Pages - Menu

Pages

Senin, 13 Agustus 2012

Jati Diri Bersih Ibarat Langit Selalu Cerah(Mata Ketiga Frm Sechun)



(Intisari Ceramah Dharmaraja Lian- sheng pada Upacara Homa Bhagawati Cundi Tanggal 12 Desember 2010 di Taiwan Lei Tsang Temple)

Kutipan SUTRA ALTAR PATRIAK VI minggu ini, "Kalyana-mitra! Rupa adalah rumah, jangan katakan berlindung. Buddha trikaya, berada dalam jati diri sendiri, dimiliki oleh seluruh manusia; karena hati sendiri tersesat, tidak melihat sifat dalam. Mencari Tathagata Trikaya di luar, tidak melihat di dalam tubuh sendiri ada Buddha Trikaya. Kalian dengarkan, biarlah kalian di dalam tubuh sendiri, melihat jati diri ada Buddha Trikaya. Buddha Trikaya ini, terlahir dari jati diri, tidak didapatkan dari luar. Apa yang dinamakan Buddha Dharmakaya yang suci? Sifat manusia pada dasarnya bersih, berlaksa Dharma terlahir dari sifat sendiri. Mempertimbangkan segala hal jahat, maka melahirkan perbuatan jahat; mempertimbangkan segala hal baik, maka melahirkan perbuatan baik. Demikian berlaksa Dharma di dalam jati diri, ibarat langit yang senantiasa cerah, matahari dan bulan selalu terang, karena ditutupi oleh mega berarak, di atas terang di bawah gelap. Tiba-tiba ditiup oleh angin, awan pun menyingkir, atas dan bawah pun terang, berlaksa fenomena pun muncul. Sifat manusia selalu terombang-ambing, bagaikan awan di langit sana."

※ ※ ※

Pertama-tama, sembah sujud pada guru silsilah Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala

Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, para umat se-Dharma di internet, ada lagi, tamu agung kita -- my father Sdr. Er-shun Lu, my older sister Sheng-mei Lu, my second sister Yu-yi Lu and her husband, Prof. Wai-lun TAM dari The Chinese University of Hong Kong, Prof. Qiu-ju Chen dari R.O.C. Naval Academy Kaohsiung dan anggota parlemen Kota Taichung Bpk. Qiong-hua Wu, anggota parlemen Kabupaten Nantou Ibu Zhuang Xu, juru bicara Democratic Progressive Party Perwakilan Qi-chang Cai -- Bpk Zhe-xiang Huang, ketua yayasan Asosiasi Kasih Sayang Bunga Randu Taichung Ibu Huo-mei Chen, Academisi dari Academy of Sinica Prof. Hsi-yi Chu dan istri Ibu Wen-wen Chen, kandidat camat Tsao-tun Bpk. Zhong-zheng Lai, lurah kelurahan Shanjiao kecamatan Tsao-tun Bpk. Jia-cai Chen. Guo ann (Bahasa Taiwan: selamat siang) semuanya, apa kabar semuanya!

Pertama-tama, mengumumkan sebentar laporan personalia, tidak berani menyebutnya "perintah"! Cukup laporan saja. Dulu pernah dikatakan, asalkan bangun Vihara Vajragarbha (Leizang Si) dan berstatus bhiksu, giat membabarkan Dharma, menyeberangkan banyak insan, keyakinan teguh, saat Vihara Vajragarbha selesai dibangun, Mahaguru pernah mengatakan, memberikan abhiseka Acarya. Sekarang, ada 2 orang, satu adalah Fayin Leizang Si, satu lagi adalah Fashen Leizang Si, benar tidak? Fayin Leizang Si adalah Acarya Lianhai, Fashen Leizang Si dibangun oleh Lama Lianshi. Lama Lianshi ada? Mulai sekarang, belajarlah kesucian Bhagawati Cundi, dengan 18 tangan-Nya, menyeberangkan insan luas, keyakinan teguh, mulai hari ini, menganugrahi abhiseka acarya, (hadirin tepuk tangan) yaitu Acarya Lianshi (蓮史上師). Bagian Pandita Dharmaduta, menganugrahi abhiseka Pandita Dharmaduta kepada Lianhua Jiaxin (蓮花佳新) dari Vihara Zunping - Malaysia; Li Fu-hua (黎復華) dari Budong Yuan, menganugrahi abhiseka Pandita Dharmaduta; Sdr. Guo-sheng Xu (徐國聖), menganugrahi abhiseka Pandita Dharmaduta. (Hadirin tepuk tangan)

Saya pribadi merasa, berdiri di posisi Dharmaduta, prinsip pertama, Anda harus berkeyakinan teguh; prinsip kedua, Anda sendiri harus rajin menekuni Sadhana Tantra, menuntun orang banyak rajin menekuni Sadhana Tantra; selain itu, masih harus menyeberangkan insan luas, mencerahi diri sendiri dan orang lain, maitri-karuna-mudita-upeksa. Dharmaduta harus berkeyakinan teguh, yang tidak teguh, membabarkan Dharma apa? Yang tidak bersih, membabarkan Dharma apa? Tidak menyeberangkan insan luas, membabarkan Dharma apa? Tidak mencerahi diri sendiri, membabarkan Dharma apa? Semua ini sangat penting.

Selain itu, di Seattle, Lama Lianyou (蓮友法師), saat saya di kantor TBF, saya mengamatinya sangat lama. Lama Lianyou seharusnya memiliki kriteria acarya, (hadirin tepuk tangan) di saat bersamaan, ia juga seorang padma hijau. Jadi, Lama Lianyou dari Ling Shen Ching Tze Seattle, mulai hari ini saya berceramah Dharma, ia adalah Vajracarya. Mulai sekarang, Dharmaduta mesti menaati, yang tadi saya katakan -- "keyakinan tidak teguh, bagaimana membabarkan Dharma?" "Diri sendiri tidak bersih, bagaimana membabarkan Dharma?" "Diri sendiri tidak mencerahi diri sendiri, bagaimana membabarkan Dharma?" "Diri sendiri tidak menyeberangkan insan luas, bagaimana membabarkan Dharma?" Semoga ktia ingat beberapa pernyataan ini, kita tim Zhenfo, bukan mati-matian mencari nafkah, kali ini kita harus mati-matian "menyeberangkan insan". Dharmaduta hanya bisa mati-matian mencari nafkah, itu tidak boleh! Setiap umat Zhenfo Zong miskin, Dharmaduta kaya raya, ini mana boleh? Jadi, jangan katakan mati-matian mencari nafkah, tapi mati-matian menyeberangkan insan, bukan mati-matian mencari nafkah. (Hadirin tepuk tangan)



Hari ini kita menekuni homa Bhagawati Cundi, Ia adalah yidam guru Mahaguru -- Acarya Pufang, dulu Acarya Pufang saat bicara Bahasa Taiwan dengan saya, mengatakan, "Sembah sujud dan bersarana pada Susiddhi" kalimat pertama, "Sembah sujud pada Namo Mahacundi", saya ingat hingga sekarang. "Sembah sujud dan bersarana pada Susiddhi", ada Buddha 7 Koti", keluar dari Bhagawati Cundi, jadi daya dahsyat, daya Dharma, dan daya kesucian-Nya, tidak terhingga, jadi, itulah Bhagawati Mahacundi. Sepengetahuan saya, Ia masih yidam Jainism di India. Ia adalah yidam Acarya Pufang, salah satu yidam dari 8 Mahayidam Zhenfo Zong kita, sangat terhormat. Ia tidak hanya bisa membuka mata ketiga, tadi saat Mahaguru baru meditasi, jari-jari naik dengan sendirinya, menitik mata kebijaksanaan ketiga, kemudian menitik mata kanan, kemudian menitik mata kiri. Saat menitik mata atas (mata ketiga), memancarkan terang kebijaksanaan, saat menitik mata kanan, Mahaguru melihat terang matahari, saat menitik mata kiri, melihat terang cakra candra; jika Anda benar-benar telah mencapai kebuddhaan, usnisa di atas kepala adalah 1 mata, kening 1 mata, kanan dan kiri 2 mata, telinga kanan 1 mata, telinga kiri 1 mata, otak belakang 1 mata, depan dada 3 mata, cakra pusar 1 mata, tangan kanan 1 mata, tangan kiri 1 mata, kaki kanan 1 mata, kaki kiri 1 mata, sampai akhirnya, "sekujur tubuh adalah mata". Saat benar-benar sukses dalam bersadhana, sekujur tubuh adalah mata, (hadirin tepuk tangan) bukan hanya di tengah 1 mata kebijaksanaan, melainkan sekujur tubuh adalah mata.

Saya ingat sangat jelas, usnisa 1 mata, dengan kata lain, cakra puncak ada 1 mata, telinga ada 2 mata, di sini 1 mata (Mahaguru tunjuk kening), kedua mata (Mahaguru tunjuk kedua mata). Selain itu, mata tangan kanan, mata tangan kiri, mata otak belakang, 3 mata di depan dada, 1 mata di cakra pusar, sepasang mata di kedua kaki, dirangkaikan seperti ini, seluruh tubuh adalah mata, setiap mata memandang setiap mata, mata dan mata saling tembus, seluruh tubuh adalah terang, sinar mata berputar di dalam, saat ini, mata sejati, disebut "sekujur tubuh adalah mata".

Jadi, kita lebih dulu mulai dari melatih mata kebijaksanaan ini, Anda mampu melihat sinar matahari, sinar bulan, sinar kebijaksanaan, melihat semua terang mata di dalam tubuh sendiri, ini barulah bisa berhasil dalam melatih diri.



Hari ini kita bahas lagi SUTRA ZEN PATRIAK VI (disebut juga SUTRA ALTAR PATRIAK VI), saya lebih dulu baca sedikit kutipan Sutra, "Kalyana-mitra! Rupa adalah rumah, jangan katakan berlindung. Buddha Trikaya, berada dalam jati diri sendiri, dimiliki oleh seluruh manusia; karena hati sendiri tersesat, tidak melihat sifat dalam. Mencari Tathagata Trikaya di luar, tidak melihat di dalam tubuh sendiri ada Buddha Trikaya. Kalian dengarkan, biarlah kalian di dalam tubuh sendiri, melihat jati diri ada Buddha Trikaya. Buddha Trikaya ini, terlahir dari jati diri, tidak didapatkan dari luar. Apa yang dinamakan Buddha Dharmakaya yang suci? Sifat manusia pada dasarnya bersih, berlaksa Dharma terlahir dari sifat sendiri. Mempertimbangkan segala hal jahat, maka melahirkan perbuatan jahat; mempertimbangkan segala hal baik, maka melahirkan perbuatan baik. Demikian berlaksa Dharma di dalam jati diri, ibarat langit yang selalu cerah, matahari dan bulan selalu terang, karena ditutupi oleh mega berarak, di atas terang di bawah gelap. Tiba-tiba ditiup oleh angin, awan pun menyingkir, atas dan bawah pun terang, berlaksa fenomena pun muncul. Sifat manusia selalu terombang-ambing, bagaikan awan di langit sana."

Kutipan Sutra ini, Patriak VI menjelaskan "rupa". Fisik kita yang sekarang kita lihat, hanya sebuah rumah, "Jangan katakan berlindung", jangan berlindung pada rumah ini, kita berlindung bukan pada kerangka ini, kerangka daging ini -- rumah, melainkan berlindung pada "Buddha Trikaya", Dharmakaya, Sambhogakaya, Nirmanakaya, "Buddha Trikaya -- Dharma, Sambhoga, dan Nirmana.

Di dalam Buddhata sendiri, umat manusia, setiap manusia memiliki "Buddha Trikaya", karena Anda tidak menemukan "Buddhata", sehingga "Hati sendiri tersesat, tidak melihat sifat dalam", tidak melihat "Buddhata" sendiri, inilah "mencari Tathagata Trikaya di luar" -- mencari "Buddha Dharmakaya", "Buddha Sambhogakaya", "Buddha Nirmanakaya" di luar, tidak melihat di dalam tubuh sendiri ada "Buddha Trikaya -- Dharma, Sambhoga, dan Nirmana", justru ada di dalam tubuh Anda sendiri, barulah tuan rumah yang sesungguhnya. Apa itu tuan rumah? "Buddhata" adalah tuan rumah, apa itu "rupa"? Yaitu kerangka daging Anda, dengan kata lain, rumah Anda. Sabda Patriak VI sangat sederhana, begitulah. Apa itu tuan rumah? "Buddhata" dalam diri kita. Jika Anda bersarana, Anda mengatakan guru Anda adalah begini, itu salah, bukan begini, Ia akan berubah. Ketika saya baru lahir, ada selembar foto, bugil, telanjang, "Klik", difoto, tengkurap di sana, seluruh tubuh telanjang, tidak berbusana. Anda berkata, "Guru sarana saya bernama Sheng-yen Lu." Apakah foto itu Sheng-yen Lu? Memang Sheng-yen Lu. Anda berkata, Anda bersarana pada itu (Sheng-yen Lu dalam foto)? Tidak mirip. Kalian mengatakan kami bersarana bersarana adalah begini (Mahaguru menunjuk diri sendiri), mengenakan jubah Dharma, jubah Lama, memakai japamala. Japamala hari ini sangat indah, belum memperkenalkan japamala ini, mumpung ada kesempatan, saya perkenalkan sebentar, japamala ini, dibuat oleh Sdr. Ding-qin Zheng dari Hong Kong, dipanggil Benben, ada yang berat, ada yang ringan, yang saya pakai hari ini adalah yang paling ringan, karena jika terlalu berat, saya sudah mendekati bumi, jika pakai japamala yang lebih berat lagi, kepala saya akan lebih mendekati bumi, kurang bagus, menegakkan kepala dan membusungkan dada. Japamala putih berkilauan ini! Maksud Benben begini, ia berkata, japamala ini dibuat untuk dikenakan oleh personil tim penjemputan Guru, sehingga tampak agung saat masuk maupun keluar, di internet, semua orang melihat, seuntai sinar putih, wah! Tim prosesi penjemputan Guru sangat gagah! Agung dan khidmat. Apakah Sdr. Ding-qin Zheng dari Hong Kong tidak mengatakan mau bayar? Sepenuhnya menyumbang, tidak perlu bayar, dibuat oleh Sdr. Ding-qin Zheng dari Hong Kong, setiap personil tim penjemputan Guru dapat satu untai, benarkah? Hanya dimiliki para Lama. Lama! Saya tidak tahu sebenarnya ia mau memberikan berapa untai, kalau ia langsung memberikan kita ratusan, ribuan Lama, setiap orang satu untai, pabriknya akan bangkrut, lihat saja ia mau memberikan pada sia, ia akan memberitahu ketua vihara kita Acarya Lianzhe, ia lebih dulu memberikan pada saya, bagaimana menurut pandangan kalian? (Hadirin tepuk tangan)



Patriak VI bersabda berlindung pada "Buddha Trikaya", bukan penampilan, bukan berlindung pada yang berjubah Dharma, berlindung pada yang berjubah Lama, bersarana pada kerangka manusia saya, bukan, karena kerangka manusia bisa berubah. Foto telanjang saya saat kecil dengan Sheng-yen Lu yang sekarang, sama-sama seorang Sheng-yen Lu, Anda juga bukan berlindung pada Sheng-yen Lu, melainkan berlindung pada saya untuk berlatih dan belajar Buddhadharma, berlindung yang sejati adalah berlindung pada "Buddha Trikaya" di dalam jati diri Anda. (Hadirin tepuk tangan) Kalau begitu, sudah jelas. Atau suatu hari, fisik yang Anda berlindung, tiba-tiba tidak ada lagi, bagaimana?

Bukankah dulu saya pernah menceritakan 1 cerita lucu? Seorang pemalas, akhirnya menemukan sebuah pekerjaan, pekerjaan apa? Yaitu pengelola pemakaman, pemakaman sangat sepi, setiap hari hanya ada dia seorang saja, bekerja beberapa hari, ia mengundurkan diri, apa alasannya mengundurkan diri? "Setiap hari saya berdiri, semua orang berbaring setiap hari, saya mengundurkan diri saja." "Semua orang berbaring, hanya saya yang berdiri." Pemalas memang pemalas, selalu ada yang lebih malas daripada dia, semua berbaring. Suatu hari, Mahaguru juga sudah berbaring, juga berubah menjadi orang paling malas, berbaring di sana tidak bergerak, Anda berlindung padanya untuk belajar Buddhadharma, yang Anda berlindung adalah "Triratna jati diri" Anda! Berlindung pada diri Anda sendiri, Anda bisa berhasil atau tidak, tidak ada hubungannya dengan orang yang berbaring tersebut, apakah Anda menemukan "Buddha Dharmakaya yang suci", "Buddha Sambhogakaya yang sempurna", dan "miliaran Buddha Nirmanakaya" Anda, apakah Anda menemukan? Jika sudah menemukan, barulah berlindung yang sesungguhnya, yaitu diri Anda sendiri, "Buddhata" Anda, Buddha Trikaya Anda, barulah sejati.

Hari ini ada yang datang dari jauh, Acarya Lianming dari Canada Calgary. (Hadirin tepuk tangan) Nama mandarin Calgary adalah "Ka-cheng", kita singkat menjadi Acarya Lianming dari Baiyun Leizang Si "Ka-Cheng" - Kanada. Ia adalah orang pertama yang mencapai pencerahan dalam Zhenfo Zong, sangat muda, sangat berbakat. Sementara saya menyerahkan langsung kunci pencerahan kepada Acarya Lianning. Acarya muda (Mahaguru menunjuk Acarya Lianming), baru umur 30-an. Mereka ada satu pertanyaan, "Bukankah Mahaguru mau menyerahkan kepada yang muda?" "Acarya Lianning sudah umur lebih dari 45 tahun." Ketahuilah! Acarya Lianning kebetulan umur 45 tahun, benar tidak? Benar! Bagus? (Hadirin menjawab, "Bagus.") Lianning ikut saya paling lama, saya memahaminya, ia juga memahami saya, sinar kami saling berpancaran. Sinar! Mata menatap mata, saya melihat sinar matanya, ia melihat sinar mata saya, sinar saling berpancaran.

Melatih diri! Saat "sekujur tubuh adalah mata", Anda tentu saja boleh menggunakan mata Anda melihat "Buddhata" dalam diri Anda, melihat "Buddha Trikaya" Anda yang sejati! Ini barulah sinar saling berpancaran. Saya melihat "Buddhata" Anda, Anda melihat "Buddhata" saya, jadi, ia adalah penerus Zhenfo Zong di masa yang akan datang yang ditetapkan secara khusus -- Acarya Lianning.



Anda semua tepuk tangan, ada sebuah cerita lucu tentang tepuk tangan. Ada 3 ekor cicak di dinding, cicak di tengah "phong!" jatuh, mengapa kedua cicak di sebelahnya juga "Phong!" jatuh? Karena cicak di tengah jatuh, kedua cicak di sampingnya tepuk tangan, sehingga juga "phong!" jatuh. Hati sadhaka jangan begitu, orang lain jatuh, Anda seharusnya bantu dia, tidak boleh tepuk tangan dan bersorak! Begitu Anda tepuk tangan dan bersorak, hati Anda dengan cicak itu -- terus terang, masih jauh dari cicak itu. Jadi, kita jangan belajar dengan cicak, jangan berlindung pada cicak.

"Tathagata Trikaya", sinar mata diri sendiri bisa melihat, karena Anda "sekujur tubuh adalah mata"! Jika mata fisik Anda, selamanya tidak bisa melihat "Buddha Trikaya" jati diri, inilah "mencari Tathagata Trikaya di luar"! Anda melihat yang luar, semua itu palsu, tidak ada yang asli, harus melihat "Buddha Trikaya" jati diri barulah sejati.

"Tidak melihat di dalam tubuh sendiri ada Buddha Trikaya. Kalian dengarkan, biarlah kalian di dalam tubuh sendiri, melihat jati diri ada Buddha Trikaya. Buddha Trikaya ini, terlahir dari jati diri, tidak didapatkan dari luar." Bukan diperoleh dari luar, "Apa yang dinamakan Buddha Dharmakaya yang suci?" yakni "Dharmakaya"; "Sifat manusia pada dasarnya bersih", mengapa bersabda kalimat ini? "Sifat manusia sebenarnya bersih", ini adalah kata-kata kebenaran pertama. Sekarang berani mengatakan diri Anda sendiri bersih? Apakah Anda tidak ada kerisauan? Apakah Anda tidak ada rintangan karma? Apakah Anda tidak kotor? Patriak VI bersabda, "Sifat manusia pada dasarnya bersih", Buddhata pada dasarnya memang bersih, karena kerisauan Anda, Anda tidak bersih, kekotoran Anda, sehingga ia tertutup. Pada dasarnya Anda sangat agung, Buddha Dharmakaya tanpa wujud, Buddha Sambhogakaya yang agung, ada lagi Buddha Nirmanakaya yang menitis di dunia dan menyebrangkan insan, mengapa bisa menjadi sejelek ini?

Mengapa bisa menjadi sejelek ini? Ada sebuah cerita lucu dari Chuan-fang Chen, 4 Big Mama di sini. Ada seorang suami dan istrinya melahirkan anak ketiga, begitu anak ketiga lahir, wah! Wajahnya jelek sekali, si suami pun bertanya pada istrinya, "Kedua anak kita yang sebelumnya sangat tampan dan gagah, mengapa putra ketiga sangat jelek?" Istrinya pun berkata, "Yang terakhir itu, yang jelek itu, barulah punyamu."

Manusia! "Buddha Dharmakaya" seagung Buddha, mengapa And abisa menjadi bukan Buddha? Malah sangat jelek? Karena kerisauan, karena tidak bersih, karena rintangan karma, karena kotor, maka menjadi jelek, Anda pun tidak menemukan Buddhata.

Segalanya lahir dari Buddhata, Anda memikirkan segala hal jahat, maka melahirkan perbuatan jahat, memikirkan segala hal baik, sehingga melahirkan perbuatan baik. Apa itu "perbuatan jahat"? Apa itu "perbuatan baik"? Tadinya semua bersih, membuat Anda terbagi menjadi 2 sisi, satu sisi adalah baik, satu sisi adalah jahat. Apa itu jahat? Sifat dan kebiasaan manusia banyak yang jahat. Cerita lucu dari Chuan-fang Chen, ada seorang pria muda mengejar seorang nona, nona sangat cantik, tampang si pria lumayan, mereka mau menikah. Suatu hari, si pria mengunjungi rumah si wanita, di rumah tidak ada orang, hanya ada adik perempuan si wanita, si adik perempuan sangat cantik, secantik kakak perempuannya. Si adik perempuan berkata pada si pria, "Saya sudah lama diam-diam mencintaimu. Kamu sudah mau menikah dengan kakak perempuan saya, saya memutuskan untuk mempersembahkan tubuhku kepadamu malam ini." Si adik perempuan berpakaian sangat sexy, sendirian di rumah lagi, begitu pria itu melihat, wah! Si wanita perlahan-lahan naik ke lantai atas, menuju kamarnya, ia melihat kakak iparnya, pria itu berdiri di tangga, tidak bergerak sama sekali, si wanita pun masuk ke kamar. Pria itu membalikkan badan dan menyerbu keluar, begitu pintu dibuka, ternyata kakak perempuannya, ayah mertua, dan ibu mertua berdiri di sana, berkata, "Kamu berhasil melewati ujian kami yang satu ini." Cerita lucu ini belum selesai, si pria berjalan ke pinggir, dalam hati berpikir, "Bahaya sekali! Sebenarnya saya mau ambil kondom di mobil saya." Inilah sifat manusia! Mengira hati pria itu sangat bersih, tidak ada perbuatan jahat, lihat saja!

Apa itu "hewan langka"? Guru bertanya pada murid, bertanya lagi satu pertanyaan, "Apa hewan langka di Australia?" Si murid berdiri kebingungan, "Badak." Guru berkata, "Di Australia tidak ada badak." Si murid dengan hebatnya berkata, "Karena tidak ada baru disebut LANGKA." Anda menjawab, "Koala", koala, Kebun Binatang 柵動 Taipei pun ada, ada panda, juga ada banyak koala. Di Australia paling banyak koala, paling banyak kangguru, semua adalah produk terkenal Australia. Jawaban si murid sangat tepat, "Karena tidak ada barulah LANGKA." Kita sadhaka, jumlahnya juga sangat sedikit, kita adalah makhluk "langka". Apalagi sadhaka bhiksu/ni, tidak ada sifat dan kebiasaan tidak baik, barulah makhluk "langka" sejati, "kualitas suci"! Barulah benar-benar "kualitas suci".

Patriak VI sedang bersabda tentang "kualitas suci", "Sifat manusia pada dasarnya bersih" adalah "kualitas suci"; "berlaksa Dharma terlahir dari sifat sendiri. Mempertimbangkan segala hal jahat, maka melahirkan perbuatan jahat; mempertimbangkan segala hal baik, maka melahirkan perbuatan baik." Hari ini, orang yang berbuat jahat lebih banyak daripada orang yang berbuat baik, yang berbuat baik adalah makhluk "langka", "kualitas suci", jadi kita harus "mempertimbangkan segala hal baik", demikianlah berlaksa Dharma di dalam jati diri, ibarat langit yang selalu cerah! Langit pada dasarnya memang selalu cerah, jadi "matahari dan bulan selalu terang"! Kita bisa melihat matahari dan bulan. Namun, kadang-kadang tidak terlihat! Karena awan hitam menutupi, sehingga tidak terlihat, "



Mata Mahaguru (Mahaguru menunjuk mata kanannya) bisa melihat sinar matahari, mata kanan bisa melihat sinar matahari, mata kiri bisa melihat sinar bulan, mata terpejam, Anda bisa melihat sinar matahari, sinar bulan, Anda bisa melihat jati diri, terang Buddhata. Bisa melihat jati diri, itu karena Anda "mempertimbangkan segala hal baik, sehingga melahirkan perbuatan baik", segala sifat dan kebiasaan pun tidak ada lagi.

Ini bukan bohong, loh! Ajaran Tantra benar-benar ada sadhana menekuni "Sekujur Tubuh Adalah Mata", di dalam Sadhana Dzogchen Nyingmapa, disebut "Sekujur Tubuh Adalah Mata", meleburkan diri sendiri menjadi cahaya, inilah sadhana adalah ajaran Tantra, memang ada sadhana demikian. Ini tidak boleh bicara sembarangan, karena guru sesepuh memberitahu kita, memang boleh melatih mata ketiga dengan cara ini, mata yang dilatih bisa melihat, dari mata hingga hati, ada sebuah "nadi pembuluh kristal", bisa melihat "Buddhata" dalam hati Anda, inilah sabda "Buddha", bukan omong kosong.

Omong kosong ini, juga ada! Hu Shi suatu hari kuliah di perguruan tinggi, ia berkata "Kongzi berkata, berarti "Kong-shuo" (Petuah Kong)", "Mengzi berkata, berarti "Meng" shuo (Petuah Meng), "Sunzi berkata", Sunzi yaitu "Metode Perang Sunzi", "berarti "Sun" shuo (Petuah Sun). Anda sendiri? "Hu" shuo (Petuah Hu = omong kosong), kata Hu Shi, ia sendiri adalah "Hu" shuo (omong kosong). Yang hari ini kita terangkan adalah petuah "Patriak VI", sabda Patriak VI, berarti sabda "Buddha", bukan "omong kosong" yang dikatakan Hu Shi. Yang kita katakan semua yang pantas-pantas saja.

"Ibarat langit selalu cerah" Langit memang selalu cerah, jadi, "matahari dan bulan selalu terang"! Matahari, bulan, kita bisa lihat. Namun, kadang-kadang tidak terlihat! Karena awan gelap menutupinya sehingga tidak terlihat, "mega berarak menutupi"! Terang di atas masih jelas, namun kita manusia tetap tidak melihatnya. "Di atas terang, di bawah gelap"! Tiba-tiba bertemu angin bertiup dan awan menyingkir, angin bertiup, awan pun buyar, "atas dan bawah terang semua"! Anda bisa langsung melihat matahari, bisa langsung melihat bulan, melihat langit cerah tanpa awan, "berlaksa fenomena muncul semua", segala benda pun bisa terlihat. Karena umat manusia, sifat dasarnya, perbuatan jahat sangat "terombang-ambing", "terombang-ambing" berarti tidak tetap, selalu seperti awan, terbang ke sana terbang ke mari tidak menentu, seperti keruwetan pikiran, terbang ke sana terbang ke mari, "bagaikan awan di langit sana", ibarat awan, menutupi seluruh langit, menutupi langit, matahari, dan bulan, jadi, Patriak VI bersabda demikian "Buddha Trikaya" pada dasarnya adalah "Buddha Dharmakaya yang suci", "Buddha Sambhogakaya yang sempurna", "Miliaran Buddha Nirmanakaya", ini sangat jelas. Hari ini, semuanya tertutupi oleh perbuatan jahat semua orang ibarat mega berarak, Anda tidak bisa melihat "Buddha Trikaya" yang Anda berlindung, sabda Patriak VI dalam kutipan ini sangat jelas.



Kita setiap manusia adalah orang yang sangat normal, apa itu orang normal? Punya 2 tangan, punya 2 kaki, punya 5 indera dan satu tubuh, namun, pergerakan pikiran, siapapun tidak bisa melihatnya, hanya sikap dari luarnya, segalanya berada dalam lingkup normal. Orang normal seharusnya berlatih Buddhadharma dengan sungguh-sungguh, menyaksikan Buddhata sendiri, tidak boleh selalu "mati-matian mencari nafkah" di sana. Dulu, di Taiwan, semua orang sedang mati-matian mencari nafkah, ini juga mati-matian mencari nafkah, itu juga mati-matian mencari nafkah, atasan juga mati-matian mencari nafkah, bawahan juga mati-matian mencari nafkah, pemerintah juga mati-matian mencari nafkah, rakyat sipil juga mati-matian mencari nafkah. Hari ini kita harus mati-matian melatih diri, mati-matian menyeberangkan insan, ini jarang dibahas orang. Jadi, kita langka, makhluk yang sangat langka, ajaib, kualitas suci. Hari ini, semua yang gundul adalah "kualitas suci", jika telah gundul masih mati-matian mencari nafkah, maka tidak pantas lagi, seharusnya mati-matian melatih diri. Perumahtangga seharusnya mati-matian mencari nafkah! Keluarga juga harus mati-matian mencari nafkah, benar tidak? Negara! Suku! Keluarga! Individu! Semua harus mati-matian mencari nafkah. Setelah gundul, menjadi bhiksu, tidak ada beban keluarga lagi, maka mati-matian melatih diri, jadi disebut "kualitas suci".

Mengapa Buddha Sakyamuni mengajari kita harus menghormati bhiksu/ni, menghormati Sangha, mengapa? Karena mereka adalah "kualitas suci". Walaupun melatih diri ada 3 macam, pertama adalah "mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang"; kedua adalah ke alam suci Buddhaloka; ketiga mau ke tempat yang lebih baik, tetap "kualitas suci"! Tidak seperti umat manusia, bahkan ketiga hal ini pun tidak tahu, melewati hidup ini dengan sibuk dan risau. Perbedaan sejati antara "suci" dan "awam", perbedaan antara "orang suci" dan "orang awam", "orang suci" itu mengerti melatih diri, mengerti menghadap kesucian, mengerti menghadap Buddhata sendiri; perumahtangga kurang mengerti, tidak tahu. Sekarang, walaupun perumahtangga tentu saja boleh melatih diri, juga boleh mencapai "kesucian", bagaimana pun ia punya satu keluarga, tetap diikat oleh duniawi, demikianlah perbedaan antara "suci", "awam". Benar-benar melatih diri dan tidak tahu melatih diri, maka bisa membedakan antara "suci" dan "awam".

Sekarang semua yang hadir di sini, setiap orang adalah orang normal, semua sangat normal. Mana yang disebut "tidak normal"? Penderita sakit jiwa. Penderita sakit jiwa tentu tidak normal. Lagipula kita tidak menderita sakit jiwa, kita benar-benar belajar Buddha, belajar orang suci, mau melampaui tingkatan awam dan memasuki tingkatan suci, lebih normal daripada orang normal biasa.



Kita tidak boleh mengatakan tidak normal, yang tidak normal pergilah ke rumah sakit jiwa. Bagaimanakah rumah sakit jiwa itu? Chuan-fang Chen cerita lucu, kepala rumah sakit jiwa berkata, "Di luar turun hujan, kalian semua, mandilah! Wah! Setiap orang menyerbu keluar, semua orang segera mandi, air sangat berlimpah, setiap orang keluar mandi. Salah satu berdiri di sana tidak mandi, kepala rumah sakit berkata, "Eit? Ini sudah normal." Kepala rumah sakit pun bertanya pada penderita sakit jiwa ini, "Mengapa Anda tidak mandi bersama mereka?" Ia berkata, "Mereka bodoh sekali, air itu masih dingin, saya mau mandi air panas, saya sedang menunggu." Ia mau menunggu air panas, penyakitnya sangat parah. Ada satu lagi cerita lucu, kepala rumah sakit jiwa mamu menguji seluruh penderita sakit jiwa apakah sudah agak sembuh, ia pun menggambar sebuah pintu di tembok, "Sekarang, kalian setiap pasien buka pintu itu, kalau terbuka, kalian pun bebas." Wah! Semua penderita sakit jiwa mati-matian membuka pintu di tembok, justru ada satu yang berdiri di sana tanpa buka pintu, "Saya justru tidak sebodoh itu?" Kepala rumah sakit berkata, "Yang satu ini sudah sembuh, sudah lumayan, sudah boleh keluar." Kepala rumah sakit berkata, "Mengapa Anda tidak buka pintu?" Si penderita sakit jiwa berkata, "Mereka buka pintu apaan! Mereka yang buka pintu itu, semua bodoh! Saya paling pintar, kuncinya ada pada saya! Penyakitnya sangat serius.

Setiap orang normal, harus "tahu melatih diri", Buddha memberitahu kita, "Yang paling sulit adalah tahu melatih diri." Kita harus tahu melatih diri! Tahu melatih diri sudah menang dari orang normal biasa, jika berhasil dalam melatih diri, maka lebih luar biasa lagi, Anda pun menjadi orang suci. Seharusnya dikatakan, sejujurnya, menjadi seorang normal masih tidak cukup, masih harus mengerti seharusnya harus melatih diri. Melatih diri di sini, "Mempertimbangkan segala hal baik, maka melahirkan perbuatan baik", memperbaiki sikap sendiri! Kemudian, harus tahu "sadhana dalam"! Setelah menghimpun bekal, guru masih harus mengajari Anda sadhana dalam, bagaimana agar mata fisik berubah menjadi mata kebijaksanaan, bisa melihat sinar, antar sinar saling berpancaran, melihat Buddhata sendiri, meningkatkan pahala Buddhata sendiri, begitu Buddhata telah berhasil, fisik diabaikan, Buddhata muncul, itulah "mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang", inilah keberhasilan, disebut "melampaui tingkatan awam dan memasuki tingkatan suci", lebih normal daripada orang normal. Kita tidak hanya menjadi seorang normal saja, masih harus mengerti melatih diri, mengerti menyaksikan "Buddhata", inilah yang disebutkan SUTRA ZEN PATRIAK VI. Sekian untuk hari ini. Om Mani Padme Hum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar