Pages - Menu

Pages

Selasa, 14 Agustus 2012

Penyebaran Agama Buddha

Penyebaran Buddha Theravada 

Dalam kehidupan sehari-hari secara umum, informasi tentang agama Buddha diluar ajarannya hanyalah tentang dimulainya agama ini dari Nepal oleh Sidharta Gautama (565 SM - 486 SM), keberadaan Candi Borobudur, dan kerajaan Buddha Siwa seperti Majapahit. Perkembangan agama Buddha di Indonesia bukan dari abad 9 karena candi tersebut tertimbun dalam tanah lebih dari 1000 tahun atau dari masa kerajaan Majapahit yang runtuh pada abad 15 demikianlah ajaran agama Buddha tertidur selama 500 tahun.

Ditelusuri perkembangan agama Buddha di Indonesia, tumbuh dan mulai berkembang pada abad 20, dekade 50-an. Ajaran agama Buddha di Indonesia terbagi atas 3 yaitu Hinayana, Mahayana, dan Vajrayana. Dimana ajaran tersebut dianut lebih kurang 1.4% dari 240 juta penduduk Indonesia termasuk yang masih memegang agama kepercayan kultur tradisi Tionghoa.

Ajaran Buddha Hinayana yang sering disebut dengan Buddha Theravada atau Buddha Thailand, penyebarannya melalui jalur selatan. Ajaran ini banyak terdapat di negara Srilangka, Myanmar, Thailand, Kamboja dan Laos yang terdiri dari berbagai sekte dengan kitab suci Tri-pitaka kanon (kitab suci yang autentik) pali.

Sekte-sekte Buddha Theravada antara lain sekte Syama Nikaya, Amarapura Nikaya, Ramanna Nikaya dari Srilangka, Thudamma, Shnegyin, Dvara dari Myanmar, Maha Nikaya, Dhammayutika Nikaya dari Thailand, Kamboja dan Laos.

Penyebaran agama Buddha Theravada Indonesia dimulai atas prakarsa Bapak Tri-Dharma Kwee Tek Hoay pada tahun 1934 yang diawali dengan kunjungan Bhante Narada dari Srilangka ke Candi Borobudur untuk penanaman pohon bodhi. Disinilah cikal bakalnya penyebaran agama Buddha dimulai. Pada dekade 50-an kebangkitan agama Buddha ditanah Jawa mulai dirasakan karena ditahbiskannya orang Indonesia pertama The Boen An menjadi Bhante Theravada dengan nama Ashin Jinarakkhita (1953), Ong Tiang Biauw dengan nama Jinaputta (1959) dan I Ketut Tangkas dengan nama Jinapiya (1959). Pada tahun 70-an Indonesia kedatangan Dhammaduta Buddha dari Thailand, Bhante Win Vijano, dimana berjasa atas penyebaran, perkembangan agama Theravada yang sangat erat dengan sekte Thailand lebih kurang selama 38 tahun.

Ajaran Buddha Ekayana (Buddhayana) yang ada di Indonesia, Bhante Ashin Jinarakkhita sebagai pendiri dan pengembangannya dilandasi ajaran Buddha Theravada dipadu dengan unsur ajaran Buddha lainnya dan budaya tradisi lokal.

Candi Theravada Kuno yang ada di Indonesia adalah Situs Candi Batujaya yang berada di kabupaten Karawang, Jawa Barat yang berdiri pada abad ke 4.

Catatan singkat ini mungkin banyak kekurangan. Tolong ditambahkan dan dikoreksi jika diperlukan. Terima kasih.


Penyebaran Buddha Mahayana 

Bila anda sering menonton film, anda tentu tahu film kera sakti yaitu perjalanan ke Barat untuk mengambil kitab suci. Berarti disini akan diceritakan perjalanan ke timur dalam penyebaran ajaran Buddha. Ajaran Buddha Mahayana disebut ajaran Buddha Tiongkok yang identik dengan Shaolin-nya. Dimana ajaran ini juga terdapat di negara Korea, Jepang dan Vietnam, dengan kitab sucinya Maha Tripitaka (Da Zang Jing) kanon sansekerta dan bahasa mandarin.

Tiongkok yang identik dengan ajaran Mahayana bukan berarti tidak ada ajaran lainnya. Sekte yang ada antara lain Hinayana dengan sekte Abhi Dharma Kosa (Ju She Zong), Satya Siddhi (Cheng Shi Zong) dan Mahayana dengan sekte Dharma Laksana (Fan Xian Zong), Tri-Sastra (Sam Lum Zung), Vinaya (Lu Zong), Avatamsaka (Hua Yan Zong), Tian Tai (Fa Hua Zong) dengan sub-sekte yang dikenal dari Jepang dengan nama Nichiren, Tantra (Zhe Yan Zong), Sukhavati (Jin Tu Zong) yang kita kenal dengan Buddha Amitabha (E Mi Tuo Fo), Bodhisatwa Avalokitesvara (Guan Yin Pu Sa) dan Maha Sthanaprapta (Da Shi Zhi Pu Sa), Zen (Chan Zong) dengan sub-sekte Lin Jin Zong, Wei Ji Zong, Cao Dong Zong, Yun Men Zong, Fa Yan Zong.

Ajaran Mahayana di Indonesia erat dengan sekte Zen. Hal ini dikarenakan perantau Tionghoa yang datang ke Indonesia mayoritas berasal dari Fujian dan Guan Dong, Tiongkok Selatan dimana sekte ini sangat dominan di propinsi tersebut. Bila diperhatikan maka tampak bahwa vihara-vihara Buddha Mahayana di Indonesia mempunyai hubungan dengan vihara induknya di negeri asalnya. Vihara di propinsi Fujian antara lain Kai Yuan Si, Guang Hua Si, Xi Chan Si, Chong Fu Si, dan Yung Quan Si. Sedangkan di Guan Dong antara lain Guang Xiao Si, Nam Hua Chan Si, Liu Rong Si, Yun Men Si, Bie Chuan Si, dan Kai Yuan Si.

Pada masa ini pembelajaran ajaran Mahayana banyak didapat dari Singapore, Hongkong dan Taiwan dikarenakan pada masa orde baru, Tiongkok dianggap negara komunis dan tidak ada hubungan diplomasi. Demikian datangnya ajaran agama Buddha Taiwan.

Perkembangan ajaran Mahayana di Indonesia pada umumnya terbagi atas dua yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Tri-Dharma. Buddha Mahayana merupakan perpaduan sekte Zen dan sekte Sukhavati (unsur ke-Tiongkokannya masih kuat). Sedangkan, Buddha Tri-Dharma (Buddha Klenteng)yang ada di Indonesia adalah perpaduan Buddha Mahayana dengan budaya tradisi Dao Jiao, Run Jiao, dan budaya lokal. Dimana pengembangnya antara lain Kwee Tek Hoay, Khoe Soe Khiam, Ong Kie Tjay, dan Aggi Tje Tje.

Sekilas, sekte Tantra ternyata pernah ada di Indonesia yaitu pada abad ke 9 yang kemudian hilang. Sekte Tantra Indonesia ini dimulai ketika kedatangan Subha Karasingha,Vajra Bodhi dan Amongha Vajra ke Indonesia. Ketika penyebarannya ke Tiongkok, ajaran tantra ini diturunkan kepada Hui Guo. Dimana murid Hui Guo yang bernama Ban Hong dari kerajaan Kalingga Indonesia. Dimana ini yang akan menjadi cekal bakalnya Tantra Laut Kidul (Tantra Borobudur).

Candi Kuno Mahayana banyak terdapat di Indonesia. Candi dari abad ke 9 antara lain situs candi Mendut, Pawon, Borobudur, Kalasan, Sewu, Plaosan yang mana terdapat di Jawa Tengah, kabupaten Magelang dan DI Yogyakarta. Candi dari abad ke 11, situs candi Muara Jambi di Sumatra, Jambi. Candi abad ke 12, situs candi Muara Takus di Sumatra Riau, Pekanbaru.
.

Penyebaran Buddha Vajrayana

Anda mungkin sering mendengar dengan istilah Buddha hidup (Tulku) atau Vajraguru, Vajracarya, Rinphoce dengan titisan yang kesekian kalinya. Inilah ciri ajaran yang menyebar ke arah utara dan dikenal dengan Buddha Tibet. Ajaran dengan kitab suci Kagyur dan Tangyur kanon Sansekerta dan bahasa Tibet ini menyebar ke negara Tiongkok, Bhuta, Nepal, Sikkim, Kasmir dan Monggolia.

Dalam ajaran Buddha Tibet ini dikenal dengan beberapa sekte. Sekte besar antara lain Nyimapa (merah), Sakyapa (kembang), Kagyudpa (putih), dan Gelugpa (kuning). Sedangkan sekte kecil, antara lain Shijepa, Zhibyepa, Chonangpa, Shalupa, dan Bonpa (hitam).

Dalam ajaran Vajrayana, sekte menjadi penting karena merupakan sebuah identitas. Ini adalah sekilas informasi tentang sekte-sekte besar:

  • Sekte Nyimapa didirikan oleh Padma Sambava (lebih kurang 700 M) dimana memiliki 6 biara penting dengan subsektenya Dorjadrak, Mindroling, Dzogchen, Zhechen, Kathog, Pelyu. Pimpinan spiritual yang terkenal Mindroling Trichen (Mindroling), Dilgo Khyentse Rinphoche (Zhen Chen), Penor Norbu Rinphoche (Pelyu) dan Talkung Tserul Rinphoche (Dorjadrak).
  • Sekte Sakyapa didirikan oleh Kunchong Gyalpo (1034-1102). Sekte merupakan garis silsilah atau keturunan Khon dengan subsektenya Ngorpa dan Tsharpa. Pimpinan spiritual antara lain Sakya Trinzin (Khon-Dolma Phodrang Place), Dagchen Rimpoche (Khon-Phuntsog Phodrang Place), Luding Khyen Rinphoce (Ngorpa), dan Chogay Trichen Rinpoche (Tsharpa)
  • Sekte Kagyudpa (Dagpo Kagyud) didirikan oleh Gampopa (1079-1133). Subsekte besar antara lain Karma Kagyud dengan subsekte kecilnya di Qin Hai Zurmang Kagyud, Nendo Kagyud, Barom Kagyud, Phagdtru Kadyud, Tsalpa Kagyud dengan pemimpin spiritual Karmapa ke 17 (Black Hat), Sharmapa ke 14 (Red Hat). Subsekte kecil Taglung Kagyud, Trophu Kagyud, Drukpa Kagyud, Martsang Kagyud, Yerpa Kagyud, Shugseb Kagyud, Yazang Kagyud, Dri Khung Kagyud. Pimpinan spiritual antara lain Zhabtrung Rinpoche (Taglung Kagyud), Drugchen Rinpoche (Drukpa Kagyud), dan Kyabgon Chetshang Rinpoche (Dri Khung Kagyud). Garis miring adalah yang keberadaannya masih eksis.
  • Sekte Gelugpa pendirinya adalah Tsongkhapa (1357-1419) dengan 7 biara termasyur yaitu Garden, Drepung, Sera di wilayah Lhasa, Trashi Lhunpu di wilayah Tsang, Taer, Blabrang dan Badgharsume. Pemimpin Spiritualnya adalah Dalai Lama ke 14 untuk wilayah Lhasa dan Bance Lama ke 11 untuk wilayah Tsang. Sekte ini merupakan peleburan dari sekte Khamapa yang didirikan oleh Atisa (982-1054) dimana pernah belajar agama Buddha dengan Dharmakirti dari kerajaan Sriwijaya. Biara Gelugpa untuk kerajaan Dinasti Qing yang berada di Beijing bernama Yong He Gong.

Perjalanan sejarah Tibet dimulai dengan periode kekuasaan Turfan (633-842), perpecahan (843-1026), bangkitnya sekte baru (1027-1240), kekuasaan Sakyapa (1240-1353), masa ini dimulainya Tibet menjadi bagian dari Tiongkok. Dilanjutkan dengan kekuasaan Drukpa Kagyud (1354-1618), Gelugpa (1642-1951) dan Dalai Lama meninggalkan Tibet pada tahun 1959.

Penyebaran agama Buddha Vajrayana di Indonesia diawali ketika T.J.Lie ke Taiwan dimana ia mendapatkan inisiasi Red Cherezig dari Kunga Ani dan kedatangan Thrangu Rinpoche dari sekte Karma Kagyud pada tahun 1982 ke Candi Borobudur. Setelah itu banyak Rinpoche dari berbagai sekte dan subsekte berdatangan mengunjungi Indonesia untuk menyebarkan benih ajaran Buddha Vajrayana. Saat ini penyebarannya yang dalam skala kecil dan dalam tahap penjajakan.

Inilah catatan yang didapatkan dari cerita dan penjelasan dari ayahku. Bila ada kekurangan mohon ditambahkan dan dikoreksi bila ada kesalahan. Terima kasih.

Enjoy, peace and love.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar