Pages - Menu

Pages

Kamis, 08 Maret 2012

Acalanatha Adalah Sasanacakra Vairocana Tathagata

(Ceramah Dharmaraja Grandmaster Lu Usai "Homa Acalanatha" di Rainbow Villa )


Sembah sujud pada Y.M. Liao Ming, Guru Sakya Zheng Kong, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna mandala. Gurudhara, para acarya, dharmacarya, lama, dan para umat se-Dharma, selamat siang semuanya!

Kemarin malam turun salju lebat, salju ini tiba-tiba turun sangat lebat, alhasil begitu kita keluar usai kebaktian, wah, salju menyelimuti seluruh permukaan tanah. Untung saya cepat memutuskan, saya putuskan tidak menyetir sendiri, Hanifa dengan mobil 4WD--Land Rover mengantar saya pulang. Mobil itu sangat bagus, sangat kuat. Karena ada seruas tanjakan yang sangat curam saat mobil hampir tiba di Arama Nanshan, di depan banyak mobil yang bukan 4WD, roda-rodanya berputar di tempat dan berhenti di pinggir jalan, sehingga jalanan menjadi macet. Jika saya pulang dengan mengendarai Bentley, roda mobil berputar di tempat, mau putar balik juga susah. Sampai di Arama Nanshan ada empat ruas jalan, tiga ruas di antaranya sangat terjal, untung, begitu kami lihat jalanan macet, kami pun putar balik, alhasil kami memutari sebuah gunung, berputar jauh, dari gunung lain lalu naik gunung lagi kembali ke Arama Nanshan. Berangkat kira-kira pukul 10 lebih, sewaktu pulang sudah pukul 11 lebih. Sepanjang jalan tampak banyak mobil mogok, ada yang menelepon 911, tampak mobil pemadam kebakaran membawa penumpang di mana-mana, juga tampak banyak pejalan kaki, sungguh sangat berbahaya. Tadi pagi begitu bangun tidur, saya minta Gurudhara menelepon ke Villa untuk menanyakan apakah upacara ini harus dibatalkan. Acarya Lian Yin mengatakan di sini masih lumayan. Jadi, upacara ini digelar atau tidak tergantung kehendak langit.

TURUN SALJU KEMUJURAN SAAT MENGGELAR HOMA ACALANATHA ADALAH KONTAK YOGA

Hari ini kita menggelar Homa Acalanatha, menurut tradisi Tantra, sewaktu melakukan homa Vidyaraja, pada umumnya akan turun salju, bola es, turun hujan, atau bertiup angin kencang, cuaca selama beberapa hari akan berubah menjadi aneh. Hari ini kita melakukan Homa Acalanatha, seluruh permukaan tanah diselimuti salju, inilah kontak yoga. Seingatku, saat saya mentransmisikan Sadhana Acalanatha untuk pertama kalinya, yaitu di suatu perkemahan musim panas di San Francisco, kita menyewa seluruh kompleks perkemahan tersebut. Saat menerangkan Sadhana Acalanatha ada beberapa tanda. Tanda pertama, di hadapan saya ditaruh sesosok pratima Acalanatha, sebelah tangannya memegang pedang, sebelah tangan lagi memegang tali. Begitu mulai menerangkan sadhana-Nya, pedang Acalanatha terpental dengan sendirinya ke depan, kemudian dipasang kembali, phong, terpental lagi. Ketiga kalinya saya melihat bergerak lagi, lalu phong, terpental lagi. Ini adalah semacam keajaiban! Anda lihat! Kali ini pedang Acalanatha tidak copot, tapi api di punggung-Nya malah copot! (Hadirin tertawa)

Kedua, sewaktu pertama kali mentransmisikan Sadhana Acalanatha, ketika baca mantra, "Namo Sanmanduo Warila Lan Han. Namo Sanmanduo Warila Lan Han. Namo Sanmanduo Warila Lan Han." sewaktu menjapa mantra ini, semua gagak yang mendengar suara mantra kita di kawasan perkemahan terbang menghampiri, di sekeliling tenda tempat saya berceramah Dharma penuh dengan gagak, bahkan setiap gagak mati-matian berkicau "A, a, a, a". Hadirin yang sedang mendengarkan Dharma menoleh untuk melihat. Mereka melihat ada apa dengan gagak-gagak ini. Akankah seperti burung yang diperankan oleh Alfred Hicthcock, terbang masuk dan memangsa semua manusia, semua orang ketakutan. Usai ceramah Dharma, gagak-gagak itu pun terbang pergi. Gagak melambangkan api. Orang China mengatakan gagak adalah gagak api, bukan mi bebek api Orang Guangdong. (Mahaguru tertawa) Api ini melambangkan api yang menyala di sekeliling Acalanatha, menunjukkan kedahsyatan-Nya yang sangat luar biasa.

Acalanatha sebenarnya termasuk titisan Vairocana Tathagata, merupakan Sasanacakra Vairocana. Acalanatha boleh dikatakan adalah sosok yang paling murka di antara sepuluh sosok murka utama. Sepertinya, Tibet dan Nepal tidak begitu berjodoh dengan Acalanatha. Jadi, Anda akan sulit menemukan pratima Acalanatha di Tibet dan Nepal. Namun, pratima Acalanatha justru mudah ditemukan di Jepang. Baik Sekte Eksoterik Jepang maupun Sekte Esoterik Jepang, semuanya memuja Y.A. Acalanatha. Makanya, Acalanatha paling berkembang di Jepang. Pada masa permulaan Agama Buddha, vidyaraja yang paling awal muncul adalah Hevajra, vidyaraja yang terakhir muncul adalah Kalachakra. Boleh dikatakan, Sutra Kalachakra adalah Sutra terakhir, Hevajra adalah Sutra pertama. Acalanatha muncul sekitar agak awal pertengahan. Pratima Acalanatha ada yang bentuk yab-yum, ada yang bentuk tunggal, juga ada Acalanatha yang satu kaki berdiri, satu kaki berlutut.

PEDANG ACALANATHA DAPAT MENUNDUKKAN KESERAKAHAN, KEMARAHAN, DAN KEBODOHAN

Kedahsyatan Acalanatha tidak terhingga, karena Ia adalah Sasanacakra Vairocana Buddha, pratimanya paling ganas, paling galak. Dulu saya sering membandingkan pratima Acalanatha. Seperti kali ini sewaktu saya mengundang Acalanatha dari tengah angkasa masuk ke dalam badan saya, dengan sendirinya saya memperlihatkan wajahnya. Wajahnya itu bibir atas menggigit bibir bawah, karena Ia memiliki mata batin dan mata prajna, sehingga sorot matanya agak miring. (Mahaguru mendemonstrasikan) Bahkan gigi taring-Nya mencuat, wajahnya sangat garang. Tangan kiri-Nya memegang tali berukuran raksasa, tangan satu lagi memegang sebilah pedang pusaka. Tangan yang memegang tali itu berfungsi mengikat Mara, ke mana Mara lari, Ia pun mengikat sebuah simpul pada tali lalu dilempar, kemudian Mara pun terikat. Seperti Cowboy, sambil menunggang kuda, tali laso diputar, begitu dilempar, kuda pun terikat. Acalanatha mengikat Mara supaya Ia tidak dapat bergerak, gunanya untuk mengikat Mara.

Pedang Acalanatha itu untuk menebas tiga alam samsara, menebas tiga alam samsara dari "loba, dosa, dan moha". Bila Anda serakah, serakah berlebihan akan menyebabkan Anda jatuh ke alam neraka; kemarahan akan menyebabkan jatuh ke alam setan kelaparan, karena makanan yang Anda makan akan berubah menjadi api, Anda tidak dapat makan apa-apa, kemarahan akan menyebabkan jatuh ke alam setan kelaparan; kebodohan akan menyebabkan Anda menjadi hewan. Ini juga kontak yoga. Mengapa bisa begitu banyak ayam, bebek, angsa, babi, sapi, kambing? Mereka berubah menjadi hewan karena mereka bodoh, itulah moha. Sebilah pedang Acalanatha ini justru berfungsi memberantas "loba, dosa, dan moha", dengan kata lain memberantas tiga alam samsara.

Jadi, sosok yang satu ini juga sangat penting, Sadhana Vidyaraja yang pertama kali kita transmisikan juga ini. Di Vihara Ling Shen Ching Tze dicetak banyak kitab sadhana Acalanatha. Ada yang mengatakan bahwa Sadhana Vidyaraja yang pertama kali kita transmisikan adalah Ucchusma, saya ingat ditransmisikan di New York, yang ditransmisikan di San Francisco adalah Acalanatha, Acalanatha adalah yang pertama, setelah ditransmisikan ada kitab sadhananya. Jika kalian perlu kitab sadhana boleh minta pada Vihara Ling Shen Ching Tze, apakah dikenakan ongkos? Yang sudah diabhiseka baru boleh ambil kitab sadhananya. Di dalamnya terdapat penjelasan lengkap dan terperinci tentang tatacara Sadhana Acalanatha. Penekunan Sadhana Acalanatha, "Barangsiapa bertemu tubuh saya membangkitkan bodhicitta. Mendengar nama saya menghentikan kejahatan dan melakukan kebajikan. Mendengar sabda saya memperoleh mahaprajna. Memahami hati saya mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang." Bila Anda melihat Acalanatha, dengan sendirinya Anda akan membangkitkan bodhicitta; orang yang memahami hati Acalanatha justru mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang. (Hadirin tepuk tangan)

TALI ACALANATHA BISA MENUNDUKKAN DAN MENGIKAT PIKIRAN YANG BERCABANG

Perkenalan tentang Acalanatha ini tertulis demikian: "Vidyaraja adalah wujud murka yang ditunjukkan oleh Buddha Bodhisattva demi menundukkan semua Mara jahat dan menyeberangkan semua insan yang keras kepala, dari luar terkesan sangat mengerikan, ini karena mahamaitri Buddha dan Bodhisattva sehingga memperlihatkan wujud suci seperti itu, juga melambangkan arti kebijaksanaan terang untuk menaklukkan semua Mara jahat dan rintangan. Acalanatha adalah penjelmaan dari Vairocana, merupakan tubuh Sasanacakra Vairocana Tathagata." Ini tercatat di dalam Kitab Sutra Acalanatha, "Karena ikrar agung, dari wujud yang tiada wujud muncullah wujud Caturvidi." Awalnya tiada wujud, namun Ia memperlihatkan wujud, "Pancabuddha di lima penjuru menjelmakan yidam utama dari kelima Mahavidyaraja, malah merupakan wujud yidam yang dilayani oleh para Tathagata yang tak terhingga beserta 600 ribu koti Buddha. Berkat ajaran yang diterima dari Yidam sehingga mencapai Anuttara Samyaksamboddhi. Dewa dan naga yang tak terhingga pun memberikan persembahan dan mengabdi. Tangan kanan-Nya memegang pedang Vajra, tak hanya bisa membunuh Mara sesat, bahkan bisa membasmi kerisauan dan kebodohan kita, tangan kiri-Nya memegang tali Vajra yang dapat mengikat semua setan jahat dan Mara jahat. Dari dalam, mengikat pikiran kita yang bercabang. Saya barusan mengatakan tali dilempar lalu menarik kuda, yang ditarik adalah kuda dalam pikiran kita. Begitu tali ini dilempar, kera yang meloncat-loncat pun diikat, yakni mengikat kera di dalam hati sendiri. Hati Anda seperti kera, pikiran Anda seperti kuda, semuanya diikat. "Api vajra di sekeliling tubuhnya dapat membakar segala kekotoran batin, bahkan dapat membakar rintangan karma pada diri sadhaka." Jadi, begitu api ini copot, mungkin ada artinya, yakni membakar seluruh karma para insan, membakar karma kita. Pedang ini direkatkan dengan lem kuat sehingga tidak bisa copot, talinya juga dipahat senyawa dengan badannya, ia juga tidak bisa copot, justru api yang copot, ia membakar seluruh rintangan karma dari semua pendaftar dan hadirin.

Saya beritahu Anda semua sebuah rahasia, tepat di depan tempat tidur saya di Arama Nanshan dipuja sesosok Acalanatha yang berukuran mini, di belakang Acalanatha juga ada sesosok pratima lagi, yakni Dharmapala saya, Yamantaka. Saya bahkan mengatakan, rumah saya di Taiwan, begitu pintu dibuka, yang lebih dulu terlihat adalah Acalanatha dan kedua bocah Acalanatha. Kedua bocah ini adalah "Kimara" dan "Cetaka", itulah "Bocah Acalanatha". Keseluruhan seharusnya berjumlah delapan bocah, namun di sebelahnya ada dua bocah pendamping. "Acalanatha dari awal telah mencapai kebuddhaan, namun karena ikrar, sehingga Ia memperlihatkan figur bodhicitta awal, yakni menjadi bocah pelayan Tathagata dan melaksanakan segala tugas. Ia tidak duduk di teratai, tetapi duduk atau berdiri di atas lempengan batu. Ia melayani Tantrika dan menerima persembahan makanan sisa dari sadhaka. Ia melindungi siang dan malam untuk menyempurnakan bodhi. Sehingga disebut duta Acala atau duta Acalanatha." Ini tercatat di dalam Sutra Acalanatha. Makanya, Acalanatha jarang sekali duduk di atas teratai, namun duduk atau berdiri di atas lempengan batu, Ia selamanya berikrar menjadi bocah pelayan Buddha, dengan kata lain, duta. Sekian perkenalan tentang Acalanatha untuk hari ini. Om Mani Padme Hum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar