Gua Batu Yungang
Gua Batu Yungang adalah sebuah situs budaya Buddhis yang megah dan juga sebagai penanda ajaran Buddhis memiliki landasan yang kuat di China. Situs ini berada di kota Datong, provinsi Shan Xi, China.
Situs ini apabila dilihat dari ciri khas kesenian dan budayanya, dibangun pada abad ke-5 dan ke-6. Seiring berjalannya waktu, gua yang megah ini mengalami beberapa kerusakan, baik itu akibat bencana alam maupun akibat perang. Pemerintah China pada akhirnya memperhatikan kerusakan situs tersebut dan kemudian memerintahkan diadakannya perbaikan yang juga dibantu oleh para ahli dari luar negeri.
Gua ini sangat menarik untuk dikunjungi sebab kita akan melihat keunikan pahatan dari rupang Buddha itu sendiri dan juga ukiran ornamen-ornamen yang menghiasi dinding itu. Perjalanan menuju gua juga termasuk salah satu yang menarik, sebab kita seperti berpetualang karena harus melintasi banyak gua-gua yang tinggi, disamping itu juga banyak pemandangan alam yang mendampingi gua tersebut. Situs ini sangat menarik untuk dikunjungi baik sebagai perjalanan spiritual atau hanya sekedar refreshing.
Gua Buddha Termegah di seluruh Dunia
Candi Kuno yang Dibangun Dengan Memahat Tebing Batu
Gua Ajanta adalah salah satu gua Buddha termegah di seluruh India. Terletak pada jarak sekitar 100 km dari Aurangabad dan 40 km dari Jalgaon. Banyak Situs Warisan Dunia UNESCO di Maharashtra, gua ini telah ada sejak abad 2 SM. Ada sekitar 30 gua di lokasi Ajanta di antaranya chaitya-grihas. Sisa dari gua telah ditemukan terdiri dari biara. Kemudian Ajanta Caves itu sendiri ditemukan tahun 1819 AD dan beberapa lukisan yang ditemukan di dalamnya dibuat antara abad ke 5 dan 7.Hampir masing-masing dan setiap lukisan yang ditemukan di tempat gua ini bercerita tentang agama Buddha. Beberapa dari mereka menggambarkan Buddha, dan sebagian lagi Bodhisattva, sementara sebagian lainnya merupakan kisah-kisah Jataka dan insiden dari kehidupan Sang Buddha. Pada Ajanta terlihat bentuk lukisan dasar yang di poles lumpur - plester tanah sebagai tehnik tempera. Ajanta jauh dari pemukiman, lingkungan terisolasi di tengah-tengah, gua ini dibangun di tengah sebuah batu besar. Tujuan utama di balik pembangunan Gua Ajanta adalah untuk menyediakan tempat tinggal dan tempat berdoa bagi para biarawan Buddha, yang berdedikasi terhadap misi penyebaran prinsip-prinsip agama Buddha di seluruh dunia. Semua dari mereka telah diukir dengan presisi dan dihiasi dengan rincian arsitektur indah.
Ini Fotonya..
Published Date Hits: 1435
Keunikan Agama Buddha di Jepang
Agama Buddha yang dalam bahasa Jepangnya disebut Bukkyo (Butsu : Buddha, Kyo : ajaran) dipercaya mulai masuk ke Jepang lewat kerajaan Baekje di Korea sekitar tahun 538. Beberapa tahun kemudian berbagai buku dan literatur tentang Buddhism juga mulai masuk lewat negara China pada masa dynasty Sui. 40 tahun kemudian Kaisar Jepang saat itu yaitu Pangeran Shotoku (A.D. 574-621) meresmikan Buddha sebagai agama resmi negara. Sebagai agama baru tentu saja tidak lepas dari penolakan dan juga tekanan.
Pada masa pemerintahan militer Oda Nobunaga (534 - 1582), agama Buddha mengalami masa suram karena pemerintah saat itu bersikap antipati terhadap agama ini. Hal ini disebabkan karena pada masa itu muncul banyak pemberontakan oleh rakyat menentang pemerintah yang kebetulan didukung oleh pendeta Buddha khususnya dari sekte Tendai di kuil Hiei. Pemberontakan akhirnya berakhir dengan penyerbuan ke kuil di yang terletak di atas puncak bukit itu dan membunuh ribuan pengikutnya.
Pada masa Periode Meiji (1868-1912) pemerintah menetapkan Shito sebagai agama resmi negara sehingga secara tidak langsung menempatkan agama Buddha dalam posisi yang berseberangan. Pada masa itu banyak kuil Buddha yang ditutup dan pemerintah memaksa para rahib untuk berkeluarga. Sejak itu sampai sekarang banyak kuil yang beralih status menjadi Kuil Keluarga yaitu kuil yang pengelolaanya dilakukan secara perorangan dan wariskan secara turun temurun dari bapak ke anaknya.
Kuil Buddha di negara ini selain berfungsi sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai tempat wisata. Untuk kuil tertentu yang bernilai historis tinggi dan banyak dikunjungi oleh wisatawan, setiap pengunjung dikenakan tiket masuk seharga kurang lebih 300 yen (Rp 20.000) dan aturan ini berlaku tanpa perkecualian. Jadi, baik yang datang untuk tujuan berdoa ataupun tidak adalah sama saja. Wisatawan yang dimaksud kebanyakan adalah orang Jepang sendiri dan sebagian besar dari mereka akan menyempatkan diri untuk berdoa. Bangunan kuil di Jepang umumnya sangat indah dan sebagian besar terbuat sepenuhnya dari kayu dan sudah berumur ratusan tahun.
Kuil Toudaiji, salah satu contohnya yang dibangun pada tahun 728 merupakan bangunan kayu tertua di dunia. Beberapa di antara kuil besar di Jepang mendapat perlindungan dari badan dunia yang mengurus masalah budaya yaitu UNESCO.
Buddha Zen sepertinya merupakan suatu sekte dari agama Buddha yang sangat berpengaruh di negara tersebut. Membicarakan tentang Buddha di Jepang umumnya selalu merujuk kepada sekte Buddha Zen. Demikian juga halnya dengan budaya yang sama sekali tidak bisa dipisahkan dari peran Buddha Zen. Upacara minum teh yang sangat terkenal itu adalah salah satu contohnya. Sekte ini didirikan oleh D?gen Zenji ( (19 January 1200 - 22 September 1253) yang merupakan seorang guru Zen termasyur di Jepang. Tokoh ini pernah lama belajar dan memperdalam ilmunya di negeri China.
Ketika kita menyempatkan diri berkunjung ke salah satu kuil Zen yang sangat terkenal yaitu Eiheiji Temple di Perfecture Fukui, kita dapat melihat dengan jelas refleksi dari ajaran Zen tersebut. Di komplek kuil yang sangat luas terasa sangat asri dan menyatu dengan alam. Pohon-pohon besar berumur ratusan tahun berdiri tegak menjulang lurus ke atas. Seperti umumnya bangunan kuil di Jepang yang sepenuhnya terbuat dari kayu terlihat sangat bersih dan terawat. Kebersihan merupakan bagian dari ibadah dan tiap hari puluhan orang (calon rahib) tampak menggosok lantai kayu sampai mengkilat dan sebagian orang lagi tampak sibuk mencabut rumput dan tanaman penganggu di taman. Ketika memasuki bangunan utama yang memiliki lorong yang sangat banyak dan panjang, sandal dan sepatu harus dilepas dimasukkan ke dalam kantong plastik dan di bawa selama berkunjung di areal dalam bangunan.
Untuk para rahib, mereka diharus menjalankan meditasi dan berbagai pantangan yang sangat ketat. Umumnya para rahib Buddha makan hanya dua kali sehari, jadi jam makan, tidur dan juga bangun diatur dengan sangat ketat. Berjalan juga dianggap sebagai bagian dari meditasi atau etika sehingga cara berjalan pun harus dipelajari, misalnya adalah berjalan dengan tidak menimbulkan suara berisik. Maklum saja, berjalan di bangunan yang terbuat dari kayu tentu saja harus lebih hati-hati dibandingkan dengan bangunan tanah atau beton.
Kuil Buddha atau Tera dalam bahasa Jepangnya bisa ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak dan tersebar di berbagai tempat. Kebanyakan dari bangunan Tera yang ada adalah termasuk Kuil Keluarga yang artinya pengelolaannya berada pada perorangan yang diwariskan secara turun temurun. Kebanyakan Tera yang ada adalah berbentuk bangunan kayu yang sudah sangat tua dan dibangun sekitar abad ke-8. Namun kebanyakan dari banguan kuil sekarang adalah renovasi dari kuil lama. Diperkirakan sekarang ini ada sekitar 80.000-an kuil di seluruh Jepang. Di antaranya adalah:
Kinkakuji atau kuil Emas sangat terkenal karena sesuai dengan namanya bangunannya berwarna kuning keemasan.
Kiyomizu dera yang dibangun sekitar tahun 798.
Semua bangunan di atas adalah termasuk Worl Herritage atau warisan dunia yang pengelolaannya di organisaikan oleh Unesco. Seperti umumnya kebanyakan bangunan kuil di negara tersebut yang dibangun sepenuhnya dari kayu dan tanpa paku sama sekali sehingga sangat tahan terhadap gempa. Hal inilah yang menyebabkan bangunan itu bisa bertahan dan tidak roboh meskipun beberapa kali diguncang oleh gempa besar. Namun walaupun begitu, banguanan kayu bukannya tidak mempunyai kelemahan sama sekali. Kelemahan terbesar adalah sangat rentan terhadap kebakaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar