Pages - Menu

Pages

Selasa, 22 Mei 2012

Beberapa Samyaksambuddha dalam Satu Masa Buddha Sasana menurut Paham Mahayana

Beberapa Samyaksambuddha di masa yang sama.

Barusan saja ada perdebatan apakah bisa ada 2 atau lebih Samyaksambuddha yang muncul secara bersamaan di dunia ini dalam satu masa (Buddhasasana Sakyamuni), yaitu Masa Dispensasi Dharma Buddha Sakyamuni.

Samyaksambuddha adalah istilah Sansekerta dan Sammasambuddha adalah istilah Pali. Ia yang mencapai tingkatan Anuttara Samyaksambodhi dikatakan telah menjadi seorang Samyaksambuddha.

Aliran Vajrayana mengajarkan ajaran di mana seseorang dapat mencapai tingkatan Anuttara Samyaksambodhi dalam satu masa kehidupan. Ketika seseorang mencapai tingkatan Anuttara Samyaksambodhi, dengan kata lain ia telah menjadi Nirmanakaya Buddha.

Nah akhirnya timbul problem, kalau begitu kan ada lebih dari 1 Samyaksambuddha dalam satu masa?

Ya benar! Menurut Vajrayana, dalam satu masa Buddha Sasana, bisa ada lebih dari 1 Samyaksambuddha, namun TETAP ADA BEDANYA.

Di dalam Vajrayana, dikenal beberapa tipe Nirmanakaya:

1. Nirmanakaya Agung (Supreme Nirmanakaya)
2. Nirmanakaya melalui kelahiran / inkarnasi
3. Nirmanakaya yang beraneka ragam
4. Nirmanakaya buatan , yaitu rupang-rupang atau gambar Buddha

Nirmanakaya Agung adalah salah satu tipe dari empat jenis Nirmanakaya.

Nirmanakaya Agung adalah Buddha yang memutar Roda Dharma, seperti Buddha Sakyamuni. Nirmanakaya Agung melakukan 12 tindakan:

1. Meninggalkan surga dan bermanifestasi di bumi pada waktu yang tepat
2. Masuk ke dalam rahim ibu dan terlahir di keluarga yang paling sesuai
3. Lahir secara ajaib
4. Ketika tumbuh menunjukkan kekuatan fisik yang unik dan kepandaian mental
5. Menikmati kehidupan duniawi
6. Meninggalkan keduniawian
7. Mempraktekkan pertapaan keras dan kemudian meninggalkan pertapaan keras tersebut
8. Pergi ke tempat di mana semua Buddha di dunia ini bermanifestasi
9. Melenyapkan pengaruh negatif di dunia
10. Untuk mengajarkan Jalan tengah dan tercapaianya Pembebasan Sejati
11. Mengajarkan Dharma yang universal
12. Memasuki Nirvana

Sakyamuni Buddha adalah Nirmanakaya Agung yang mempunyai ciri unik yang tidak dimiliki Nirmanakaya lainnya, yaitu Memutar Roda Dharma (Dharmachakra).

“Seribu dari sistem dunia ini disebut sebagai 1 Miliar Sistem Dunia Besar yang di dalamnya mencakup 1 miliar Dunia Empat benua, dan sejauh itulah daerah “kekuasaan” satu Nirmanakaya agung (supreme Nirmanakaya).”
(Gerbang menuju Pengetahuan, Jamgon Mipham)

Nah jelas bahwa Sang Buddha adalah Samyaksambuddha khusus yaitu Samyaksambuddha Nirmanakaya Agung dan HANYA SATU-SATUNYA dalam masa Dispensasi Dharma sekarang ini.

Nirmanakaya Agung berikutnya adalah Samyaksambuddha Maitreya. TIDAK ADA Nirmanakaya Agung lain selama masa di antara Buddha Sakyamuni dan Buddha Maitreya.

Jadi apabila ada makhluk yang mencapai tingkatan Samyaksambodhi dalam masa Buddha Sasana sekarang ini, maka ia bukan Nirmanakaya Agung, tetapi jenis Nirmanakaya yang lainnya.

“Luar Biasa, sungguh menakjubkan, Nirmanakaya Agung (supreme Nirmanakaya) Guru Rinpoche!”
(Cahaya Kebijaksanaan Oleh Padmasambhava)

Pengecualian adalah bagi Guru Padmasambhava. Beliau muncul dalam masa Buddha Sasana ini dan dianggap sebagai Nirmanakaya Agung. Tapi hal ini tidaklah menjadi masalah. Kenapa?

Karena Padmasambhava adalah emanasi Buddha Sakyamuni sendiri. Dengan kata lain Padmasambhava dan Buddha Sakyamuni itu satu hakekat adanya.

Sang Buddha Sakyamuni berkata dalam Sutra Ramalan Magadha:

“Saya akan wafat untuk mengikis pandangan kekekalan.
Namun setelah dua belas tahun dari sekarang,
untuk mengenyahkan pandangan kemusnahan mutlak,
Saya akan muncul dari sekuntum teratai di danau suci Khosa
Sebagai seorang putra agung menggembirakan sang raja
Dan memutar Roda Dharma makna inti yang tak tertandingi.”


12 tahun berarti 12 abad, dan benar, 12 abad setelah Sang Buddha Parinirvana, Guru Padmasambhava lahir. Buddha Sakyamuni muncul sebagai Guru Padmasambhava di Danau Khosa.

Oleh karena itu Guru Padmasambhava tak lain adalah Buddha Sakyamuni sendiri. Maka dari itu umat Vajrayana Tibetan seringkali mengatakan bahwa Guru Padmasambhava adalah “Buddha-nya Vajrayanis”.

“Dijelaskan secara rinci, Mahabodhi atau Nirmanakaya Agung adalah, sebagai contohnya, yaitu guru kita, Buddha Bhagavan, yang menunjukkan 12 tindakan.”
Nirmanakaya buatan (crafted nirmanakaya) adalah makhluk yang secara ajaib muncul dalam berbagai macam wujud fisik manusia untuk membimbing  mereka yang butuh dibimbing…….. Sebagai contoh, seorang Nirmanakaya buatan secara ajaib muncul sebagai manusia yang pergi untuk mengambil vina dari gandharva dengan tujuan untuk mengubah keyakinan Gandharva Sungguh Bahagia.”
Itu dijelaskan dalam istilah pikiran yang memunculkan perwujudan sihir, sebagai contoh hanya muncul dalam wujud pengrajin menurut persepsi mereka yang butuh untuk dibimbing. Beberapa orang mengatakan bahwa representasi wujud tubuh Buddha seharusnya dimasukkan ke dalam kategori Nirmanakaya Buatan (crafted nirmanakaya), tetapi mereka masuk dalam kategori Nirmanakaya Beraneka Ragam (variegate nirmanakaya).
Nirmanakaya inkarnasi (incarnated nirmanakaya) menunjukkan tindakan untuk lahir kembali di berbagai tempat, termasuk sebagai Indra, rusa ruru atau dengan jalan lainnya, dengan tujuan untuk membimbing makhluk hidup. Dengan jalan ini, [maka] ada tiga tipe dari Nirmanakaya.
Kemudian, ada lagi Nirmanakaya Beraneka Ragam (variegated nirmanakaya), yang metode kemunculannya dalam berbagai bentuk yang dapat menghubungkan para makhluk hidup dengan manfaat dan kebahagiaan, termasuk pil shariram, bunga teratai, permata, makanan, kain, kereta dan lainnya.”
(Gerbang menuju Pengetahuan, Jamgon Mipham)

“….1 miliar tata surya, masing-masing kelompok adalah alam satu Nirmanakaya Agung Buddha”
(Sebagaimana Adanya, Tulku Urgyen Rinpoche)

“Nirmanakaya muncul dalam empat cara yang berbeda. Nirmanakaya buatan (created nirmanakaya) adalah pratima-pratima suci, seperti tiga rupang yang terkenal dan semula disimpan di stupa Bodhgaya, dua di antaranya sekarang ada di Lhasa. Kemudian ada lagi Nirmanakaya Agung (supreme nirmanakaya), yang menurut sutra-sutra, adalah Buddha Sakyamuni. Nirmanakaya Agung bagi ajaran Vajrayana adalah Padmasambhava, yang bermanifestasi sebagai 1 miliar Padmasambhava yang berkesinambungan. Ada juga Nirmanakaya inkarnasi (incarnated nirmanakaya), yaitu seperti para guru-guru [Buddhis] agung yang dalam tradisi Tibetan disebut sebagai Tulku. Akhirnya ada jenis Nirmanakaya beraneka ragam (variegated nirmanakaya), yang muncul dalam wujud yang berbeda-beda untuk memberikan manfaat pada setiap makhluk hidup sesuai kebutuhan mereka.”
(Mengulang kata-kata Buddha oleh Tulku Urgyen Rinpoche)

Nah jelas sekali bahwa para guru-guru Buddhis Vajrayana yang telah mencapai tingkatan Anuttara Samyaksambodhi adalah para Nirmanakaya inkarnasi (incarnated nirmanakaya), bukan Nirmanakaya Agung (supreme nirmanakaya).

Khenpo Karthar Rinpoche dalam karyanya Gunung Dharma, mengatakan:

“Kita dapat berusaha untuk menyimpulkannya dengan berkata bahwa menurut sutra-sutra, terdapat 3 tipe Nirmanakaya. Jenis-jenis tersebut diberi nama Nirmanakaya Agung, Nirmanakaya kelahiran dan Nirmanakaya buatan. Abhidharma berbicara tentang satu miliar dunia seperti dunia kita, dan juga dikatakan bahwa “miliar” adalah jumlah yang korespon dengan aktivitas satu Nirmanakaya Buddha. Menurut penjelasan dasar, setiap masing-masing Buddha dari 1000 Buddha pada Bhadrakalpa ini muncul di dunia, Ia juga muncul di miliaran dunia lainnya, tidak hanya [dalam wujud] Buddha, tetapi juga Mahabodhisattva seperti Avalokitesvara, Arya Tara, Guru Padmasambhava, Vajrapani, Manjushri. 1 miliar dunia untuk masing-masing Bodhisattva ini.”

Para Buddha juga memiliki 32 tanda besar dan 80 tanda kecil, lain dengan para Bodhisattva yang hanya memiliki sebagian tanda saja.

Pada masa kita kali ini, hanya 2 orang yang memiliki 32 tanda besar dan 80 tanda kecil seorang Buddha, yaitu Sakyamuni dan Padmasambhava (yang tak lain juga Sakyamuni).

Bisa dilihat yaitu pada Karmapa yang dianggap sebagai emanasi Bodhisattva Avalokitesvara yang kelak akan menjadi Buddha ke-6 masa Bhadrakalpa ini, Buddha Simha.

Dalam kelahiran beliau (Karmapa) yang berulang-ulang, yang muncul hanyalah beberapa tanda saja dari 32 tanda besar dan 80 tanda kecil, menunjukkan bahwa beliau adalah seorang Bodhisattva Agung, bukan Samyaksambuddha.

Seorang Bodhisattva tapi juga seorang Buddha ??

Sering dalam Vajrayana, Bodhisattva Manjusri dan Avalokitesvara diberi sebutan “Buddha”. Tapi apakah arti sebenarnya dari “Buddha” itu? Apakah Samyaksambuddha??

Pancavimsati Prajnaparamita Sutra dan Satasahasrika Prajnaparamita Sutra mengatakan bahwa Bodhisattva bhumi kesepuluh dapat dipanggil dengan sebutan Tathagata.

“bodhisattvo mahasattvo dasamyam bhumau sthitah sams tathagata eveti vaktavyah”

Maka dari itu tidak heran apabila ada orang yang menyamakan Bodhisattva bhumi kesepuluh dengan Buddha Tathagata.

Walaupun Bodhisattva bhumi ke-10 (Dharmamegha) dapat dikatakan juga sebagai Tathagata, tetapi beliau tetap berbeda dengan Samyaksambuddha.

Hal ini secara jelas dikatakan dalam Samdhinirmocana Sutra, di mana dikatakan bahwa Bodhisattva bhumi kesepuluh masih harus menaklukkan klesha untuk menjadi Samyaksambuddha.

“Setelah mencapai tingkatan kesepuluh, Ia menerima abhiseka dari para Buddha. Setelah menerima abhiseka dari para Buddha, ia mencapai konsentrasi semua Bodhisattva (sarvabodhisattvasamadhi). Setelah mencapai konsentrasi semua Bodhisattva, Ia terakhir dari semua (pascat) mencapai Suramgamasamadhi. Setelah mencapai Suramgamasamadhi, ia dapat menunjukkan / melakukan tindakan-tindakan Buddha (buddhakarya) untuk semua makhluk, tetapi ia tidak meninggalkan praktek (carya) dari seorang Bodhisattva.”
(Suramgamasamadhi Sutra)

Untuk meng-abhiseka seorang Bodhisattva di tingkat sepuluh, yaitu tingkatan Dharmamegha, para Buddha dari 10 penjuru mengeluarkan cahaya yang masuk ke kepala Sang Bodhisattva dan memberikan padanya semua atribut Buddha, ia kemudian dikatakan “abhisikto buddhatve” yang berarti “di-abhiseka dalam Ke-Buddhaan” (Abhisekabhumi) (dirangkum dari Dasabhumika Sutra dan Sutralamkara).

Ketika Bodhisattva tingkat sepuluh memasuki Abhisekabhumi, maka Beliau telah dapat disebut sebagai seorang Buddha, walaupun masih terdapat klesha dalam batin-Nya.

Para Bodhisattva pada tingkatan Dharmamegha pada awalnya akan mencapai samadhi sarvajnanavisesabhiseka, Kemudian akan tampak duduk dalam tempat duduk bercahaya bernama maharatnarajapadma, yang mengeluarkan cahaya sampai ke sepuluh penjuru dunia dan menunjukkan banyak keajaiban, Para Buddha muncul di hadapannya dan mengabhisekanya dalam Samyaksambodhi. Ia dipanggil sebagai Samyaksambuddha, walaupun belum mencapai tingkat Samyaksambuddha.

Berlanjut, Ia kemudian mengerti semua kemunculan berbagai fenomena sesuai dengan sifat sejatinya dan meralisasikan berbagai perwuujudan mukjizat. Ia kemudian melatih 10 Kekuatan (bala).

Sang Bodhisattva kemudian memiliki empat vaisaradya yaitu telah mencapai Pencerahan Tertinggi, telah menghancurkan semua keinginan jahat, telah dengan baik mengenal rintangan menuju jalan pencerahan dan dengan kebenaran mengajarkan jalan menuju pembebasan.

Kemudian Sang Bodhisattva sekarang memiliki 18 avenika (karakteristik unik) seorang Buddha: ia tidak melakukan kesalahan apapun, ia tidak melakukan kesalahan baik di ucapan maupun pikirannya, pikirannya selalu stabil, pikirannya bebas dari keterbatasan, ia tenang seimbang, keinginannya untuk menyelamatkan makhluk hidup tidak terbatas, energinya tidak dapat habis, ingatannya akan Buddha-Buddha masa lampau tidak terbatas, kebijaksanaannya tidak terbatas, pembebasannya permanen, pengetahuan akan pembebasannya permanen, keahliannya dalam upaya sempurna baik dari segi tindakan maupun ucapan, ia mengetahui segala masalah semua makhluk hidup dan ia mengetahui masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

Lebih lanjut Ia melalui penampakan cahaya mahadharmamegha dan membuatnya menjadi dalam dirinya(sahate, svikaroti, sampraticchati, samdharayati). Akhirnya ia  memadamkan api penderitaan, yang dihasilkan oleh avidya, dengan cara membuat hujan nektar kebajikan agung (hujan Dharma).

Menurut Mahavastu, bodhisattva tingkat ke-10 yang akan terlahir menjadi manusia, pertama akan terlahir di alam Surga Tusita, menunggu saat yang tepat untuk lahir dalam alam manusia.

Teks-teks lain menunjukkan bahwa di atas Dharmamegha masih ada 2 tingkatan lagi yang harus dilalui oleh seorang Bodhisattva untuk mencapai tingkat Samyaksambuddha Yang Sejati.

Berdasarkan TRV. Murti, Candrakirti berkata dalam Madhyamakavatara: “tingkat bhumi kesepuluh – Dharmamegha – dianggap sebagai Buddhabhumi, meskipun Anuttara Samyaksambuddha masihlah jauh.”

Kesimpulan

Dikatakan dalam Vajrayana bahwa seseorang dapat mencapai tingkatan Anuttara Samyaksambodhi dalam masa hidup ini juga. Ya benar. Tapi seseorang yang mencapai tingkatan Anuttara Samyaksambodhi pada masa Buddha Sasana masih ada, sebenarnya adalah:

Bodhisattva tingkat 10 yang bergelar Samyaksambuddha, diabhiseka dalam Samyaksambodhi dan mampu menunjukkan karakteristik Buddha dan tindakan Buddha (buddhakarya)

BUKAN
Samyaksambuddha Nirmanakaya Agung seperti Buddha Sakyamuni.

Jadi dalam Theravada, Mahayana dan Vajrayana semuanya sama-sama meyakini bahwa di dunia kita sekarang ini hanya muncul 1 orang Samyaksambuddha (Sammasambuddha) yaitu Sakyamuni Buddha Gotama.

Tidak bisa ada 2 orang Samyaksambuddha Nirmanakaya Agung (supreme nirmanakaya) dalam masa bersamaan dalam 1 sistem tata dunia.

Yang lainnya hanyalah Bodhisattva tingkat 10 yang bergelar “Samyaksambuddha”. Dan Bodhisattva tingkat-10 itu masih harus memadamkan beberapa klesha lagi untuk mencapai tingkatan Samyaksambuddha Yang Sejati.

"Pada tingkat kesepuluh (Dharmamegha), terdapat dua jenis avidya (kebodohan batin). Yang pertama adalah avidya dari kekuatan mistik agung. Yang lainnya adalah avidya dari pembebasan menuju misteri inti. Kedua avidya ini dan ketebalannya adalah apa yang akan dilenyapkan."
"Pada tingkat ke-Buddhaan, mendekati yang apa adanya, terdapat dua jenis avidya. Yang pertama adalah avidya dari memegang dalam-dalam objek pengetahuan secara ekstrim. Yang lainnya adalah avidya dari halangan-halangan inti yang ekstrim. Kedua avidya ini dan ketebalannya adalah apa yang akan dilenyapkan."
(Samdhinirmocana Sutra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar