"Begitu Fada mendengarkan gatha, ia tidak bersedih lagi, bahkan mencapai pencerahan agung, lalu memberitahu Guru, "Fada dari dulu memang belum pernah memutar Saddharma Pundarika, tetapi justru diputar oleh Saddharma Pundarika." Melanjutkan, "Sutra bersabda: Para Maha-sravaka hingga Bodhisattva, walau berpikir dengan segala cara, tetap tidak mampu mengukur kebijaksanaan Buddha." "Hari ini membuat orang awam mencerahi hati sendiri, maka dinamakan kebijaksanaan dan pandangan Buddha, saya bukan orang berbakat atas, wajar saja ragu dan mencela. Sutra menyebutkan tentang 3 kereta, kereta kambing, rusa, dan lembu putih, bagaimana membedakannya? Mohon Bhiksu menjelaskan lagi."
Guru bersabda, "Arti Sutra sangat jelas, namun Anda sendiri bodoh dan melanggar arti Sutra. Orang-orang triyana, tidak mampu mengukur kebijaksanaan Buddha, masalahnya ada pada kelapangan hatinya. Walau mereka bersama-sama merenungkan dan mengkaji dengan segenap cara, malah menjadi semakin jauh. Buddha memang berceramah untuk orang awam, bukan untuk Buddha, orang yang tidak sudi mempercayai prinsip ini, biarlah ia meninggalkan tempat duduknya, ia tidak sadar bahwa sebenarnya ia sudah duduk di atas kereta lembu putih, namun masih mencari 3 kereta di luar sana. Apalagi kutipan Sutra jelas-jelas mengatakan pada Anda, hanya Buddhayana satu-satunya, tidak ada yana lainnya. Jika ada 2 atau 3 bahkan tak terhingga, itu adalah sebab dan kondisi untuk memudahkan dalam memberikan perumpamaan dan istilah, Semua Dharma ini adalah Buddhayana. Mengapa Anda tidak sadar bahwa ketiga kereta adalah perumpamaan palsu saja yang disabdakan pada zaman dulu, sedangkan ekayana barulah Dharma sejati yang disabdakan pada zaman sekarang. Hanya mengajarkan Anda menyingkirkan yang palsu dan kembali ke yang sejati, setelah kembali ke sejati, sejati pun anonim. Ketahuilah bahwa semua kekayaan adalah milik Anda, Andalah yang menikmatinya, jangan berpikir itu adalah pemberian ayah Anda; juga jangan berpikir Anda adalah anak yang seharusnya menerimanya, Anda sama sekali tidak perlu memikirkannya, inilah yang dinamakan menjapa Saddharma Pundarika Sutra. Dari kalpa ke kalpa, tangan tidak melepaskan kitab, dari siang hingga malam, selalu menjapanya.
"Fada mendapatkan ilham dan kegirangan."
※ ※ ※
Pertama-tama kita sembah sujud pada guru silsilah Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala, sembah sujud pada Mahakala yang terhormat.
Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, umat se-Dharma di internet, dan tamu agung kita hari ini ayah saya, Sdr. Er-shun Lu, my older sister Sheng-mei Lu, senior kita yang terhormat Bupati Kabupaten Nantou Bupati Chao-qing Li, ketua departemen sosial pemerintah Kabupaten Nantou Bpk. Jun-ping Xiong, akademisi Academy of Sinica DR. Hsi-yi Chu dan istri Ibu Wen-wen Chen, Chinese University of Hong Kong DR. Wai-lun TAM, anggota parlemen Kabupaten Nantou Zhuang Xu, anggota dewan rehabilitasi bencana 21 September Executive Yuan Bpk. Yi-yuan Liao, sekjen kantor pelayanan legislator Tsai Zen Yuan Bpk. Jin-long Xu, Ibu Ling-ying Hong, pengusaha sukses Hong Kong Bpk. Feng-yi Lei, ketua Home Affairs Department Kabupaten Nantou Bpk. Rui-qing Chen, ketua kantor Jia-long Lin Bpk. Hong-xin Chen. Masih banyak lagi tamu agung, mereka datang namun tidak mendaftar, selamat datang juga kepada mereka. Selamat siang semuanya, apa kabar semuanya. (Hadirin tepuk tangan)
Hari ini terima kasih sekali kepada senior kita -- bupati Kabupaten Nantou, hadir di upacara homa kita, Beliau juga sempat bicara, semoga Taiwan Lei Tsang Temple kita bekerjasama dengan pemerintahan kabupaten Nantou, membantu semua warga Kabupaten Nantou dan seluruh insan.
Hari ini, homa yang kita adakan adalah Mahakala. Status yidam yang satu ini sangat istimewa, Ia memiliki banyak status. Tempat asal Mahakala ini, Agama Buddha menyebutkan "Dhatu", atau dari manakah asal-muasal-Nya? Legenda berbeda-beda, ada yang mengatakan titisan dari Vairocana; ada yang mengatakan titisan Dewa Perusak (Shiva) dalam Agama Hindu; ada yang mengatakan Ia adalah titisan Bodhisattva Avalokitesvara. Mahakala dalam Agama Hindu disebut titisan dari "Dewa Shiva" atau "Mahesvara" atau "Dewa Perusak". Sedangkan, di Tantra Timur - Jepang, yidam yang satu ini adalah salah satu dari "Tujuh Dewa Kekayaan", itulah Mahakala. Biasanya di dapur restoran memuja Mahakala, Ia juga dewa dapur; di Tibet, Mahakala adalah pengurus "kuburan", yaitu "Dewa Kuburan", semua kuburan diurus-Nya. Dulu, saya pernah menceritakan sebuah ceirta lucu tentang kuburan. Ada seseorang selalu ganti bos, bukan bos yang menggantinya, melainkan ia yang ganti bos, setiap hari ganti bos. Suatu hari, konon ada sebuah pekerjaan yang sangat bagus, ia pun pergi. Alhasil? Ia ganti bos lagi. Orang lain bertanya, "Mengapa Anda ganti bos lagi?" Ia berkata, "Hanya saya sendiri berdiri, semua orang berbaring." Karena, orang lain lebih malas darinya, ia tidak mau pekerjaan ini, itulah pengurus kuburan.
Mahakala adalah pengurus kuburan, semua yang berada di bawah Lei Tsang Temple mendengar perintah Mahakala. Bukankah semua yang di bawah adalah kuburan? Ia menjadi pengurus kuburan, Ia tetap pengurus Dharmapala, dewa Dharmapala, dapat menerima abhiseka yidam yang satu ini, sangat langka. (Hadirin tepuk tangan) Dulu, Guru Sakya Dezhung berkata pada saya, "Yang tidak mendapatkan abhiseka yidam yang satu ini, tidak dapat membentuk mudra yang satu lagi, tidak dapat mempekerjakan seluruh makhluk halus." Untuk mengetahui asal-muasal yidam yang satu ini, Ia adalah pengurus kuburan, bahkan dewa Dharmapala agung Tibet. Setinggi apa kekuatan-Nya? Jangan anggap Ia hanya pengurus kuburan saja, semua makhluk halus di bawah kepengurusannya. (Hadirin tepuk tangan) Ia mampu mengundang semua makhluk halus. Seluruh acarya yang tidak menerima abhiseka yidam yang satu ini, tidak dapat membentuk mudra ini, tidak dapat mengundang makhluk halus. Mudra apa? Mudra ini bukan kedua tangan saling membelakangi, ini adalah mudra biasa, ada lagi satu mudra yang sangat istimewa, hari ini beritahu kalian, perhatikan baik-baik! (Mahaguru membentuk mudra) Mudra ini kedua tangan dirangkap ke dalam, kelingking dan jari manis tegak, kemudian kelingking dan jari manis terpisah, ibu jari saling berdampingan, kedua tangan saling gosok, bolak balik 3 kali, kemudian baca Mahakala menitahkan, semua makhluk halus akan datang serentak. (Hadirin tepuk tangan) Yang belum menerima abhiseka Mahakala, tidak dapat membentuk mudra ini. Namun, mudra ini sangat rahasia, hari ini diceritakan, kalian jangan sebarkan. (Hadirin tepuk tangan) Makin rahasia makin mahal, makin berharga. Acarya yang tidak datang hari ini, tidak menerima abhiseka Mahakala ini, tidak dapat membentuk mudra ini, tidak dapat mengundang makhluk halus. Karena tidak dapat, lain kali, diberikan abhiseka lagi. Entah kapan ada kesempatan apa lagi baru bisa abhiseka lagi.
Abhiseka hari ini sangat istimewa. Minggu lalu, Observatorium Meteorologi kita melaporkan, hari jumat, hari sabtu adalah cerah, suhu mencapai 30 derajat, semua orang boleh pergi wisata, hari sabtu dan hari minggu cerah. Pagi ini, begitu saya tonton TV, karena dampak lapisan awan Huanan, sehingga menjadi cuaca yang lembab dan dingin, bahkan akan turun hujan, suhu mencapai 30 derajat, harus menunggu sampai hari selasa. Observatorium Meteorologi mengatakan hari sabtu minggu, dua hari libur mingguan, semua orang boleh keluar berwisata, alhasil menjadi cuaca yang mendung dan dingin.
Saya pernah menceritakan sebuah cerita lucu, ada seorang ayah bawa anaknya mencari pekerjaan, ia berkata, "Ucapan anak saya tidak pasti, bagaimana baiknya." Pegawai di sana berkata, "Penyiar berita cuaca." Karena semua tidak pasti.Tadinya hari ini seharusnya cerah, tiba-tiba lapisan awan Huanan datang, alhasil menjadi mendung dan dingin. Karena Observatorium Meteorologi tidak tahu hari ini di Taiwan Lei Tsang Temple akan diadakan homa Mahakala. (Hadirin tepuk tangan) Mahakala sendiri suka cuaca mendung dan dingin, matahari 30 derajat, Mahakala mana tahan? Ia adalah pengurus makhluk halus di alam baka, di tempat yang mendung dan lembab. Saat Anda mau mengundang makhluk halus, harus mengundang-Nya! Homa Mahakala pasti mendung. (Hadirin tepuk tangan) Jadi, Observatorium Meteorologi, kita sebut "khi xiao dai" (observatorium gila), pernyataannya tidak tepat. Tapi, mereka akan cepat sekali merespon, "Karena lapisan awan Huanan telah datang, jadi, seluruh propinsi pun mendung. Karena lapisan awan sangat tebal, sehingga telah menutupi, malah bisa turun hujan." Lihatlah, ac terus meniup saya, oh! So cold, dingin sekali! Di bawah ada ac, di atas juga ada ac, meniup sampai kedinginan, tidak apa-apa! Saya tangkis dengan api kundalini. (Mahaguru tertawa, hadirin tertawa)
Kalian tahu apa itu Mahakala (Langit Maha Gelap)? Yaitu langit cerah juga bisa berubah menjadi langit gelap. Sekarang baru pukul 4:30, lihatlah! Langit sudah gelap, bukankah itu Mahakala? Kontak yoga. (Hadirin tepuk tangan) Dharmabala yidam yang satu ini sangat besar, dapat membentuk mudra itu, dapat kedua tangan saling bergesekan, jari mana dan jari mana yang saling bergesekan? Ibu jari. Gosok 3 kali, semua makhluk halus pun akan datang. Sebesar apakah kekuatan tersebut, semua makhluk halus harus mendengarkan perintah Mahakala.
Jadi, zaman Cina kuno ada Kota Kaifeng yang sangat hebat, di dalam ada "Bao Qing Tian". Yang kita perkenalkan di sini adalah "Bao Hei Tian". Yidam yang satu ini, ada 2 lengan, ada 6 lengan, ada 8 lengan, banyak lengan, Dharmabala dahsyat-Nya tiada tara, kita boleh menekuni yidam yang satu ini untuk dijadikan Dharmapala, dijadikan dewa rejeki, di restoran dijadikan dewa dapur; yaitu menekuni yidam yang satu ini, asalkan pernah menerima abhiseka Mahakala, maka boleh membentuk mudra tersebut.
Hari ini, kutipan SUTRA ZEN PATRIAK VI (disebut juga Sutra Altar Patriak VI) sangat panjang, namun, mudah sekali dimengerti, saya cukup menjelaskan poin pentingnya saja. Bhiksu Fada mendengarkan gatha Patriak VI, tidak merasa sedih! Berkat kalimat ini, ia mencapai pencerahan agung, setelah ia mencapai tingkat pencerahan, kemudian memberitahu Patriak VI, "Fada dari dulu, memang tidak pernah memutar Saddharma Pundarika" Ia menjapa SADDHARMA PUNDARIKA SUTRA sebanyak 3000 kali, tak disangka tidak pernah memutar Saddharma Pundarika, "tetap diputar oleh Saddharma Pundarika" -- alhasil tetap diputar oleh Sutra; "melanjutkan" -- berkata lagi pada Patriak VI, "Sutra mengatakan: "Para Maha-sravaka hingga Bodhisattva, walau berpikir dengan segala cara, tetap tidak mampu mengukur kebijaksanaan Buddha." Maha-sravaka adalah Maha-arahat, dan seluruh Bodhisattva pun tidak mampu mengukur kebijaksanaan Buddha Sakyamuni; "Hari ini membuat orang awam mencerahi hati sendiri, maka dinamakan kebijaksanaan dan pandangan Buddha, saya bukan orang berbakat atas." -- saya sendiri bukan bakat atas! "Wajar saja ragu dan mencela"; "dan lagi Sutra mengutarakan 3 kereta", kereta kambing, kereta rusa, kereta lembu putih, bagaimana membedakannya? Mohon Patriak VI kembali memberikan petunjuk. Patriak VI bersabda, " Arti Sutra sangat jelas, namun Anda sendiri bodoh dan melanggar arti Sutra. Orang-orang triyana, tidak mampu mengukur kebijaksanaan Buddha, masalahnya ada pada kelapangan hatinya. Walau mereka bersama-sama merenungkan dan mengkaji dengan segenap cara, malah menjadi semakin jauh. Buddha memang berceramah untuk orang awam, bukan untuk Buddha, orang yang tidak sudi mempercayai prinsip ini, biarlah ia meninggalkan tempat duduknya, ia tidak sadar bahwa sebenarnya ia sudah duduk di atas kereta lembu putih, namun masih mencari 3 kereta di luar sana. Apalagi kutipan Sutra jelas-jelas mengatakan pada Anda, hanya Buddhayana satu-satunya, tidak ada yana lainnya. Jika ada 2 atau 3 bahkan tak terhingga, itu adalah sebab dan kondisi untuk memudahkan dalam memberikan perumpamaan dan istilah, Semua Dharma ini adalah Buddhayana. Mengapa Anda tidak sadar bahwa ketiga kereta adalah perumpamaan palsu saja yang disabdakan pada zaman dulu, sedangkan ekayana barulah Dharma sejati yang disabdakan pada zaman sekarang. Hanya mengajarkan Anda menyingkirkan yang palsu dan kembali ke yang sejati, setelah kembali ke sejati, sejati pun anonim. Ketahuilah bahwa semua kekayaan adalah milik Anda, Andalah yang menikmatinya, jangan berpikir itu adalah pemberian ayah Anda; juga jangan berpikir Anda adalah anak yang seharusnya menerimanya, Anda sama sekali tidak perlu memikirkannya, inilah yang dinamakan menjapa Saddharma Pundarika Sutra. Dari kalpa ke kalpa, tangan tidak melepaskan kitab, dari siang hingga malam, selalu menjapanya. "Fada mendapatkan ilham dan kegirangan."
Kalimat Sutra gampang dimengerti, yang mengerti mandarin pun bisa mengerti. Masalahnya adalah satu poin penting -- "tiga kereta". Zaman Buddha Sakyamuni, tidak ada kereta api, tidak ada mobil, tidak ada pesawat terbang, namun naik kereta kambing, kereta yang ditarik dengan kambing; kereta rusa, kereta yang ditarik dengan rusa, sekarang di tanah bersalju masih menggunakan kereta yang ditarik dengan rusa; selain itu, kereta lembu, saat kecil saya pernah naik, kereta lembu lewat dari depan, kami pun loncat ke atas ekornya, menariknya, si penarik kereta lembu melihat kami anak-anak kecil naik ke atas kereta, "Turun! Turun!" "Pha!" Kami pun loncat turun. Ada lagi, kereta tebu juga ditarik dengan lembu, saat itu, semua menggunakan kereta lembu.
Dulu saya memang tidak pintar bersekolah! Namun, saya tidak sempat masuk kelas mengembala lembu, tidak sempat menyuapi lembu! Di depan rumah saya sering ada kereta lembu hilir mudik, kami melihat kereta lembu lewat, kami akan manfaatkan kesempatan naik sebentar, naik kereta lembu sangat nyaman, rasanya beda dengan naik sedan, naik kapal, naik pesawat terbang, maupun naik HSR (High Speed Rail). Saat itu, sehabis menaiki kereta lembu, kami bahkan menarik sebatang atau beberapa batang tebu putih, tebu manis sekali! Rasanya tiada tara, sangat nikmat, itulah happy hours kami waktu kecil. "Tiga kereta" yang disebutkan dalam Sutra Buddha, mengapa dikatakan "kereta kambing", "kereta rusa", "kereta lembu"? Ini melambangkan "triyana". Patriak VI mengatakan, hanya ada "ekayana", sebenarnya tidak ada "triyana". "Triyana" ini untuk menggertak kita. Ada seorang murid, nilai rapornya tidak bagus, begitu pulang, ia melihat ayahnya dan berkata, "Maaf ayah, separuh nilai saya tidak bagus." Ayahnya berkata, "Tidak apa-apa, berusahalah lebih keras lagi, lain kali nilaimu pasti akan lebih baik." Sebulan kemudian, murid ini pulang dan berkata pada ayahnya, "Kali ini, separuh nilaiku bagus." Ayahnya berkata, "Wah! Sudah ada kemajuan, lanjutkan kerja kerasmu." Ia menggertak ayahnya, membohongi ayahnya. Sebenarnya, separuh tidak bagus dan separuh bagus itu sama saja, hanya saja, saat ia menekankan bagus, ayahnya pun percaya, dikira benar.
Buddha bersabda tentang "Triyana", itu sedang membohongi kita. Sebenarnya, Patriak VI di sini mengatakan, hanya ada "Ekayana". Setahu saya, Maha-sravaka memasuki parinirvana, disebut "Parinirvana Tak Bersisa", Ia menyingkirkan semua karma, menyingkirkan semua kerisauan, memasuki "samadhi", disebut "Parinirvana Tak Bersisa", ini disebut "Sravakayana", yaitu "Ekayana". Banyak penekun Agama Buddha Selatan belajar ini, menyingkirkan rintangan karma, menyingkirkan kerisauan, kemudian, memasuki parinirvana, disebut "Parinirvana Tak Bersisa". Namun, setahu saya, parinirvana ini palsu. "Bodhisattvayana", "Prayekayana" juga palsu, mengerti, mencapai pencerahan, memahami hati lewat "12 nidana", kemudian? "Pratyeka" sangat sombong, "Pratyeka" punya karakter sombong, namun, ia juga memasuki parinirvana, inilah "dwiyana", "Theravada". Menurut Buddha, "Dwiyana" juga palsu, mutlak bukan "3 kereta". Karena Buddha akan memperlihatkan terang-Nya dan berkata pada Sravaka, "Anda harus bangun, bangkitkan Bodhicitta, kemudian melatih diri, baru dapat mencapai tingkat Tathagata." Buddha juga memperlihatkan terang-Nya memberitahu "Pratyeka", "Anda mesti terus melatih diri lagi, singkirkan kesombongan, baru dapat mencapai kebijaksanaan Tathagata." Buddha akan menyeberangkan "Sravaka" dan "Pratyeka" lagi, menyeberangkan "Pratyeka Buddha" lagi. Jadi, di sini Buddha bersabda hanya ada "Ekayana", tidak ada yang namanya "Triyana", tidak ada "Sravaka", "Tidak ada Pratyeka", tidak ada "Pratyeka Buddha", tentu hanya ada satu "Buddhayana", sesungguhnya ini disebut "Corak Satu Wujud Sejati". Buddha bersabda tentang "Ekayana", sedang "Triyana" hanya kemudahan saja. Inilah kebenaran yang disampaikan Patriak VI dalam SUTRA ALTAR PATRIAK VI, yang berkesan paling dalam. Anda harus ingat! "Maha-arahat" memasuki "Parinirvana Tak Bersisa", itu palsu, itu bukan perintah Buddha; Maha-pratyeka memasuki "pratyeka", juga tidak sejati, mesti setiap orang memiliki Buddhata, yang mesti dibangkitkan adalah kebijaksanaan Buddha, bukan "Sravakayana", "Pratyekayana", "Pratyekabuddhayana", mutlak bukan, beda.
Kita hidup di dunia ini, harus tekun belajar Buddha, tidak boleh hanya belajar Agama Buddha Selatan, harus belajar "Mahayana", "Mahayana" barulah sejati. Ada orang setelah belajar Mahayana, malah balik belajar "Theravada", ini keliru. Seharusnya dari Theravada baru belajar Mahayana. Dunia sangat singkat, sekali pejam mata, sekali buka mata, sehari pun berlalu; sekali pejam mata, mata tak terbuka, satu kehidupan pun berlalu. Cepat sekali, di antara pejam mata dan buka mata saja! Sekali pejam mata, sekali buka mata, sehari pun berlalu; sekali pejam mata, mata tak terbuka, satu kehidupan pun berlalu, cepat sekali. Di dunia ini, harus sangat tekun, daripada bicara "kereta", saya bicara "kapal" saja. Tadi, saat penyeberangan, menggunakan kapal, menjelmakan kapal yang tak terhitung, para arwah pun dibawa. (Hadirin tepuk tangan) Ada seorang istri bertanya pada suaminya, "Akhir-akhir ini, gerak-gerikmu sangat aneh, apakah kamu selingkuh?" Suami pun berkata, "Trust me. Kamu harus percaya padaku! Bahkan naik kapal pun saya bisa mabuk laut, mana berani menginjak 2 kapal?" Kita tidak boleh menginjak 2 kapal, kita hanya naik 1 kapal. Siapa mampu naik dua kapal sekaligus? Kaki menginjak 2 kapal memang salah. Seperti usia saya, saya tidak bisa merentangkan kaki, yang tulangnya lebih lunak, yang muda, suruh dia "merentangkan kaki", sebentar saja sudah "merentangkan kaki", seperti Lama Lianzhong, suruh dia "merentangkan kaki", ia langsung merentangkan. Yang muda boleh, yang lanjut usia, tulang sudah keras, mana mungkin merentangkan kaki? Benar tidak? Namun, konon tidak hanya ada pemuda nakal, ada juga orang tua nakal.
Patriak VI pun bersabda, "Ketiga kereta adalah perumpamaan palsu saja yang disabdakan pada zaman dulu" – disabdakan pada zaman Buddha Sakyamuni dulu, Ia hanya bisa bersabda tentang "Triyana". "Ekayana adalah sejati" -- hanya "Ekayana", zaman sekarang hanya bisa menjelaskan "Ekayana" -- Buddhayana adalah satu-satunya, harus "menyingkirkan yang palsu dan kembali ke sejati"! -- singkirkan semua yang palsu, semua yang palsu disingkirkan, maka menjadi sejati. "Menyingkirkan yang palsu, kembali ke sejati", "kembali ke sejati", setelah "kembali ke sejati", "sejati juga anonim", bahkan "Ekayana" pun tidak ada, sesungguhnya, "sejati" itu anonim, tidak dapat dijelaskan, inilah sabda Patriak VI yang paling penting. Mengapa "anonim"? Kalian harus mencerahinya. Yang namanya pencerahan, dalam kalimat ini, "Setelah kembali ke sejati, sejati juga anonim", tidak ada yang namanya palsu, tidak ada yang palsu.
Hari ini, ada tokoh politik di sini, saya sungguh tidak enak menceritakan cerita lucu tentang politik. Tokoh politik yang datang ke sini, jujur dan sungguh-sungguh, benar-benar "abdi rakyat", (hadirin tepuk tangan) yang benar-benar bekerja. Lihat, Kabupaten Nantou punya prestasi yang begitu gemilang, bupati yang benar-benar bekerja. Juga ada legislator, juga ada anggota parlemen, semua benar-benar bekerja, kita tidak pura-pura. Ada seorang tokoh politik, tengah malam pulang dan melapor pada istrinya, "Saya terpilih." Istrinya bangkit dari tempat tidur, berkata, "Kamu tidak membohongi saya?" "Sejak saya terpilih, saya sama sekali tidak membohongi orang lagi." Wah! Tidak ada yang tertawa. Ia berkata, "Saya mana membohongimu? Setelah saya terpilih, saya tidak pernah lagi membohongi orang." Sebelum terpilih, saat sedang kampanye, belum tentu. Inilah tokoh politik, tokoh politik terlalu banyak buka cek, kita tidak menyalahkannya, terlalu banyak buka cek, bisa lupa. Tadinya ia tidak punya beberapa lembar cek, semua sudah dibuka, sisanya sudah tidak banyak lagi, tentu saja tidak dapat dipraktekkan. Jadi, kita juga harus memaafkan tokoh politik, kadang-kadang, saat ia sedang kampanye, cukup dengarkan saja, jangan terlalu serius. Jika berhasil dilaksanakan, kita telah melihat, kita akan berterima kasih. Benar tidak? Seperti bupati kita, kinerjanya sangat bagus, benar-benar berprestasi, tidak ada yang perlu dikomentari. (Hadirin tepuk tangan)
Ada seorang jaksa, bertanya pada seorang pencuri mobil, "Mengapa Anda mencuri mobil?" Ia berkata, "Karena mobil diparkir di samping kuburan, saya kira pemiliknya sudah meninggal dunia." Ini tentu tidak boleh, ini bohong! Namun, kebohongan sepertinya jujur, "Mobil di samping kuburan", ia kira pemiliknya telah meninggal dunia. Ini membuat saya teringat dulu selalu bercerita lucu, jaksa bertanya pada pencetak uang palsu, "Mengapa Anda cetak uang palsu?" "Saya tidak bisa cetak uang asli." Ini juga jujur! Namun, kejujuran juga kebohongan, harus mengerti membedakannya.
"Kereta kambing", "kereta rusa", sebenarnya palsu, tidak berfungsi. Anda tahu Maha-arahat asalkan memasuki parinirvana, maka kehilangan fungsi, tidak berfungsi lagi! Ia tidak ada karma baik, tidak ada karma buruk, ia tidak mampu membantu orang, segalanya kembali ke kekosongan. Lantas, buat apa memasuki parinirvana? Tentu saja palsu, segalanya kosong, memasuki kekosongan, tidak ada tindakan, lantas, buat apa melatih diri? Jadi, Buddha akan memancarkan cahaya menerangi Maha-arahat, agar ia keluar dari samadhi, berganti huluan menekuni "Buddhayana". "Pratyeka" juga sama. Jadi, "tiga kereta" sebenarnya adalah "satu kereta".
Saya bukan membual, bukan "Bualan Observatorium Meteorologi", saya sama sekali tidak membesar-besarkan. Ada sebuah cerita lucu tentang membesar-besarkan, kalian cukup dengarkan saja. Ada seorang wanita gemuk, berenang di laut, bertemu seekor ikan paus, "Wah!" Wanita gemuk itu ketakutan, karena sekali mulut ikan paus terbuka juga sangat mengerikan, banyak yang dimangsa olehnya. Ikan paus berkata padanya, "Kamu tidak usah takut, kamu sebangsa dengan kami." Terlalu membesar-besarkan, cerita lucu ini terlalu berlebihan. Dulu, bukankah saya pernah mengatakan? Ada seseorang berkata, "Ada uang, tidak ada uang, merayakan tahun baru dengan mempersunting seorang istri." Saat ia sedang bicara seperti itu, di sampingnya ada seorang adik dinosaurus, kalian tahu bagaimana adik dinosaurus itu? Juga seorang wanita yang sangat gemuk. Ia berkata, "Kalau begitu, saya menikah denganmu saja." Pria itu begitu melihatnya, dilihat dari kepala sampai kaki, lalu berkata, "Tahun ini saya tidak merayakan tahun baru." Terlalu membesar-besarkan.
Patriak VI bersabda, menyingkirkan yang palsu, kembali ke yang sejati. Apa itu palsu? Apa itu sejati? Patriak VI bersabda! Apa itu lurus? Apa itu sesat? "Non duniawi" adalah lurus! "Duniawi" adalah sesat, jelas sekali. Karena dunia adalah wujud palsu, siapa yang mampu memiliki? Kalian pikirkan sejenak. Pagi ini, saya masih sempat menonton televisi menayangkan saya menerangkan SUTRA ALTAR PATRIAK VI, di stasiun ke-28 "Era TV", di antaranya, saya sempat mengungkit tentang 3 orang. Saya jadi malu hati, itu diceramahkan di Amerika Serikat, siapa tahu bisa ditayang di sini? Pertama adalah Presiden Abian, kedua adalah Bpk. Wang Yong-qing, ketiga adalah Nona Cui Tai-qing.
Presiden Abian melambangkan kedudukan, lihat, kedudukan juga tidak abadi, dari tempat tertinggi bisa lari ke sana, beda jauh sekali, kesenjangan yang besar. Satu adalah presiden, satu adalah di sana, beda jauh sekali. Nyatalah bahwa, kedudukan itu palsu, tidak selamanya Anda memiliki, kesenjangan sangat besar. Bpk. Wang Yong-qing, ia punya uang yang sangat banyak, tak terhitung. Alhasil, ia telah meninggal. Sesungguhnya, ia juga tidak dapat apa-apa, sama dengan tidak ada uang. Walaupun, tanah makamnya begitu luas, namun, tempat ia dimakamkan, tetap setinggi badannya saja, tanah di sebelahnya bukan tanahnya, walaupun itu tanahnya, namun, ia tidak bisa berjalan ke sana! Uangnya juga tidak ada lagi. Uang juga tidak abadi, tidak bisa dimiliki, kedudukan tidak bisa dimiliki. Seperti Cui Tai-qing, pada zaman kami, ia adalah wanita cantik yang paling kami kagumi! Wanita tercantik, seperti Elizabeth Tailor, seperti Cleopatra. Cui Tai-qing adalah Cleopatra Taiwan! Lampion Vihara Long Shan, tertulis sebuah teka-teki lampion, "Bokong Cui Tai-qing tertulis nama seorang pengarang" -- "Qiong Yao" (selafal dengan goyang habis-habisan), tak disangka adalah "Qiong Yao". Saya juga tidak bisa goyangannya. Saya harus belajar, belajar tarian pribumi Tahiti, Hawaii, tarian hula Hawaii, sebenarnya berasal dari Tahiti. Cui Tai-qing, begitu ia goyang, pada zaman kami, semua pemuda yang melihatnya pun pingsan. Selanjutnya, tidak perlu dikatakan lagi. Karena wajahnya sekarang, kecantikannya telah berubah. Jadi, cantik juga tidak abadi, kecantikan tidak abadi, semua tidak abadi, semua tidak bisa kita miliki. Kedudukan, kekayaan, dan kecantikan, semua tidak bisa dimiliki. Kita harus serius menyingkirkan yang palsu, dengan demikian baru dapat meninggalkan duniawi, baru dapat melatih diri, baru dapat memperoleh kebenaran.
Sadhaka hanya boleh membiarkan datang dan pergi seiring jodoh. Saya telah katakan, ada jodoh, Anda pun akan miliki; tidak ada jodoh, Anda pun jangan memaksa. Ada jodoh, Anda boleh miliki untuk sementara, tidak ada jodoh, anggaplah sebagai sebuah ilusi, halusinasi. Jadi, Patriak VI dalam SUTRA ALTAR PATRIAK VI bersabda, yang namanya "Ekayana", "Dwiyana" adalah ilusi, yang sejati hanya "Buddhayana", hanya bisa mencapai kebuddhaan saja, semua kembali ke kita, kita sendiri bisa mencapai kebuddhaan. Lantas, asalkan ktia bisa menyingkirkan semua yang palsu, berubah menjadi Buddhata yang sejati, Andapun bisa memperoleh kebenaran. Sekian ceramah hari ini. Om Mani Padme Hum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar