Pages - Menu

Pages

Selasa, 08 Mei 2012

Jambala Kuning

Upacara Api Homa Pemberkahan Jambala Kuning 8 Mei 2012 PDF Print E-mail


Upacara Api Homa Pemberkahan Jambala Kuning  para umat Dharma sangat antusias mengikuti Upacara Api Homa Pemberkahan dengan Yidam Jambala kuning ini terbukti dari banyaknya umat yang hadir dan mengisi kayu homa, di tambah dengan dikenalnya Bodhisattva Jambala Kuning sebagai Bodhisattva pembawa rezeki.
Manfaat dari menuliskan nama kita di kayu homa adalah untuk memohon agar diri kita sama seperti kayu tersebut dimasukkan ke dalam tungku dan terbakar habis sehingga karma buruk kita terkikis sedikit demi sedikit dan terbakar oleh api. Penulisan kayu homa itu terbilang mudah, hanya dengan menuliskan nama saja di selembar kayu atau lebih dari satu kayu. Tapi, kayu ini hanya boleh diisi oleh satu nama saja, tidak dianjurkan untuk menulis kayu homa untuk satu keluarga atau lebih dari satu nama dalam satu lembar kayu, karena kayu homa itu melambangkan tubuh dan karma kita, setiap manusia mempunyai karmanya yang berbeda.

Upacara Api Homa ini berlangsung pada pukul 16.30 WIB yang diawali dengan menyanyikan lagu pendupaan. Kemudian puja bakti dimulai dari mantra pembersihan hingga menjapa mantra yidam Jambala Kuning Bodhisattva.
Sebelum menjapa mantra kita bervisualisasi di tengah kepulan asap dari tiga batang dupa yang disembahkan, muncul cakra chandra ditengahnya tampak bijaksara CEN (針字, lihat gambar di bawah ini) berwarna kuning, dan memancarkan cahaya kuning.

Bijaksara ZHENBijaksara yang berada ditengah cakra chandra berputar dan muncul Jambahla yang berwarna kuning dengan mengenakan berbagai ratna permata, dengan sikap duduk setengah bersila, tampak berwibawa. Selanjutnya jempol kaki kanan Jambahla membengkak dan amat sakit. Sadhaka memanjatkan mantra “Om Ah Hom. Suo ha” 3x guna memohon kehadiran Panca Dhyana Buddha. Bervisualisasi Panca Dhyana Buddha berada diatas Jambahla dan masing – masing memancarkan lima berkas cahaya memberi adhistana kepada Jambahla. Sementara sadhaka membacakan mantra Abiseka “Om Hom Cen Se Ya” 3x. Berkat adhistana dari Panca Dhyana Buddha, maka rasa sakit yang diderita Jambahla segera mereda, dan Jambahla pun menampakkan senyum. Dan melalui mulut Ratna Prawarsa Mana Nakula, Jambahla berkenan melimpahkan berkah sesuai kehendak sadhaka.
Lalu melafalkan mantra Jambahla Kuning :暡。針 巴拉。查冷查那耶。梭哈。” (Om. Zhen ba la. Cha leng cha na ye. Suo ha.)

Setelah pembacaan mantra Yidam Jambhala Kuning kita mempersilahkan Vajra Acarya untuk menempati kursi homa, memberkati kayu homa dan persembahan, memutar japamala untuk memberi pemberkahan, melakukan simabhandana terhadap tungku homa, kemudian puja homa dimulai dengan menyalakan api, memasukkan persembahan ke dalam tungku homa satu per satu dan memperagakan mudra tolak bala dan pemberkahan.

Visualisasi saat homa adalah, kita bervisualisasi sarana Puja berubah menjadi banyak seperti gunung dan samudra tak terhingga, semuanya dipersembahkan kepada Mulacharya, Guru Silsilah, Adinata, para Buddha Bodhisattva, semua Dewa Naga, Vajra Dharmapala, semua dipersembahkan secara sempurna. Lalu Visualisasi ditengah tungku, api yang berpijar membakar diri sendiri, sehingga semua karma buruk terbakar menjadi hawa hitam, keluar melalui pori – pori, diri sendiri menjadi bersih. Karma buruk pun lenyap. Serta visualisasi bijaksara CEN yang berwarna kuning (bijaksara sesuai dengan yidam) berubah menjadi Jambala Kuning (Yidam) dan masuk ke cakra hati kita, kita dan Jambala Kuning (yidam) menjadi satu dan masuk ke dalam tungku homa sehingga tubuh kita menjadi bersih. Jambala Kuning (yidam), kita dan api menjadi satu. Terakhir untuk menutup semua kekurangan dan kesalahan kita dalam melakukan pertobatan kita membaca mantra Sataksara sebanyak 3 kali. Dan melafalkan Mantra Paripurna.


Setelah upacara selesai, Vajra Acarya menyampaikan dharmadesana kepada umat yang hadir. Inti dari ceramah berliau adalah beliau menceritakan tentang sadhana Jambala Kuning, beliau mengatakan Orang yang melatih diri dengan yidam jambala kuning itu tidak sulit tapi juga sangat sulit. Kenapa? Karena manusia itu banyak yang pelit.
Beliau juga memberi tahu kita bahwa Gatha dari Jambala Kuning adalah

北方天王咸富足。
一切財寶降無數。
Běi fāng tiān wáng xián fù zú.
Yī qiè cái bǎo jiàng wú shù.



現前一切皆圓滿。
是為佛門護法住。
Xiàn qián yī qiè jiē yuán mǎn.
Shì wèi fó mén hù fǎ zhù.
Beliau memberitahu kita dalam bahasa yang mudah di mengerti yang artinya “bei fang tian wang xian fu zhu” merupakan tempat huang chai shen yang memiliki nama lainnya Vaisravana dan memiliki berkah yang sangat berlimpah. “yi qie cai bao jiang wu shu” sangat berkenan melimpahkan hartanya, sedikit saja yang diberikan itu sudah sangat banyak sekali ditempat kita. “Xian qian yi qie jie yuan man” saat ini di depan kita, semuanya menampakkan kesempurnaan. “Shi wei fo men hu fa zhu” dapat melindungi para umat Buddha untuk membabarkan dan memanjukan dharma.

自願護法升北天。
禮贊供養入聖域。
Zì yuàn hù fǎ shēng běi tiān.
Lǐ zàn gòng yǎng rù shèng yù.



大財獲得永富足。
再施法財濟眾生。
Dà cái huò dé yǒng fù zú.
Zài shī fǎ cái jì zhòng shēng.
Yang dapat diartikan: asalkan semua Dharma dapat di denggungkan sampai ke tempat Jambala Kuning. Menghantarkan atau membawa segala sesuatu yang berkenaan pahala yang berada di istana dia seperti berbuat amal dan membabarkan dharma, maka Jambala Kuning akan berkenan membantu. Segala harta yang berlimpah di dunia ini, akan di dapatkan orang tersebut. Dengan melimpahkan, mempersembahkan, membagikan harta tersebut sebagian adalah sumbangan atau paramita bagi semua makhluk.

Beliau juga menceritakan ketika zaman Sakyamuni Buddha dan membabarkan dharma di sebuah taman banyak orang mempersembahkan pelita, ketika menjelaskan dharma tiba-tiba dewa angin datang meniupkan anginnya keacara tersebut, sehingga semua lilinnya mati, tapi ada satu lilin minyak yang paling sedikit dan paling di sudut dapat hidup. Sehingga itu mengundang banyak pertanyaan, Ananda sebagai murid Sakyamuni Buddha bertanya, kenapa lilin minyak yang hanya sedikit dan hampir mati itu dapat hidup di tiup anginnya? Sedangkan lilin minyak lain mati, padahal semua lilin yang mati itu adalah lilin minyak yang sangat mahal dan banyak.
Sang Buddha menjawab bahwa dengan ikhlas dan tulus memasang pelita tersebut, minyak yang sangat sedikit itu adalah seluruh harta yang di persembahkan.
Wanita yang sudah tua, dan tidak punya anak dan keluarga hidup sebatang kara. Karena ingin mendengar ceramah Sang Buddha, dan ia berpikir dengan banyak pelita dapat menerangi ruangan dan ia ingin mendegar ceramah dari Sang Buddha maka ia memotong rambutnya yang sangat berharga dan menjual rambutnya.
Pada zaman dahulu rambut adalah sesuatu yang sangat berharga, apalagi rambut seorang wanita. Harga rambut memang mahal pada zaman itu, tapi karena rambut sang wanita telah putih dan kusam, tukang lilin mengatakan bahwa rambut wanita tua itu sudah tidak ada harganya lagi, tapi karena ia tulus ingin mempersembahkan kepada Sang Buddha dan untuk menerangi tempat Sang Buddha sedang berceramah maka ia terus memohon kapada penjual lilin, lalu penjual lilin tadi hanya memberikan wanita tua itu sesendok minyak saja.
Setelah wanita tua menaruh lilinnya, dewa angin yang mengetahui ketulusan hati wanita tua tadi meniupkan anginya ketempat acara tersebut. Sang Buddha mengatakan itu adalah keikhlasannya untuk menerangkan dharma. Jambala Kuning juga bersumpah barang siapa saja yang ingin membabarkan dharma untuk sang Buddha, maka Jambala Kuning akan membantunya dan melimpahkan berkah kepada umat.

Selesai menyampaikan ceramah-Nya, Vajra Acarya Lianyuan mewakili Mahaguru untuk memberikan Abhiseka Pemberkahan Jambala Kuning.

Upacara berjalan dengan sukses dan sempurna, berkat pancaran cahaya adhistana dari Mahaguru dan Para Buddha Bodhisattva.
Terima kasih kepada semua teman-teman yang telah berpartisipasi dan mendukung suksesnya Upacara ini, semoga Mahaguru dan para Buddha Bodhisattva selalu memberkati Anda dan keluarga.

Semoga Mahaguru selalu memutar roda dharma.
Om Mani Padme Hum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar