Pages - Menu

Pages

Jumat, 18 Mei 2012

semua unsur Jalan Mulia Berunsur Delapan untuk umat awam (puthujjana)

Tidak semua unsur Jalan Mulia Berunsur Delapan untuk umat awam (puthujjana)
Tidak dapat dipungkiri bahwa Jalan Mulia Berunsur Delapan sangat penting untuk dipraktikkan. Mulai dari Sammā-diṭṭhi hingga sammā samādhi, semuanya adalah penting. Tidak ada yang bisa diremehkan, atau dikesampingkan. Hanya saja, Prof. Oliver Abeynayake bersikukuh bahwa berdasarkan referensi yang ada, hanya unsur pertama hingga keempat--sammā-diṭṭhi, sammā saṅkappa, sammā vāca, sammā kammanta--adalah untuk umat awam (puthujjana) dan juga para biarawan dan ariyasāvaka (Noble disciple). Selebihnya, yaitu sammā ājīva, sammā vāyama, sammā sati dan sammā samādhi-- adalah dikhususkan untuk para biarawan dan ariyasāvaka. Beliau melihat bahwa telah terjadi kesalahan dalam penafsiran oleh para modern scholar. Modern scholar umumnya mendefinisikan sammāājīva sebagai penghindaran lima macam perdagangan yang salah. Lima hal itu adalah menjual daging, senjata yang dipergunakan untuk membunuh, manusia, racun, dan minuman yang mampu melemahkan kesadaran. Padahal, tidak ada satu pun referensi semacam ini dalam Tipitaka. Definisi yang diberikan dalam Tipitaka tentang sammāājīva adalah oposit dari micchāājīva. 
 
Dalam hal ini, micchāājīva didefinisikan sebagai berikut:
Katamo ca, bhikkhave, micchāājīvo? Kuhanā, lapanā, nemittikatā, nippesikatā, lābhena lābhaṃ nijigīsanatā – ayaṃ, bhikkhave, micchāājīvo.
What Monks is wrong livelihood? Scheming, talking, hinting, belittling, pursuing gain with gain--this is monks wrong livelihood. [M. III, 75]
 
Sammāājīva adalah untuk ariyasāvaka:
‘‘Katamo cāvuso, sammāājīvo? Idhāvuso, ariyasāvako micchāājīvaṃ pahāya sammāājīvena jīvikaṃ kappeti, ayaṃ vuccatāvuso – ‘sammāājīvo’’’.
Semantara itu, tiga unsur yang lainnya, sangat jelas didefinisikan untuk para bhikkhu. Dalam setiap 
 
Definisi, kata bhikkhu disebutkan:
Katamo cāvuso, sammāvāyāmo? Idhāvuso, bhikkhu anuppannānaṃ....
Katamā cāvuso, sammāsati? Idhāvuso, bhikkhu kāye ....
Katamo cāvuso, sammāsamādhi? Idhāvuso, bhikkhu vivicceva ....

Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai


Dalam Pāyāsi Sutta dari Dīghanikāya, dalam nasehatnya kepada Pangeran Pāyāsi, Bhikkhu Kassapa mengatakan sebagai berikut:

"O Pangeran, ketika upacara korban tidak melibatkan pembunuhan sapi, kambing, ayam atau binatang2 lainnya, dan ketika peserta upacara korban tersebut memiliki pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan jasmani benar, mata pencaharian benar, semangat benar, perhatian benar dan konsentrasi benar, upacara korban tersebut akan menghasilkan buah  dan manfaat yang besar".

Terlepas dari definisi umum faktor2 dalam Jalan Mulia ini, kalimat singkat di atas menunjukkan bahwa  Jalan Mulia Berunsur Delapan bisa dimiliki oleh siapa saja baik bhikkhu maupun umat awam, dan baik puthujjana maupun seorang ariya. Mengapa dalam konteks ini saya katakan bahwa umat awam juga berhak mempraktikkan Jalan ini? Karena umumnya yang mengikuti upacara korban adalah umat awam, bukan seorang bhikkhu.

Juga perlu diingat di sini bahwa dalam sutta2 sering dikatakn bahwa Sang BUddha sering menggunakan metode anupubbikatha (gradual talk) dalam khotbahnya kepada umat awam. Dikatakan bahwa setelah pikiran seseorang menjadi bersih dari rintangan batin, lebih lunak, fleksibel, Sang Buddha kemudian melanjutkan dengan ajaran Ukkamsika dhammdesana (khotbah yang tinggi) yakni 4 Kesunyataan mulia. Kita tahu bahwa kesunyataan mulia terakhir adalah Jalan Mulia berunsur Delapan. Pertanyaannya di sini adalah, jika beberapa faktor dari Jalan ini tidak dimaksudkan untuk umat awam, mengapa Sang Buddha juga menjagarkan seluruh faktor dari Jalan ini kepada umat awam? Kenyataannya, setelah diajarkan kepada umat awam, banyak dari mereka yang mencapai kesucian sotapanna, seperti yasa, orangtua Yasa, raja Bimbisara, Upali, Sonadanda, dll. Ini menunjukkan bahwa Jalan ini terbuka untuk siapa saja termasuk umat awam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar