Pages - Menu

Pages

Sabtu, 04 Februari 2012

Matra dalam Buddhistme


oleh: Tim Rohani KMBUI XV

Teman-teman sedharma, pada kali ini kita akan membahas tentang mantra. Kalian pasti udah familiar dengan kata ‘mantra’. Namun, pembahasan mantra di sini akan lebih spesifik ke mantra dalam agama Buddha.

Mantra adalah beberapa suku kata yang mistik dan biasanya berasal dari bahasa Sansekerta. Penggunaannya bervariasi untuk setiap masing-masing kepercayaan. Mantra berfungsi sebagai kata, doa untuk upacara keagamaan untuk kesejahteraan, menghindari bahaya, dan menjauhi musuh. Mantra berasal dari tradisi agama Vedic di India, kemudian menjadi bagian dari tradisi Hindu, Buddhist, Sikhist, dan Jainist. Pengunaan mantra menyebar berdasarkan praktik spiritual agama di Timur. Mantra akan efektif jika suara dan getaran diucapkan secara tepat karena mantra mengandung kekuatan kosmik.

Dalam agama Buddha, terdapat dua jenis bahasa ritual menurut Bhiksu Kukai, yaitu dharani dan mantra. Mantra terbatas pada ritual esoteric dan dharani meliputi ritual esoteric dan exoteric. Dharani dipercaya dapat melindungi mereka yang membacanya dari pengaruh penyakit dan bencana. Mantra dipercaya dapat mengembangkan pikiran pencerahan dan digunakan untuk tujuan khusus, seperti: mencapai kemakmuran, umur panjang, atau menjauhi musuh, dsb.

Perbedaan antara mantra dan dharani sulit ditentukan. Kita dapat mengatakan semua mantra adalah dharani, tetapi tidak semua dharani adalah mantra. Mantra cenderung lebih pendek. Menurut Bhiksu Kukai, mantra adalah dharani tertentu di mana setiap suku kata dari dharani mengandung manifestasi dari kebenaran mutlak (kekosongan, sunyata). Conze menjelaskan bahwa mantra menjadi pelindung kehidupan spiritual bagi pembacanya. Sebagai contoh: di dalam Sutra Suvarnaprabhasa, Empat Raja Catummaharajika berjanji akan mengirimkan dewa pelindung untuk melindungi Jambudvipa, bhiksu yang membaca sutra ini, dan raja yang melindungi bhiksu yang membaca sutra ini.

Di dalam Vajrayana, mantra berfungsi sebagai simbol kebenaran, dan mantra berbeda sesuai dengan aspek kebenaran yang juga berbeda, seperti: welas asih atau kebijaksanaan. Mantra sering dihubungkan dengan deiti tertentu, kecuali Mantra Prajnaparamita yang berhubungan dengan Sutra Hati. Praktik mediatasi meliputi, mudra, pelafalan mantra, visualisasi deities, dan huruf dari mantra yang dilafalkan.

Contoh mantra:
• Om wagishwari hum Ini adalah mantra dari Mahabodhisattva Manjusri, Tibetan: Jampelyang (Wylie "'jam dpal dbyangs")... Buddha dengan aspek kebijaksanaan.
• Om mani padme hum Mantra dari Chenrezig (Avalokitesvara), Mahabodhisattva, Buddha dengan aspek kebenaran..
• Om vajrapani hum Mantra dari Buddha sebagai Pelindung ajaran rahasia. contoh: sebagai Mahabodhisattva Channa Dorje (Vajrapani).
• Om vajrasattva hum Mantra pendek untuk Vajrasattva, juga terdapat mantra 100 suku kata untuk Vajrasattva.
• Om ah hum vajra guru padma siddhi hum Mantra dari Vajraguru Guru Padma Sambhava yang mendirikan Ajaran Buddha Mahayana and Tantra in Tibet.
• Om tare tuttare ture svaha Mantra dari Jetsun Dolma atau Tara, Ibu dari Buddha-Buddha.
• Om tare tuttare ture mama ayurjnana punye pushting svaha Mantra dari Dölkar atau Tara Putih, emanasi dari Tara yang mewakili umur panjang dan kesehatan.
• Om amarani jiwantiye svaha Mantra dari Buddha kehidupan tanpa batas: Buddha Amitayus (Tibetan Tsépagmed) dalam bentuk surgawi.
• Om dhrum svaha Mantra purifikasi ibu Namgyalma.
• Om ami dhewa hri Mantra Buddha Amitabha (Hopagmed) dari tanah Buddha sebelah barat.
• Om ah ra pa tsa na dhih Mantra the "sweet-voiced one", Jampelyang (Wylie "'jam dpal dbyangs") atau Manjusri, Bodhisattva kebijaksanaan.
• Hung vajra phat Mantra Mahabodhisattva Vajrapani dalam bentuk amarah (Dragpo).
• Om muni muni maha muniye sakyamuni swaha Mantra Buddha Sakyamuni, Buddha saat ini.
• Om gate gate paragate parasamgate bodhi svaha Mantra Hati Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan (Sutra Hati).
• Om maitri maitreya maha karuna ye Mantra maitri, mantra bija dari Mahabodhisattva Maitreya.
• Namo bhagavate Bhaishajya-guru vaidurya-praba-rajaya tathagataya arthate samyak-sambuddhaya tadyata Om bhaishajye bhaishajye bhaishajya-samudgate svaha Mantra Buddha Pengobatan, dari terjemahan Sutra Chinese, Sutra Raja Pengobatan.
Contoh Dharani:
• Surangama Dharani, merupakan dharani yang terpanjang, terkuat, dan terpenting. Dharani ini mengandung metode rahasia yang dipraktekkan Buddha dan Bodhsiattva uintuk mencapai pencerahan. Dharani ini dibagi menjadi lima bagian, yang mewakili manifestasi Buddha di utara, selatan, barat, timur, dan tengah.
• Maha Karuna Dharani, merupakan dharani yang identik dengan Avalokitesvara Seribu Tangan, yang sangat terkenal ajaran Buddha Mahayana, merupakan Dharani welas asih, dipercaya dapat mengatasi berbagai penderitaan karena penyakit atau buah karma buruk, memeperpanjang usia, melindungi dari bencana, dsb.
• Usnisa Vijaya Dharani, termasuk dharani yang ampuh untuk menyelamatkan makhluk dari kelahiran di alam rendah. Dharani ini dibabarkan Buddha Sakyamuni kepada Raja Sakra untuk menyelamatkan Susthita putradewa yang hampir mengalami penderitaan kelahiran rendah dan sengsara.
• Cintamani Cakravartin Dharani (Ru Yi Pao Luen Wang Tho Lo Ni), dharani ini mampu mengabulkan segala sesuatu yang menjadi harapan umat yang membacanya dan saat menjelang ajal pembacanya juga dapat melihat Buddha Amitabha dan para Bodhisattva pengiring datang menyambutnya.
• Aryamitayur Niyama Prabharaja Dharani (Shen Wu Liang Sou Chie Ting Kuang Ming Wang Tho Lo Ni), dharani ini bermanfaat untuk memperpanjang usia, meringankan karma buruk yang berat, pembacanya yang tekun setelah meninggal dunia akan terlahir di negeri Buddha di sepuluh penjuru alam.

Dedikasi:
“Semoga lenyaplah tiga kumpulan karma buruk yang menjengkelkan”
“Semoga memperoleh kebijaksanaan dan kesadaran yang nyata”
“Semoga semua hambatan dan karma buruk lenyap”
“Semoga senantiasa hidup melaksanakan Jalan Bodhisattva”.

Mantra dipercayai lebih kuat dari pada Sutta

Mantra dipercayai lebih kuat dari pada Sutta. Dalam aliran tertentu, mantra ini sangat berperan sebagai metode untuk mencapai tingkat kesucian dalam meditasi. Secara historis, bumi Jawa pernah sangat besar dalam metode mantra dalam agama Buddha. Sampai sekarang, sebahagian sisa-sisa Buddha Jawa ini masih lestari di Bali. Hanya saja dalam perkembangan Buddha Jayanti di Indonesia, sepertinya kajian nasional pada agama Buddha yang pernah berkembang di bumi Nusantara ini terasa sangat kurang dikaji.


Bukan bermaksud untuk rasis, agaknya ini dikarenakan mayoritas pemeluk Buddha di Indonesia saat ini adalah etnis China. Hal ini tentu berbeda dengan jaman Klasik Nusantara. Dimana, penduduk asli adalah pemeluk agama Buddha itu sendiri. Dan, secara historis juga dibuktikan, bahwa Jawa tidak pernah mengadaptasi bulat-bulat kepercayaan-kepercayaan yang pernah mampir di sini. Tak terkecuali Hindu, Buddha, Islam dan terakhir Nasrani. Bila ingin berkembang di bumi Jawa biasanya membaur dengan kepercayaan sebelumnya. Sehingga kemudian kepercayaan-kepercayaan ini tidak dapat dipisahkan lagi dari prilaku budaya setempat. Sekedar contoh. Wayang yang biasanya mengambil kisah-kisah Hindu, walau agama Hindu berasal dari India, wajang kulit tidak ada di sana.

Periode klasik Buddha di tanah Jawa pernah sangat terkenal dengan sinkritisme Siwa - Buddha yang banyak bermain-main dengan mantra. Prabu Kertanegara dari kerajaan Singasari - Jawa Timur, adalah raja yang paling terkenal dengan kepercayaan ini. Menurut saya pribadi dari bacaan-bacaan yang saya baca, sepertinya ajaran ini cenderung ke Tantrayana.
Berikut beberapa mantra Tantrayana

Mantra perlindungan dan bodhicitta
Sang ji chew tang sok ji chew nam la
Siang jip pa te dack ne chia sen che
Dack ka jean sok ji pi so nam ji
Do la pan sher sang ji jo pen shok

Mantra penghormatan kepada sang tri ratna
Namo guru be
Namo Buddha ya
Namo dhamma ya
Namo sangha ya

Mantra sang Buddha Sakyamuni
Om muni muni maha muni yeh soha

Mantra Buddha vairocana ( ta je ju lai fuo)
Om namo bhagavate sarvate gate
Varsuddhani rajaya, ta tha ga ta ya
Arahate sam yak sam buddhaya
Ta dya tha om sodhani – sodhani
Sarva papam, vishodani suddhe visuddhe
Sarwa karma avarana
Visudhani ya soha

Mantra Yang Arya Je Tsong Khapa
Me Milk celwi - der ching shien ri zig
Ze milk jien pi - wang po jiam - pi yang
Gang jien ki pi zet jien tsong kha pa
Lob shang zha pi - shiap la - sol wa debt

Mantra Maha Karuna Dharani - Ta Pei Cou (Tibet)
Namo Ratna - tra ya ya, namo arya jah na
Sang ga ra, vai ro ca na
Be u ha - ra - jaya, ta tha ga ta ya
Ara - ha te, sam ya sam buddhaya
Namo sar wa ta tha ga teh be, ara ha te beh
Sam ya sam, bu de be, namo arya ava lokete
So ra ya bodhi sat to ya, ma ha sat va ya
Maha ka ru ni ka ya
Tat ya tha om ta ra - ta ra, te re - te re, tu ru - tu ru
I ti wa, ti, ca leh - ca leh, pra ca leh - pra ca leh
Ku su me - ku su ma wa, re
I - li mi li cia te jo - lam ava na ya soha

Mantra Suci Arya Avalokitesvara Bodhisattva
Om Mani Padme Hum

Mantra Tara Hijau ( Li Tu Mu )
Om Tare Tut Tare Ture Soha

Mantra Arya Tara Putih ( Pai Tu Mu )
Om Tare Tut Tare Ture
Mama aye penye jana pu zhang ke re ye soha

Mantra Bodhisattva Manjushri ( Wen Shu She Li Phu Sa )
Om Ara Pacha Nakde

Mantra Arya Jambhala Kuning ( Huang Chai Sen )
Om Jambhala Zalen Jarye Soha

Mantra Arya Jambhala Putih ( Pai Chai Sen )
Om Padma Corda Arya Jambhala Setaya Hum Phet

Mantra Arya Jambhala Merah ( Hung Chai Sen )
Om Jambhala Zalen Jarye Dhana Me De She

Mantra Arya Jambhala Hijau ( Li Chai Sen )
Om A Hung Ho Hang Ciah

Mantra Arya Jambhala Hitam ( Hei Chai Sen )
Om Enchane Mekhang Dhamare Soha

Mantra Vajrasattva ( Cing Kang Sa To Sin Cou )
Om Bazer Sa To Hum

Mantra Pertobatan Vajrasattva
Om vajra satto samaya - namu palaya
Vajra satto te no pa - teethra dridho mebhava
suto kayo mebhava, supo kayo mebhava
Anu rak to mebhava - sarva siddhi me praya cha
Sarva karmasu ca me
Cittam shri yam ku ru hung
ha ha ha ha ho bhagavan
Sarva tathagata vajra mame munca
Vajra bhava maha samaya sattva ah hung phat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar