Pages - Menu

Pages

Senin, 27 Agustus 2012

Ikhtisar
Ajaran Buddha
“ Juga bagi para non-Buddhis seperti saya, naskah ini memberikan
cukup informasi
dan pemahaman yang memadai
mengenai Buddhisme. Sungguh memikat. “
Fahd Djibran, cendekiawan Muslim
BASIC BUDDHISM
What Should We Know About Buddhism
Oleh Upa. Sasanasena Seng Hansen
ii
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Ikhtisar Ajaran Buddha
Disusun oleh  :  Upa. Sasanasena Seng Hansen
Proof Reader : Willy Yandi Wijaya
 
Ukuran buku jadi : 130x185 mm
Kertas cover  :  Art Cartoon 210 gram
Isi   :  HVS 70 gram
Jumlah halaman  :  80 halaman
Jenis Font  :  Times New Roman
   Myriad Pro
   Goudy Old Style
   Bickham Script 
Diterbitkan Oleh :
Vidyāsenā Production
Vihāra Vidyāloka
Jl. Kenari Gg. Tanjung I No. 231
Telp. / Fax 0274 542 919
Yogyakarta 55165
Cetakan Pertama, Mei 2008
Cetakan Kedua, September 2008 (revisi)
Untuk Kalangan Sendiri
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku dalam
bentuk apapun tanpa seizin penerbit.
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Buku ini dipersembahkan bagi mereka:
Yang mencintai ajaran Buddha dan ingin mengetahui
mengapa mereka mencintai ajaran ini
Yang mendambakan kedamaian dan ingin melestarikan
kedamaian itu
      
Buku “IKHTISAR AJARAN BUDDHA: Basic Buddhis, What
should we know about Buddhism” ini disarikan dari berbagai
Dharmaclass, Dharmacourse, pelatihan Dharmaduta yang
diadakan oleh Vidyāsenā Vihāra Vidyāloka Yogyakarta; dari
artikel Dharmadesana di Vihāra Vidyāloka Yogyakarta; dari buku-
buku buddhis; dan dari program meditasi di Vihāra Mendut. Buku
ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai agama
Buddha terutama bagi kalangan non-buddhis dan sebagai salah
satu upaya mempertahankan dan melestarikan Buddhisme sebagai
warisan dunia. Semoga bermanfaat
iii
iv
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Misi Sang Buddha benar-benar unik dalam sifatnya, karena itu ia
berdiri jauh terpisah dari banyak agama-agama lainnya di dunia.
Misinya adalah untuk menggiring burung-burung idealisme yang
sedang terbang melayang di angkasa untuk lebih mendekat ke bumi
karena makanan bagi tubuh-tubuh mereka adalah milik Sang Bumi
Hazrat Inayat Khan, “The Sufi Message”
     
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
PRAWACANA PENERBIT
 Hari Raya Waisak akan segera tiba. Umat Buddha kembali lagi
akan merayakan sebuah momen yang paling berharga, yakni hari kelahiran
Pangeran Sidhartha Gautama, saat pencerahan Pertapa Gautama dan hari
wafatnya Buddha Gautama. Ketiga kejadian tersebutlah yang membuat Hari
Raya Waisak bagi Umat Buddha menjadi sebuah hari yang istimewa dimana
dimulailah sejarah Agama Buddha yang diawali dengan sejarah pendirinya
(Sidhartha Gautama).
Teristimewa tahun ini, Hari Raya Waisak di Indonesia bertepatan dengan Hari
Kebangkitan Nasional. Kita harapkan momentum ini semakin memantapkan
kebangkitan agama Buddha di Indonesia. Hal tersebut disebabkan semakin
memantapkan ajaran Buddha di Indonesia dengan terus tumbuhnya generasi
muda yang lebih peduli terhadap ajaran Buddha. Salah satu wujudnya adalah
semakin banyak muncul penulis buku berdarah Nasional yang menulis buku
mengenai Ajaran Buddha.
Buku ini ditulis oleh Sdr. Seng Hansen dengan merangkum poin-poin penting
ajaran Buddha. Dengan terbitnya buku ini diharapkan bagi Anda yang baru
mengenal agama Buddha, dapat mengerti dengan jelas dasar-dasar yang
penting dalam ajaran Buddha. Bahasa dalam buku ini telah dibuat sebaik
mungkin sehingga Anda dapat memahami isinya—walaupun Anda baru
mengenal ajaran Buddha. Jadi terima kasih untuk Sdr. Seng Hansen yang telah
menulis buku ini dan kepada Sdr. Willy Yandi Wijaya yang telah menjadi
editor untuk buku ini.
Terima kasih juga kepada para donatur, karena tanpa Anda buku ini tidak akan
terbit. Terima kasih kepada para pembaca karena tanpa Anda, buku ini hanya
akan menjadi sebuah buku yang tidak bermakna. Oleh karena itu, penerbit
selalu mengharapkan agar kita berdana—sekecil apapun. Untuk semakin
memperluas cakrawala dan pandangan, marilah kita semakin membiasakan
diri untuk membaca buku, khusunya buku Dhamma.
Terima kasih atas perhatiannya.
Semoga semua makhluk selalu hidup berbahagia.
Insight Vidyasena Production
Menejer Produksi Buku
v
vi
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
KATA PENGANTAR EDITOR

Biasanya buku mengenai agama Buddha banyak
menggunakan bahasa Pali atau Sansekerta sehingga tatkala ada orang
yang bukan beragama Buddha mencoba membaca atau memahami
konsep ajaran Buddha, seringkali yang terjadi adalah kebingungan
atau kesalahan penafsiran terhadap Buddhisme. Saya sempat membaca
beberapa buku perbandingan agama yang menyinggung mengenai
ajaran Buddha yang ditulis oleh penulis nonbuddhis dan yang terjadi
adalah kesalahan dalam penafsiran terhadap ajaran Buddha. Mungkin
kesalahan seperti itu disebabkan kebingungan terhadap istilah Pali
atau Sansekerta atau padanannya dalam Bahasa Inggris atau karena
pandangannya dari sudut pandang yang berbeda.
 Ketika saya mengedit tulisan Sdr. Seng Hansen ini, saya
berusaha meminimalkan bahasa Pali atau Sansekerta, seperti kata
‘dukkha’. Kata tersebut sering diterjemahkan sebagai ‘penderitaan’
atau ada juga yang menerjemahkannya sebagai ketidakpuasan. Di
buku ini, kata ‘dukkha’ tidak diganti dengan kata ‘penderitaan’. Akan
tetapi, untuk beberapa kasus kata ‘penderitaan’ atau ‘ketidakpuasan’
digunakan sesuai dengan konteks kalimatnya.
 Beberapa kata yang lebih umum dan terdapat dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) saya gunakan untuk mengganti
bahasa Pali atau Sansekerta. Salah satu wujud penghargaan terhadap
Bahasa Indonesia adalah berusaha menggunakan kata yang telah ada
padanannya dalam KBBI, walau untuk beberapa kalimat saya tetap
mempertahankan penggunaan bahasa Pali atau Sansekerta. Catatan
kaki saya tambahkan untuk membantu menjelaskan arti kata atau
kalimat sehingga tidak terjadi salah pengertian.
Salam,
Willy Yandi Wijaya
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
DAFTAR ISI
PRAWACANA PENERBIT ................................................................ v
KATA PENGANTAR EDITOR .......................................................... vi
BAB I .................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................. 1
  Sistem Kepercayaan Vs Ajaran Buddha .............................. 1
  India Sebelum Masa Buddha Gautama ................................ 2
BAB II ................................................................................................. 4
BUDDHA ............................................................................................ 4
BAB III ............................................................................................... 6
AJARAN BUDDHA (DHARMA) ..................................................... 6
  Tinjauan Secara Ringkas ...................................................................6
  Empat Kebenaran Mulia ....................................................................7
          Kebenaran Mulia tentang Dukkha ..............................................8
           Kebenaran Mulia tentang Sebab dari Dukkha ............................8
           Kebenaran Mulia tentang Berakhirnya Dukkha .........................8
           Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha ....9
  3 Corak Kehidupan (Tilakkhana) ......................................................11
  Perubahan (Anicca) ...........................................................................12
  Penderitaan (Dukkha) ........................................................................12
  Tidak Ada Roh Yang Kekal  (Anatta) ................................................13
  Hukum Karma  ..................................................................................14
  Bahaya Kemelekatan Dan Ke-‘Aku’-An ..........................................15
  Kesalingterkaitan Antar Segala Sesuatu
        (Hukum Paticca Samuppada) ............................................................17
  Hukum Alam (Niyama Dhamma) .....................................................18
  Delapan Kondisi Yang Tidak Dapat Dihindari
        (Atthaloka Dhamma) .........................................................................19
  Dharma Pelindung Dunia (Lokapaladhamma) .................................20
  Lima Aturan Buddhis (Pancasila Buddhis) ......................................21
  Sepuluh Kesempurnaan (Dasa Paramita).........................................21
  4 Sifat Luhur (Brahmavihara)...........................................................22
  Anjuran Kepada Umat Buddha Perumah Tangga
        (Sigalovada Sutta) .............................................................................22
  Empat Syarat Kebahagiaan (Vyagghapajja Sutta) ............................31
  Lima Kelompok Penyusun Kehidupan (Panca Khanda)  .................31
  Wawasan Ke Dalam (Merenung Ke Dalam Diri) .............................32
  Pikiran Dan Kesadaran ......................................................................33
  Meditasi .............................................................................................34
  Hidup Di Sini Dan Pada Saat Ini .......................................................35
  Bagaimana Cara Memperlakukan Ajaran Buddha? ..........................37
vii
viii
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
BAB IV ............................................................................................... 38
SANGHA (Kelompok Bhikkhu Atau Bhikkhuni)  ............................. 38
  Keunikan Ajaran Buddha ..................................................................39
  Bentuk Keyakinan Dalam Buddhis (Kalama Sutta) .........................39
BAB V ................................................................................................. 41
KEUNIKAN AJARAN BUDDHA ..................................................... 41
  Tradisi Dalam Buddhisme (Schools In Buddhism) ...........................43
  Toleransi Terhadap Kepercayaan Lain  .............................................45
BAB VI ............................................................................................... 47
APA YANG DIYAKINI UMAT BUDDHA ........................................ 47
  Tidak Ada Pahala Atau Hukuman, Yang Ada Hanyalah Konsekuensi-
Konsekuensi .............................................................................................47
  Kelahiran Kembali (Punabhava) ......................................................47
  Tuhan Menurut Ajaran Buddha .........................................................48
  Manfaat Paritta .................................................................................50
BAB VII .............................................................................................. 51
APLIKASI AJARAN BUDDHA ........................................................ 51
  Tindakan Melepas Hewan (Fangshen) ..............................................51
  Penguatan Tekad (Adhitthana) ..........................................................51
  Kepemimpinan Buddhis ....................................................................52
  Pelayanan Sosial ................................................................................57
BAB VIII............................................................................................. 59
MISCELLANEOUS (SERBA-SERBI) .............................................. 59
  Tripitaka: Kitab Suci Umat Buddha ..................................................59
  Buddha Rupang .................................................................................59
  Tempat-Tempat Suci Umat Buddha ..................................................60
  Hari Raya Umat Buddha ...................................................................61
  Bendera Buddhis ...............................................................................62
BAB IX ............................................................................................... 63
CERITA BUDDHIS ............................................................................ 63
  Kisa Gotami – Kebenaran Mulia Pertama: Dukkha ..........................63
  Jebakan Monyet – Kebenaran Mulia Kedua : Sebab Dukkha ...........63
  Seorang Bhikkhu Yang Bahagia – Kebenaran Mulia Ketiga: Akhir
        Dukkha ...............................................................................................64
  Rakit – Kebenaran Mulia Keempat: Jalan Menuju Akhir Dukkha ...65
  Kamu Tidak Dapat Mengotori Langit – Ucapan Benar ....................65
BAB X ................................................................................................ 66
THE TRUE POWER OF BUDDHISM .............................................. 66
  Sumbangsih Ajaran Buddha ..............................................................66
  Sebagai Penutup ................................................................................67
  BACAAN LANJUTAN ....................................................................69
  UCAPAN TERIMAKASIH ..............................................................69
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
BAB I
PENDAHULUAN
Si S t e m  Ke p e r c a y a a n  VS aj a r a n  Bu d d h a
 Terdapat perbedaan mendasar antara ajaran Buddha dengan
ajaran agama-agama lainnya di dunia. Apakah itu? Bahwa ajaran
Buddha bukan merupakan sebuah sistem kepercayaan (belief system).
Sistem kepercayaan selalu dilandasi oleh iman atau keyakinan mutlak
seseorang terhadap agama yang dianutnya. Sebaliknya Buddha selalu
mengajar dengan memegang prinsip Ehipassiko yang dilandasi oleh
pengalaman pribadi.



 
Ehipassiko berarti “datang dan buktikanlah sendiri”
Seorang buddhis tidak diminta untuk memercayai begitu
saja ajaran yang diterima, tetapi justru untuk mengalaminya
sendiri
 

 Dengan demikian terdapat dua corak dari agama-agama
di dunia dewasa ini, yaitu berpusat pada Tuhan (theis-sentris) dan
berpusat pada manusia (homo-sentris).
Theis-sentris Homo-sentris
 Berpusat pada Tuhan
 Berkembang dari agama
wahyu dan cenderung
bersifat eksternal
 Berpusat pada manusia
 Didasarkan dari pengalaman-
pengalaman pribadi dan
bersifat internal
 Contohnya adalah agama
Buddha
1
2
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
in d i a  Se B e l u m  ma S a  Bu d d h a  Ga u t a m a
Sebagai salah satu tempat berkembangnya peradaban dan kebudayaan
dunia, India telah menjadi tanah suci bagi banyak orang untuk
mendalami hakikat hidup. Terdapat 2 pandangan yang lazim di India
sebelum masa Buddha Gautama, yaitu Brahmanisme dan Sramanaisme.
Apakah pandangan Brahmanisme dan Sramanaisme itu?
  
Brahmanisme → roh = jasmani → nihilisme → pemuasan nafsu
Sramanaisme → roh ≠ jasmanie → eternalisme → penyiksaan diri
    
 Pandangan Brahmanisme merupakan paham yang diturunkan
dari bangsa Arya. Menurut paham ini, roh dan jasmani adalah satu.
Dengan demikian apabila roh dan jasmani merupakan satu kesatuan,
maka setelah kehidupan saat ini tidak ada lagi kehidupan selanjutnya
(karena matinya badan jasmani akan berarti matinya roh atau jiwa).
Inilah yang disebut paham nihilisme. Apa akibat dari mereka yang
memegang pandangan ini? Karena beranggapan bahwa hidup hanya
sekali dan tidak ada lagi kehidupan selanjutnya, maka seseorang akan
terus-menerus memuaskan nafsu keserakahannya pada kehidupan
ini.
 Berbeda dari pandangan Brahmanisme, pandangan
Sramanaisme yang diturunkan oleh bangsa Dravida menganggap
bahwa roh dan jasmani bukanlah satu kesatuan. Dan karena roh tidak
sama dengan jasmani, maka matinya badan jasmani tidak berarti
matinya roh atau jiwa. Roh dianggap sebagai sesuatu yang kekal
dan abadi dan apabila pada saatnya seseorang meninggal, rohnya
akan tetap ada dan harus berupaya menyatu dengan keabadian itu
sendiri. Pandangan ini memunculkan paham eternalisme (kekekalan).
Apa akibat dari mereka yang memegang pandangan ini? Karena
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
beranggapan bahwa roh akan terus ada, roh ini pada akhirnya harus
berhenti dalam penyatuan dengan sesuatu yang disebut Maha Kekal.
Dan untuk bisa menyatu dengan sesuatu Yang Maha Kekal, roh
tersebut haruslah menjadi roh yang suci dahulu. Akibatnya seseorang
akan terus melakukan penyiksaan diri (bahkan sampai berlebihan)
dengan tujuan menyucikan rohnya sendiri.
 Kedua pandangan ini ditolak oleh Buddha Gautama dan
pada akhirnya Sang Buddha menawarkan sebuah jalan alternatif yang
kemudian disebut sebagai Jalan Mulia Berunsur Delapan (the eightfold
path) atau Jalan Tengah (the middle way). Bagi umat Buddha ajaran
yang dibabarkan oleh Buddha Gautama lebih dilihat sebagai sebuah
pedoman hidup (the way of life) daripada sebatas agama. Mengapa?
Karena apa yang ditawarkan oleh Buddha Gautama bukanlah sebuah
sistem kepercayaan, melainkan sebuah pedoman yang sifatnya
universal (dapat diterima oleh semua orang) agar manusia dapat
menjalani hidupnya dengan lebih berarti.
3
4
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
BAB II
BUDDHA
        Sang Buddha dengan mudah dipilih sebagai satu-satunya orang
yang dikenal sebagai manusia yang menerima pujian dari begitu
banyak umat manusia
Prof. Saunders, Literary Secretary YMCA, India, Myanmar, Ceylon
 Buddha merupakan sebuah sebutan atau gelar yang diberikan
kepada seseorang yang telah mencapai Pencerahan (Enlightenment).
Buddha sendiri tidak hanya satu. Namun secara historis pada zaman ini
hanya dikenal satu Buddha yaitu Buddha Gautama. Buddha Gautama
hidup di bagian utara India sekitar abad ke-6 SM. Nama pribadinya
adalah Siddhartha sedangkan Gautama adalah nama keluarganya.
Tabel Kronologi Hidup Buddha Gautama
Tahun Peristiwa
563 SM
Lahirnya Pangeran Siddhartha di Taman Lumbini.
Pangeran Siddhartha adalah penerus kerajaan
Kapilawastu dari suku Sakya. Ayahnya adalah  Raja
Suddhodana dan ibunya adalah Ratu Maha Maya
Dewi
555 SM
Pangeran kecil melakukan meditasi untuk pertama
kalinya. Acara ini berlangsung pada saat perayaan
membajak sawah
547 SM
Pada usia 16 tahun Pangeran Siddhartha
memenangkan sayembara dan menikahi Putri
Yasodharā
534 SM
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Pada usia 29 tahun Pangeran Siddhartha memutuskan
untuk meninggalkan kehidupan duniawi dan
menjadi seorang pertapa setelah melihat 4 peristiwa
nyata yang pasti dialami setiap orang, yaitu: orang
tua, orang sakit, orang mati, dan pertapa. Pada saat
yang bersamaan lahir putera Beliau yang diberi
nama Rahula. Pangeran Siddhartha meninggalkan
kehidupan duniawinya dilandasi atas rasa cinta
kasihnya yang demikian besar kepada semua
makhluk dengan tujuan mencari obat penawar (jalan
keluar) dari ketiga utusan kehidupan (sakit, tua, dan
mati)
534 - 528 SM
Pangeran Siddhartha melakukan pengembaraan dan
528 SM
528 – 483 SM
pertapaan selama 6 tahun
Pada usia 35 tahun, Pangeran Siddhartha duduk
bermeditasi di bawah pohon Bodhi (Latin: Ficus
Religiosa) dan mencapai Pencerahan. Semenjak saat
itulah Beliau disebut sebagai Buddha (Yang Sadar).
Setelah mencapai Penerangan Sempurna, Buddha
Gautama kemudian pergi menuju Taman Rusa
Isipatana. Di sana Beliau bertemu dengan 5 orang
pertapa dan membabarkan ajarannya untuk pertama
kalinya (disebut sebagai Dharmacakkappavattana
Sutta). Pada saat itulah mulai terbentuk Sangha
(perkumpulan biksu) pertama di dunia
Selama 45 tahun membabarkan ajarannya, Buddha
Gautama telah memberikan inspirasi dan pencerahan
bagi banyak orang (bahkan walau telah lama Beliau
tiada, ajarannya masih dan akan terus menginspirasi
banyak orang)
483 SM Wafatnya Buddha Gautama di Kusinara.
(Catatan Editor: Tahun kehidupan Buddha Gautama sampai saat ini masih
diteliti oleh para ahli. Tahun yang digunakan di sini adalah yang diduga lebih
tepat oleh para ahli. )
5
6
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
BAB III
AJARAN BUDDHA (DHARMA)
ti n j a u a n  Se c a r a  ri n G K a S
Dua puluh lima abad yang lalu India menyaksikan suatu revolusi
intelektual dan religius yang berpuncak pada runtuhnya monoteisme,
keegoisan yang berkenaan dengan kependetaan, serta pendirian
suatu agama sintetis; dengan suatu sistem pencerahan dan
pandangan yang dengan tepatnya disebut Dharma [Ajaran Buddha],
Agama Filosofis
Anagarika Dharmapala, “The World’s Debt to Buddha”
 Secara umum kita menyebut ajaran Buddha dengan sebutan
Dhamma (bahasa Pali) atau Dharma (bahasa Sansekerta). Dharma
sendiri dapat diartikan sebagai Kebenaran Sejati (Realitas Dunia).
Entah seorang Buddha muncul atau tidak di dunia ini, Kebenaran
Sejati itu selalu ada dan siap untuk ditemukan kembali oleh Buddha
berikutnya. Oleh karena itu Buddha Gautama dalam Mahaparinibbana
Sutta
 menyebutkan bahwa: apa yang telah Beliau ajarkan sebagai
Dharma dan Winaya
1
 itulah yang kelak akan menjadi Guru (pengganti
Beliau).
2
 Adapun intisari ajaran Buddha secara ringkas terdapat dalam
Kitab Dhammapada 183:
1
Janganlah berbuat jahat
Tambahkanlah kebaikan
Sucikan pikiran
Inilah ajaran para Buddha
Terdapat pada Sutta Pitaka, salah satu bagian dari Tripitaka berbahasa
Pali.
Berasal dari bahasa Pali, Vinaya, yang merujuk pada aturan bagi para biksu
juga merupakan salah satu bagian dari Tripitaka berbahasa Pali yaitu Vinaya
(baca: Winaya) Pitaka.
2
em p a t  Ke B e n a r a n  mu l i a
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
 Ajaran Buddha didasarkan pada Empat Kebenaran Mulia.
Apakah Empat Kebenaran Mulia itu?
1. Kebenaran Mulia tentang Dukkha
2. Kebenaran Mulia tentang sebab dari Dukkha
3. Kebenaran Mulia tentang berakhirnya Dukkha
4. Kebenaran Mulia tentang jalan menuju lenyapnya Dukkha
 Kita dapat menganalogikan Kebenaran Mulia yang
ditemukan oleh Buddha Gautama dengan perumpamaan seorang
dokter. Ketika seorang pesakit datang menemui seorang dokter,
maka dokter yang baik akan memeriksa apakah benar orang tersebut
sedang sakit. Langkah kedua; setelah memastikan bahwa si pasien
memang sakit, si dokter akan memeriksa apa penyebabnya. Nah,
setelah mengetahui apa penyebab si pasien menjadi sakit, dokter yang
baik harus bisa melihat bahwa sakit itu bisa disembuhkan. Dan untuk
bisa disembuhkan, maka si dokter akan memberikan resep kepada si
pesakit agar pesakit itu menjadi sembuh. Masih banyak orang yang
menganggap bahwa ajaran Buddha adalah ajaran yang pesimistis.
Mengapa demikian? Hal itu lebih disebabkan karena mereka tidak
melihat ajaran Buddha secara utuh, hanya setengah-setengah. Ajaran
Buddha boleh saja disebut ajaran yang pesimis hanya bila apa yang
diajarkan oleh Buddha Gautama berhenti pada tahap 1 (mengetahui
bahwa seseorang sedang sakit), tahap 2 (mengetahui sebabnya),
atau tahap 3 (mengetahui bahwa sakit itu bisa disembuhkan). Tetapi
Buddha Gautama juga mengajarkan tahap 4 sebagai puncak dari apa
yang diketahuinya, yaitu menawarkan sebuah resep bagi si pesakit
agar sembuh. Dengan demikian ajaran Buddha bukanlah ajaran yang
pesimistis, namun sangat realistis.
7
8
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Kebenaran Mulia tentang Dukkha
 Dukkha dalam bahasa Pali (bahasa India kuno) memiliki
pemahaman yang sangat mendalam, namun secara umum kata
dukkha diterjemahkan sebagai ‘penderitaan’ atau ‘ketidakpuasan’
(walau sebagian orang pun kurang setuju dengan pengertian diatas;
ada pula yang beranggapan bahwa dukkha = duka dalam bahasa
Indonesia). Harus diakui bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam
kehidupan manusia adalah dukkha. Mengapa demikian? Karena
pengertian dukkha juga mencakup hal yang lebih mendalam, seperti
ketidaksempurnaan, sakit, ketidakabadian, ketidaknyamanan, maupun
ketidakpuasan. Dengan demikian tidak ada seorang pun yang dapat
menyanggah bahwa hidup ini memang merupakan dukkha. Selalu
terdapat ketidakpuasan, ketidaknyamanan, maupun ketidakabadian.
Segala sesuatu akan terus berubah, bahkan terhadap hal-hal yang
kita sebut sebagai sukkha (mirip dengan kata ‘suka’ dalam bahasa
Indonesia) atau kesenangan. Inilah prinsip dasar dari Kebenaran
Mulia yang pertama.
Kebenaran Mulia tentang Sebab dari Dukkha
 Sumber dari dukkha adalah tanha (nafsu keinginan yang
tiada habisnya) dan avijja (ketidaktahuan). Oleh karena adanya
ketidaktahuan inilah maka seseorang akan terus dan terus memupuk
(bernafsu) pengalaman yang menyenangkan atau tidak, nafsu akan
benda-benda material, nafsu akan hidup abadi (eksistensi terusmenerus),

termasuk pula nafsu akan kematian abadi (pemusnahan
diri). Apa bahaya dari ketidaktahuan (avijja)? Ketidaktahuan akan
menyebabkan seseorang menjadi tidak mampu memahami esensi
dari hidup itu sendiri. Ketidaktahuan akan menutupi celah-celah
bagi seseorang untuk bisa melihat realitas hidup ini. Oleh karena itu
keinginan yang berlebihan/keserakahan (tanha) dan ketidaktahuan
(avijja) keduanya akan menyebabkan seseorang terus berputar dalam
penderitaan hidup.
Kebenaran Mulia tentang Berakhirnya Dukkha
 Dukkha sebagai salah satu sifat sejati segala sesuatu yang
berkondisi ternyata memiliki akhir. Proses terhentinya dukkha inilah
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
yang dinamakan oleh umat Buddha sebagai Nibbana atau Nirwana
.
Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa Nirwana itu sendiri
sebagai sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, tidak
bisa diwujudkan dalam kehidupan saat ini. Apabila demikian, maka
itu bukanlah Nirwana menurut konsep buddhisme. Beranggapan
demikian hanya akan membuat pengertian tentang Nirwana tidak
jauh berbeda dari pengertian Tuhan. Kita meyakini bahwa apa yang
Buddha Gautama ajarkan adalah hal-hal yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari saat ini juga. Sang Buddha tidak mengajar
untuk kepentingan kehidupan setelah mati (life after death), tetapi
Beliau mengajarkan untuk kepentingan kehidupan saat ini. Untuk itu
Sang Buddha sendiri telah mengartikan Nirwana sebagai lenyapnya
keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha)
.
Dan Beliau menyatakan bahwa Nirwana
 dapat direalisasikan (dialami)
pada saat ini juga—dalam kehidupan sehari-hari.
5
Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha
 Sebagai solusi dari penderitaan yang dialami manusia,
Buddha Gautama menawarkan sebuah jalan universal yang dapat
digunakan sebagai pedoman hidup bagi manusia. Jalan ini disebut
sebagai Hasta Ariya Magha atau Jalan Mulia Berunsur Delapan.
3
4
Nirwana berasal dari bahasa Sansekerta Nirvana.
Kebodohan batin berarti kebodohan dalam pikiran seseorang dimana ia
tidak mau mengembangkan pandangannya terhadap hidup ini dan tidak
mau membuka diri terhadap hal yang belum ia ketahui, menolak menerima
realitas alam atau kebenaran sejati bahwa dunia ini selalu berubah dan tidak
ada yang abadi.
5
Perlu dimengerti bahwa Nirwana bukan sebuah alam. Nirwana bukanlah
surga. Nirwana adalah sebuah kondisi batin/pikiran.
3
4
9
10
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Tabel Jalan Mulia Berunsur Delapan secara ringkas
Mengembangkan
Kebijaksanaan
(Pañña)
Mejalankan
Moralitas (Sila)
Melatih Pikiran
(Samadhi)
P a n d a n g a n
Benar
Pandangan hidup yang selaras
dengan kebenaran sejati (relalitas),
yakni: Empat Kebenaran Mulia,
Tiga Corak Kehidupan (Tilakkhana),
Kesalingterkaitan Antar Segala
Sesuatu (Paticca-Samuppada), dan
Hukum Sebab-Akibat (Karma)
Pikiran Benar
Pikiran yang bebas dari keserakahan,
kebencian, dan kekejaman/kekerasan.
Ucapan Benar
Ucapan yang memenuhi 4 syarat:
P e r b u a t a n
Benar
P e n c a h a r i a n
Benar
Daya Upaya
Benar
P e r h a t i a n
Benar
Ko n s e n t r a s i
Benar
1.Ucapan itu benar (sesuai kenyataan),
2.Ucapan itu beralasan (ada tujuan),
3.Ucapan itu bermanfaat, dan
4.Ucapan itu tepat pada waktunya
Adalah perbuatan yang menghindari
pembunuhan, pencurian, dan asusila
Terdapat 5 sifat mata pencaharian
yang harus dihindari: penipuan,
ketidaksetiaan, penujuman,
kecurangan, dan memungut bunga
yang tinggi (lintah darat)
Terdapat pula 5 macam pencaharian
yang harus dihindari: berdagang
alat senjata, makhluk hidup, daging,
minum-minuman yang memabukkan,
serta berdagang racun
Terdiri dari 4 unsur, yaitu: mencegah
munculnya unsur-unsur jahat,
melenyapkan unsur-unsur jahat yang
sudah ada, membangkitkan unsurunsur

baik, dan mengembangkan
unsur-unsur baik yang sudah ada
Perenungan terhadap tubuh, perasaan,
kesadaran, dan bentuk-bentuk pikiran
Pemusatan pikiran sebagai bentuk
latihan untuk melatih kesadaran,
kontrol pikiran dari emosi, pemusatan
pikiran untuk ketenangan dan pelatihan
meditasi.
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
3 co r a K  Ke h i d u p a n  (Ti l a k k h a n a )
 Hukum Tilakkhana termasuk Hukum Kebenaran Mutlak,
artinya bahwa hukum ini berlaku dimana-mana dan setiap waktu
(tidak terikat oleh waktu dan tempat). Hukum Tilakkhana ini mengacu
pada 3 corak kehidupan yang pasti terjadi dan terdapat pada segala
sesuatu yang berkondisi. Apa saja 3 corak kehidupan itu?
1. Sabba Sankhara Anicca (ketidakkekalan atau perubahan)
Segala sesuatu dalam alam semesta yang terdiri dari
perpaduan unsur-unsur adalah tidak kekal. Buddha Gautama
melihat bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini sebagai
suatu proses yang terus berubah atau berevolusi.
2. Sabbe Sankhara Dukkha (tidak memuaskan atau
penderitaan)
Bahwa segala sesuatu yang tidak kekal tersebut sesungguhnya
tidak memuaskan dan oleh karena itu merupakan penderitaan
(dukkha) karena tidak bisa menerima perubahan yang
terjadi.
3. Sabbe Dharma Anatta (tidak ada jiwa yang abadi)
Pada akhirnya akan kembali pada pengertian bahwa tidak ada
yang dapat disebut sebagai ‘Aku’ atau ‘jiwa’ atau ‘roh’ yang
abadi karena semua bentuk selalu berubah. Jadi tidak ada
yang namanya jiwa atau roh yang abadi. Semua itu hanyalah
pandangan egoisme terhadap diri.
11
12
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
pe r u B a h a n  (an i c c a )
Any speech which ignores uncertainty is not the speech of a sage
Ajahn Chah
 Sudah menjadi sifat umum dari segala sesuatu yang
berkondisi untuk selalu mengalami perubahan (impermanence). Hal
ini menunjukkan bahwa sesungguhnya tiada satu bentuk pun yang
dapat dikatakan sebagai sesuatu yang kekal. Semua kondisi berjalan
dengan sendirinya. Terkadang kita tertawa, di lain waktu kita menangis.
Bahkan sejak kita dilahirkan di dunia ini, baik disadari ataupun tidak,
kita terus menerus mengalami perubahan usia, karakter, intelektualitas
dan kebijaksanaan.
Bayi → Anak-anak → Remaja → Dewasa → Orang tua → Meninggal
 Apakah kita bisa mencegah perubahan itu? Tidak ada
ilmu pengetahuan yang bisa mencegah jalan alami ini. Kita semua
tidak dapat mencegahnya. Dapatkah Anda mengeluarkan napas
tanpa menghirupnya? Atau Anda hanya menarik napas tanpa
mengeluarkannya? Tidak mungkin itu terjadi. Manusia ingin segala
sesuatu agar kekal, tetapi tidak bisa. Itu adalah hal yang mustahil.
Jika seseorang menyadari bahwa segala sesuatu adalah tidak kekal,
pikirannya berangsur-angsur terbuka. Dan ketika ada sesuatu
yang muncul, dia hanya akan mengatakan: “Oh, satu lagi wujud
perubahan”.
pe n d e r i t a a n  (Du k k h a )

 Ketika penderitaan muncul, tidak seorang pun yang
dengan mudah bersedia menerimanya. Kecenderungan orang akan
beranggapan bahwa penderitaan ini bukan milikku, kebahagiaan
adalah milikku. Namun, hal itu justru semakin menjauhkan orang
tersebut dari kedamaian dan malah terus membuatnya menderita.
 Kemelekatan (attachment) merupakan salah satu sifat dari
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
pengumbaran nafsu keinginan. Semakin seseorang melekat pada
sesuatu, semakin sulit pula bagi dia untuk melepaskan diri dari
penderitaan dan melihat kebijaksanaan.
ti d a K  ad a  ro h  ya n G  Ke K a l   (an a t t a )
 Buddha Gautama menolak semua teori dan spekulasi
mengenai jiwa sebagai
sesuatu yang abadi atau
kekal. Demikian juga jiwa
yang sifatnya sementara
maupun jiwa yang akan
menyatu dengan sesuatu
yang disebut Maha Abadi.
Seluruh tubuh ini tersusun
dari 4 elemen: tanah
(unsur padatan), air (unsur
cairan), api (unsur panas),
dan angin (unsur gerak).
Ketika semuanya bersatu
dan membentuk tubuh,
kemudian kita menamakannya sebagai pria, wanita, dan lain-lain.
Tapi itu hanya nama saja, bukanlah diri.
Ketika kita membuat roti, kita
memakai tepung, ragi, gula, garam,
mentega, susu, air, api, tenaga
atau energi, dll. Tetapi setelah roti
itu jadi, tidak mungkin kita akan
menunjuk satu bagian tertentu
dan mengatakan bahwa ini adalah
tepungnya, ini menteganya, ini
gulanya, dst. Karena setelah semua
bahan diaduk menjadi adonan dan
dibakar dalam oven, maka bahanbahan
itu telah berubah sama sekali
 Disamping paham anatta (tanpa jiwa) yang merupakan ciri
khas ajaran Buddha, terdapat pula 2 paham lain yang saling bertolak
belakang dan sama-sama tidak dibenarkan oleh Buddha Gautama,
yaitu:
1. Attavada – paham bahwa roh/jiwa adalah kekal abadi dan
akan berlangsung sepanjang masa
2. Ucchedavada – paham bahwa setelah mati atma itupun akan
turut lenyap
13
14
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
hu K u m  Ka r m a 
 Kata Karma (berasal dari bahasa Sansekerta Karma)
memiliki arti sebagai perbuatan yang dilandasi oleh kehendak yang
diliputi keserakahan, kebencian dan kebodohan batin. Dalam Kitab
Anguttara Nikaya Buddha Gautama bersabda:
“O bhikkhu, kehendak [diliputi oleh keserakahan, kebencian dan
kebodohan batin] untuk berbuat itulah yang Kunamakan Karma.
Sesudah berkehendak seseorang akan berbuat dengan badan
jasmani, perkataan, atau pikiran.”
Selain itu Buddha Gautama juga mengajarkan bahwa segala sesuatu
yang kita perbuat, maka kitalah yang akan memetik akibat dari
perbuatan tersebut.
“Sesuai dengan benih yang ditabur,
Begitulah buah yang akan dipetiknya.
Pembuat kebaikan akan mendapat kebaikan,
Pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula.
Benih apapun yang engkau tabur,
Engkau pulalah yang akan merasakan buah daripadanya.”
 Konsep mengenai Hukum Karma
6
Samyutta Nikaya
 inilah yang menjelaskan
mengapa terjadi berbagai bentuk ketidakseimbangan dalam hidup ini.
Ada yang kaya, ada pula yang miskin; yang baik, ada pula yang jahat;
yang cacat dan yang sempurna; yang pintar, yang bodoh, atau yang
sedang-sedang saja; dan lain sebagainya. Mengapa hal ini terjadi?
Ajaran Buddha tidaklah sebatas menyatakan sebab keberuntungan
atau ketidakberuntungan yang diperoleh seseorang, namun lebih
dalam lagi, yaitu mengenai apa yang menyebabkan perubahan itu.
Namun, di mata kebanyakan orang (bahkan oleh umat Buddha
sendiri), mereka melihat karma seperti takdir (fate) sebagaimana
6
Hukum Karma berarti hukum sebab-akibat. Karma sendiri berarti kehendak
(diliputi keserakahan, kebencian dan kebodohan batin) yang terwujud dalam
perbuatan.
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
yang diyakini oleh pemeluk agama lain. Sebagai contoh sering kali
kita mendengar apabila seseorang sedang mengalami kesulitan maka
dikatakan bahwa, “Ah, itukan karmanya yang sedang berbuah.” Hal
ini merupakan sebuah kekeliruan karena sifat dan cara kerja dari
karma sangat berbeda dengan konsep takdir. Karma tidaklah berjalan
linear—dalam sebuah garis lurus. Mengapa demikian? Karena apabila
karma berjalan secara linear, maka tidak akan ada kesempatan bagi
seseorang untuk terbebas dari penderitaannya. Bila kita hendak
menyederhanakan cara kerja karma menurut pandangan Buddhis,
maka cara kerja karma tidaklah berjalan linear—bahwa momen saat
ini dibentuk oleh masa lampau dan masa saat ini, dan tindakan saat ini
tidak hanya membentuk masa depan tetapi juga masa saat ini.

past present future
Bagi seseorang yang telah terbebas, segala perbuatannya tidak lagi
dilandasi oleh kehendak [yang diliputi kebencian, keserakahan dan
kebodohan batin] dan oleh karena itu tidak dapat disebut sebagai
karma. Karena telah memutuskan karma, maka berarti tidak ada lagi
kelahiran kembali di alam penderitaan. Demikianlah telah tercapai
Nibbana
Ba h a y a  Ke m e l e K a t a n  da n  Ke-‘aK u ’-an
 Dari ‘Aku’
 timbullah kemelekatan. Dari kemelekatan
terjadilah karma. Dari karma seseorang akan terus mengalami
kelahiran kembali. Dari kelahiran kembali inilah terjadi penderitaan.
7
7
‘Aku’ yang dimaksud merujuk pada keegoisan, keinginan yang serakah.
15
16
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
‘Aku’ --- melekat --- karma --- kelahiran kembali --- penderitaan
 Apa yang diajarkan Buddha Gautama adalah melihat ke
dalam diri sendiri (insight) dan menyadari bahwa tiada diri yang
pantas disebut ‘Aku’. Untuk itu Buddha Gautama mengajarkan cara
memutus akar dari penderitaan ini.
 Mengenai bahaya kemelekatan dan ke-‘Aku’-an ini,
terdapat sebuah kisah menarik yakni kisah Angulimala. Angulimala
adalah seorang murid yang melekat pada pandangan salah dan terusmenerus

membunuh untuk mengumpulkan 1000 ibu jari tangan
manusia. Pada suatu ketika Sang Buddha melihat dengan kekuatan
batin bahwa Angulimala akan membunuh ibunya sendiri. Dengan
welas asih Sang Buddha menemui Angulimala dengan maksud
untuk menyadarkannya. Melihat Sang Buddha datang, Angulimala
mengejar dengan bersenjatakan pedang, tameng, anak panah, dan
busurnya, mengikuti Sang Buddha dari jarak dekat. Namun, dengan
kesaktian Beliau, Angulimala tidak dapat menyusul Sang Buddha
walaupun dia telah berlari sekuat tenaga. Dengan terengah-engah
dia berteriak: “Tittha Samana!” (Berhentilah pertapa). Yang menarik
adalah jawaban dari Sang Buddha: “Saya sudah berhenti. Engkau
yang masih belum berhenti.” Angulimala dengan keheranan bertanya:
“Apa maksudmu?” Sang Buddha menjawab: “Sudah berhenti nafsu
saya, sudah berhenti ketamakan saya, sudah berhenti kegelapan batin
(kebodohan batin) saya, saya sudah berhenti dari kelahiran kembali.
Engkau yang masih berjalan terus. Engkau belum berhenti melakukan
pembunuhan.” Tersadar oleh perkataan Sang Buddha, Angulimala
kemudian memutuskan untuk menjadi seorang biksu dan akhirnya
mendapatkan kebahagiaan sejati.
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Ke S a l i n G t e r K a i t a n  an t a r  Se G a l a  Se S u a t u  (hu k u m
Pa T i c c a  Sa m u P P a D a )
Prinsip dari Hukum Paticca-samuppada ini adalah
Dengan adanya ini, maka terjadilah itu
Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu
Dengan terhentinya ini, maka terhentilah pula itu
 Dari prinsip ini maka kita dapat melihat bahwa segala sesuatu
tidak lebih dari sekedar hubungan (relation). Semua yang berkondisi
akan saling bergantung untuk mempertahankan eksistensinya. Tidak
ada di dunia ini yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang permanen.
Berdasarkan prinsip ini pula maka keseluruhan dari keberadaan segala
sesuatu yang berkondisi dapat diterangkan dalam formula 12 mata
rantai sebab-akibat, yaitu:
1.  dengan adanya ketidaktahuan,
maka terjadilah bentuk-bentuk
karma
2. dengan adanya bentukbentuk

karma, maka terjadilah
kesadaran
3. dengan adanya kesadaran, maka
terjadilah batin dan jasmani
4. dengan adanya batin dan jasmani,
maka terjadilah enam indera
Enam  indera  menurut
buddhis adalah
mata(penglihatan),
telinga(pendengaran),
lidah (pencicip), hidung
(penciuman), kulit (peraba),
dan pikiran (otak)
6. dengan adanya enam indera, maka terjadilah kesan-kesan
(persepsi)
7. dengan adanya persepsi, maka terjadilah perasaan
8. dengan adanya perasaan, maka terjadilah nafsu keinginan
9. dengan adanya nafsu keinginan, maka terjadilah kemelekatan
10. dengan adanya kemelekatan, maka terjadilah proses menjadi
11.dengan adanya proses menjadi, maka terjadilah kelahiran kembali
17
18
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
12. dengan adanya kelahiran kembali, maka terjadilah usia tua, sakit
dan kematian
13. (dan masih karena ketidaktahuan kita), kelapukan dan kematian
itu sendiri adalah sebab dari kelahiran kembali
 Demikian proses ini terus berlanjut dan menyebabkan
seseorang terus berputar di alam penderitaan dan menderita. Inilah
hukum universal yang berlaku untuk semua hal yang berkondisi.
Melihat urutan pertama dari keduabelas mata rantai sebab-akibat
ini adalah ketidaktahuan (avijja), Buddha Gautama mengajarkan
sebuah kebijaksanaan yang juga bersifat universal untuk memerangi
ketidaktahuan tersebut. Inilah alasan mengapa ajaran Buddha Gautama
disebut sebagai ajaran kebijaksanaan dan Buddha Gautama disebut
sebagai manusia yang paling bijaksana.
hu K u m  al a m  (ni y a m a  Dh a m m a )
 Hukum ini bekerja dengan sendirinya dan bersifat universal.
Terdiri dari:
1. Utu Niyama, Hukum ini mencakup semua fenomena
anorganik, termasuk hukum-hukum dalam fisika dan kimia.
Contohnya adalah hukum mengenai terbentuk dan hancurnya
bumi, planet, tata surya, galaksi, temperatur, iklim, gempa
bumi, angin, erupsi, dan segala sesuatu yang bertalian dengan
energi.
2. Bija Niyama, Hukum ini mencakup semua gejala organik
seperti dalam biologi. Contohnya adalah perkembangan
hewan atau tumbuhan, mutasi gen manusia, pembuahan,
proses perkembangbiakkan pada tumbuh-tumbuhan.
3. Kamma Niyama, Hukum Moralitas, yaitu Hukum sebabakibat

(hukum karma). Segala tindakan sengaja atau tidak
disengaja akan menghasilkan sesuatu yang baik atau buruk.
4. Citta Niyama, mengenai pikiran misalnya bagaimana proses
kesadaran bekerja. Hukum ini bekerja pada memori manusia
dan bagaimana psikis seseorang. Hukum ini mengatur
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
pertalian kerja antara sesuatu yang hidup dan mati.
5. Dhamma Niyama, mengenai segala sesuatu yang tidak diatur
oleh keempat Hukum diatas. Hukum ini mencakup konsep
abstrak yang dikembangkan manusia seperti dalam ilmu
matematika dimana realitas alam dijelaskan dalam bentuk
abstrak (tidak berwujud).
de l a p a n  Ko n d i S i  ya n G  ti d a K  da p a t  di hi ndari
(aT T h a l o k a  Dh a m m a )
 Dalam hidup ini tidak semuanya berjalan baik atau buruk.
Hidup dapat diibaratkan seperti bunga mawar—bunga yang indah
namun berduri pada tangkainya. Bagi orang yang optimis akan
menganggap bahwa dunia ini dipenuhi mawar. Bagi orang yang
pesimistis akan menganggap bahwa hidup ini dipenuhi dengan duri.
Bagi orang yang realistis, tidak akan melihat hidup ini hanya dari
mawar atau durinya saja. Akan tetapi, ia memandang hidup ini diisi
oleh mawar-mawar yang indah bersamaan dengan duri-duri yang
tajam. Ia akan memandang bunga mawar apa adanya (ia mampu
melihat kenyataan baik dan buruk yang datang silih-berganti).
 Buddha Gautama mengajarkan bahwa dalam hidup ada
delapan kondisi yang pasti akan dialami oleh setiap manusia tanpa
bisa dihindari (delapan lokadhamma). Delapan kondisi ini terdiri dari
empat kondisi yang selalu diinginkan dan empat kondisi yang selalu
tidak diinginkan untuk terjadi. Apa sajakah kedelapan kondisi itu?

Kondisi yang diinginkan
Kondisi yang tidak
diinginkan
Untung (labha) Rugi (alabha)
Kemasyhuran (yaso) Tak terkenal (ayaso)
Dipuji (pasamsa) Dicela (ninda)
Bahagia (sukha) Menderita (dukkha)
19
20
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
 Bagaimana kita menyikapi diri kita apabila mengalami
salah satu dari delapan kondisi tersebut? Hendaknya kita dapat
merenungkan: “Kondisi itu timbul dalam diriku, tetapi ia tidak kekal
dan dukkha (tidak memuaskan), sifatnya dapat berubah, harus diketahui
sebagaimana adanya”. Jadi dengan kata lain janganlah terlalu gembira
akan hal-hal yang menyenangkan ataupun terlalu sedih dalam halhal

yang tidak menyenangkan. Setelah mengetahui fakta kehidupan
yang diajarkan oleh Buddha Gautama, kita menjadi tahu bahwa
dalam hidup di dunia ini segalanya berjalan secara seimbang baik
dan buruk akan silih-berganti. Tidak akan ada orang yang selamanya
akan mengalami kebaikan dan tidak akan ada orang yang mengalami
keburukan selamanya. Pada saat kita menerima kebaikan maka kita
harus siap mengalami keburukan, demikian pula sebaliknya.  
dh a r m a  pe l i n d u n G  du n i a  (lo k a P a l a D h a m m a )
 Manusia boleh jadi merupakan makhluk yang paling
mendominasi di dunia ini. Dengan kemampuan berpikir dan dilandasi
oleh ego, manusia telah berhasil mengubah wajah bumi ini dan
menyebabkan banyak ketidakseimbangan yang terjadi. Kita dapat
melihat bukti nyata dari tindakan manusia yang merusak lingkungan,
menghancurkan peradaban, dan bahkan pada hal yang mendasar
sekalipun—hubungan antar manusia. Namun sesungguhnya manusia
juga dapat melakukan hal sebaliknya dan menjaga dunia ini dari
kekacauan. Apa itu? Lokapaladhamma adalah jawabannya, yaitu:
Hiri
Perasaan malu untuk melakukan hal-hal yang tidak
baik
Ottappa
Perasaan takut untuk menerima akibat dari perbuatan
yang tidak baik tersebut
Hiri dan Ottappa inilah dasar pembentuk latihan moralitas (sila).
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
li m a  at u r a n  Bu d d h i S  (Pa n c a S i l a  Bu d d h i S )
Terdiri dari 5 aturan yaitu:
1. Bertekad menghindari menyakiti makhluk hidup (manusia
dan hewan)
2. Bertekad menghindari pengambilan barang yang tidak
diberikan
3. Bertekad menghindari perbuatan asusila
4. Bertekad menghindari ucapan tidak benar
5. Bertekad menghindari makanan atau minuman yang dapat
menyebabkan lemahnya kesadaran dan menimbulkan
ketagihan.
Se p u l u h  Ke S e m p u r n a a n  (Da S a  Pa r a m i T a )
 Sepuluh kesempurnaan dalam kebajikan yang harus dilatih
oleh seorang umat Buddha:
Dana
Dermawan, gemar menolong orang lain
Ada beberapa macam bentuk dana, yaitu: dana
materi, dana dengan mengorbankan kepentingan
pribadi, dana dengan mengorbankan diri
sendiri, dan dana ajaran kebenaran sebagai dana
tertinggi
Sila
Moralitas
Terdiri dari: 5 aturan buddhis (Pancasila
Buddhis) dan 8 aturan buddhis (atthasila) untuk
umat Buddha; 10 aturan buddhis (bagi calon
biksu/biksuni), dan aturan kebiksuan (aturan
bagi biksu/biksuni)
Nekkhamma
Mengurangi keinginan-keinginan
Pañña
Kebijaksanaan
Viriya
Tekun, bersemangat, ulet
21
22
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Khanti
Sabar, dapat memaafkan kesalahan orang lain
dengan tulus
Sacca
Kejujuran dan menepati janji
Adhitthana
Teguh dalam tekad, tak tergoyahkan
Metta
Cinta kasih luhur, tanpa perbedaan
Upekkha
Keseimbangan batin, tidak terlena dalam
kesenangan dan tidak putus asa ketika
menderita.
4 Si f a t  lu h u r  (Br a h m a v i h a r a )
 Brahmavihara adalah empat sifat luhur tanpa batas.
Empat sifat luhur ini sangat dianjurkan untuk dikembangkan untuk
mendapatkan kedamaian sejati
Metta
Cinta kasih yang universal
Karuna
welas asih kepada semua makhluk
Mudita
Rasa empati yang mendalam
Upekkha
Ketenangseimbangan
an j u r a n  Ke p a d a  um a t  Bu d d h a  pe r u m a h  ta n G G a
(Si g a l o v a D a  Su T T a )
4 cacat dalam tingkah laku yang harus disingkirkan
1. Membunuh
2. Mengambil apa yang tidak diberikan (mencuri)
3. Berbuat asusila
4. Mengucapkan kata-kata yang tidak benar (berbohong)
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
6 jalan menghabiskan harta kekayaan yang harus dihindari
1. Ketagihan minuman keras
2. Sering mengunjungi tempat pelesiran (lokalisasi)
3. Sering berkeliaran di jalanan pada waktu yang tidak
layak
4. Gemar berjudi
5. Pergaulan yang tidak baik
6. Kebiasaan bermalas-malasan
6 bahaya bagi seseorang yang ketagihan minuman keras
1. Harta akan habis
2. Sering bercekcok dengan orang lain
3. Mudah terserang penyakit
4. Watak baik akan hilang
5. Menampakkan diri secara tidak pantas
6. Kecerdasan menurun
6 bahaya bagi seseorang yang sering mengunjungi tempat
pelesiran
Ia akan selalu berpikir:
1. Dimanakah ada tarian?
2. Dimanakah ada nyanyi-nyanyian?
3. Dimanakah ada musik?
4. Dimanakah ada pertunjukkan?
5. Dimanakah ada pertunjukkan?
6. Dimanakah ada yang pukul gembreng?
7. Dimanakah ada yang pukul gendang?
23
24
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
6 bahaya bagi seseorang yang sering berkeliaran di jalanan pada
waktu yang tidak layak
1. Dirinya sendiri tidak terjaga dan terlindungi
2. Anak istrinya tidak terjaga dan terlindungi
3. Hartanya tidak terjaga dan terlindungi
4. Sering dituduh melakukan kejahatan (yang masih belum
terungkap)
5. Menjadi sasaran segala macam desas-desus
6. Akan mengalami banyak kesulitan lain
6 bahaya bagi seseorang yang gemar berjudi
1. Jika menang, ia akan dibenci orang
2. Jika kalah, ia hanya dapat meratapi hartanya yang hilang
3. Ia menghambur-hamburkan hartanya yang berharga
4. Di pengadilan, ucapannya dianggap tidak berharga
5. Ia dipandang rendah oleh kawan dan lawan
6. Ia tidak disukai oleh orang yang mencari menantu, karena
seorang penjudi tidak dapat memelihara keluarganya
dengan baik
6 bahaya bagi seseorang yang mempunyai pergaulan yang tidak
baik
1. Setiap penjudi adalah kawannya
2. Setiap orang yang nakal (asusila) adalah kawannya
3. Setiap pemabuk adalah kawannya
4. Setiap pembohong adalah kawannya
5. Setiap penipu adalah kawannya
6. Setiap tukang berkelahi adalah kawannya
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
6 bahaya bagi seseorang yang mempunyai kebiasaan bermalasmalasan
Ia tidak bekerja dengan alasan:
1. Masih terlalu dingin
2. Masih terlalu panas
3. Masih terlalu pagi
4. Masih terlalu siang
5. Masih terlalu lapar
6. Masih terlalu kenyang
sehingga semua pekerjaan yang harus ia lakukan, tidak dikerjakan
4 macam manusia yang harus dianggap sebagai musuh yang
berpura-pura menjadi sahabat
Orang yang
sangat
tamak
Orang yang
banyak
bicara
tetapi tidak
berbuat
apa-apa
Ciri-ciri:
1. Ia sangat tamak
2. Memberi sedikit, tapi meminta banyak
3. Melakukan kewajiban karena takut
4. Hanya ingat kepentingannya sendiri
Ciri-ciri:
1. Ia mengeluarkan pernyataan bersahabat
mengenai hal-hal yang telah lewat
2. Ia mengeluarkan pernyataan bersahabat
mengenai hal-hal yang akan datang
3. Ia berusaha mendapatkan perhatianmu
dengan kata-kata kosong
4. Tetapi, jika saatnya tiba untuk
memberikan jasa kepadamu, ia
menyatakan tidak sanggup
25
26
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Seorang
penjilat
Seorang
pemboros
Ciri-ciri:
1. Ia membiarkan engkau berbuat salah
2. Ia tidak menganjurkan engkau berbuat
baik
3. Di depanmu ia memuji-muji
4. Di belakangmu ia menjelek-jelekkan
dirimu
Ciri-ciri:
Ia menjadi sahabatmu jika:
1. Engkau menyerah pada minuman keras
2. Engkau sering berkeliaran di jalanan pada
waktu yang tidak layak
3. Engkau sering mengunjungi tempat
pelesiran
4. Engkau gemar berjudi
4 macam manusia yang harus dipandang sebagai sahabat yang
berhati tulus
Sahabat yang
suka menolong
Ciri-ciri:
1. Ia menjaga dirimu sewaktu engkau
sedang tidak siaga
2. Ia menjaga milikmu sewaktu engkau
sedang lengah
3. Ia akan melindungimu sewaktu
engkau sedang ketakutan
4. Jika engkau mau mengerjakan
sesuatu, ia akan membantumu dengan
bekal dua kali dari apa yang engkau
butuhkan
Sahabat di
waktu senang
dan susah
Sahabat yang
suka memberi
nasehat baik
Sahabat
yang selalu
memperhatikan
keadaanmu
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Ciri-ciri:
1. Ia menceritakan rahasianya
kepadamu
2. Ia merahasiakan rahasiamu
3. Jika engkau dalam kesusahan, ia
tidak akan meninggalkanmu
4. Ia bahkan bersedia mengorbankan
nyawanya untuk membela dirimu
Ciri-ciri:
1. Ia akan mencegah engkau berbuat
salah
2. Ia menganjurkan engkau berbuat baik
3. Ia memberitahukan apa yang belum
pernah engkau dengar
4. Ia menunjukkan jalan menuju
Ciri-ciri:
kebahagiaan
1. Ia tidak bergembira atas bencana
yang menimpa dirimu
2. Ia turut bergembira atas
keberhasilanmu
3. Ia mencegah orang lain berbicara
jelek tentang dirimu
4. Ia menyetujui setiap orang yang
memuji dirimu
 Dalam agama Buddha, pengormatan dilambangkan dengan
berbagai arah. Setiap arah mewakili makna yang dianjurkan untuk
dilaksanakan.
27
28
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Arah Timur: hubungan orang tua – anak
5 cara seorang anak memperlakukan orang tuanya:
1. Menunjang mereka ketika sudah dewasa
2. Melakukan kewajiban sebagai anak yang berbakti
3. Menjaga baik kehormatan keluarga
4. Menjaga baik harta warisan
5. Mengurus persembahan kepada sanak keluarga yang telah
meninggal
5 cara orang tua menunjukkan kecintaan kepada anaknya:
1. Mencegah anaknya berbuat jahat
2. Menganjurkan anaknya berbuat baik
3. Melatih anaknya bekerja mandiri
4. Mencarikan pasangan yang sesuai untuk anaknya
5. Pada waktunya menyerahkan warisan kepada anaknya
Arah Selatan: hubungan guru – murid
5 cara seorang murid memperlakukan gurunya:
1. Bangun dari tempat duduk (sebagai bentuk penghormatan)
2. Melayani gurunya
3. Bertekad keras mengajar
4. Memberikan jasa-jasanya
5. Memperhatikan dengan baik waktu diberi pelajaran
5 cara seorang guru mencintai muridnya:
1. Melatih muridnya dengan baik sesuai keahlian yang dimiliki
2. Membuat muridnya menguasai pelajaran yang diberikan
3. Mengajar secara mendalam semua ilmu yang dikuasainya
4. Bicara baik tentang muridnya kepada sahabat dan kenalannya
5. Menjaga muridnya dari setiap segi
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Arah Barat: hubungan suami – istri
5 cara seorang suami memperlakukan istrinya:
1. Memperhatikan kebutuhan istrinya
2. Bersikap lembut
3. Setia kepada istrinya
4. Memberi kekuasaan tertentu (mengatur rumah, menjaga anak,
dsb) kepada istrinya
5. Memberi perhiasan kepada istrinya
5 cara seorang istri mencintai suaminya:
1. Melakukan tugasnya dengan baik
2. Ramah-tamah kepada keluarga dari kedua belah pihak
3. Setia kepada suaminya
4. Menjaga baik barang yang dibawa suaminya
5. Pandai dan rajin mengurus rumah tangga
Arah Utara: hubungan antar sahabat
5 cara seseorang harus memperlakukan sahabatnya:
1. Bermurah hati kepada mereka
2. Ramah-tamah kepada mereka
3. Berbuat baik kepada mereka
4. Menjamu mereka seperti menjamu diri sendiri
5. Menepati janji kepada mereka
5 cara seorang sahabat akan mencintai orang tersebut:
1. Melindunginya ketika ia tidak siaga
2. Menjaga juga harta bendanya
3. Waktu dalam bahaya, mereka akan melindunginya
4. Waktu dalam kesusahan, mereka tidak akan meninggalkannya
5. Senantiasa menghormatinya
29
30
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Arah Bawah: hubungan majikan – bawahan
5 cara seorang majikan memperlakukan bawahannya:
1. Memberi pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan
2. Memberi makanan dan gaji yang sesuai
3. Memberi perawatan ketika sakit
4. Membagi makanan enak pada waktu-waktu tertentu
5. Memberi libur pada waktu-waktu tertentu
5 cara seorang bawahan mencintai majikannya:
1. Bangun lebih pagi dari majikan
2. Tidur setelah majikan tidur
3. Berterima kasih atas perlakuan yang mereka terima
4. Bekerja dengan baik
5. Memuji majikan di mana pun juga
Arah Atas: hubungan biksu atau biksuni – umat awam
5 cara seorang umat awam memperlakukan para biksu atau
biksuni:
1. Dengan perbuatan penuh kasih sayang
2. Dengan ucapan ramah-tamah
3. Dengan pikiran penuh kasih sayang
4. Dengan selalu membuka pintu untuk mereka
5. Dengan memberikan keperluan hidup mereka
6 cara seorang biksu atau biksuni mencintai umat awam:
1. Mencegah mereka berbuat jahat
2. Menganjurkan mereka berbuat baik
3. Mencintai mereka dengan pikiran penuh kasih sayang
4. Mengajar sesuatu yang mereka belum pernah dengar
5. Memperbaiki dan menjelaskan sesuatu yang mereka pernah
dengar
6. Menunjukkan mereka jalan menuju kebahagiaan
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
em p a t  Sy a r a t  Ke B a h a G i a a n  (vy a g g h a P a j j a  Su T T a )
Terdapat 4 syarat untuk kebahagiaan dalam hidup sekarang ini, yaitu:
1. Utthanasampada: rajin dan bersemangat dalam bekerja
untuk mendapatkan penghidupan yang baik
2. Arakkhasampada: menjaga dengan hati-hati kekayaan yang
diperoleh secara benar
3. Kalyanamitta: memiliki teman-teman yang baik yang dapat
memberikan nasihat, yang penuh keyakinan (saddha), taat
aturan (sila), penuh kedermawanan (caga), dan penuh
kebijaksanaan (pañña)
4. Samajivikata: hidup sesuai dengan batas-batas kemampuan
 Terdapat pula 4 macam kebahagiaan bagi umat Buddha yang
berkeluarga, yaitu:
1. Atthi Sukha :kebahagiaan karena memiliki kekayaan
2. Bhoga Sukha :kebahagiaan karena mempergunakan
kekayaan
3. Anana Sukha :kebahagiaan karena tidak memiliki
hutang
4. Anavajja Sukha :kebahagiaan karena tidak melakukan
perbuatan tercela
li m a  Ke l o m p o K  pe n y u S u n  Ke h i d u p a n  (Pa n c a  kh a n D a )
 Menurut ajaran Buddha, seorang manusia terdiri dari lima
kelompok kegemaran/kehidupan (Khanda) yang saling bekerja sama
dengan erat sekali, yaitu:
Rupa Rupa
Bentuk/tubuh/badan jasmani
Kita menangkap suatu rangsangan melalui
kelima indera kita yang merupakan bagian dari
tubuh
31
32
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Nama
Viññana
Kesadaran
Pikiran kita tahu ada rangsangan
Sañña
Persepsi
Rangsangan diterima oleh otak, pikiran mulai
berusaha membedakan baik atau buruk
Sankhara
Pemikiran
Rangsangan yang diterima otak ini kita
banding-bandingkan dengan pengalaman kita
yang terdahulu melalui gambaran-gambaran
yang tersimpan dalam pikiran kita
Vedana
Perasaan
Dengan membanding-bandingkan ini lalu
timbul suatu perasaan suka atau tidak suka
Wa Wa S a n  Ke da l a m  (Me r e n u n g  Ke Da l a M  Di r i )
 Bagi sebagian orang mungkin akan bertanya-tanya mengapa
umat Buddha sering kali melakukan meditasi, mengapa umat Buddha
sering kali berbicara mengenai hal-hal dan upaya-upaya untuk
melihat ke dalam diri. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan
perbedaan konsep yang mendasari keduanya. Bagi pemeluk agama
lain segala sesuatu telah ditakdirkan dan untuk itu manusia hanya
perlu menjalankan hidupnya sesuai dengan kehendak Yang Di Atas.
Sebaliknya seorang buddhis akan melihat bahwa hidupnya ditentukan
oleh dirinya sendiri.
 Penderitaan akan disebabkan oleh dirinya sendiri, demikian
pula sebaliknya bahwa Kebahagiaan disebabkan diri sendiri dan Ajaran
Buddha mengajarkan cara untuk mencapai kebahagiaan dengan upaya
sendiri.

Jika Anda merasa alergi pergi ke suatu tempat, maka Anda akan
merasa alergi di semua tempat. Namun bukan tempat di luar Anda
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
yang menyebabkan masalah (Anda alergi di tempat itu), melainkan
“tempat” di dalam Anda
Ajahn Chah
pi Ki ran da n  Ke S a d a r a n
Pikiran mendahului semua kondisi batin, pikiran adalah pelopor
Ssegalanya diciptakan oleh pikiran
Buddha Gautama
 Pada suatu kesempatan ketika seseorang sedang kuliah dan
mendengar penjelasan dosennya, bisa saja dia berpikir: “Kalau begitu
rumus yang digunakan adalah ini, rumus kedalaman pondasi adalah
ini, sedangkan rumus tiang pancang adalah ini.” Ini biasa kita sebut
sebagai proses berpikir. Jadi sesungguhnya apa itu pikiran?
 Pikiran adalah respon dari rangsangan. Dan harus kita akui
bahwa kemampuan otak (sebagai pusat olah pikir manusia) adalah
sangat menakjubkan. Bahkan gerak refleks pun dikarenakan proses
berpikir yang cepat sekali. Dan salah satu hal yang diajarkan Buddha
Gautama adalah mengamati pikiran. Mengapa? Karena pikiran inilah
yang membentuk ke-‘Aku’-an (ke-ego-an), membentuk bentukbentuk

pikiran yang lain—yang melekat pada sesuatu, yang tidak
menyenangi sesuatu, dan lain-lain; yang pada akhirnya akan berujung
pada penderitaan kita. Buddha Gautama mengatakan bahwa pikiran
adalah sukar ditaklukkan. Memang benar demikian. Kecenderungan
manusia menaklukkan pikiran dengan ilmu pengetahuan (dengan
kata lain berpikir lagi). Namun, justru sebaliknya Buddha Gautama
mengajarkan bahwa pikiran hanya dapat ditaklukkan apabila pikiran
ini tenang, diam sehingga dengan mudah diamati, dan untuk itulah
seorang buddhis melakukan meditasi vipassana.
 Apa yang diamati? Menyadari bahwa segala sesuatu akan
timbul dan tenggelam sebagaimana mestinya—itulah kesadaran
33
34
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
(awareness). Untuk menyadari hal ini diperlukan kewaspadaan.
Waspadai terus-menerus setiap bentuk pikiran dan pemikiran (proses
berpikir) yang muncul. Jangan disesali, jangan dilekati. Jangan
terbawa arus. Cukup disadari saja tanpa perlu menganalisis darimana
munculnya pikiran-pikiran tersebut. Inilah yang disebut sebagai
kesadaran pasif (passive awareness atau choiceless awareness).
Setelah pikiran dapat ditaklukkan, barulah kita akan menyadari
sepenuhnya apa yang dimaksud dengan perubahan (anicca-dukkhaanatta).
Runtuhlah
tembok
ke-‘Aku’-an
dan
kemelekatan.
Berakhirlah

kelahiran
kembali dan penderitaan.
me d i t a S i
We don’t meditate to see heaven, but to end suffering
If you have time to be mindful, you have time to meditate
Ajahn Chah
 Meditasi (samadhi) merupakan suatu bentuk latihan spiritual
bagi umat Buddha. Seperti yang telah kita ketahui bahwa hakikat dari
kehidupan ini adalah penderitaan karena segala sesuatu akan selalu
mengalami perubahan dan tidak dapat kita pertahankan. Namun,
sayangnya sebagai manusia kita menjadi terlalu larut dalam perubahan
itu dan tidak menyadari bahwa sesungguhnya ada jalan untuk
memutuskan penderitaan ini.
 Meditasi bertujuan
untuk melihat esensi diri dan
sampai pada akhirnya kita
menyadari bahwa segala
sesuatu tidaklah kekal
(impermanence) sehingga
membantu pengembangan
pandangan benar. Untuk
bisa melihat bahwa segala
sesuatu itu tidaklah kekal,
maka pikiran ini harus
2 jenis meditasi:
1. Samatha bhavana adalah pengamatan
(perenungan) pada satu objek.
2. Vipassana bhavana adalah pengamatan
(perenungan) pada beberapa objek.
Meditasi tersebut dapat dilakukan terpisah
atau secara bersama-sama. Ketika ke dua
jenis meditasi tersebut telah sempurna,
maka mendukung pengembangan
pandangan benar.
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
diam—jangan malah terlarut dalam perubahan. Ketika sedang diam
inilah, maka baru perubahan yang muncul dapat diamati dan disadari.
Namun, selama bermeditasi pun pasti terdapat rintangan yang muncul
dan bisa menjadi penyebab kegagalan meditasi seseorang. Rintangan
tersebut sebenarnya sudah ada dalam kehidupan kita sehari-hari namun
akan tampak semakin jelas ketika kita berupaya untuk mengamati
pikiran ini.
Lima rintangan batin (nivarana) dalam meditasi
1. Thinamiddha – kelambanan, kemalasan, kebosanan
Ibarat terdapat sebuah kolam dan kita hendak melihat
ke dasar kolam tersebut, maka keadaan pikiran yang
malas dan bosan dapat diibaratkan sebagai kolam yang
permukaannya penuh lumpur pekat sehingga kita tidak
dapat melihat dasar kolam
2. Uddhaccakukkuca – kekacauan, kegelisahan,
kekhawatiran
Ibarat kolam yang beriak/bergelombang karena angin
3. Vicikiccha – keragu-raguan
Ibarat melihat kolam pada waktu gelap atau tidak ada
penerangan
4. Kamacchanda – keinginan
Ibarat kolam yang permukaannya dipenuhi bunga-bunga
cantik
5. Byapada – ketidaksenangan
Ibarat kolam dengan air yang mendidih
hi d u p  di Si n i  da n  pa d a  Sa a t  in i
 Dalam kehidupan sehari-hari, pikiran cenderung untuk lari
kesana-kemari. Pikiran dengan mudahnya terbawa arus kehidupan.
Sesaat kita menyesali tindakan-tindakan kita yang telah lampau—
kadang menyakitkan, kadang menyenangkan, atau bahkan biasa-biasa
saja. Namun, sedetik kemudian yang kita pikirkan adalah hal-hal yang
35
36
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
kita kehendaki untuk terjadi kedepannya—memikirkan masa depan
kita. Inilah hal yang dengan lebih jelas kita lihat dan amati ketika kita
sedang bermeditasi. Memikirkan sesuatu yang telah lewat tidaklah
ada gunanya dan memikirkan sesuatu yang akan datang belumlah
pasti. Bila pikiran selalu mengarah ke masa lampau atau ke masa
depan, maka kita hanya hidup dalam bayang-bayang. Agar dapat
hidup sehidup-hidupnya, maka seharusnya seseorang hidup disini
dan pada saat ini (here & now). Dengan demikian maka seseorang
hidup dalam setiap detik yang berharga. Ibarat sebuah alur sungai, kita
melihat tegak lurus alur tersebut sehingga membentuk sebuah tampang
cross-section. Apabila terdapat ikan, sepatu, batang pohon, dll yang
mengalir dari hulu menuju ke hilir, kita hanya cukup melihat pada
tampang itu saja. Itu sudah cukup bagi kita untuk mengetahui bahwa
ada ikan, sepatu, batang pohon, dll yang memang ada dan akan lewat.
Tidak perlu bagi kita untuk ingin tahu sebelumnya apa yang akan kita
lihat (the future) atau mengikuti arus untuk melihat benda-benda yang
sama dengan yang telah kita lihat tadi sebelumnya (the past). Dan ada
satu kata sepakat, bahwa pikiran itu liar dan sulit ditaklukkan. Inilah
mengapa kita melakukan meditasi.

Here & now
future past
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Ba G a i m a n a  ca r a  me m p e r l a K u K a n  aj a r a n  Bu d d h a ?
 Mengenal lebih dekat ajaran Buddha merupakan suatu
kebahagiaan dan keberuntungan bagi umat manusia. Namun
bagaimana cara kita harus memperlakukan ajaran Buddha? Tak dapat
dipungkiri bahwa keyakinan yang mendalam terhadap ajaran Buddha
bisa jadi malah menyebabkan fanatisme yang membelenggu. Oleh
karena itu Buddha Gautama bersabda:
“Perlakukan Dharma [Ajaran Buddha] yang Kuajarkan sebagai
rakit yang digunakan untuk menyeberangi sungai dan bukan untuk
terus engkau pegangi saja. O, biksu, bila kamu mengerti dengan
baik ajaranku yang dapat diumpamakan sebagai rakit maka kamu
seharusnya tidak lagi melekat kepada hal-hal yang baik, terlebih lagi
kepada hal-hal yang tidak baik”
Alagaddupama Sutta, Kitab Majjhima Nikaya 22
37
38
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
BAB Iv
SANGHA
(KeloMpoK BHIKKHU AtAU BHIKKHUNI)
Agama Buddha adalah agama misionari yang pertama dalam sejarah
kemanusiaan dengan suatu pesan keselamatan yang universal bagi
semua umat manusia. Sang Buddha setelah mencapai Pencerahan/
Penerangan Sempurna, mengutus enam puluh satu siswanya
ke berbagai arah yang berlainan dan meminta mereka untuk
membabarkan Dharma demi kesejahteraan dan kebahagiaan umat
manusia.
Dr. K.N. Jayatilleke, “Buddhism and Peace”
 Sebagai seorang biksu atau biksuni buddhis, mereka haruslah
meninggalkan kehidupan berumah tangga. Para biksu atau biksuni
biasa hanya memiliki sedikit barang, seperti jubah, mangkuk (patta),
dan pisau untuk mencukur rambut.
Kepala dicukur
 Ketika banyak orang ingin untuk mempunyai rambut yang
bagus dan menghabiskan banyak uang dan waktu untuk menata
rambutnya, para biksu atau biksuni buddhis mencukur rambut mereka.
Dengan demikian sangat mudah untuk mengenali para biksu atau
biksuni buddhis melalui kepala mereka yang tercukur.
Mangkuk (Patta)
 Berdana makanan kepada para biksu atau biksuni merupakan
bagian dari praktik dan tradisi buddhis. Di Asia Tenggara tidaklah
jarang untuk melihat para biksu atau biksuni berjalan dari rumah
ke rumah pagi-pagi sekali untuk menerima dana makanan. Karena
para biksu atau biksuni tidak diperbolehkan untuk memilah-milah
makanan yang mereka terima, mereka belajar untuk berterima kasih
atas apa yang telah diberikan. Praktik ini berguna sebagai latihan
mengurangi keserakahan dan mengembangkan rasa syukur (bagi para
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
biksu atau biksuni), serta latihan memberi dan ketulusan (bagi umat
yang berdana).
Jubah
 Pada awalnya para biksu atau biksuni hanya mempunyai 3
jubah. Ketika ajaran Buddha menyebar ke negara-negara yang lebih
dingin seperti Cina dan Jepang, maka mereka membutuhkan lebih
banyak lapisan untuk menjaga badan agar mereka agar tetap hangat.
Jubahnya pun didesain lebih simpel dan terbuat dari kain katun atau
linen. Warna dari jubah para biksu atau biksuni berbeda di masingmasing

negara dan tergantung pula dari tradisi yang mereka anut.
Sebagai contoh, di Sri Lanka dan Thailand jubah dengan warna
kuning kecoklatan lebih sering dijumpai, sedangkan hitam dipakai di
Jepang. Di Cina dan Korea, para biksu atau biksuni mengenakan jubah
berwarna abu-abu dan coklat, sedangkan merah kehitam-hitaman
dipakai di Tibet.
Sangha adalah persaudaraan para biksu atau biksuni. Sangha
sendiri terdiri dari 2 yaitu Ariya Sangha (bagi mereka yang sudah
mencapai salah satu dari 4 tingkat kesucian), dan Sammutti
Sangha (bagi mereka yang belum mencapai tingkat kesucian).
Makna Sangha sebagai tempat perlindungan umat Buddha
adalah Ariya Sangha
Ke u n i K a n  aj a r a n  Bu d d h a
Jika ada suatu agama yang akan memenuhi tuntutan kebutuhan ilmu
pengetahuan modern, maka agama tersebut adalah agama Buddha
Be n t u K  Ke y a K i n a n  da l a m  Bu d d h i S  (ka l a m a  Su T T a )
Albert Einstein
 Khotbah Buddha Gautama kepada suku Kalama dari
Kesaputta merupakan sebuah khotbah yang terkenal karena instruksi
Buddha Gautama yang mendorong untuk melakukan penyelidikan
39
40
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
yang mendalam terhadap sesuatu (hal/keyakinan/kepercayaan), yang
terbebas dari fanatisme atau sekedar kepercayaan membuta. Berikut
isi dari Kalama Sutta:
Jangan percaya pada sesuatu (semata-mata)
Hanya karena engkau telah mendengarnya.
Jangan percaya pada tradisi-tradisi hanya karena
tradisi itu telah diturunkan dari generasi ke generasi.
Jangan percaya pada sesuatu hanya karena hal itu
diucapkan dan dibicarakan oleh banyak orang.
Jangan percaya pada sesuatu (semata-mata)
hanya karena hal itu tertulis di kitab suci agamamu.
Jangan percaya pada sesuatu semata-mata
hanya karena kekuasaan guru-gurumu
Dan mereka yang lebih tua.
Tetapi setelah mengamati dan menganalisis,
Ketika engkau dapati
bahwa sesuatu itu sesuai dengan akal sehat
dan mampu membawa pada kebaikan
dan manfaat bagi seseorang dan semua makhluk,
maka terimalah hal itu
dan hiduplah sesuai dengannya
Anguttara Nikaya
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
BAB v
KEUNIKAN AJARAN BUDDHA
        Memang benar bahwa agama Buddha seperti yang kita
temukan benar-benar tercatat, bukanlah merupakan suatu sistem
hipotesis kuno, yang masih tetap merupakan tantangan bagi agamaagama
lainnya
Bishop Gore, “Buddha and the Christ”
 Ada enam segi yang selalu terdapat dalam agama-agama di
dunia agar bisa bertahan. Apa sajakah keenam segi tersebut?
Tabel 6 Segi yang dibutuhkan oleh agama-agama dunia
Otoritas
Dibutuhkan sebuah sistem yang bersifat
otoritas sehingga para pemeluknya dapat
menghormati dan menuruti ajaran dari
agama tesebut
Upacara keagamaan
Memegang peranan penting dan tidak dapat
Renungan spekulatif
dipisahkan dalam ibadah sehari-hari
Renungan yang bersifat spekulatif—artinya
hanya dapat diraba-raba, namun tidak
dapat dibuktikan kebenarannya. Sebagai
contoh pertanyaan mengenai eksistensi
Tuhan. Setiap agama memiliki jawabannya
masing-masing namun dengan mudah dapat
dipatahkan
Tradisi
Agama berkembang menjadi tradisi yang
paling kuat dan diturunkan dari generasi ke
generasi
41
42
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Kekuasaan dan
rahmat Ilahi
Mempercayai kekuasaan Tuhan atau sesuatu
yang Di Atas sebagai penentu kehidupan
manusia
Misteri
Adanya keterkaitan antara agama dengan
kekuatan mukjizat, kekuatan Ilahi, dan lain
sebagainya
 Inilah enam segi yang dibutuhkan oleh agama-agama di
dunia agar bisa bertahan. Namun Buddha Gautama menawarkan
sebuah master piece yang hampir sepenuhnya terbebas dari keenam
segi diatas.
Tabel keunikan ajaran Buddha
Tidak mengenal
otoritas
Tanpa upacara
keagamaan
Tanpa renungan
spekulatif
 Semua memiliki kemampuan untuk
melepaskan diri dari belenggu dan mencapai
Nirwana
 Tidak harus menuruti perintah dari pihak
otoriter karena  berpegang pada prinsip
ehipassiko (lakukan & buktikan sendiri)
Buddha Gautama mengajarkan bahwa percaya
pada upacara-upacara keagamaan yang salah
termasuk salah satu dari 10 belenggu dalam
mencapai kebahagiaan
“Ibarat seseorang yang terluka karena panah
beracun. Sewaktu kerabatnya memanggil seorang
ahli bedah untuk menyembuhkannya, pesakit
itu berkata, saya tidak akan membiarkan Anda
mencabut anak panah ini sampai saya tahu siapa
yang telah melukai saya, apakah ia dari kasta
prajurit, pedagang, brahmana, atau dari kasta
petani yang paling rendah..........dsb. Sebelum
mengetahui semuanya itu, pesakit itu telah mati”
Buddha beranggapan renungan spekulatif tidak
akan membantu dalam pencapaian kesucian.
Malah sangat mungkin bila satu pertanyaan
terjawab, maka muncul pertanyaan lain yang tidak
ada habis-habisnya
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Bebas dari tradisi
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Buddha
Gautama dalam Kalama Sutta (lihat bagian
sebelumnya)
Ajaran yang mandiri
Tidak bergantung pada mukjizat, kekuatan
Tidak mengenal
hal yang bersifat
Adikodrati
magis dan lain sebagainya. Menurut ajaran
Buddha, manusia bertanggung jawab atas semua
perbuatannya. Tidak ada Tuhan yang mengatur.
Kenyataan atau kesahihan kepercayaan akan
Tuhan didasarkan pada kapasitas pengertian dan
kematangan pikiran manusia (Dhammananda,
“Keyakinan Umat Buddha”)
tr a d i S i  da l a m  Bu d d h i S m e  (Sc h o o l S  in Bu D D h i S m )
 Akibat adanya penyebaran ajaran Buddha, maka terjadilah
akulturasi. Akulturasi ini sendiri merupakan hal yang sudah wajar
terjadi selain karena ajaran Buddha yang memiliki nilai toleransi
tinggi, juga karena tidak ada satu agama pun yang memiliki hak
untuk memaksakan ajaran maupun tradisinya kepada masyarakat
dengan tradisi setempat. Penyebab kedua terbentuknya aliran-aliran
yang berbeda dalam agama Buddha adalah karena adanya perbedaan
persepsi, dan ini pun juga adalah hal yang wajar. Sebagai sebuah
ajaran yang bersumber pada pengalaman manusianya sendiri, sudah
tentu banyak persepsi yang muncul selama kurang lebih 2500 tahun.
Saat ini terdapat 3 aliran utama dalam Buddhisme di dunia, yaitu:
1. Theravada (baca: The-ra-wa-da)
Sebagai aliran yang memegang teguh Dharma-Winaya sesuai
kitab Tripitaka Pali. Oleh karena itu disebut juga sebagai
ajaran para sesepuh atau juga Early Buddhism (Buddhisme
Awal). Theravada berkembang di Asia bagian selatan (Sri
Lanka) dan Asia Tenggara.
2. Mahayana
Sebagai ajaran yang berkembang pesat di Asia bagian timur
(khususnya) dan seluruh Asia (umumnya)
43
44
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
3. Vajrayana atau Tantrayana
Sebenarnya merupakan bagian dari Mahayana namun
memiliki perbedaan doktrin maka terbentuklah aliran ini.
Pada mulanya merupakan akulturasi antara ajaran Buddha
dengan kebudayaan dan tradisi Tibet.
Titik Temu Perbedaan Tradisi
Namun demikian terdapat titik temu dari masing-masing aliran yang
berbeda-beda ini. Cara menemukan titik temu yang dapat dianggap
sebagai awal mula ajaran Buddha adalah dengan cara membandingkan
kitab suci dan ajaran dari masing-masing aliran. Pasti akan ada satu
atau lebih hal yang sama yang terdapat diantara masing-masing
aliran.
Apa titik temu (common core) dalam tradisi-tradisi buddhis?
1. Bersifat non-otoriter
mengajarkan semua pemeluknya agar tidak tergantung pada
otoritas tertentu (termasuk kitab suci)
2. Bersifat non-spekulatif
tidak berspekulasi karena tidak ada gunanya. Ingat
perumpamaan panah beracun dan korbannya!
3. Bersifat non-absolutisme
tidak ada yang absolut. Semua bisa dilihat dari berbagai
sudut yang berbeda-beda karena tergantung pada kondisi/
premis pembentuknya
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Dimana: E  = Buddhisme Awal (Early Buddhism)
 T   = Theravada
 M  = Mahayana
 V   = Vajrayana
 etc = Lain-lain
(Catatan: Lain-lain yang dimaksud adalah kemungkinan munculnya
tradisi baru buddhisme seperti yang mulai terlihat dalam dunia Barat
saat ini.-ed.)
to l e r a n S i  te r h a d a p  Ke p e r c a y a a n  la i n 
Agama Buddha mengajarkan suatu kehidupan bukan dengan
perintah, tetapi dengan prinsip, suatu kehidupan yang indah; dan
sebagai konsekuensinya, ia merupakan suatu agama yang penuh
toleransi. Ia adalah sistem yang paling penuh toleransi di kolong
langit ini
Rev. Joseph Wain
 Bagaimana sikap seorang buddhis terhadap pemeluk agama
lain? Disini ditekankan perlu adanya toleransi dan kerja sama. Misi
Buddha Gautama bukanlah menjadikan semua umat manusia sebagai
penganut ajarannya, melainkan untuk menawarkan sebuah jalan
sebagai pegangan hidup bagi mereka yang merasa membutuhkannya.
45
46
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Bahkan ketika Buddha Gautama bersabda: “Pergilah, O para biksu,
demi kebaikan semua, demi kebahagiaan semua, atas dasar belas kasih
kepada dunia, demi kebaikan, keuntungan, dan kebahagiaan para
manusia, babarkanlah Dharma [ajaran Buddha] yang telah kuajarkan,”
sebagai misionaris pertama di dunia, para biksu tidak mengejar
kuantitas umat melainkan didasari oleh rasa belas kasih kepada dunia.
Apabila penyebaran agama Buddha melalui jalan peperangan, sudah
barang tentu hal itu bertentangan dengan sabda Sang Buddha.
 Seorang buddhis tidak memiliki keinginan untuk
mengubah orang lain menjadi penganut agama Buddha. Jika
seseorang merasa puas dengan agamanya sendiri, maka tidak ada
keperluan bagi seorang buddhis untuk membuddhiskan orang tersebut.
Sikap toleransi dan bisa menghargai ajaran agama lain inilah yang
mendasari penyebaran agama Buddha di dunia.
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
BAB vI
APA YANG DIYAKINI UMAT
BUDDHA
ti d a K  ad a  pa h a l a  at a u  hu K u m a n , ya n G  ad a  ha n y a l a h
Ko n S e K u e n S i -Ko n S e K u e n S i
 Menurut pandangan buddhis, tidak ada yang namanya
hukuman bila seseorang berbuat salah, pun tidak ada yang namanya
pahala bagi seseorang yang berbuat baik. Yang ada hanyalah
konsekuensi-konsekuensi. Bila seseorang berbuat jahat, maka
pada suatu saat dia akan menuai karma buruknya (menerima akibat
buruk), sebaliknya bila seseorang berbuat baik, maka dia juga akan
menuai karma baiknya. Hal ini akan mengajarkan tanggung jawab
(responsible) seseorang terhadap hidupnya sendiri—tidak tergantung
pada satu makhluk atau pada orang lain. Dari pengembangan rasa
tanggung jawab inilah baru seseorang akan menyadari dengan
sungguh-sungguh mengapa dia harus berbuat baik dan menjauhi
perbuatan buruk.
Ke l a h i r a n  Ke m B a l i  (Pu n a B h a v a )
 Punabhava terdiri dari kata puna yang artinya ‘lagi’ dan bhava
yang artinya ‘menjadi’. Jadi punabhava berarti menjadi kembali atau
lahir kembali. Konsep inilah yang merupakan ajaran yang menyatakan
tentang adanya kehidupan berulang kali dari makhluk yang adil.
 Sering kali orang beranggapan bahwa punabhava sama dengan
reinkarnasi, padahal keduanya berbeda. Perbedaannya terletak pada
ada tidaknya roh/atma yang berpindah. Menurut paham reinkarnasi ada
roh yang berpindah dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya. Hal
ini ditolak dalam ajaran Buddha mengingat sabda Buddha Gautama
47
48
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
mengenai tanpa jiwa (Anatta). Jadi apa yang sesungguhnya terlahir
kembali menurut ajaran Buddha? Untuk itu kita perlu memahami
bahwa kelahiran kembali merupakan kelangsungan arus kehidupan
dari kesadaran, bukan perpindahan kehidupan. Kelangsungan proses
kehidupan ini kuat karena tergantung dari karma kita masing-masing,
namun Buddha Gautama mengajarkan cara untuk menghentikan
proses ini.
tu h a n  me n u r u t  aj a r a n  Bu d d h a
 Sesuai dengan ajaran Buddha mengenai Tanpa jiwa, maka
sesungguhnya tidak ada sesuatu yang pantas disebut sebagai Yang
Maha atau Tuhan. Menurut buddhis gagasan mengenai Tuhan adalah
hal yang sangat lemah sekaligus sangat kuat pengaruhnya. Lemah di
sini berarti sebenarnya gagasan ini sangat mudah dipatahkan. Siapa
yang pernah melihat Tuhan? Siapa yang pernah mendengar suara
Tuhan? Mengapa Tuhan yang katanya Maha Adil dan Maha Kasih
Sayang, namun tetap ada manusia yang terlahir cacat, miskin, kurang
beruntung, dll. Mengapa Tuhan yang katanya Maha Pengampun
namun tetap menjerumuskan mereka yang kafir dan berdosa ke dalam
neraka? Dan masih banyak lagi pertanyaan segudang yang mungkin
akan dijawab dengan sangat tidak bertanggung jawab: “Jangan
mempertanyakan ke-Ilahi-an Tuhan! Jangan mempertanyakan
kehendak Tuhan! dll”. Namun, pula sesungguhnya gagasan mengenai
Tuhan memiliki peranan yang sangat kuat dalam menggerakkan
manusia dan mengubah wajah peradaban. Bayangkanlah berapa
banyak korban jiwa yang berjatuhan atas nama Tuhan? Sebaliknya,
berapa banyak perdamaian yang tercipta atas nama Tuhan? Dengan
demikian Tuhan mau tak mau telah menjadi realitas penting dalam
kehidupan sehari-hari manusia yang penuh dengan ketidakpastian.
Mengapa sampai timbul gagasan mengenai Tuhan? Harus diakui
karena manusia adalah makhluk penakut yang mudah pasrah dengan
kondisi dan lingkungannya. Satu hal yang menarik adalah masingmasing
penganut
agama
theis

akan memiliki gambaran Tuhan yang
berbeda-beda dan akan mengatakan bahwa Tuhannyalah yang paling
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
benar. Kalau begitu Tuhan siapa yang benar? Ini adalah kekeliruan
terbesar yang pernah dibuat oleh manusia.
 Sekarang bagaimana pandangan buddhis mengenai gagasan
tentang Tuhan ini? Harus diakui secara jujur bahwa Buddha Gautama
tidak pernah menyatakan bahwa ajarannya berasal dari Tuhan dan
dia adalah utusan Tuhan. Sebaliknya Buddha Gautama menyatakan
bahwa ajarannya adalah murni hasil pencapaian seorang manusia
dengan tekad yang teguh dan dilandasi dengan cinta-kasih kepada
semua makhluk.
 Bila demikian apakah benar bahwa agama Buddha adalah
agama yang nonteis? Untuk pernyataan ini maka jawabannya
adalah benar. Harus diakui bersama bahwa ajaran Buddha untuk
semua tradisi memang tidak mengenal kata Tuhan. Namun, hal ini
bukan berarti dalam ajaran Buddha tidak dikenal konsep-konsep
ketuhanan—konsep mengenai sifat-sifat ‘Tuhan’
. Bila dalam agama
theis dikenal perintah dan larangan Tuhan yang mengatur kehidupan
sehingga manusia menjadi lebih bermoral, maka dalam ajaran Buddha
dikenal Sila (Aturan Moralitas)
9
8
. Bila dalam agama theis dikenal surga
dan neraka serta penyatuan bersama Tuhan sebagai tujuan akhir dari
segala peribadatan yang dilakukan semasa hidup, maka dalam agama
Buddha dikenal surga, neraka, dan Nirwana
. Walaupun terdapat
sedikit banyak perbedaan, namun kita dapat menemukan sifat-sifat
‘Tuhan’ itu sendiri dalam agama Buddha. Terlebih selama kurang
lebih 2500 tahun ajaran Buddha telah menjadi pedoman dan pegangan
hidup bagi sebagian umat manusia di dunia, baik yang memang umat
Buddha maupun yang bukan umat Buddha.
8
10
Konsep ketuhanan sebagai pengatur atau penentu kehidupan manusia
DITOLAK oleh ajaran Buddha. Jadi konsep ‘Tuhan’ yang dapat diterima
adalah sifat-sifat ‘Tuhan’, yaitu cinta kasih, welas asih, simpati, dan
ketenangseimbangan pikiran.
9
Lihat Bagian pembahasan Lima Aturan Buddhis (pancasila buddhis).
Sekali lagi perlu dipahami bahwa Nirwana bukanlah surga atau suatu alam
atau sesuatu di luar manusia. Nirwana hanyalah kondisi batin atau pikiran
seseorang.
10
49
50
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
ma n f a a t  Pa r i T T a
 Paritta memiliki arti perlindungan. Semuanya digunakan
untuk menjelaskan sutta-sutta (ceramah-ceramah) tertentu yang
dijelaskan oleh Buddha Gautama. Sutta-sutta ini ada sebagian yang
memang dianggap mampu memberikan perlindungan dari pengaruhpengaruh

yang membahayakan. Namun, semuanya sesungguhnya
kembali kepada seberapa besar kekuatan keyakinan (saddha) yang
kita miliki ketika sedang membaca paritta tersebut. Menjadi seorang
umat Buddha memang tidak ada keharusan untuk dapat membaca
paritta dengan baik, benar, serta hafal di luar kepala, tetapi tidak
berarti pula pembacaan paritta tidak ada manfaatnya dan hanya
sekedar pelaksanaan ritual saja. Adapun manfaat pembacaan paritta
antara lain:
1. Kita membaca dan mengucapkan sesuatu yang baik, dengan
demikian kita telah melakukan karma baik setidaknya
melalui pikiran dan ucapan (untuk itu penting bagi
seseorang agar membaca dan memahami makna paritta dari
terjemahannya)
2. Membaca paritta berarti kita berupaya untuk memahami apa
yang sebelumnya kurang kita pahami
3. Membaca paritta berarti mengulang khotbah-khotbah
Buddha Gautama (walaupun tidak semua paritta berasal
dari khotbah Sang Buddha), dengan demikian kita telah
melestarikan kelangsungan ajaran Buddha.
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
BAB vII
APLIKASI AJARAN BUDDHA
ti n d a K a n  me l e p a S  he W a n  (Fa n g S h e n )
 Tindakan melepas hewan atau lebih dikenal fangshen
bertujuan untuk mengurangi penderitaan makhluk hidup lain.
Tindakan ini dilandasi dengan kekuatan cinta kasih terhadap sesama
makhluk hidup. Ada banyak binatang yang bisa dilepas seperti burung,
ikan, kura-kura dan lain sebagainya. Mengingat intinya adalah untuk
mengurangi penderitaan makhluk lain dengan cara melepasnya ke
alam bebas, maka ketika fangshen dilakukan hendaknya dilakukan
dengan cepat agar jangan sampai ada binatang yang mati menjelang
pelepasan. Tidak terdapat paritta khusus yang harus dibacakan ketika
fangshen ini dilakukan, namun ada baiknya setelah selesai melepas
makhluk kita membacakan paritta pelimpahan jasa.
pe n G u a t a n  te K a d  (aD h i T T h a n a )
 Selama menjalani hidup sebagai manusia diperlukan tekad
yang kuat untuk mencapai tujuan-tujuan kita. Dengan tekad yang
kuat inilah kita mampu mencapai apapun yang bisa dimenangkan
oleh kekuatan manusia sepertihalnya Pangeran Siddhartha yang
bertekad untuk tidak meninggalkan pohon Bodhi sampai tercapainya
Penerangan Sempurna (Enlightenment)—yang dapat dimenangkan
oleh kekuatan manusia. Tekad yang kuat atau ketetapan hati inilah
yang disebut sebagai adhitthana—salah satu paramita (kebajikan)
dari dasaparamita (sepuluh kebajikan). Dengan adanya adhitthana
barulah segala tindakan memiliki arti yang jelas, semua jalan terlihat
dengan jelas. Bagaimana cara membangkitkan adhitthana (tekad
yang kuat)? Adhitthana merupakan hal yang berasal dari dalam diri.
Boleh jadi ada rangsangan dari luar (ekstrinsik motivation) yang bisa
membuat seseorang bertekad kuat. Sebagai contoh ketika kita selesai
51
52
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
mengikuti seminar motivasi, kemudian kita bertekad untuk menjadi
seseorang yang lebih baik. Namun faktor utama seseorang untuk
melakukan adhitthana adalah dirinya sendiri (intrinsik motivation).
 Sering kali ketika seseorang bertekad kuat tak lama
kemudian mulai kendur dari semangatnya. Untuk itu disarankan agar
terus mengulang tekad sendiri pada waktu-waktu tertentu—bisa jadi
setiap hari. Dengan demikian kita tetap menyimpan semangat untuk
mewujudkan tekad kita.
Ke p e m i m p i n a n  Bu d d h i S
Walaupun seseorang telah menaklukkan jutaan musuh dalam
berbagai pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar
adalah ia yang dapat menaklukkan dirinya sendiri
Dhammapada VIII: 103
Hidup sebagai manusia tentu tidak lepas dari interaksi dengan manusia
lainnya. Interaksi inilah yang akan membentuk suatu bentuk kerjasama
dan pada akhirnya menjadi suatu organisasi. Dengan demikian setiap
manusia pasti akan terlibat dengan istilah ‘dipimpin’ atau ‘memimpin’.
Ada beberapa poin yang dapat ditangkap dalam upaya menciptakan
kepemimpinan yang sesuai dengan prinsip ajaran Buddha:
Persatuan & Persahabatan
 Setelah suatu organisasi atau komunitas memiliki rasa
persatuan dan persahabatan, barulah segala tujuan yang dikehendaki
dapat dicapai.
 Dalam Anguttara Nikaya, Chakkanipata yaitu
Saraniyadhamma Sutta (Sutta tentang hal-hal yang membuat
dikenang) menyebutkan 6 cara untuk menciptakan kerukunan:
1-3  Memiliki perbuatan, ucapan, dan pikiran berdasarkan cinta kasih
di depan maupun di belakang orang lain
4  Mau berbagi miliknya dengan orang lain
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
5 Melaksanakan kemoralan yang sama sewaktu ia sendirian maupun
di depan umum
6 Memiliki pandangan yang benar di kala sendirian maupun
bersama
Penerapan keenam cara ini dalam kehidupan sehari-hari akan
membawa perdamaian dan kebahagiaan.
 Demikian pula untuk memperoleh suasana persahabatan dari
orang lain atau sekelompok orang, kita harus mampu menjadikan
diri kita sebagai sahabat bagi mereka. Dalam Anguttara Nikaya
II;32 dijelaskan empat sifat yang menjadikan suasana persahabatan
(Sanghavatthu), yaitu:
1. Dana; memberi dan membagi barang-barang kepada orang lain
yang pantas untuk menerimanya. Pemberian ini dapat berupa
materi, dapat juga berupa non materi, seperti Dhammadesana
(khotbah ajaran Buddha), perhatian, dan lain-lain.
2. Piyavaca; ucapan yang baik, berdiskusi dan membicarakan semua
hal dengan ucapan yang menyenangkan dan halus, menghindari
kata-kata makian.
Janganlah berbicara kasar kepada siapapun,
karena mereka yang mendapat perlakuan
demikian akan membalas dengan cara yang
sama. Sungguh menyakitkan ucapan yang kasar
itu, yang pada gilirannya akan melukaimu.
(Dhammapada 133)
3. Atthacariya; melakukan hal-hal yang berguna bagi orang lain,
misalnya memberi pertolongan bila teman membutuhkan.
4. Samanattata; memiliki ketenangan batin dan tanpa kesombongan.
Ketenangan ini diperoleh dari latihan meditasi dan kemoralan
(sila) secara terus-menerus.
Komitmen yang teguh
 Dalam Mahaparinibbana Sutta, sebelum Raja Ajatasattu—
yang memerintah kerajaan Magadha—akan mengadakan ekspansi
ke wilayah suku Vajji, Raja Ajatasattu mengirimkan menterinya
53
54
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
menghadap Buddha Gautama untuk memberitahukan maksud
penaklukkan wilayah suku Vajji kepada Sang Buddha. Disini terjadi
percakapan antara Buddha Gautama dan Biksu Ananda, dimana
menteri Vassakara—menteri Raja Ajatasattu—mendengarkan 7
butir kekuatan komitmen suku Vajji, yang merupakan tujuh syarat
kesejahteraan bangsa, yaitu:
1. Sering mengadakan pertemuan dan dihadiri oleh banyak orang
2. Menghadiri dan memulai pertemuan serta melaksanakan tugas
dalam suasana persatuan dan secara harmonis
3. Tidak menghapus peraturan-peraturan yang telah dibuat dan
membuat peraturan-peraturan baru tetapi berpegang pada
peraturan yang telah berlaku
4. Memerhatikan, menghormat, dan menghargai orang-orang tua
dan menganggap berharga untuk mendengar kata-kata mereka
5. Menjauhkan diri dari penculikan wanita-wanita serta gadis-gadis
dari keluarga baik-baik dan juga tidak menahannya
6. Memerhatikan, menghormat, menghargai, dan menyokong tempattempat
suci dan tidak melalaikan puja atau penghormatan
7. Menjaga dan melindungi dengan seksama orang-orang suci,
sehingga mereka yang belum mencapai keadaan itu dapat
mencapainya dan mereka yang sudah mencapai keadaan itu dapat
hidup dengan tenang
 Selama tujuh hal ini dapat berlangsung dan masih ditaati
(berkomitmen) maka kemajuan akan dapat diharapkan. Bahkan
apabila hanya satu atau lebih syarat kesejahteraan ini dilaksanakan
maka kemajuan sudah dapat diharapkan bukan keruntuhannya,
apalagi kalau tujuh hal ini dijalankan dengan sempurna maka tiada
lagi bencana apapun yang dapat menimpanya. Hanya ada satu hal
yang dapat menyebabkan kemunduran yaitu pengkhianatan atau
perselisihan di dalamnya (tidak berkomitmen).
Usaha untuk mencapai tujuan akhir
 Dalam Vibbanga 216 dan 413, Buddha Gautama menjelaskan
4 kondisi berguna yang memungkinkan seseorang untuk mencapai
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
tujuan akhir, yaitu:
1. Chanda; kepuasan dan kegembiraan dalam mengerjakan hal-hal
yang sedang dikerjakan.
2. Viriya; usaha yang bersemangat dalam mengerjakan sesuatu.
3. Citta; memperhatikan dengan sepenuh hati hal-hal yang sedang
dikerjakan tanpa membiarkannya begitu saja.
4. Vimamsa; merenungkan dan menyelidiki alasan-alasan di dalam
hal-hal yang sedang dikerjakan.
Memimpin
 Dalam kitab Jataka, Sang Buddha memberikan sepuluh
persyaratan seorang pemimpin yang baik (Dasa Raja Dharma),
yaitu:
1. Dana (bermurah hati); seorang pemimpin tidak boleh terlalu
terikat dengan kekayaannya, dia memberikan pertolongan baik
berupa materi maupun nonmateri bahkan bersedia mengorbankan
hartanya demi kepentingan anggotanya
2. Sila (bermoral); pemimpin harus memiliki sikap yang baik dengan
pikiran, ucapan, perbuatan, dan hidup berprilaku sesuai dengan
aturan moralitas
3. Pariccaga (berkorban); seorang pemimpin harus rela
mengorbankan kesenangan atau kepentingan pribadi demi
kepentingan orang banyak
4. Ajjava (tulus hati dan bersih); memiliki kejujuran, ketulusan
sikap maupun pikiran , dan kebersihan tujuan serta cita-cita dalam
kepemimpinannya
5. Maddava (ramah tamah dan sopan santun); memiliki sikap ramah
tamah, simpatik dan menjaga sopan santun, melalui pikiran,
ucapan, dan perbuatan
6. Tapa (sederhana); membiasakan diri dalam hidup kesederhanaan
dan tidak berlebih-lebihan dalam kebutuhan hidup
7. Akkodha (tidak berniat jahat, bermusuhan, dan membenci);
memiliki sifat pemaaf dan bersahabat, menjauhi niat jahat,
permusuhan, dan kebencian
8. Avihimsa (tanpa kekerasan); tidak menyakiti hati orang lain,
55
56
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
memelihara sikap kekeluargaan, senang pada perdamaian,
menjauhi segala sikap kekerasan dan penghancuran hidup
9. Khanti (sabar dan rendah hati); memiliki kesabaran pada saat
mengalami halangan dan kesulitan. Memiliki kerendahan hati
pada saat menghadapi hinaan dan celaan, sehingga menimbulkan
pengertian dan kebijaksanaan pada saat menentukan keputusan
10. Avirodhana (tidak menimbulkan atau mencari pertentangan); tidak
menentang dan menghalangi kehendak mereka yang dipimpinnya
untuk memperoleh kemajuan sesuai dengan tujuan dan cita-cita
kepemimpinannya. Ia harus hidup bersatu dengan anggota sesuai
dengan tuntutan hati nurani anggota
 Kesepuluh syarat di atas, sebagian besar berisikan
pengendalian diri sendiri. Sang Buddha mengajarkan cara menguasai
diri sendiri sebagai dasar agar dapat menjadi pemimpin yang baik,
bukan cara menguasai atau memaksa orang lain yang dipimpin. Seni
kepemimpinan Buddhis adalah seni memimpin yang dimulai dari
memimpin diri sendiri baru kemudian orang lain. Karena keteladanan
adalah cara yang paling ampuh dalam memimpin sekelompok orang
atau organisasi.
 Kemampuan memimpin sesungguhnya bukan merupakan
bakat saja melainkan akumulasi latihan, latihan menguasai diri
sendiri. Seorang pemimpin harus memiliki rasa percaya diri, dia harus
mampu melihat dirinya dan percaya pada dirinya bahwa dia mampu
untuk menjadi seorang pemimpin. Ada lima hal yang menimbulkan
keyakinan pada diri sendiri (Lima Vesarajjakammatthana):
1. Saddha; keyakinan terhadap hal-hal yang patut diyakini, dalam
hal ini ajaran Buddha atau ajaran Kebenaran.
2. Sila; mengendalikan perbuatan dan perkataan sesuai dengan
norma-norma selaras ajaran Buddha.
3. Bahusacca; memiliki pengetahuan luas.
4. Viriyarambha; rajin dan penuh semangat.
5. Pañña; mengetahui sesuatu yang memang patut untuk diketahui.
pe l a y a n a n  So S i a l
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Bekerjalah demi kesejahteraan pihak lain.
 Sutta Nipata
 Dalam ajaran Buddha dikenal sepuluh ajaran kebajikan
(Dasa Paramita) yang harus dipraktekkan oleh setiap Bodhisatwa
(calon Buddha) dalam rangka mencapai Pencerahan spiritual. Apabila
kita cermati, sesungguhnya kesepuluh kesempurnaan tersebut
merupakan perwujudan pelayanan sosial seorang Bodhisatwa. Dalam
komentar Cariya Pitaka, dijelaskan bahwa Parami adalah kebajikan
yang dikembangkan dengan kasih sayang, dilandasi oleh alasan,
tidak dipengaruhi oleh keinginan pribadi, serta tidak dinodai oleh
kepercayaan yang salah dan semua kecongkakan pribadi. Seharusnya
seorang Buddhis bertindak dengan cara demikian itu—tidak mencari
kesenangan demi kepuasan sendiri. Bahkan demi kebahagiaan orang
lain atau mahkluk lain ia tidak akan segan mengorbankan hartanya yang
paling ia cintai—tanpa mengecualikan penghidupan itu sendiri seperti
dipaparkan dalam Vyaghri-Jataka, kisah dimana demi memberi makan
si harimau betina dan tiga ekor anaknya yang hampir mati kelaparan
juga mencegah si induk memangsa anaknya, sang rusa melemparkan
dirinya ke bawah tebing itu. Ia sepenuhnya mendahulukan orang lain
dalam setiap motifnya dan kepentingan pribadi tidak berperan dalam
kegiatannya yang tidak mengejar keuntungan pribadi. Ia mengetahui
bahwa ketenaran datang kepadanya tanpa dicari karena memang ia
patut memperolehnya, mengapa ia harus mengejar itu? Begitulah
konsep sosial yang begitu indah dan mulia telah diajarkan Buddha
Gautama.
 Semua kebajikan tersebut dilandasi oleh kebijaksanaan.
Bila perbuatan baik yang kita lakukan selama ini masih selalu
mempertimbangkan keuntungan individu, memiliki alasan pribadi,
maka ini adalah kebajikan biasa. Lebih jauh kita harus dapat
melepaskan konsep diri ini. Tanpa orang lain yang membutuhkan
pertolongan kita, kebajikan kita tidak terwujud. Jadi hanya kebajikan
yang ada, tidak ada ‘aku’ yang sesungguhnya itu. Semua yang kita
57
58
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
lakukan sebenarnya adalah ‘Proses Kebajikan’, inilah permata Dharma
yang sangat indah.
 Di samping pengertian benar dari kebajikan yang kita
lakukan, seseorang juga harus mempunyai kebijaksanaan dalam
berbuat. Memang tidak ada pembedaan antara satu makhluk dengan
lainnya bagi kita untuk menolong, tetapi harus ada pembedaan
bijaksana dengan kemurahan hati ini. Bila kita tahu bahwa orang yang
akan kita tolong (misal pemabuk) akan menyalahgunakan bantuan
kita, maka kita harus menolaknya sebab menurut Buddha Gautama,
kemurahan hati yang salah tempat itu tidaklah membentuk Parami.
Malah lebih baik apabila kita membantu orang tersebut dengan
memberikan pengertian dan pandangan benar sehingga jalan hidup
orang tersebut berubah menjadi lebih baik daripada sekedar menjadi
seorang pemabuk.
 Sesungguhnya perbuatan sosial dalam konteks Buddhis
memiliki perbedaan yang mendasar dengan sosial pada umumnya.
Society bukanlah pihak lain melainkan suatu faktor, suatu lahan, suatu
medium bagi kita untuk melakukan pengabdian— kebajikan (parami)
tadi. Sosial dan lingkungan merupakan suatu lahan untuk menantang
kita dalam menyempurnakan kebajikan kita dalam menuju misi kita
sebagai seorang buddhis. Perbedaan lain adalah pengabdian yang kita
lakukan dilandasi kebijaksanaan (pañña), tanpa mementingkan diri
sendiri tetapi kebahagiaan mahkluk lain dan dunia. Dengan demikian
akan membuahkan kebahagiaan dalam jangka waktu yang panjang.
Dan juga perlu ditekankan pengabdian atau pelayanan sosial Buddhis
ini hendaknya menjadi suatu tekad, artinya harus dilakukan tidak
hanya kehidupan sekarang melainkan untuk kehidupan akan datang
yang tak terhitung jumlahnya.
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
BAB vIII
MISCELLANEOUS (SeRBA-SeRBI)
tri pi taKa: Ki t a B  Su c i  um a t  Bu d d h a
 Kitab suci umat Buddha yang tertulis dalam Bahasa Pali
adalah Tipitaka (artinya 3 keranjang).
Vinaya (baca: winaya)
Pitaka
Berisi tata-tertib bagi para biksu
atau biksuni
Sutta Pitaka
Berisi khotbah-khotbah Buddha
Gautama
Abhidhamma Pitaka
Berisi ajaran yang lebih
Bu d d h a  ru p a n G
mendalam
 Buddha rupang atau patung Buddha adalah hal yang
umum dijumpai setiap kali anda mengunjungi wihara-wihara atau
candi-candi. Ada satu keunikan dari patung-patung ini, yaitu bahwa
mereka tidak pernah sama. Setiap tempat di masing-masing negara
atau daerah memiliki ciri khas rupa patung Buddha. Sebagai contoh
patung Buddha Indonesia yang dicerminkan oleh patung Buddha di
Candi Borobudur sangat berbeda dengan patung Buddha di pagodapagoda
Cina.
Demikian
juga
di
Sri
Lanka,
di
Myanmar,
di
Jepang,
di

Tibet, dll—semua akan digambarkan sesuai dengan rupa masyarakat
setempat. Apa makna dari Buddha rupang? Buddha rupang bagi
umat Buddha sendiri bukanlah sesuatu yang menggambarkan
perwujudan Tuhan atau Yang Maha, tetapi merupakan perwujudan
dari keteguhan, ketenangan, kedamaian, dan segala pencapaian yang
dapat dicapai oleh kemampuan seorang manusia. Disitulah letak
59
60
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
makna penghormatan seorang umat Buddha. Jadi umat Buddha bukan
menyembah patung, melainkan sebagai sebuah simbol ajaran Buddha
yang perlu dilaksanakan.
 Pernah pada suatu ketika saat sedang bermeditasi, salah
seorang teman berkata: “Sulit bagi saya untuk bermeditasi. Saya
merasa sesak dan sakit di sekitar wajah saya. Mungkin ini karena
sebelumnya saya pernah mengkonsumsi narkoba. Namun ketika rasa
sakit itu menjalar, saya melihat patung Buddha. Seketika itu saya
melihat senyumnya. Hati saya terenyuh dan saya mulai mencoba
untuk tersenyum. Akhirnya rasa sakit yang sebelumnya saya rasakan
mulai mereda.”
te m p a t -te m p a t  Su c i  um a t  Bu d d h a
Lumbini
(sekarang Rumminde di
Pejwar, Nepal)
Bodhgaya
(disebut juga Buddha
Gaya)
Taman Rusa Isipatana
(Sarnath, India)
Tempat kelahiran Pangeran Siddhartha
Tempat Pangeran Siddhartha mencapai
Penerangan Sempurna di bawah pohon Bodhi
dan menjadi seorang Buddha
Tempat ajaran Buddha untuk pertama kalinya
diwartakan kepada 5 orang pertapa
Di Taman Rusa ini dapat ditemukan bangunan
bersejarah, yaitu:
1. Stupa Dhamekh
2. Stupa Dhammarajika
3. Mulagandhakuti (tempat di mana
Buddha Gautama pernah menetap
selama masa penghujan pertama
kali ketika Beliau di Sarnath)
4. Pilar Asoka
5. Wihara Mulagandhakuti
Kusinara
Tempat Buddha Gautama wafat, di kebun
pohon Sala milik suku Malla, di antara pohon
Sala Kembar
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Selain keempat tempat di atas, terdapat pula beberapa tempat penting
lainnya yang berkaitan dengan sejarah Buddha Gautama, yaitu:
Rajagaha
(sekarang disebut Rajgir – salah
satu kota tertua di India)
Bukit Gijjhakutta atau Bukit
Burung Nazar
Tempat pertama kalinya Buddha
Gautama bertemu dengan Raja
Bimbisara
Di tempat inilah Devadatta pernah
mencoba membunuh Sang Buddha
dengan cara menggulingkan batu
besar. Di tempat ini pula (puncak
bukit) terdapat tempat tinggal
Buddha
Jivakambavana
Tempat praktik dokter Jivaka
(dokter pribadi Raja Bimbisara dan
pendukung setia Sang Buddha)
ha r i  ra y a  um a t  Bu d d h a
Hari Waisak
Hari Asadha
Dirayakan pada bulan Mei atau Juni pada waktu bulan
terang (purnama sidhi) untuk memperingati 3 peristiwa
penting, yaitu:
1. Lahirnya Pangeran Siddhartha di Taman Lumbini
di tahun 563 SM
2. Pangeran Siddhartha mencapai Penerangan
Sempurna dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya
pada usia 35 tahun
3. Buddha Gautama wafat di Kusinara pada usia 80
tahun
Dirayakan 2 bulan setelah hari Waisak, pada saat
bulan purnama sidhi di bulan Juli atau Agustus, untuk
memperingati khotbah pertama Buddha Gautama di
Taman Rusa Isipatana (dekat Benares) di hadapan
5 orang pertapa, yaitu: Kondañña, Bodhiya, Vappa,
Mahanama, dan Assaji
61
62
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Hari Kathina
Hari Magha
Be n d e r a  Bu d d h i S
Dirayakan 3 bulan setelah hari Asadha. Perayaan
Kathina dilakukan 1 bulan penuh. Upacara dimaksudkan
untuk memberikan keperluan hidup sehari-hari kepada
para biksu yang telah melaksanakan masa vassa (masa
menetap selama masa penghujan) selama 3 bulan di
suatu tempat tertentu. Senioritas seorang biksu dihitung
dari jumlah vassa yang telah dilaksanakannya
Dirayakan di bulan Magha (Februari/Maret) pada
purnama sidhi; untuk memperingati peristiwa
berkumpulnya 4 peristiwa penting pada pertemuan
akbar tersebut, yaitu:
1. Berkumpulnya 1250 biksu tanpa
pemberitahuan
2. Kesemuanya adalah arahat dan memiliki 6
kekuatan batin
3. Semuanya ditahbiskan oleh sang buddha
sendiri dengan ucapan ehi bhikkhu
4. Diberikannya Ovadapatimokkha (Inti ajaran
Buddha)
 Bendera Buddhis dirancang oleh Kolonel Henry Steele
Olcott pada tahun 1880. Bendera ini pertama kali dikibarkan pada
tahun 1885 di Sri Lanka. Bendera ini terdiri dari 5 warna dan bentuk
sebagai berikut:
 Biru  : Bakti
 Kuning : Kebijaksanaan
 Merah : Cinta Kasih
 Putih : Suci
 Oranye : Semangat
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
BAB Ix
CERITA BUDDHIS
Ki S a  Go t a m i  – Ke B e n a r a n  mu l i a  pe r t a m a : Du K K h a
 Kisa Gotami adalah seorang wanita muda dari keluarga kaya
raya yang juga seorang istri dari seorang pedagang kaya. Ketika berusia
sekitar setahun, anak laki-lakinya tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal.
Larut dalam kesedihan, Kisa Gotami berkeliling dari rumah ke rumah
dan memohon kepada setiap orang yang dia jumpai kalau ada yang
bisa membangkitkan anaknya kembali. Tentu tidak ada seorang pun
yang bisa menyanggupi permohonannya. Akhirnya dia bertemu
dengan seorang penganut ajaran Buddha dan menyuruhnya untuk
menemui Buddha Gautama. Ketika Kisa Gotami membawa bayi yang
telah meninggal tersebut ke hadapan Sang Buddha, Buddha Gautama
berkata padanya: “Hanya terdapat satu cara utuk menyelesaikan
masalahmu. Pergi dan bawalah lima benih dari keluarga yang belum
pernah ada satu anggota keluarganya pun yang telah meninggal.” Kisa
Gotami beranjak pergi dan bertanya dari rumah ke rumah namun tidak
ada satu keluarga pun yang belum pernah mengalami kematian dari
anggota keluarganya. Menyadari maksud Sang Buddha, Kisa Gotami
akhirnya kembali menemui Sang Buddha dan menjadi biksuni.
je B a K a n  mo n y e t  – Ke B e n a r a n  mu l i a  Ke d u a  : Se B a B
Du k k h a
 Di Cina, monyet-monyet ditangkap dengan sebuah cara
yang unik. Si pemburu pertama-tama akan mengambil sebuah kelapa.
Dia kemudian membuat sebuah lubang yang hanya cukup bagi
sebuah tangan masuk kedalamnya tanpa menggenggam apapun. Dia
kemudian akan mengisi kelapa tersebut dengan kacang-kacangan
dan meletakkannya di tempat-tempat yang biasa dilalui monyet.
63
64
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Sebelum pergi, si pemburu akan menyebarkan beberapa kacang di
sekitar kelapa. Cepat atau lambat, seekor monyet akan melalui tempat
tersebut. Pertama-tama si monyet akan memakan kacang yang ada di
tanah. Kemudian si monyet akan menemukan bahwa di dalam kelapa
terdapat lebih banyak kacang. Ketika dia memasukkan tangannya
dan menggenggam kacang-kacang tersebut, si monyet akan kesulitan
mengeluarkan tangannya. Dipaksa bagaimanapun juga tidak bisa
keluar. Si monyet kemudian mulai menangis atau marah. Namun
karena tidak melepas genggamannya, tak lama kemudian si pemburu
datang dan menangkapnya.
Se o r a n G  Bh i K K h u  ya n G  Ba h a G i a  – Ke B e n a r a n  mu l i a
Ke t i G a : ak h i r  Du k k h a
 Suatu ketika terdapat seorang pemuda yang kaya raya dan
memiliki kedudukan yang tinggi. Dia menyadari bahwa penderitaan
akan dialami oleh semua orang kaya maupun miskin. Jadi dia
memutuskan untuk menjadi seorang bhikkhu untuk berlatih meditasi.
Dia selalu tersenyum berbahagia dalam kehidupan sucinya. Suatu
ketika biksu tadi melewati sebuah kerajaan. Raja kerajaan itu hendak
mengundang biksu tersebut. Namun si raja merasa terhina melihat
biksu tersebut tidak menyadari kedatangan raja dan hanya tersenyum.
Melihat ketidaksenangan si raja, seorang biksu tua berkata:
“Bersabarlah, rajaku, dan saya akaan mengatakan sebab mengapa
dia berbahagia. Tidak banyak orang yang mengetahuinya. Dulu dia
juga seorang raja sepertihalnya dirimu. Tapi setelah meninggalkan
kerajaannya dan memutuskan menjadi seorang biksu, dia menemukan
kebahagiaan yang dia cari-cari. Duduk sendirian di dalam hutan, dia
tidak memiliki rasa takut dan tidak perlu dikawal oleh para penjaga.
Dia telah menemukan kedamaian dalam meditasi.”
Sang raja akhirnya menyadari apa arti sesungguhnya dari
kebahagiaan.
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
ra K i t  – Ke B e n a r a n  mu l i a  Ke e m p a t : ja l a n  me n u j u  ak h i r
Du k k h a
 Seorang laki-laki yang sedang kabur dari kejaran perampok
sampai di sebuah tepian sungai. Dia menyadari bahwa seberang
sungai sana akan lebih aman untuknya. Namun, sayangnya dia tidak
melihat sebuah perahu atau jembatan untuk menyeberangi sungai
tersebut. Jadi secepat kilat dia mengumpulkan kayu, batang, ranting,
dan dedaunan untuk dijadikan sebuah rakit. Dan dengan bantuan rakit
tersebut, dia akhirnya dapat menyeberang dengan selamat ke seberang
sungai.
Ka m u  ti d a K  da p a t  me n G o t o r i  la n G i t  – uc a p a n  Be n a r
 Suatu ketika, seorang pria pemarah datang menemui Sang
Buddha. Pria tersebut menggunakan kata-kata kasar untuk menghina
Sang Buddha. Buddha Gautama mendengarkannya dengan diam
dan sabar. Ketika akhirnya si pria berhenti berbicara, Sang Buddha
kemudian memintanya, “Jika seseorang ingin memberikanmu
sesuatu, tapi kamu tidak menghendakinya, kepada siapa pemberian
itu ditujukan?”
“Tentu saja kepada dia yang hendak memberikan pemberian tersebut,”
jawab si pria.
“Demikian juga dengan ucapan kasarmu,” kata Sang Buddha. “Saya
tidak bermaksud untuk menerimanya dan dengan demikian ucapan
itu adalah milikmu. Kamu harus menyimpan pemberian ucapan kasar
dan menghina untuk dirimu sendiri. Dan saya takut pada akhirnya
kamu akan menderita karena bagi seseorang yang menghina orang
bijak dapat menyebabkannya menderita. Ibarat seorang pria hendak
mengotori langit dengan meludahinya. Ludahnya tidak akan pernah
mengotori langit dan akan jatuh mengenai wajah si peludah itu
sendiri.”
Pria yang mendengar hal tersebut menjadi malu. Dia akhirnya
memohon maaf dari Sang Buddha dan menjadi salah seorang pengikut
Buddha.
65
66
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
BAB x
THE TRUE POWER OF
BUDDHISM
   Agama Buddha akan tetap bertahan sepanjang sang mentari dan
sang rembulan masih ada dan bangsa manusia masih ada di Bumi
ini, karena ia adalah agama bagi manusia, bagi umat manusia
sebagai suatu keseluruhan
Su m B a n G S i h  aj a r a n  Bu d d h a
Bandaranaike, Mantan PM Sri lanka
Adalah pendapat saya yang berhati-hati bahwasanya bagian
penting dari ajaran Sang Buddha sekarang ini membentuk bagian
yang integral pada Hinduisme. Tidaklah mungkin bagi Hindu India
dewasa ini untuk menelusuri kembali langkah-langkahnya dan
melampaui reformasi besar yang dibuat oleh Gautama yang dapat
memberi pengaruh terhadap Hinduisme. Dengan pengorbanannya
yang demikian besar, dengan pelepasan-agungnya, dan dengan
kesucian yang tak bernoda dari hidupnya, beliau meninggalkan
kesan yang tak terhapuskan pada Hinduisme, dan Hinduisme
berhutang suatu hutang budi yang abadi kepada Sang Guru Agung
tersebut
Mahatma Gandhi, “Maha Bodhi”
Ajaran Buddha adalah agama tertua di dunia yang masih bertahan
hingga saat ini. Mengapa Dharma atau ajaran Buddha ini masih tetap
bertahan? Karena ajaran Buddha ini masih relevan dengan keperluan
masyarakat masa kini. Pesan Buddha Gautama ditujukan kepada
semua orang dan dimaksudkan untuk meningkatkan kebahagiaan,
kesejahteraan, hingga akhirnya tercapai pembebasan yang kesemuanya
bersumber dari manusia itu sendiri. Ajaran ini telah memberikan
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
sumbangsih tak terbantahkan kepada manusia. Sebagai contoh
ajaran ini tidak dibabarkan dengan senjata atau kekuatan politik.
Tidak setetes darah pun menodai jalannya yang suci. Ini merupakan
perwujudan perdamaian yang dilandasi cinta kasih kepada semua
makhluk. Penyebaran agama melalui peperangan tidak diperbolehkan
dalam agama Buddha.
 Pengaruh kedua adalah bahwa ajaran ini menekankan pada
penaklukkan diri sendiri. Dan kita telah menemukan sebuah contoh
yang tepat, yaitu Raja Asoka—raja yang paling terkenal dari daratan
Asia. Kaisar Asoka yang sebelumnya kejam dan bengis berubah
menjadi sosok raja yang adil, penuh welas asih, dan bijaksana setelah
terpengaruh ajaran Buddha. Ia tidak lagi berperang, ia bahkan melarang
pembunuhan hewan di kerajaannya. Ia menyadari bahwa akar dari
segala permasalahan adalah nafsu keinginan yang tak terpuaskan. Dan
yang terakhir adalah peran ajaran Buddha dan Buddha sendiri yang
telah menginspirasi banyak orang untuk menjadi manusia yang lebih
baik lagi.
 Buddha Gautama adalah penakluk terbesar di dunia yang
pernah kita kenal. Beliau menaklukkan dunia tidak dengan senjata
dan peperangan, tidak pula dengan api kebencian dan perselisihan.
Beliau menaklukkan dunia dengan cinta dan kebijaksanaan, dengan
ajarannya yang mulia.
Se B a G a i  pe n u t u p
Pertanyaan yang tak terelakkan yang muncul dengan sendirinya
adalah, seberapa jauh pesan agung Sang Buddha dapat diterapkan
terhadap dunia kita dewasa ini? Mungkin ia dapat diterapkan,
mungkin juga tidak; akan tetapi, bila kita mengikuti prinsip-prinsip
yang disampaikan oleh Sang Buddha, kita pada akhirnya akan
memenangkan kedamaian dan ketenangan atas dunia ini
Nehru
67
68
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
 Mengenal lebih dekat ajaran Buddha sebagai salah satu agama
dunia haruslah dilandasi dengan pengertian bahwa perdamaian akan
terwujud apabila seseorang mengerti dan memahami esensi di balik
ajaran suatu agama tertentu. Untuk itu kita memang perlu mengetahui
lebih dalam mengenai ajaran masing-masing agama dan dalam hal
ini adalah ajaran Buddha. Buddha Gautama tidak pernah menyebut
ajarannya sebagai sebuah agama, namun sebagai sebuah pedoman atau
pegangan hidup bagi umat manusia. Ajaran Buddha dengan segala
aspeknya mampu diterima oleh semua kalangan—buddhis maupun non
buddhis, intelek maupun awam—yang menyebabkannya dikatakan
sebagai sebuah ajaran yang universal. Sesungguhnya tidak perlu
menjadi seorang umat Buddha untuk menjadi seorang buddhis sejati.
Jadikanlah ajaran Buddha sebagai pedoman hidup (the way of life).
 Buddha Gautama telah mewariskan sebuah ajaran yang indah
pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya.
Sudah sewajarnya bila kita menjaga dan melestarikan warisan dunia
ini demi kehidupan saat ini dan demi generasi yang akan datang.
Tiada selembar halaman pun dalam sejarah agama Buddha
yang telah diserami oleh sinar api-api pengadilan terhadap
para pembangkang, atau digelapi oleh asap dari kota-kota para
pembangkang ataupun kaum kafir yang terbakar, atau dimerahi oleh
darah korban-korban tak berdosa akibat kebencian keagamaan.
Agama Buddha menggunakan hanya sebilah pedang —pedang
kebijaksanaan, dan mengenal hanya satu musuh —kebodohan. Ini
adalah pembuktian sejarah, yang tak terbantahkan
Prof. Bapat, “2500 years of Buddhism”
Ba c a a n  la n j u t a n
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
Keyakinan Umat Buddha, Sri Dhammananda, Penerbit Karaniya
Buku Panduan  Pelatihan Dharmaduta, Vidyāsenā Vihāra Vidyāloka
Yogyakarta
Intisari Agama Buddha, Pandita S. Widyadharma
Buku Kenangan 20 Tahun Pengabdian Vidyāsenā: Think Globally Act
Locally
Melangkah di Keheningan – Mengenal Lebih Dekat Bhikkhu Uttammo
dan Ajaran Agama Buddha
uc a p a n  te r i m a  Ka S i h 
 Terima kasih kepada orang-orang berikut ini yang telah
menambah wawasan penulis mengenai Ajaran Buddha baik secara
lisan maupun tulisan: Pak Widiyono, Pak Hudoyo Hupudio, Y.M. Sri
Paññavaro, Y.M. Jotidhammo, Y.M. Sri Dhammananda, Y.M. Ajahn
Chah, Pandita S. Widyadharma, ko Andy Boedianto, ko Ashien, dan
Cik Marlin. Terima kasih juga kepada Seng Hansun atas dorongannya
dan Willy Yandi Wijaya atas editannya, dan tentunya tak lupa kepada
rekan-rekan Vidyāsenā. Dan terakhir, tak pantas bila saya tidak
menyampaikan rasa terima kasih kepada mas Fahd Djibran, seorang
cendekiawan Muslim yang menjadi proof reader pertama segera
setelah naskah buku ini saya buat. Terima kasih banyak atas masukanmasukannya

yang sunguh berharga karena meninjau buku ini dari
sudut pandang Non-Buddhis.
May u all be happy....
69
70
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
LEMBAR SPONSORSHIP
Dana Dhamma adalah dana yang tertinggi
Sang Buddha
Jika Anda berniat untuk menyebarkan Dhamma, yang merupakan
dana yang tertinggi, dengan cara menyokong biaya percetakan dan
pengiriman buku-buku dana (free distribution), guntinglah halaman
ini dan isi dengan keterangan jelas halaman berikut, kirimkan
kembali kepada kami. Dana Anda bisa dikirimkan ke :
Rek BCA 0600410041
Cab. Pingit Yogyakarta
a.n. CAROLINE EVA MURSITO
atau
Vidyāsenā Production
Vihāra Vidyāloka
Jl. Kenari Gg. Tanjung I No.231
Yogyakarta - 55165
Telp. / Fax (0274) 542919
Keterangan lebih lanjut, hubungi :
Insight Vidyāsenā Production
08995066277
Email : bursa_vp@yahoo.com
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism
LEMBAR PATTIDANA DI SINI....
71
72
Basic Buddhism
What should we know about Buddhism

Tidak ada komentar:

Posting Komentar