninggal dunia. Karena itu hindari pemakaian pakaian warna hitam dan putih di saat Imlek yang semestinya berlangsung dengan penuh suka cita menyambut tahun baru.
15.BERPAKAIAN BAJU MERAH
Sejak lama, warna merah melambangkan kebaikan dan kesejahteraan di dalam kebudayaan Tionghoa. Warna merah menunjukkan kegembiraan, semangat yang pada akhirnya akan membawa nasib baik. Pakaian berwarna merah yang berarti kebahagiaan, keceriaan, dan memberi keyakinan akan adanya masa depan yang cerah.
16.(JANGAN ) MENGGUNAKAN BENDA TAJAM
Pisau atau gunting disebut-sebut dapat menjauhkan keberuntungan. Akan tetapi, hal tersebut bisa dihindari dengan menghindari penggunaan dua alat tajam itu pada saat Imlek.
17.(PRA-IMLEK) MERENUNGKAN DIRI
Malam sebelum imlek adalah malam perenungan atas apa yang telah dicapai dan juga kesalahan yang dibuat setahun ini. Inilah masanya melihat ke dalam diri dan kalau percaya ya melapor kepada "yang diatas" kalau kita itu mengaku dan berjanji akan bertobat. Inilah asal muasal tradisi mengenai dewa dapur yang telah dibahas diatas dan melaporkan kesalahan dan katanya harus disogok. Harap maklum kalau orang Tionghoa di jaman dulu banyak yang tidak mendalami filsafat, jadi dalam mengajarkan nilai-nilai luhur filsafat Tionghoa para pemuka/cendekiawan sering menciptakan legenda dan dongeng yang memang berpotensi diselewengkan seperti misalnya cerita menyogok dewa dapur dengan yang manis-manis. Sebenarnya adalah anda sendiri yang harus intropeksi diri, merenungkan pencapaian, kegagalan dan kesalahan. Masalah mau lapor ke Tian, Tuhan, Buddha, Po Sat, terserah kepercayaan masing-masing.
18.KERTAS MERAH DI PINTU
Biasanya lewat tengah malam ada tradisi menyambut dewa rejeki, ini juga sudah terdegradasi menjadi hanya sembahyangan belaka. Menyambut atau membeli dewa rejeki itu sebenarnya adalah anda itu membeli ucapan semoga dilimpahi rejeki tahun ini dari mereka-mereka yang membutuhkan sedekah yaitu para fakir miskin dan yatim piatu.
Dulu banyak orang miskin pas sincia mengunjungi satu persatu rumah mengucapkan selamat tahun baru, lalu kita memberikan sukarela dan ucapan dia dituliskan di kertas merah lalu dia menempelkan kertas merah itu di depan pintu kita. Ini baru namanya menyambut dewa rejeki, bukannya berlomba-lomba membuat rekor untuk hio terbesar , lilin terbesar.
Dimalam tahun baru kertas merah dengan huruf "rezeki" di balik posisinya sehingga artinya dao terbalik. Maknanya adalah disaat pergantian tahun baru , Fu atau rejeki bisa berputar sesuai pergantian tahun. Artinya rejeki datang ditahun yang baru.
19.BERTUKAR JERUK
Jeruk mempunyai banyak nama sebutan di dalam bahasa Mandarin, salah satunya adalah gan ju atau gan jie. Ju dari gan ju dapat disamakan dengan ji (baik, bagus) dalam frase ji li (peruntungan baik). Tionghua di kawasan Tiongkok Selatan dan Asia Tenggara mempunyai tradisi membawa dua sampai empat jeruk mandarin ketika mereka mengunjungi kerabat dan relasi di hari Imlek. Jeruk dalam dialek Hokkian disebut sebagai kam , kiet. Dalam dialek Cantonese , jeruk mandarin terdengar seperti emas , sehingga memberikan jeruk mandarin dianggap membawa keberuntungan bagi tuan rumah. Sebagai timbal balik , tuan rumah juga memberikan jeruk kepada tamunya.
Masalah jeruk ini sebenarnya tidak terlalu ruwet. Simbolitas di dalam kebudayaan Tionghoa itu sangat banyak jenisnya, salah satunya adalah persamaan lafal. Lafal yang sama, walaupun tidak dari karakter yang sama dapat dijadikan sebagai perlambang ini dan itu. Lagipula, hasil panen jeruk biasanya mencapai puncaknya pada musim dingin di belahan bumi utara (November - Januari). Ini menyebabkan jeruk dipandang sebagai sebuah ikon yang harus ada menyertai perayaan tahun baru Imlek. Ditambah dengan kenyataan bahwa jeruk telah dipandang sebagai buah berharga yang dapat dijadikan upeti persembahan kepada kaisar sejak lama, mulai dari Dinasti Jin (abad 4 Masehi). Tukar menukar dapat diartikan sebagai perimbangan balik, bukan cuma tahu menerima saja.
Dengan saling memberi (menukar), setiap orang akan mendapat ucapan dan pemberian peruntungan dari orang lain. Ini tergantung adat setempat, karena di banyak daerah, tidak ada tradisi tukar menukar. Biasanya hanya tamu yang berkunjung membawakan jeruk dan hadiah lainnya untuk tuan rumah. Sebagai balasannya tentu saja tuan rumah akan menjamu sang tamu.
Baca Juga :
http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/806-tradisi-bertukar-jeruk-pada-hari-imlek-
20.(JANGAN ) MERUSAK
Dalam tradisi Tionghua , tabu untuk merusak sesuatu di hari Imlek , jika dilanggar , dipercaya bisa membawa nasib buruk . Contohnya adalah memecahkan gelas dan piring.
21.(PASCA IMLEK) MAKAN TUJUH SAYUR - RENRI
Di hari ketujuh setelah Imlek disebut Renri . Ada tradisi makan sayur tujuh macam. Sayurnya bisa apa saja yang terpenting masih berwarna hijau. Tradisi ini juga melambangkan hari dimana akan diturunkannya keberuntungan kepada umat manusia dibumi. Tradisi ini merupakan tradisi lama yang berakar dari masa Dinasti Han. Tradisi ini dirayakan oleh semua Tionghua dan juga yang terpengaruh oleh budaya Tionghua seperti Korea , Jepang dan Vietnam. Tradisi ini berhubungan juga dengan tabu berikutnya di hari imlek yaitu tabu untuk membunuh.
Baca Juga :
http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/411-festival-renri-dan-tujuh-macam-sayur
22.(JANGAN ) MEMBUNUH
Menurut buku yang di tulis oleh seorang bermarga Dong dari masa dinasti Jin, dituliskan bahwa urutan penciptaan dalam mitologi penciptaan NvWa: [1] hari pertama ayam , [2] anjing ,[3] babi , [4] kambing , [5] sapi , [6] kuda , [7] manusia , [8] padi-padian
Hari ketujuh itu kemudian diperingati sebagai hari manusia atau renri. Semua manusia berulangtahun di hari itu. Terlepas dari tanggal lahir, terutama mereka-mereka yang oleh suatu sebab tidak mengetahui secara pasti tanggal kelahirannya.
Di masa kaisar Cheng dari Dinasti Han , ada satu perintah untuk melarang membunuh ayam di hari Imlek. Ini juga berkaitan dengan kepercayaan di masa Dinasti Qin - Dinasti Han tentang "tujuh hari" mencipta. [1] hari pertama ayam , [2] anjing ,[3] babi , [4] kambing , [5] sapi , [6] kuda , [7] manusia. Jadi ketika ada angin kencang itu tidak baik , misal di hari pertama , tidak baik bagi ayam. Berhubung ke mitologi penciptaan itu, di hari-hari masing binatang, ada tradisi untuk tidak menyembelih binatang yang bersangkutan. Di hari manusia biasanya diperingati dengan makanan 7 macam, bisa itu 7 macam sayur atau 7 macam ikan atau bercampur.
入正月一日而風, 不利雞; 二日風, 不利犬; 三日風, 不利豕; 四日風, 不利羊; 五日風, 不利牛; 六日風, 不利馬; 七日風, 不利人 [Qin Daybook B - Fangmatan]
Baca Juga :
http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/411-festival-renri-dan-tujuh-macam-sayur
23.(JANGAN) MEMEGANG BARANG TERTENTU
Barang-barang yang dinilai berkonotasi negatif di saat Imlek adalah buku , menyajikan buah pir (lihat tradisi bertukar jeruk) , jam. Jadi barang-barang seperti ini sebaiknya dihindari untuk disentuh di hari Imlek.
24.MAKANAN IMLEK
Jika orang Barat mengatakan "Say it with flowers" maka orang Tionghua akan berkata "Say it with foods". Banyak upacara atau hari-hari perayaan tradisi dimana menekankan kepada beberapa faktor seperti berkumpulnya anggota keluarga dan terjaganya hubungan kekerabatan keluarga , penghormatan leluhur dan makan-makan. Dan dalam kehidupan sehari-hari hingga hari ini jika bersua dengan orang lain mayoritas bertanya ,"Sudah makan ?" Hadiah pemberian bagi orang lain ketika Imlek , Pek Cun , Tiong Ciu juga selalu makanan bukan hadiah lainnya. (Lihat pula bagian tradisi bertukar jeruk di bagian lain) . Dari sini kita bisa melihat bahwa budaya makan sudah mengakar ribuan
Pepatah mengatakan MIN YI SHI WEI TIAN , bukan berkaitan dengan Tian sebagai Tuhan atau langit. Tapi rakyat atau orang Tionghua beranggapan bahwa makanan merupakan yang terutama. Hal ini tidaklah aneh jika kita melihat penderitaan para petani atau rakyat kebanyakan selama ribuan tahun. Mereka mengutamakan masalah makan atau perut. Kaisar harus mengutamakan masalah rakyat dan masalah rakyat adalah ekonomi atau makan. Hal ini ada tercatat dalam kitab Han Shu .
Berdasarkan kepercayaan orang-orang Tionghoa yang kaya pada umumnya selalu menyediakan 12 macam masakan dan 12 macam kue-kue yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Hidangan yang dipilih biasanya hidangan yang mempunyai arti yang berkaitan dengan kemakmuran, panjang umur, kebahagiaan maupun keselamatan. Walaupun demikian bagi mereka yang tidak mampu maka cukup dengan makan mie panjang umur (siu mie) dan minum arak.
HIDANGAN UTAMA
Samseng | Saat merayakan tahun baru Imlek kebanyakan orang Tionghoa membuat Samseng yang terdiri dari tiga jenis macam binatang yaitu ikan bandeng, ayam betina, dan daging babi. Samseng lebih berkaitan dengan tiga alam yaitu Langit, Bumi dan Air. Dimana karena tiga alam inilah kita bisa hidup. Dalam Buddhism yang berkembang sekarang ini, ada beberapa orang yang mengkaitkan dengan lobha, dosa dan moha seperti yang hendak sdr.Ucup sampaikan secara tersirat. Tapi pada awalnya adalah berkaitan dengan 3 alam. Binatang yang merepresentasikan tiga alam itu dipersembahkan kepada Yang Tertinggi yaitu dalam konteks pandangan orang Tionghoa adalah 3 unsur alam.
Mie | Disamping itu seperti juga pada saat merayakan pesta ulang tahun , mie juga merupakan satu makanan wajib, sebab mie itu melambangkan panjang umur terutama Siu Mie atau Shou Mian = "Mie panjang umur". Mie ini harus disajikan tanpa putus dari ujung awal ke ujung akhir jadi benar-benar merupakan satu untaian mie, sebab dengan demikian diharapkan umur kita panjang . Walaupun demikian pada saat mau disantap mie tersebut boleh dipotong, maklum apabila saatnya tiba toh akhirnya usia manusia tersebut akan putus juga.
Yusheng | Yusheng 鱼生 didasarkan pada faktor berkumpulnya anggota keluarga dan terjaganya hubungan kekerabatan karena porsi satu piring besar Yusheng bisa disantap sampai 8 orang sehingga tidak cocok untuk dimakan sendiri saja. Yusheng ini tampaknya mulai populer sebagai makanan khas imlek walau harganya cukup tinggi karena pakai bahan ikan salmon dan menunya keluar setahun sekali. Yusheng dikenal juga dengan nama Yeesang atau Lohei yang merupakan hidangan bergaya Theochew dengan bahan utama ikan yang biasanya ikan salmon. Yusheng sendiri secara literal memang berarti ikan mentah tapi pengucapannya mirip dengan yusheng yang berarti keberuntungan dan kemakmuran. Sejarahnya dimulai dari kawasan pantai Guangzhou. Dalam perayaan festival Renri , hari manusia , hari ulang tahun bagi seluruh manusia atau hari ketujuh setelah Imlek . Urutan lengkapnya berdasarkan urutan penciptaan dalam mitologi penciptaan Nv Wa yang secara berurutan dimulai dari ayam di hari pertama - anjing - babi - kambing - sapi - kuda - manusia di hari ketujuh. Itulah latar belakang nelayang mengadakan pesta atas tangkapan ikannya. Perkembangan berikutnya dari Yusheng menjadi bentuknya yang seperti sekarang dimulai dari Chaozhou dan Shantou dimasa Dinasti Song Selatan. Bentuk Yusheng kembali mengalami perkembangan di kalangan Tionghua yang berada di semenanjung Malaya.
Kuotie | Jiaozi di kawasan Tiongkok utara dan Kuotie yang populer di kalangan Tionghua diaspora merupakan salah satu menu utama yang disajikan di hari Imlek. Bentuk makanan ini seperti uang tael , sehingga dipercaya dengan menyajikannya di hari Imlek bisa membawa kemakmuran dan keberuntungan. Menurut legenda , jenis makanan ini diciptakan oleh Zhang Zhongjing [150-219 M] seorang ahli pengobatan dimasa akhir Dinasti Han. Versi lain ada yang menyebutkan makanan tradisional ini sudah ada 1600 tahun yang lalu.
Ragam Masakan Lain | Babi Kecap , Masakan Rebung , Opor Ayam , Jeroan , Sambel Goreng Ati-Ampla . Ini tergantung kawasan dimana Tionghua berada.
Daftar Tabu : Bubur , Paria atau Pare , Fumak. Selain makanan yang wajib disajikan ada juga makanan yang sebaiknya dihindari atau dipantangkan seperti bubur, sebab ini melambangkan kemiskinan atau kesusahan. Maklum pada saat musim kelaparan di Tiongkok mereka tidak bisa menyajikan nasi. Disamping itu makanan-makanan yang berasa pahit seperti pare dan fumak sebaiknya ini juga dihindari sebab makanan tersebut melambangkan kepahitan hidup.
KUE-KUEAN
Kue Keranjang | Kue ini merupakan sajian wajib di hari Imlek. Dia mendapat nama dari cetakannya yang terbuat dari keranjang bambu . Bungkusan kue ini terbuat dari daun pisang agar lebih nikmat . Daun pisang di taruh didekat bara api atau diasapi supaya lentur , mudah dilipat dan tidak mudah sobek. Dengan daun pisang ini aroma kue keranjang bisa lebih harum. Kue Keranjang di Tiongkok lebih dikenal sebagai Niangao yang terbuat dari nasi lengket. Niangao ini bisa dimakan sepanjang tahun , tetapi perannya menjadi sangat penting di hari Imlek. Kata "nian" 粘 berarti lengket yang bunyinya mirip dengan "nian" 年 yang artinya tahun. Kata "gao" 糕 berarti kue berbunyi mirip dengan "gao" 高 yang artinya tinggi. Oleh sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran. Pada zaman dahulu banyaknya atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.Dibandingkan dodol , kue keranjang lebih tahan lama dan bisa bertahan lama. Dalam kasus tertentu , kue keranjang bisa bertahan lebih dari setahun dengan kondisi agak keras daripada sebelumnya dengan rasa yang tidak berubah.
Kue Lapis Legit | Kue wajib lainnya adalah kue lapis legit (spekkoek) sebagai pelambang datangnya rezeki yang berlapis-lapis dan saling tumpang tindih di tahun yang akan datang, sehingga dengan demikian bisa dapat merasakan kehidupan yang lebih lebih manis dan lebih legit lagi. Kue lapis legit yang sering juga disebut sebagai "Thousand Layer Cake", walaupun memang benar menggunakan mentega dari Belanda (roomboter), tetapi orang-orang di Belanda nya sendiri, mereka tidak mengenal kue itu. Mungkin perkataan "spek" ini diambil dari bahasa Belanda yang berarti lapisan lemak babi (bacon = bhs Inggris), karena bentuknya mirip spek. Menjelang Imlek , harga telur kampung di Indonesia biasanya naik drastis karena permintaan yang tinggi dari konsumen yang hendak membuat kue lapis legit berkualitas.
Kue-Kue Lain | Kue Bugis , Kue Bika Ambon , Wajik , Kue Mangkok (huatkue 發粿), Kue Ku Merah ( Angkukue ), Kue Ladu , Kue Pepe , Kue Pisang , . Kue-kue yang disajikan pada hari raya tahun baru Imlek pada umumnya ada jauh lebih manis daripada biasanya, sebab dengan demikian diharapkan di tahun mendatang jalan hidup kita bisa menjadi lebih manis lagi daripada di tahun-tahun sebelumnya.
BUAH BUAHAN
Pisang | Pisang Raja atau Pisang Emas melambangkan emas dan kemakmuran.
Jeruk Kuning | Diusahakan yang ada daunnya sebab melambangkan kemakmuran yang akan tumbuh terus.(Lihat juga bagian "Tradisi Bertukar Jeruk")
Tebu | Melambangkan kehidupan manis yang panjang.
Jeruk Bali | Jeruk Bali dalam Budaya Tionghua disediakan untuk menyambut hari Imlek. Jeruk bali sering dipakai dan juga jeruk-jeruk yang ada daunnya - sebab musim ini biasanya juga musim jeruk kalau diutara khatulistiwa. Masalah jeruk ini sebenarnya tidak terlalu ruwet. Simbolitas di dalam kebudayaan Tionghoa itu sangat banyak jenisnya, salah satunya adalah persamaan lafal. Lafal yang sama, walaupun tidak dari karakter yang sama dapat dijadikan sebagai perlambang ini dan itu. Lagipula, hasil panen jeruk biasanya mencapai puncaknya pada musim dingin di belahan bumi utara (November - Januari). Arti kata Jeruk Bali dalam bahasa Latin adalah citrus maxima atau citrus grandis yang kurang lebih berarti Jeruk Besar. Dalam bahasa Mandarin disebut Youzi 柚子 yang bermakna you 佑 atau 庇佑 perlindungan. Sebenarnya ditempat asalnya biasa dipakai pada saat Tiongciu Pia , karena pada saat itu itulah mereka berbuah , tetapi disini berbeda. Arti lainnya adalah persatuan dan berkumpulnya keluarga karena modelnya yang bulat besar.
Nanas | Secara umum buah-buah berduri seperti salak dan durian ditabukan. Nanas adalah kekecualian karena dalam bahasa Mandarin adalah Wang Li yang bunyinya mirip dengan kata "berjaya" atau mahkota raja.
Daftar Tabu : Buah-buahan yang ada durinya (kecuali nanas , lihat diatas) seperti salak dan durian.
MANISAN
Selain itu, tentu harus ada teliau 茶料 (‘manis-manis teman minum teh’), misalnya tangkue 冬瓜 (‘manisan buah beligo), angco 紅棗 (‘kurma Tiongkok), lengkeng kering, dan gula batu (3 jenis saja). kolang kaling agar pikiran bisa menjadi jernih terus dan juga agar2 yang sebaiknya disajikan dalam bentuk bintang agar kehidupan maupun jabatannya dimasa yang akan datang bisa menjadi lebih terang dan bersinar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar