- Kutipan Dharmadesana Mahaguru dalam pewarisan Sadhana Berharga Maha-brahma 27 Aug 2011 di Seattle
Translated by Lianhua Jun Shi An
(注意:密教所有的手印,咒語及修持應該先得到根本上師的灌頂才可以修,否則犯了盜法罪。本頁不接受有關此 法的問答,若有疑問必須向金剛上師求指示才算是如法,尊重密法的尊貴。以下有印尼常住上師所有道場的地址。 其它的國家可以自找在 www.tbsn.org )
Perhatian : Semua mudra, mantra dan sadhana dalam Tantrayana mengandung makna esoterik, sehingga baru bisa ditekuni setelah memperoleh abhiseka dan instruksi dari Mahamulacarya. Jika tidak , berarti telah melanggar ketentuan Dharma dan melakukan pelanggaran pencurian Dharma.
Page ini tidak menerima tanya jawab mengenai Sadhana Mahabrahma, jika ada pertanyaan harap langsung memohon pengarahan dari Vajracarya , dengan demikian barulah sesuai dengan tata Dharma dan menghormati keagungan Dharma Tantra.
Di bawah artikel ini ada daftar alamat Vihara di Indonesia yang terdapat Acarya tetap. Untuk negara lain bisa mencari di www.tbsn.org
Terlebih dahulu, marilah kita bersembah sujud pada Para Guru Leluhur, Bhiksu Liaoming, Acarya Sakya zhengkong (Dezhung Rinpoche), Karmapa 16, Acarya Tubten Dhargye. Sembah sujud pada Triratna mandala, juga sembah sujud pada Adinata sadhana hari ini, Namo Amitabha Buddha, kita bersembah sujud pada adinata pewarisan sadhana hari ini Maha-brahma Deva-raja. Gurudara, para Acarya, Dharmacarya, bhiksu, Pandita Dharmadhuta, Pandita Lokapalasraya, para ketua vihara, para saudara saudari Sedharma, dan semua yang menyaksikan lewat internet, serta semua tamu agung, selamat siang semuanya.
Susunan acara hari ini sangat panjang, sehingga saya harus menjelaskan adinata ini yaitu Mahabrahma Devaraja dengan ringkas. Saat Buddha Sakyamuni mencapai pencerahan di bawah Pohon Bodhi, Beliau tidak ingin menetap di dunia dan hendak segera masuk Parinirvana, saat itu Dewa Brahma dan Sakradevanam Indra hadir untuk memohon Buddha Sakyamuni menetap di dunia memutar Dharmacakra (membabarkan Dharma). Adalah Mahabrahma Deva dan Indra Deva yang memohon Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia ini, sehingga kemudian baru ada Agama Buddha. Sehingga Dewa Mahabrahma ini adalah yang memohon Buddha untuk menetap di dunia membabarkan Dharma, merupakan Dewa Mahabrahma yang berbudi jasa bagi para insan.
Meskipun Dewa Brahma dalam Buddhisme hanyalah di tingkatan dhyana pertama, juga hanya merupakan hampir surga pertama atau kedua di rupadhatu. Namun, dalam Hinduisme, Dewa Mahabrahma adalah Dewata yang mempunyai kedudukan sangat tinggi, merupakan Dewata tertinggi, juga disebut sebagai Sang Pencipta. Dalam Agama Hindu ada Tri-murti, yaitu Dewa Pencipta adalah Dewa Mahabrahma, kemudian Dewa Pelebur yaitu Mahesvara dan yang satu adalah Dewa Pemelihara yaitu Vishnu. Dalam filosofi Agama Hindu, Tri-murti merupakan sirkulasi, yaitu penciptaan, pemeliharaan dan peleburan, demikianlah lila yang dilakukan oleh Tri-murti.
Mengenai Sang Pencipta, di Hindu sendiri dengan Buddhisme ada sedikit perbedaan penjabaran, dalam Hindu yang dinamakan Sang Pencipta adalah Dewa yang menciptakan alam semesta dan semua umat manusia. Mengenai kedudukan Dewa Mahabrahma, bila diungkapkan yang lebih rahasya, adalah Tuhan Allah Yahweh, dapat dikatakan merupakan Tuhan yang dipuja oleh agama-agama dari Timur Tengah.
Adinata ini adalah Sang Pencipta Yang Paling Terhormat yaitu Dewa Mahabrahma. Menurut kisah dalam Hindu, asalkan Beliau turun ke dunia, maka Beliau akan menjadi Raja, Kaisar, maupun pimpinan, kedudukannya sangat istimewa. Sehingga asalkan Anda beryukta dalam Sadhana Mahabrahma, maka Anda akan memperoleh ketenaran dan termasyhur, dengan kata lain Dewa Mahabrahma mampu menganugerahkan tanda Dharma Nya kepada Anda, tanda ini adalah tongkat kekuasaan, maka di dunia manusia ini Anda akan menjadi Raja, yaitu Raja Cakravartin.
Dewa Mahabrahma memiliki banyak jati diri, Beliau sangat terhormat, sangat teragung, Beliau juga sangat misterius, banyak orang yang tidak mengetahui siapakah Beliau sesungguhnya...
Banyak yang salah paham terhadap Dewa Brahma. Ternyata Dewa Brahma yang agung dalam Hindu, merupakan Tuhan bagi agama-agama di dunia, seungguhnya antara Dewa Brahma dan Indra dalam Buddhisme adalah bersama. Dewa Mahabrahma yang maha agung dalam Hindu, ternyata sebutan lainnya adalah Tuhan Allah. Sesunggunya agama-agama di dunia adalah karena lokasinya berbeda, suku juga berbeda, sehingga seakan Tuhan mereka terpisah-pisah, sesungguhnya semua adalah Dewa Mahabrahma yang sama, inilah jati diri Nya yang sejati. Anda jangan kira Beliau siapa, juga tidak perlu menebak-nebak, Dewa Mahabrahma yang Mahaguru saksikan sungguh merupakan Dewata yang paling diagungkan oleh berbagai agama dunia.
Tadi malam saya hanya tidur sebentar, karena Dewa Brahma hadir, saya telah berbincang sangat lama dengan Beliau, sehingga waktu tidur menjadi kurang. Beliau mengatakan :
“Jangan menebak siapa Aku, tidak perlu menebak siapakah Aku, Aku adalah Mahabrahma, merupakan pemilik sesungguhnya dari jagad raya ini. Merupakan Tuan dari seluruh semesta , semua umat manusia dan segalanya.” Cara bicara ini sama dengan Yesus, yaitu menyatakan bahwa “Akulah Tuhan, Tuhan Yesus, akulah Allah Yahweh , akulah Mahabrahma, tidak perlu menebak siapa Aku.”
Dewa Mahabrahma adalah Dewa Pencipta, tentu saja dalam Buddhisme bukan selalu merupakan Dewa Pencipta, namun menurut yang lainnya Beliau adalah Sang Pencipta. Hanya teori asal usul manusia dalam Buddhisme yang menyatakan bahwa para Dewata dari Surga Abhasvara, saat bumi terbentuk mereka datang ke bumi, merasa materi di bumi sangat baik, akhirnya mereka tidak kembali, menjadi leluhur umat manusia, demikianlah menurut Buddhisme.
Namun sesungguhnya siapakah Dewa Surga Abhasvara ?
Surga Abhasvara adalah berhubungan dengan Dewa Mahabrahma. Sehingga dalam agama Buddha dikatakan bahwa Dewa Surga Abhasvara adalah leluhur umat manusia, termasuk Immagriation, mereka berimigrasi dari Surga Abhasvara ke bumi ini, termasuk teori imigrasi. Sedangkan teori penciptaan, manusia adalah diciptakan. Namun menurut Buddhisme, merupakan teori imigrasi, yaitu berimigrasi ke bumi. Sedangkan agama lain, termasuk agama Hindu dan semua agama besar lainnya di dunia menggunakan teori penciptaan.
Dewa Brahma adalah Hyang Tertinggi, hari ini Anda yang hadir sungguh memiliki berkah, setelah menerima abhiseka ini, yang pertama kelak Anda akan sangat ternama ; Yang kedua Anda akan sangat terhormat ; Yang ketiga, Anda akan kaya raya. Sehingga asalkan Anda mencapai yukta dalam Sadhana Mahabrahma, kelak saat Anda ingin lahir kembali di dunia manusia, akan memiliki kedudukan seperti Obama, atau menjadi Bill Gates,Anda akan makmur. Jadi keagungan adinata ini, merupakan Raja umat manusia, asalkan Beliau menitis, pasti menjadi Raja umat manusia.
Mudra Mahabrahma , (Mahaguru memperagakan mudra. Harus memperoleh abhiseka langsung dari Mahaguru baru boleh mempelajarinya, bagi yang ingin menekuni sebaiknya memohon petunjuk Vajracarya barulah sesuai dengan tata ketentuan yang sah) . Beliau empat muka dan delapan lengan, masing-masing memiliki maknanya, ada satu tangan yang membawa bendera titah, yang berarti Beliau mempunyai Dharmabhala yang serba bisa, Dharmabhala Nya sangat kuat ; Ada satu tangan membawa sutra Buddha, berarti Beliau sangat memiliki Prajna ; Ada satu tangan yang membawa Dharma-sankha (keong putih yang biasa digunakan utk upacara Dharma), bermakna Beliau menganugerahkan berkah kepada para insan ; Ada satu tangan yang membawa vidya-cakra (Roda Terang), bermakna tolak bala, menaklukkan mara dan klesha (kerisauan batin) ; Satu tangan membawa Tongkat Kekuasaan, bermakna pencapaian agung, pencapaian yang sangat tinggi ; Satu tangan membawa kalasa (tempat air), bermakna jika Anda memohon pada Nya, maka Beliau akan memberikan kontak batin ; Hari ini, setelah Anda menerima abhiseka, pulang dan memohon pada Nya, maka Beliau akan memberikan respon. Ada juga satu tangan Beliau yang membawa japamala, yang bermakna enam alam tumimbal lahir. Satu tangan menekan dada, bermakna Beliau melindungi semua insan, karena Dewa Pencipta juga sedang melindungi para insan.
Bagaimana cara mendirikan mandalanya ? Semua mandala dalam Tantrayana adalah persegi, sedangkan di dalamnya adalah bulat, mirip dengan “Langit bundar bumi persegi” dalam masyarakat Tionghoa, ini merupakan cara pendirian mandala tantra. Adinata yang ditengah adalah Dewa Mahabrahma. Mahabrahma mengendarai kereta yang ditarik sapta hamsa, berarti Beliau termasuk angka tujuh, Number Seven,apakah maknanya, yaitu tiap minggu ada tujuh hari, ini merupakan sebuah sirkulasi, karena saat Yehuwa menciptakan langit dan bumi total ada tujuh hari, pada hari ketujuh beristirahat, demikian Dewa Mahabrahma berstana diatas tahta sapta hamsa (Tujuh angsa putih). Untuk memohon pada Nya sangat mudah, dulu Guru saya yang mengajarkannya, Mahabrahma bersthana ditengah, di sekelilingnya ada tujuh bulu hamsa, Anda ingat, tujuh helai bulu hamsa, Anda bisa menandainya, satu helai untuk Senin, satu helai untuk Selasa, Rabu , Kamis, Jumat , Sabtu dan Minggu, total ada tujuh helai bulu diletakkan mengelilingi Mahabrahma. Tiap kali bersadhana saat menjapa mantra Nya, maka Anda mengambil satu helai bulu dan menjapakan mantra sebanyak 108 kali, (Mahaguru menjapa mantra Mahabrahma. Harus menerima abhiseka baru bisa menekuninya. Bagi yang hendak menekuni bisa mohon pengarahan dari Vajra Acarya) . Japakanlah mantra Mahabrahma sambil memegang bulu putih tersebut, kemudian tangan yang satunya membentuk mudra Nya. Bulu itu harus bulu hamsa (angsa putih). ...
Tujuh helai bulu hamsa ditancapkan mengitari Mahabrahma, melambangkan selama satu minggu penuh manggala, sehari ambil satu untuk dijapakan, setelah dijapakan ditancapkan kembali.
Sampai Anda menjapa memperoleh kontak batin, merasa Mahabrahma hadir, yaitu Adinata Prajna bertransformasi menjadi wujud Sambhogakaya yaitu wujud Mahabrahma, memasuki tubuh Anda, dan Anda memperoleh kontak batin Mahabrahma menyatu dengan Anda, ini disebut yukta, yaitu beryukta dengan tubuh samaya. Dalam tantrayana diajarkan penyatuan dengan yidam, yaitu Beliau memasuki tubuh Anda, Anda memasuki tubuh Nya, ini merupakan fenomena yukta, kemudian barulah Anda boleh mengambil bulu untuk hari Senin dan membawanya di kantung Anda, keluar rumah, maka semua akan mematuhi ucapan Anda, segala yang diinginkan akan terlaksana, Anda membawa bulu itu saat berbisnis maka partner bisnis akan mendengar Anda. Ini adalah sebuah bulu hamsa manggala, bulu hamsa yang sesuai harapan. Pada hari Selasa , Anda membawa bulu hamsa helai kedua yang telah Anda tandai untuk hari Selasa. Hari Rabu membawa bulu helai ketiga, maka selama satu minggu berturut turut semua akan manggala dan sesuai harapan.
Dalam sadhana ini yang paling utama adalah tujuh helai bulu hamsa, sangat penting, Anda harus menekuni sadhananya sampai beryukta barulah bisa membawa bulu tersebut, dengan demikian akan sangat manggala. Selain itu menghaturkan asta-pujana (delapan persembahan), bunga, dupa, pelita, teh, buah , semuanya ditata di sekelilingnya membentuk sebuah mandala persegi empat. Di tengah adalah Mahabrahma bermuka empat dan berlengan delapan, disekelilingnya melingkar tujuh helai bulu hamsa, one to seven,yaitu hari Senin sampai minggu, bulu itu harus ditata dengan sangat baik, kemudian dikelilingi lagi dengan bunga-dupa-pelita-teh dan buah.
Semuanya tahu bahwa Buddha Empat Muka di Thailand , semua umat suka mempersembahkan bunga, sesungguhnya bunga-dupa-pelita-teh dan buah semua sama. Mendirikan altar tantra, sampai penataan akhirnya di bagian luar adalah persegi empat, bagian dalam adalah lingkaran, dirikanlah mandala ini dengan baik, maka akan memberikan kemanggalaan dan sesuai harapan, semua perkataan Anda akan menjadi benar, semua menjadi kebenaran. Karena Mahabrahma mengatakan , “Akulah kebenaran, Akulah terang, pelita yang menerangi langkah-mu, Aku adalah jalan.” Yesus juga pernah mengatakan demikian, “Aku adalah kebenaran, Aku adalah terang, Aku adalah pelita yang menerangi langkahmu.” Asalkan Anda bersadhana sampai beryukta, maka Anda akan demikian itu, semua yang Anda katakan akan menjadi benar, tidak seperti kita ada kalanya salah bicara.
Dengan beryukta adinata ini, maka semua perkataan Anda harus ditaati oleh setiap orang. Asalkan tongkat kekuasaan itu ada ditangan Anda, maka akan luar biasa, Anda juga akan sangat berkebijaksanaan.
Mahabrahma sangat bijaksana, perkataannya melambangkan Kebijaksanaan, Beliau juga memiliki Dharmabhala.
Mahabrahma sendiri melambangkan Dharmabhala yang memiliki banyak kemampuan, melambangkan Dharmabhala ! ... Mohon kepada Mahabrahma, tidak peduli ada bencana apapun, mohon Anda tidak murka, supaya bencana besar menjadi kecil, bencana kecil menjadi sirna. Supaya bencana diminimalkan . Karena Dewa Mahabrahma mempunyai Dharmabhala yang berkemampuan banyak, sungguh sangat hebat... Beliau mampu menolak bala, menaklukkan mara, mampu menaklukkan klesha, serta mengabulkan semua permohonan yang bajik ! Beliau membawa sebuah kalasa, ini bermakna mengabulkan permohonan.
"Mahabrahma sungguh baik ! Mampu mengabulkan permohonan !"
Japamala merupakan simbol tumimbal lahir, mudra menekan dada melambangkan perlindungan, dengan menghaturkan pujana pada Mahabrahma Devaraja, maka Beliau akan melindungi Anda, Beliau mampu melindungi seperti Vishnu Sang Dewa Pemelihara.
Sesungguhnya Tri-murti agung dalam agama Hindu, banyak orang yang menghormatinya, Siva, Ganesh maupun Dewa Brahma, semua memiliki kemampuan dalam melindungi, karena saat Anda memuja Dewa Pelebur, maka Beliau mampu membuat supaya Anda tidak menderita oleh efek kerusakan. Vishnu terlebih lagi mampu melindungi Anda, sedangkan Dewa Mahabrahma adalah Dewa Pencipta, maka Beliau juga terlebih lagi mampu melindungi, karena Anda diciptakan oleh Nya (ket : Seperti kita lahir melalui orangtua), maka Beliau pasti berkenan melindungi Anda. Jadi Mahabrahma sangatlah agung, asalkan Anda mampu memasuki Dewa Brahma atau Dewa Brahma hadir dalam diri Anda, maka Anda akan ternama, kemakmuran juga akan tiba, kehormatan juga akan tiba, segala permohonan bajik akan terkabul.
Tata ritual sadhana , Anda bisa memohon pada True Buddha Foundation untuk menyusunnya, saat Senin ambil sehelai untuk hari senin kemudian dijapakan, setelah itu ditaruh dalam saku Anda, atau saat bersadhana ditaruh dalam saku Anda, maka perlahan minggu demi minggu akan berkontak batin dengan Mahabrahma, menjapa mantra Nya 108 kali, saat memasuki samadhi bervisualisasi Mahabrahma, bermuka empat berlengan delapan, Anda memvisualisasikan dengan jelas bendera titah, sutra Buddha, Dharma-sankha, vidya-cakra, tongkat kuasa, kalasa, japamala, kemudian bervisualisasi Beliau sebagai Adinata Prajna berubah menjadi Adinata Sambhogakaya, kemudian memasuki tubuh Anda menjadi tubuh samaya, lakukan visualisasi samadhi demikian, visualisasi - japa mantra kemudian samadhi, menurut tat urutan demikian, setiap hari membawa sehelai bulu hamsa, bermakna Anda sangat terhormat, begitu Anda keluar membawa bulu hamsa ini maka akan manggala dan sesuai kehendak, setiap orang yang melihat Anda semua akan menghormati Anda.
Dengan adanya mandala, kemudian ada sadhana, kemudian ada Anda menjapa mantra, setelah abhiseka Mahabrahma, maka Anda akan menjadi Dewa Mahabrahma yang terhormat, sampai disini saya memperkenalkan adinata ini. Om Mani Padme Hum.
- ☆ source : Article from Nuona Temple
Translated by Lianhua Jun Shi An
Umat Buddha hendaknya memahami dan berterima kasih kepada Maha-brahma Deva-raja (大梵天王 – Da fan tian wang),saat itu jika bukan karena upaya Nya sebanyak dua kali untuk memohon Buddha menetap di dunia membabarkan Dharma, karena setelah Sang Buddha mencapai realisasi Beliau segera memasuki Parinirvana. Jika bukan karena budi jasa Dewa Maha-brahma, kita semua saat ini, bahkan satu nama Buddha pun tidak akan pernah mendengarnya, waktu telah berlalu sangat lama, namun kita yang terpuaskan dahaga oleh air hendaknya terpikirkan akan sumber air, hendaknya tidak lupa berterima kasih dan menghargai berkah ini.
Mungkin ada yang mengatakan : “Kita memperoleh Dharma kali ini adalah karena karma kita sendiri, walaupun Brahma tidak memohon Buddha menetap, kalau memang karma kita dapat mendengar Dharma , maka kita akan mendengarnya, buat apa berterima kasih pada Dewa itu.”
Pendapat ini seakan akan terdengar sangat menyakini hukum karma. Namun sesungguhnya hukum karma tidak sesederhana yang dibayangkan. Kalimat itu juga lupa bahwa rasa syukur , rasa terima kasih juga merupakan salah satu metode untuk mengikis ego.
Apakah Buddha mengajarkan supaya seorang anak tidak perlu berterima kasih pada orangtua karena anak tersebut bisa lahir dan tumbuh karena karmanya sendiri ?
Apakah kita tidak perlu berterima kasih pada para dermawan yang sudah berusaha mengundang seorang Bhiksu Agung untuk hadir membabarkan Dharma bagi kita ?
Apakah ajaran mengenai hukum karma digunakan untuk menegaskan bahwa tidak ada yang berjasa kepada kita ?
Sembah sujud sepenuh hati kepada Pimpinan dunia saha Maha-brahma Deva-raja Yang Maitri-karuna-mudita dan upeksha.
1. Maha-brahma Deva-raja Memohon Buddha Menetap Di Dunia :
Saat itu Buddha Sakyamuni merealisasikan Kebuddhaan di bawah pohon Bodhi, kemudian Beliau melakukan meditasi dan perenungan selama beberapa minggu, Beliau berpendapat bahwa Kebenaran yang Ia realisasikan belum pernah dibabarkan oleh para pendahulu, merupakan sebuah ajaran yang sangat sukar dipahami, apalagi jika harus dibabarkan pada orang awam yang ditutupi kegelapan batin, mungkin umat awam tidak akan sanggup memahaminya. Jika telah susah payah dibabarkan, namun mereka masih tidak mampu menerimanya, bukankah ini hanyalah sebuah kesia siaan, oleh karena itu Sang Buddha hendak memasuki Parinirvana dan tidak perlu menetap di dunia untuk membabarkan Dharma.
Dalam Lalitavistara Sutra Bab 10 bagian 25 Mengenai Permohonan Maha-brahma Deva-raja, dalam Buddha-abhiniskramana Sutra Bab 33 Bagian 36 Mengenai Permohonan Maha-brahma Deva-raja, daam Maha-sammata-raja Sutra Bab 7, dalam Bab 3 dari Sutra Mengenai Karma Masa Lampau dan Saat Ini , dalam Lalitavistara Sutra (Pu yao jing) Bab 10 Bagian 23 Mengenai Dewa Brahma Mengajukan Permohonan Pembabaran Dharma, dalam Ekottaragama Sutra Bab 10 Bagian 19 Mengenai Permohonan, ada tercatat bahwa saat itu Dewa Brahma Sikkhin Dewa Yang Tertinggi di semesta ini, secara langsung memimpin puluhan ribu Dewata beserta Kaushika Indra, semua Dewata kamadhatu, untuk menyampaikan permohonan pada Sang Baghavan : “Jika Sang Baghavan tidak membabarkan Dharma, para insan akan makin terjerumus, makin menuju pada kegelapan, jika ada cara untuk membabarkan ajaran, sekalipun ajaran itu sangat dalam, pasti juga ada insan yang mampu memahaminya, mohon Baghavan mengasihani para insan dan membabarkan Dharma, menyelamatkan para insan.”
Akhirnya pada bhadrakalpika yang ke empat, pada semesta yang diliputi kegelapan, telah dinyalakan sebuah pelita Prajna , sehingga para insan enam alam memperoleh Dharma sebagai tempat bersarana.
2. Maha-brahma Dewata Yang Agung
Menurut yang tercatat dalam sutra Buddha, dalam sepuluh penjuru Buddha-loka, secara garis besar ada 28 surga, diantaranya termasuk enam surga kamadhatu, yang dipimpin oleh Sakra Devanam Indra (Kaisar Kumala), lebih keatas adalah tiga surga dhyana pertama yang dipimpin oleh Maha-barhma Deva-raja, sehingga Maha-barhma Deva-raja bukan hanya merupakan Dewata bagi umat manusia, namun juga merupakan penguasa dari para asura, para Dewata kamaloka, sampai para dewata di tiga surga Dhyana pertama. Di alam surga, kekuatan Brahma Deva-raja bisa dikatakan tanpa batas, memiliki kekuatan dalam menguasai kemakmuran dan ketenteraman umat manusia di dunia (Lihat Sutra 12 Dewa).Dalam sutra Sang Buddha juga telah menuturkan bahwa Raja bagi para dewa dan manusia adalah Maha-brahma, sedangkan Sang Buddha sendiri adalah Guru Pembimbing Triloka yang dijunjung tinggi oleh para dewa dan manusia.
Di masa berkalpa yang lampau, saat Buddha Sakyamuni menjalankan aktivitas Bodhisattva , Beliau juga pernah di berbagai penjuru dunia melakukan kebajikan seperti yang dilakukan oleh Dewa Maha-brahma, yaitu memohon Buddha menetap di dunia dan memutar Dharmacakra. (lihat : Suvarnaprabhasa Sutra Bab 5 )
3. Sekte Zen Bersumber Dari Permohonan Maha-brahma Deva-raja
Di masa lampau maupun yang akan datang , dalam waktu yang tak terhingga, tanpa awal dan tanpa akhir, di berbagai ruang, dunia ini maupun dunia yang lain, jika ada yang merealisasikan Anuttarasamyaksambodhi, saat itu Raja para dewa dan manusia, Maha-brahma Deva-raja, akan menitahkan pada semua dewata untuk bersama memuja Buddha dan memohon menetap di dunia untuk membabarkan Dharma demi para insan di enam alam. (lihat : Saddharmapundarika Sutra Bab7) , Sutra Pencapaian Kebuddhaan Maitreya. Pada Bhadrakalpika yang keempat, masa Buddha Sakyamuni, di atas pasamuan Gunung Grdhrakuta, Maha-brahma Deva-raja memegang akar realisasi bagi para insan di Trisahasra-mahasahasra-lokadhatu, menghaturkan pujana berupa Saddharma-pundarika-suvarna-prabha-maha-phala-pushpa kepada Sang Buddha, juga merelakan tubuhnya menjadi Dharmasana bagi Buddha, Sang Buddha duduk diatas singasana Dharma mustika penjelmaan dari Maha-brahma, tangan Sang Buddha mengangkat Saddharma-pundarika-suvarna-prabha-maha-phala-pushpa (nama bunga), mewariskan Dharma mengenai Batin luhur nirvana dari garbha Mata Dharma, Metode Dharma rupa dan arupa nan luhur, yang tidak terungkapkan dengan kata-kata, kepada Mahakasyapa, membuka sumber sekte Zen, yang pada akhirnya terwariskan sampai sekarang. (lihat : Sutra Pertanyaan Maha-brahma Kepada Sang Buddha Bab1 mengenai Pendahuluan dan Bab 2 mengenai Mengangkat Bunga) Sutra ini pada masa lampau tersebar di dalam kalangan istana.
Maha-brahma bermuka empat, berlengan delapan,satu tangan memegang bendera titah, Sutra Buddha, Dharma Sankha, Vidya cakra, Tongkat Kuasa, Kundali, Japamala, tangan yang lain membentuk mudra, semua Dharmayudam (alat) dan mudra yang dibentuk mempunyai makna yang mendalam dan asal-usul nya masing-masing.
1. Bendera titah : Simbol Dharmabhala ; B. Sutra Buddha : simbol Prajna ; C. Dharma-sankha : Simbol penganugerahan berkah dan menyebarluaskan Dharma ; D. Vidya-cakra : simbol tolak bala, penaklukan mara dan roda Dharma yang diputar untuk menaklukan kerisauan batin ; E. Tongkat kekuasaan : simbol keberhasilan tertinggi ; F. Kundali : simbol mengatasi kehausan (memberikan anugerah bagi yang memohon kebajikan, bagai amrta yang mampu mengusir rasa dahaga) ; G. Japamala : tumimbal lahir ; H. Mudra menyentuh cakra anahata : simbol perlindungan.
Maha-brahma Deva-raja sangat lembut, penuh maitri-karuna dan kasih yang universal, merupakan Catur-brahmacari dalam agama Brahman, juga merupakan simbol Catur Apramana dalam Buddhisme. Sehingga Beliau memiliki niat mulia dalam menganugerahkan karunia kebahagiaan pada semua dewata dan para insan, terlebih lagi Beliau sangat memperhatikan seorang sadhaka yang mempraktekan catur apramana, Beliau akan memberikan bantuan demi kelancaran dana materi dan dana Dharma. Semangat kasih dan kepeduliannya yang luas memperoleh pujian dari Buddha, (Dalam buku Mahaguru ada disebutkan bahwa Yesus adalah avatara dari Dewa Brahma. Juga diberikan contoh mengenai salah satu casino di Las Vegas yang menggunakan hiasan rupang Maha-brahma dan meyakini Maha-brahma secara sesat sebagai Dewa yang berkenan pada hal hal diluar jalur Dharma, Mahaguru memberikan peringatan bahwa begitu Maha-brahma menunjukkan kuasa krodha / angkara Nya demi menegakkan Dharma, maka akibatnya sungguh tak terperikan. Demikian juga yang tercatat dalam Sutra 12 Dewa mengenai suka cita dan murka-nya Maha-brahma ) , Maha-brahma memberikan pertolongan dengan metode pemupukan kesejahterahan duniawi demi kelapangan menapaki jalan realisasi Prajna. Dari kehidupan murni sampai aktivitas Bodhi, sadhana Nya merupakan metode upaya kausalya dalam jalan menapaki Kebuddhaan.
5. Syarat Utama Beryukta Dengan Maha-brahma Deva-raja
Maitri : Beryukta dengan muka utama dari Maha-brahma, yang bertekad memberikan kebahagiaan pada para insan.
Karuna : Beryukta dengan muka sebelah kanan dari Maha-barhma, berusaha mencabut derita para insan, termasuk derita kemiskinan , menanggung kesusahan para insan.
Mudita : beryukta dengan muka sebelah kiri dari Maha-brahma, yaitu selalu bersuka cita saat menyaksikan para insan melakukan kebajikan , terhindar dari dukha dan memperoleh kebahagiaan, senantiasa mengharapkan kebaikan bagi para insan.
Upeksha : Beryukta dengan muka sebelah belakang dari Maha-brahma, mempraktekkan tiga batin luas seperti diatas namun tidak melekatinya, bersikap setara pada para insan.
Kutipan Sutra Tripitaka no 1297 :
“Dewa Brahma adalah pimpinan surga, bapa dari para insan. Saat Dewa Brahma bersuka cita, maka dunia materi akan tenteram tiada kekacauan. Kenapa demikian ? Karena tiap awal kalpa , kekuatan batin Dewa Brahma lah yang menciptakan alam materi. Umat manusia menjalankan kehidupan dengan lurus dan baik, maka memperoleh ketenteraman. Kenapa demikian ? Karena Bapa, Sang Raja bersuka cita menyaksikan umat manusia menapaki jalan kebajikan. Namun saat Dewa Brahma murka, dunia akan kacau balau, banyak berbagai macam sakit penyakit, bahkan tumbuh-tumbuhan akan menjadi layu, para insan akan kebingungan bagai orang mabuk...
Jika manusia memahami budi jasa Para Dewata Nan Agung ini, dengan materi memperagung Nya, kemudian dengan Dharma menyaksikan Dharmakaya Nya. Para insan hendaknya mengembangkan maitri-karuna menghindari pembunuhan, maka pujana yang demikian itu merupakan cara bersyukur atas budi jasa Nya...
Saat Dewa Brahma dipuja, maka semua Dewata dari Surga Rupadhatu akan hadir ke mandala untuk menerima persembahan. ..
Untuk memohon paustika (menumbuhkan berkah dan Prajna) Dewa Brahma adalah adinatanya...
Jika ingin memimpin orang hendaknya berpuja pada Dewa Raja Brahma...
Untuk memperoleh kehormatan , berpujanalah pada Dewa Brahma...
Ketahuilah bahwa 12 Dewata Agung tersebut (salah satunya adalah Maha-brahma Deva-raja) merupakan avatara dari Para Buddha purba, yang hadir dalam wujud Dewata demi menyelamatkan para insan, oleh karena itulah seorang sadhaka tidak diperkenankan memandang rendah pada Para Dewata, renungilah bahwa Para Dewata tersebut memiliki Dharmakaya nan agung.
Jika umat manusia mentaati nasehat Ku (Buddha Sakyamuni) dan Engkau (Bodhisattva Samantabadra) , berpujana pada Dewata tersebut, di hadapan pratima Para Dewata tersebut melakukan pendalaman Sutra dan Sadhana Prajna .
Maka Para Dewata tersebut akan sangat bersuka cita, jika Para Dewata bersuka cita, maka para insan juga akan memperoleh suka cita ; Jika para insan bersuka cita, maka itu berarti suka cita Para Buddha. Jika Para Buddha bersuka cita, maka segala Siddhi Duniawi dan non duniawi akan menjadi paripurna.(Tripitaka 1297)
maha brahma menganut ajaran hindu, dia berguru pada Krisna di langit 11
di mana Krisna adalah rajanya
brahma yang meminta Buddha Gotama membabrkan dharma adalah Sahampati, dia adalah maharaja langit 8 atau alam Mentri brahma, sampai Buddha Gotama Parinibbana brahma ini masih mempraktekan ajaran hindu, hingga suatu saat dalam rentang tahun 2500 sudah berlalu dari parinibbana Buddha Gotama brahma ini baru menyadari dharma dan bertisarana serta mengangkat Buddha Gotama sebagai Gurunya
(sedangkan Krisna sudah lama berguru pada Buddha Gotama)
raja alam pembantu brahma atau langit tujuh adalah brahma yang di klaim sebagai pencipta dunia ini, dia juga menganut ajaran hindu sampai sekarang
bernama Maharaja Surya Adhipati.
Polemik Brahmarupa
Oleh : Y.M. Maha Dhammadhiro Thera
(Artikel ini merupakan bagian dari tulisan berjudul Buddharupa)
Brahmarupa atau bentuk Brahma banyak dikenal belakangan ini dengan sebutan Dewa Empat Muka. Sebagian masyarakat suku Tiong Hoa menyebutnya Sie Mien Fuo (Buddha empat muka) atau Sie Mien Sen (Sie Bin Sin, Dewa empat muka). Sesungguhnya, apakah Brahma itu? Artikel di bawah ini ditampilkan untuk membantu mengkaji tentang keberadaan Brahma melalui pandangan beberapa sudut.
Arti Kata Brahma
Kata Brahma menurut konteks katanya berarti besar; makhluk yang berbadan besar disebut Brahma (mahantasarratya brahma, akar kata Braha = besar). Menurut pengertiannya, brahma berarti pembesar atau penguasa tiga alam, yakni; alam manusia, alam dewa dan alam brahma. Istilah Brahma memiliki banyak pengertian lain disesuai dengan ciri dan fungsinya, seperti: kakek (pitmaha), bapak, bapak makhluk alam (pitu), penguasa tiga alam (lokesa), makhluk yang lebih luhur di antara para dewa (surajettha), pemelihara makhluk hidup (pajapati), dsb.
Brahma dalam Tradisi Brahmana/Hindu
Brahma, sebagaimana yang kita kenali, adalah salah satu dari tiga dewa utama dalam agama Hindu. Pengikut Hindu mempercayai dewa ini sebagai dewa pencipta, dewa yang kekal, yang lebih tinggi dari dewa lainnya. Apabila berpasangan dengan dua dewa yang lainnya, yakni: Visnu dan Siva, ketiganya ini dikenal dengan julukan Trimurti. Istilah Trimurti ini muncul sekitar dua ratus tahun setelah Buddhaparinibbana, yakni saat kaum Brahmana menamakan ajarannya sebagai ajaran Hindu atau Jaman Hindu.
Sebenarnya, istilah Brahma ini telah muncul lama sebelum kemunculan jaman Hindu; yakni muncul pada Jaman Veda. Jaman Veda adalah jaman kedua dari empat jaman dalam agama Brahmana, yakni: jaman Ariyaka, jaman Veda, jaman Brahmanaka, dan jaman Upanisada (Hindu). Teori pembedaan masyarakat berdasarkan warna kulitnya atau yang dinamakan kasta muncul di jaman Veda ini. Dan, Brahma pada masa ini diyakini sebagai sumber dari keempat kelompok kasta di atas. Rinciannya secara berturut-turut adalah, kasta Brahmana muncul dari mulut Brahma, kasta Ksatriya muncul dari lengan Brahma, kasta Vaisa muncul dari paha Brahma dan kasta Sudra muncul dari kaki Brahma. Kemudian pada jaman Brahmanaka, Brahma dijadikan sebagai objek pujaan tertinggi dengan menyisihkan kebesaran dewa Indra yang sebelumnya telah menjadi pujaan tertinggi sejak awal mula berdirinya agama ini, yakni sejak jaman Ariyaka dan awal jaman Veda. Brahma dianggap sebagai dewa pencipta menggantikan dewa Indra. Dan kaum Brahmana menyatakan diri bahwa kaum mereka adalah keturunan Brahma.
Terhitung sejak jaman Ariyaka, yakni jaman awal kaum Ariyaka menduduki wilayah India sekarang, kepercayaan terhadap dewa-dewa di jaman Brahmanaka ini kian lama kian bertambah kompleks dan timpang tindih asal-usul maupun tugasnya. Satu sosok nama dewa bisa berasal dari bermacam-macam sumber kemunculannya dan berlainan kwalitas dan kekuasaannya. Dewa-dewa yang dulunya berderajat tinggi pada satu jaman menjadi merosot sebagai dewa lumrahan di jaman lainnya. Sebaliknya, yang dulu berderajat rendah naik menjadi berderajat tinggi yang berperanan penting dalam mengatur kelangsungan alam semesta, termasuk alam manusia.
Brahma misalnya, dalam kitab Mandharmasastra dikatakan muncul dari telor emas dan sebagai pencipta dewa Visnu. Tetapi dalam kitab Varhapurna disebutkan bahwa Brahma muncul dari teratai yang muncul dari pusar dewa Visnu. Dalam kitab Padmapurna dikatakan, dewa Visnu ingin menciptakan alam, kemudian ia membagi diri dengan menciptakan Brahma dari pundak kanannya, menciptakan dirinya sendiri dari pundak kirinya dan menciptakan dewa Siva dari badannya. Kecuali di atas, masih banyak dewa-dewa objek pujaan lain yang kian lama kian tumpang tindih keberadaannya. Ketimpang tindihan sosok dewa berikut kwalitas dan kekuasaannya ini salah satu sebabnya adalah karena masing-masing kelompok masyarakat pemuja dewa tertentu berusaha mengorbitkan dewanya masing-masing. Dan terhadap dewa yang bukan pujaan mereka, keberadaannya akan dikesampingkan, bahkan didiskreditkan. Sehingga, setelah jaman Brahmanaka yang bertahan selama beberapa ratus tahun di mana dewa-dewa agama Brahmana pada masa itu berada pada titik puncak ketidak-jelasan dan sebagai salah satu subjek pertikaian antar kepercayaan, muncullah jaman Hindu yang berhasrat mengatur kembali, baik segi ajaran maupun objek-objek pujaan mereka. Di jaman Hindu, kaum Brahmana berhasil meringkas bentuk-bentuk dewa yang beraneka macam itu dalam satu bentuk berupa Trimurti. Terbit satu kesepakatan bahwa, Brahma adalah sosok pencipta, Visnu adalah sosok pemelihara, dan Siva adalah sosok penghancur.
Mengapa dewa Brahma memiliki empat muka? Pertanyaan sejenis ini banyak terlontar. Keberadaan Brahma dengan empat muka ini muncul dari kalangan kaum Brahmana sendiri. Asal usul dewa Brahma bukanlah memiliki empat muka, melainkan lima muka. Muka yang kelima terletak di ubun-ubun kepala. Namun muka yang kelima ini sirna karena adanya satu peristiwa. Ceritanya adalah sebagai berikut. Dulu, dewa Brahma hanya bermuka satu, seperti dewa-dewa lainnya. Ia mempunyai seorang shakti (dewi) bernama dewi Sarasvati, sebagai pendampingnya. Saat sang dewi, yang adalah sesosok dewi bertubuh indah, sedang memberikan pelayanan di dekat sang Brahma, sekonyong-konyong timbul sorot mata berbaur nafsu birahi tertampak di wajah sang Brahma. Karena tekanan perasaan gelisah atas pandangan itu, sang dewi menghindar sorotan mata sang Brahma dengan berpindah di sebelah kanan Brahma. Sang Brahma, atas dorongan nafsu birahinya untuk bisa mengagumi keindahan tubuh sang dewi, menciptakan muka di sisi kanan kepalanya. Sang dewi yang pemalu itu pindah lagi ke sebelah kirinya. Sang Brahma tidak pantang menyerah. Dia ciptakan muka di sisi kiri kepalanya mengikuti arah sang dewi. Sang dewi pindah lagi ke belakang dengan harapan bisa lepas dari sorot mata Brahma. Namun, sang Brahma tidak putus asa. Ia menciptakan muka di sisi belakang kepalanya. Karena merasa tidak ada tempat nyaman lagi baginya, sang dewi pun berdiam di angkasa. Di pihak lain, atas dorongan nafsu yang tiada tanda reda, sang Brahma menciptakan muka kelimanya di bidang atas kepalanya. Akhirnya, sang dewi yang tidak tahu apa yang harus diberbuat, pergi melaporkan hal tersebut kepada dewa Siva (versi lain mengatakan kepada dewa Visnu). Dewa Siva membantu mengatasi masalah sang dewi dengan menebas muka yang berada di bidang atas kepala,Brahma kehilangan muka atasnya. Dan mulai dari situlah Brahma menjadi bermuka empat,Cerita ini tampak seperti dongeng seribu satu malam. Tetapi inilah yang tercantum dalam kitab milik kaum Brahmana tentang asal mula Brahma empat muka atau Sie Mien Sen dalam bahasa Mandarinnya.
Brahma dalam Tradisi Buddhis
Tidak seperti dalam tradisi Brahmana/Hindu yang menempatkan Brahma di alam surgawi dan masih berlumur gairah nafsu (Komavacarabhava), Brahma dalam ajaran Buddha diletakkan di alam tersendiri, yakni alam Brahma, yang bebas nafsu gairah (Ruparupabhava). Dalam kitab-kitab agama Buddha, istilah Brahma sering disebut di sana. Artinya, agama Buddha mengakui keberadaan Brahma. Namun, istilah brahma dalam kitab agama Buddha itu memiliki pengertian yang berbeda dari kepercayaan kaum Brahmana. Batasan pengertian brahma diubah sedemikian rupa hingga sesuai dengan doktrin agama Buddha. Perlu diketahui juga, bahwa Sang Buddha banyak memberikan makna baru atas kata-kata yang sebelumnya telah dipakai di jaman itu, seperti misalnya kata arahanta, brahmana, mokkha, bhagavantu, dsb. Pengubahan ini utamanya ditujukan agar para pendengar ajaran Beliau memiliki pengertian baik dan benar.
Sebuah kata atau nama bisa mengandung makna lebih dari satu arti. Tiap-tiap makna berperan dalam memahami suatu ucapan atau ajaran. Karena itu, pemilahan makna kata dari makna-makna adalah satu tugas yang amat penting untuk mencapai maksud sebenarnya si pengucap. Pengertian lebih penting daripada nama itu nama yang menjulukinya sendiri. Karena, nama adalah sekadar julukan. Sedangkan pengertian adalah arahan dari suatu nama diucapkan. Untuk kata brahma misalnya, umat Buddha tidak diarahkan untuk memahaminya sebagai pusat dari makhluk alam semesta, sosok makhluk yang kekal, yang menentukan nasib setiap insan (yang sebenarnya juga termasuk nasib hewan dan makhluk lain), atau sosok makhluk yang secara langsung memberi anugerah sekaligus kutukan terhadap makhluk lain. Brahma dalam pengertian sebagai sesosok makhluk, adalah makhluk-makhluk yang telah mengembangkan kebajikan besar sehingga mampu menempati alam brahma. Brahma dalam agama Buddha bukanlah mewaliki satu makhluk saja, melainkan mewakili sekelompok makhluk dengan berbagai macam tingkatannya. Alam Brahma memiliki banyak tingkat. Tiap tingkat memiliki ciri khas, kemampuan, dan batas usia penghuninya. Dewa Brahma, meskipun berusia amat lama, juga akan habis masa usianya (meninggal dari alamnya). Ia pun akan melanjutkan kehidupannya di alam-alam lain seperti halnya makhluk manusia dan binatang. Dan, semasih belum mencapai tingkat-tingkat kesucian, mereka semua tak terlepaskan dari alam samsara.
Kembali pada pengertian Brahma, Sang Buddha sendiri dalam sabdanya, pernah menyebut diri beliau sebagai Brahma,
1 Brahmati kho bhikkhave tathagatassetam adhivacanam. Para bhikkhu, kata brahma ini merupakan nama Tathagata.
2 Brahma juga dipakai untuk pengertian orangtua, seperti dalam Buddhavacana ini, Brahmati matapitaro pubbacariyati vuccare, Ibu dan ayah pemelihara anak, disebut brahma dan disebut guru awal. Brahma berarti luhur
3 Brahmacakkam pavatteti Memutar roda nan luhur. setthatthena brahmam sabbabutanam
4 Pengetahuan si pengetahu segala yang merupakan brahma dalam pengertian luhur. Brahma mengacu pada empat keberadaan luhur (metta, karuna, mudita, upekkha), Brahmam, bhikkhave muditya cetovimuttiy.
5 Duhai para bhikkhu, di kala itu para bhikkhu berada dalam kediaman yang luhur yakni tempat berdiam dalam mudit, kebebasan pikiran. Keberadaan Brahma sebagai sosok penentu nasib, pemberi rejeki, kesehatan, keselamatan, dsb. tidak dikenal dalam pengertian Buddhis.
Perbandingan Brahma menurut Brahmana dan Buddhis
Brahma dalam Ajaran Brahmana:
1. Dikenal dalam ajaran para brahmana sejak Jaman Veda.
2. Sebagai sang pencipta dan bersifat kekal. Pada jaman Veda dianggap merupakan bagian dari segala sesuatu.
3. Dalam cirinya sebagai paramatman, dianggap sebagai sumber semua jiwa (atman).
4. Pada Jaman Brahmanaka, Brahma bersifat nonperson dan tak berjenis kelamin.
5. Masa berikutnya, bentuk Brahma lebih berbentuk person menyerupai manusia dengan memiliki empat muka.
6. Belakangan, Brahma mempunyai istri atau Shakti bernama Sarasvati (dewi kebijaksanaan) dan mempunyai angsa sebagai wahananya.
7. Dilengkapi dengan Brahmaviharadharma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar