Tong Yue Ta Ti juga disebut Thien Sun yang berarti Cucu Langit, yang mempunyai wewenang menjemput roh manusia dan menguasai panjang-pendeknya hidup manusia. Hal tersebut diasosiasikan dengan Timur yang melambangkan awal kehidupan.
Beliau juga disebut Thai Shan Fu Ciin yang menjadi Dewa Pengatur Alam Hantu, dengan memimpin 590 dewata, mengatur masalah lahir-mati dan menjadi penguasa segala setan dan hantu. Alam baka yang dipimpinnya mempunyai sistem pemerintahan dan pengadilan seperti di dunia. Karena peranannya yang berkaitan dengan nasib manusia, beliau menjadi sangat berpengaruh, bahkan kaisar-kaisar kuno sangat menghormati Beliau.
Dalam Taoisme, Tong Yue Ta Ti diyakini sebagai keturunan Pan Ku sang Pencipta Alam Semesta. Pada masa Kaisar Ming dari Dinasti Han, Beliau diangkat menjadi pemimpin Thai Shan yang dapat menentukan status sosial seseorang dan kedudukan para pejabat.
Dahulu kelenteng Tong Yue, juga disebut kelenteng Thien Chi, tersebar hampir diseluruh dataran Cina. Buddha di altar utamanya adalah Tong Yue Ta Ti yang mansyur dan cukup berpengaruh di masyarakat Cina, karena Beliau diyakini sebagai penguasa kaya-miskin dan hidup-mati manusia. Kelenteng tertuanya, Tai Miao, berada digunung Thai Shan Cina.
Kelenteng Tong Yue yang tertua adalah kelenteng Thai di Thai An, sebuah kota benteng dibawah kaki gunung Thai Shan. Kelenteng Thai ini populer dengan istilah Tai Miao, yang dibangun pada masa Dinasti Han. Komplek bangunan yang berarsitektur kuno ini terdapat 800 ruangan. Diberbagai kota dan provinsi di RRC juga tersebar kelenteng Tong Yue yang cukup terkenal.
Kemudian setelah doktrin Buddhisme tentang alam neraka dan Raja Yama, Yang menyebar di masyarakat kemudian, perlahan-lahan berbaur dengan konsep neraka tersebut sering dipuji berbarengan di kelenteng Tong Yue. Kendati pengaruh keyakinan kepada Raja Yama amat besar, tetapi tetap tidak bisa melampaui Tong Yue Ta ti. Bahkan Patung Tong Yue Ta Ti selalu ditempatkan ditengah altar sebagai pimpinan Dasa Raja Yama.
Thai Shan merupakan gunung utama dari Panca Gunung Suci, yang dalam bahasa mandarin disebut Wu Yue. Wu Yue terdiri dari Gunung Timur Thai Shan, Gunung Selatan Heng Shan, Gunung Barat Hua Shan, Gunung Utara Heng Shan dan Gunung Tengah Song Shan. Pemujaan terhadap Tong Yue Ta Ti, sang Penguasa Thai Shan, termasuk kategori keyakinan kuno pada alam raya. Kemegahan gunung dengan berbagai flora dan fauna yang langka sangat mencambuk rasa ingin tahu orang kuno terhadap misteri di sekitarnya. Gunung-gunung tinggi di pandang mempunyai kekuatan super-natural dan menjadi habitat dewa dan binatang gaib. Dalam Kitab Riual (Book of Rite, Li Ji) bagian Ji Fa berbunyi demikian ”Kebiasaan memuja dewa gunung sudah muncul di masa kuno, karena ada pandangan bahwa bila kaisar mempersembahkan sesajian untuk Langit, Bumi dan Wu Yue, niscaya pangan melimpah, iklim nan bersahabat dan upeti pun lancar.”
Beliau juga disebut Thai Shan Fu Ciin yang menjadi Dewa Pengatur Alam Hantu, dengan memimpin 590 dewata, mengatur masalah lahir-mati dan menjadi penguasa segala setan dan hantu. Alam baka yang dipimpinnya mempunyai sistem pemerintahan dan pengadilan seperti di dunia. Karena peranannya yang berkaitan dengan nasib manusia, beliau menjadi sangat berpengaruh, bahkan kaisar-kaisar kuno sangat menghormati Beliau.
Dalam Taoisme, Tong Yue Ta Ti diyakini sebagai keturunan Pan Ku sang Pencipta Alam Semesta. Pada masa Kaisar Ming dari Dinasti Han, Beliau diangkat menjadi pemimpin Thai Shan yang dapat menentukan status sosial seseorang dan kedudukan para pejabat.
Dahulu kelenteng Tong Yue, juga disebut kelenteng Thien Chi, tersebar hampir diseluruh dataran Cina. Buddha di altar utamanya adalah Tong Yue Ta Ti yang mansyur dan cukup berpengaruh di masyarakat Cina, karena Beliau diyakini sebagai penguasa kaya-miskin dan hidup-mati manusia. Kelenteng tertuanya, Tai Miao, berada digunung Thai Shan Cina.
Kelenteng Tong Yue yang tertua adalah kelenteng Thai di Thai An, sebuah kota benteng dibawah kaki gunung Thai Shan. Kelenteng Thai ini populer dengan istilah Tai Miao, yang dibangun pada masa Dinasti Han. Komplek bangunan yang berarsitektur kuno ini terdapat 800 ruangan. Diberbagai kota dan provinsi di RRC juga tersebar kelenteng Tong Yue yang cukup terkenal.
Kemudian setelah doktrin Buddhisme tentang alam neraka dan Raja Yama, Yang menyebar di masyarakat kemudian, perlahan-lahan berbaur dengan konsep neraka tersebut sering dipuji berbarengan di kelenteng Tong Yue. Kendati pengaruh keyakinan kepada Raja Yama amat besar, tetapi tetap tidak bisa melampaui Tong Yue Ta ti. Bahkan Patung Tong Yue Ta Ti selalu ditempatkan ditengah altar sebagai pimpinan Dasa Raja Yama.
Thai Shan merupakan gunung utama dari Panca Gunung Suci, yang dalam bahasa mandarin disebut Wu Yue. Wu Yue terdiri dari Gunung Timur Thai Shan, Gunung Selatan Heng Shan, Gunung Barat Hua Shan, Gunung Utara Heng Shan dan Gunung Tengah Song Shan. Pemujaan terhadap Tong Yue Ta Ti, sang Penguasa Thai Shan, termasuk kategori keyakinan kuno pada alam raya. Kemegahan gunung dengan berbagai flora dan fauna yang langka sangat mencambuk rasa ingin tahu orang kuno terhadap misteri di sekitarnya. Gunung-gunung tinggi di pandang mempunyai kekuatan super-natural dan menjadi habitat dewa dan binatang gaib. Dalam Kitab Riual (Book of Rite, Li Ji) bagian Ji Fa berbunyi demikian ”Kebiasaan memuja dewa gunung sudah muncul di masa kuno, karena ada pandangan bahwa bila kaisar mempersembahkan sesajian untuk Langit, Bumi dan Wu Yue, niscaya pangan melimpah, iklim nan bersahabat dan upeti pun lancar.”
Kemudian, Thai Shan alias Tai Cong, dijuluki Raja Wu Yue. Mencius, sang Lesser Sage yang legendaris bersabda “Naik ke Thai Shan, alam raya pun mengecil.” Syair Wang Yue, karya penyai kesohor Fu Tu, berbunyi “Berpijak di atas puncaknya, semua gunung tampak kecil adanya.” Terasa memang tingginya reputasi Thai Shan di Timur, khususnya masyarakat Cina. Sebetulnya, tinggi Thai Shan hanya 1545 meter, menempati urutan ketiga di antara Wu Yue. Apabila dibandingkan dengan puncak-puncak tinggi didunia, thai Shan takkan mengagumkan. Namun kedudukan tinggi Thai Shan tak terlepas dengan Upacara Sesajian Feng Shan yang diselenggarakan oleh Kaisar-Kaisar Cina kuno.
Upacara Feng Shan diselenggarakan oleh para Penguasa Cina Kuno untuk menghormati Langit dan Bumi. Istilah Feng berarti memuja Langit dan Shan menyembah Bumi. Di Thai Shan, para Kaisar membangun altar pemujaan kepada Langit sebagai rasa syukur dan pembalasan budinya, yang diistilahkan Feng. Kemudian di Liang Fu Shan yang berada dibawah kaki gunung Thai Shan, dibuka lapangan untuk memuja Bumi sebagai rasa syukur dan pembalasan budinya, inilah yang disebut Shan. Kendati kedua jenis upacara tersebut dilakukan pada waktu yang bersamaan, tetapi Feng lebih diutamakan daripada Shan, sebab para penguasa memandang langit lebih penting daripada bumi. Konon, sebanyak 72 Kaisar pernah menyelenggarakan Upacara Feng Shan di Thai Shan. Dan yang paling megah dan mengagumkan adalah Shi Huang Ti (Kaisar Dinasti Ch’in) dan Kaisar Wu (Dinasti Han).
Thai Shan, menurut sebuah legenda, terdapat kotak emas dan bilah bambu giok yang mencatat panjang-pendeknya usia manusia. Kononnya Kaisar Wu pernah menemukan sebilah bambu tersebut yang tertulis 18, tetapi dibaca terbalik menjadi 81. tak heran memang, kalau kisah mistik sering dikaitkan dengan Kaisar yang gemar pemujaan dewata ini. Cerita di atas hanya khayalan semata. Walaupun demikian, Kaisar Wu naik tahta pada usia 54 tahun dan meninggal dunia 71 tahun, termasuk panjang usianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar