Pages - Menu

Pages

Kamis, 13 September 2012

Maitreya Bodhisattva / Mile Pusa (彌勒菩薩) / Bodhisatta Ariya Metteya / Miroku Bosatsu


Maitreya Bodhisattva / Mile Pusa (彌勒菩薩) / Bodhisatta Ariya Metteya / Miroku Bosatsu

Adalah seorang Bodhisattva tingkat ke-10 yang akan menjadi Buddha berikutnya setelah Buddha Sakyamuni. Beliau akan lahir ke dunia dan mengajarkan dharma kepada para makhluk di dunia ini setelah ajaran Buddha Sakyamuni dilupakan manusia. Ramalan tentang beliau diberikan sendiri oleh Buddha Sakyamuni
Arti Nama
Maitreya berasal dari akar kata Maitri, yg artinya cinta kasih. Dalam bahasa pali disebut Metteya dari akar kata Metta, yg artinya sama. Nama beliau yang lain adalah Ajita yang artinya 'tidak ada yang dapat mengungguli' . Menurut tata nama mandarin, Maitreya bermarga Maitri (慈), bernama Ajita (阿逸多)
Kisah awal pembangkitan tekad
Bagaimana kisah munculnya nama ini dan asal-usul Maitreya membangkitkan ikrar bodhicitta?
Kejadiannya bermula ketika Buddha Sakyamuni sedang berkunjung ke sebuah kerajaan. Saat itu Maitreya juga berada di sana sebagai seorang putra brahmana yang mendatangi Buddha untuk memberi penghormatan. Sekelompok brahmacari (pertapa) melihat sosok Maitreya memiliki 32 tanda fisik unggul dengan tubuh memancarkan cahaya gemilang. Merasa sangat aneh dan takjub melihat hal ini, mereka lalu bertanya kepada Buddha, di hadapan Buddha manalah Maitreya pernah membangkitkan bodhicitta untuk pertama kalinya hingga memiliki tubuh cahaya yang sedemikian cemerlang yang hampir tidak berbeda dengan tubuh Bhagava? Pada kesempatan itulah Buddha menceritakan sebuah kisah kilas balik pada masa kalpa tak terhingga yang telah lampau. Saat itu terdapat seorang Buddha bernama Buddha Maitreya. Seorang brahmana bernama Sarvanyanaprabhasa mengajak Buddha Maitreya beradu debat. Karena tidak mampu mengungguli Buddha Maitreya, Brahmana akhirnya menyerah kalah dan memohon menjadi siswa Buddha Maitreya. Pada kesempatan itulah Brahmana Sarvanyanaprabhasa membangkitkan Abhinihara, yakni tekad mencapai Penerangan Sempurna yang sama seperti Buddha Maitreya, juga berharap memiliki nama yang sama pula yakni Maitreya. Siapakah Brahmana Sarvanyanaprabhasa? Tidak lain adalah Bodhisattva Ajita Maitreya.
Sumber Kitab suci
Kanon Pali :
Cakkavatti-Sihanada Sutta , DN 26
Komentar Pali
Visudhi Magga Bab XIII, 127)
Dasabodhisattuppattikatha/ The Birth-stories of the Ten Bodhisattas)
Anagatavamsa / Kronik Buddha yang Akan Datang
Dasabodhisatta- uddesa
Sutra Sansekerta
Buddhavacana Maitreya Bodhisattva Sutra
Madhyamagama -- bagian Shuo Ben Jing.
Maitreyavyakaraana (The Prophecy of Maitreya)
Kriyatantra of Maitreya
Vimalakirti Nirdesa Sutra
Buddhavaca Maitreya Upapadyante Tusita Dhyana Sutra [Sutra Buddha membabarkan Bodhisattva Maitreya terlahir di Alam Tusita]
Lalitavistara Sutra
Sutra Maitreya Memasuki MahaParinibbana
Sutra Maharatnakutta 88 (大寶積經 卷八十八
Teks Sansekerta lain
Vyâghri Jâtaka (Bakal Pangeran Siddharta menjadi guru Bodhisattva Ajita)
Dimanakah Maitreya sekarang?
di surga Tusita.  
Beliau berada di tanah suci Buddha yang beliau murnikan, adanya di bagian dalam surga (inner court), terpisah dari surga Tusita para dewa biasa.
Menurut canon Buddhis, Tanah Suci Maitreya, merupakah alam yang jaraknya terdekat dengan kita, boleh dikatakan surga di atas dunia. Di jagad raya, terdapat buddha-bodhisatva 10 arah dari 3 masa, sehingga Tanah Suci pun tak terhitung jumlahnya, Tanah Suci Maitreya adalah salah satu diantaranya.
Dalam Lalitavistara Sutra, dikisahkan bakal Buddha Sakyamuni mewariskan mahkota kepada Bodhisattva Maitreya di surga Tusita
Dalam Vimalakirti-Nirdesa Sutra, dikisahkan Bodhisattva Maitreya yang mengajarkan dharma kepada para dewa Tusita, lalu bertemu dengan Vimalakirti
Dalam Sutra Bodhisattva Maitreya Naik ke Tushita 《佛 說觀彌勒菩薩上生兜率天經》,
Upali bertanya kepada Buddha Shakyamuni: Ajita masih seperti orang awam, belum merubah berbagai kelakuan, ia akan menuju ke alam mana setelah meninggal? Sekalipun ia telah menjadi Bhikku, tapi tidak melatih dhyana, tidak memutuskan kilesa. Sang Buddha menjawab: tak diragukan, orang ini akan mencapai kebuddhaan. 12 tahun kemudian, di kampung halamannya Desa Kalpari, Vārāṇasī; ia akan naik ke Tushita, di sana menyampaikan dharma kepada para deva dan segenap makhluk Tushita.
Ajaran-ajaran Budhis, merupakan intuisi dan pengalaman tentang hukum kehidupan yang disampaikan oleh Buddha Shakyamuni setelah mengalami pencerahan Bodhi. Bodhisattva Maitreya adalah salah satu muridnya yang paling menguasai bagian Vijnaptimatrāṣiddhi-śāstra (破除我法二执, 破除执空执有, 即有即空中道). Sekiranya Maitreya di Tushita, bagaimana melanjutkan Dharma di dunia?
Ajaran Maitreya diwariskan kepada Arya Asanga (lihat di bawah)
Ingin melihat Maitreya
Asanga, seorang Bodhisatva, pemikir yang sangat berpengaruh di abad ke 5, perintis Yogācāra (“Practice of Yogā”). Ia lahir di Purusapura (Peshwar), keluarga Kausika, brahmin India. Setelah mempelajari Dharma, ia ingin bermeditasi. Ia mengasingkan diri dan bermeditasi supaya bisa bertemu dengan Maitreya dan berharap mendapatkan pelajaran dari beliau
  Asanga bermeditasi di Gunung. Setelah 3 tahun, belum berhasil ketemu Maitreya. Kecewa dan turun gunung. Di tengah jalan, melihat seorang ibu tua sedang mengasah batang besi jadi jarum. Asanga bertanya: “bagaimana mungkin batang besi ini bisa diasah jadi jarum?” Ibu tua menjawab: “orang yang bertekad, cita-cita pasti tercapai; sekalipun penuh kesulitan, gunung pun bisa berpindah”.
Setelah mengalami kejadian ini, Asanga kembali naik gunung lagi, melanjutkan latihannya.
Setelah 3 tahun, tetap tidak ada tanda-tanda kehadiran Maitreya. Muncul lagi niat mundur, ia pun turun gunung. Di tengah jalan, ia melihat sebuah pilar batu yang menjulang tinggi ke langit. Di dasar pilar ada seorang lelaki sedang berusaha memotong batu itu dengan sehelai bulu yang dibasahi air. "Batu ini sangat besar dan menghalangi sinar matahari ke rumahku. Aku akan menyingkirkannya"
Asanga berpikir, jika seseorang mampu melakukan sesuatu yg sangat berdedikasi hanya untuk urusan duniawi, mengapa dia yang melakukan praktek spiritual malah cepat menyerah? Dia malu pada dirinya sendiri dan kembali melanjutkan retretnya.
Waktu berlalu demikian cepat, 3 tahun pun berlalu. Asanga kecewa untuk ketiga kalinya. Ia pun turun gunung, di tengah jalan melihat bulu-bulu burung yang berserakan. Apalah arti hidup, kalau tidak mencapai kesucian? Bagai bulu burung yang berguguran, tak berarti. Asanga melanjutkan meditasi untuk keempat kalinya. Tetapi belum juga melihat Maitreya. Ia pun sudah patah semangat.
Dalam perjalanan, Asanga melihat seekor anjing tua yang sedang sekarat dengan bagian bawah tubuh terluka dikerumuni banyak belatung. Rasa welas asih yang sangat besar muncul dalam diri Asanga. Ia berpikir, "Anjing ini akan mati bila belatung tidak dikeluarkan, namun belatung-belatung akan mati bila dikeluarkan begitu saja. Karenanya aku akan memotong daging dari tubuhku untuk makanan belatung, maka selamatlah baik anjing maupun belatungnya."
Apabila ia memindahkan dengan jarinya, maka belatung-belatung akan mati terbunuh. Dengan sebilah pedang, ia memotong dagingnya sendiri, dengan lidahnya, namun tidak dapat mencapainya. Saat membuka mata, Arya Maitreya nampak berdiri di hadapannya dengan Mahapurusha-lakshana yang agung. Takjub, Asanga berkata sambil bercucuran air mata: "Oh Ayahku ! Pelindungku ! Selama bertahun-tahun aku melakukan beratus-ratus usaha namun tidak membawa hasil. Ketika aku haus dan didera penderitaan, mengapa engkau tidak menurunkan hujan amrita dari samudra awan kemuliaanmu ? Mengapa engkau hanya menunjukkan belas kasih yang kecil kepada kami ?"
Arya Maitreya menjawab, "Sebagaimana ungkapan, meskipun raja dari para dewa menurunkan hujan, biji yang mati tak akan bertunas. Demikian pula meskipun para Buddha muncul, ia tak terlihat oleh mereka yang kurang kebajikannya. Aku telah berada bersamamu sejak awal, Aku tidak pernah terpisah denganmu, tapi karena terhalang oleh karmamu, engkau tak dapat melihatKu. Sebaliknya, setelah noda dan rintanganmu dimurnikan oleh pelatihan mantramu yang banyak dan oleh welas asihmu sehingga berani memotong dagingmu sendiri, kini dirimu dapat melihatKu." Arya Maitreya kemudian berkata, "Tetapi untuk membuktikan kebenaran pernyataan ini bagimu, gendonglah dan bawa Aku ke kota !"
Asanga membawa Bodhisattva ke kota, namun tidak ada satu orang pun yang melihat Arya Maitreya, kecuali seorang wanita tua melihat Asanga menggendong bangkai anjing [4]. Karena penglihatannya itu, ia mendapatkan keberuntungan yang tiada akhir. Seorang tukang tembikar melihat kaki Arya Maitreya, segera ia berada dalam keadaan samadhi dan mencapai banyak siddhi. Pada saat itu Asanga juga mencapai samadhi "kesadaran akan keberadaan."
"Apa keinginanmu sekarang ?" tanya Maitreya Bodhsiattva. "Memulihkan ajaran Mahayana," jawab Asanga. "Baiklah pegang ujung jubahku." Arya Asanga mengikuti nasihat tersebut dan pergi ke Surga Tusita, berada di sana selama 50 tahun manusia mendengarkan Dharmadesana dari Arya Maitreya dan sangat paham baik makna maupun kalimat demi kalimat.
Setelah menerima dharma dari Maitreya, dan mengerti doktrin sunyata, ia memanggil dirinya sendiri "Asanga" / tanpa kemelekatan. Setelah turun kembali ke dunia manusia, ia mulai mengajarkan apa yang diajarkan Maitreya. Kebanyakan orang tidak mempercayai dia. Lalu Asanga berdoa, "Aku ingin agar semua makhluk percaya penuh pada ajaran Mahayana. Aku memohon pada-Mu oh Guru Agung, turunlah ke Jambudwipa untuk membabarkan Mahayana sehingga semua yang mendengar menumbuhkan keyakinan."
Maitreya mengabulkan permohonan tersebut dan turun ke Jambudwipa pada malam hari, meneranginya dengan sinar-sinar menyilaukan, memanggil orang-orang ke ruang dharmasala, dan mulai mengulang Saptadasabhumi-sutra. Setelah mengulang satu bait, beliau akan menerangkan artinya. Tujuh belas bhumi selesai dijelaskan dalam waktu empat bulan. Walaupun semua berada di dalam satu aula yang sama mendengarkan pelajaran, hanya Asanga yang dapat melihat Maitreya, sementara yang lain hanya mendengar suara-Nya.
Pada malam hari, semua berkumpul untuk mendengar pelajaran dharma oleh Maitreya, sementara Guru Asanga mengomentari apa yang telah diajarkan demi mereka yang belum paham. Dengan cara ini semua orang dapat mendengar dan mendapat keyakinan pada ajaran Mahayana
Maitreya menjelaskan sutra-sutra Buddha kepada Asanga, dan Asanga mengingat ajaran ini dan kemudian menuliskannya dalam lima bagian. Lima kitab ini kemudian dikenal dengan nama "Lima Dharma Maitreya" yang dibukukan di Dharmankura Vihara di Veluvana. Kelima teks tersebut adalah Abhisamayalamkara, Mahayanasutralamkara, Dharmadharmatavibhanga, Madhyantavibhanga, dan Uttaratantra Shastra [Ratnagotravibanga].
Dalam silsilah Lamrim (Jalan bertahap menuju Pencerahan), Maitreya dan Asanga adalah guru silsilah Aktivitas Luas, sementara Manjusri dan Nagarjuna adalah guru silsilah Pandangan Mendalam. Apakah perbedaan kedua silsilah ini?
ada dua metode yang berbeda dalam pembinaan menuju kebuddhaan. Ada yang mengutamakan kesucian dulu (menolong sendiri terlebih dahulu) baru menguntungkan makhluk lain. Ada yang sambil menolong makhluk lain sambil menyucikan diri sendiri. Ajita menempuh jalur kebodhisatvaan, mengutamakan menolong makhluk lain. Maka dikatakan "aktivitas luas".
Pemujaan Maitreya
Walaupun Maitreya adalah seorang Bodhisattva, beliau dipuja sebagai Buddha karena statusnya sebagai Buddha yang akan datang. Orang Tiongkok memuja beliau untuk memohon kekayaan dan kebahagiaan dan ada yg yakin beliau dapat mengabulkan permohonan mempunyai anak.
Walaupun begitu, ada dua alasan utama untuk memuja Maitreya, yaitu
1) "Supaya lahir di surga Tusita, tanah suci, dan mendengar ajaran Dharma oleh Maitreya"
2) "Mendapatkan kebajikan yang cukup supaya bisa lahir pada saat yang bersamaan dengan munculnya Maitreya di dunia, mendengar ajaran beliau dan terselamatkan."
Ritual
Namo Maitreya Bodhisattva
NaMo DangLai XianSheng MiLe Pusa
Terpujilah Bodhisattva Maitreya, Buddha yang akan datang
Mantra Maitreya:
NAMO RATNA TRAYAYA / NAMO BHAGAVATE SHAKYAMUNIYE / TATHAGATAYA / ARHATE SAMYAKSAM BUDDHAYA / TADYATHA / OM AJITE AJITE APARAJITE / AJITAÑCHAYA HA RA HA RA MAITRI AVALOKITE KARA KARA MAHA SAMAYA SIDDHI BHARA BHARA MAHA BODHI MANDA BIJA SMARA SMARA AHSMA KAM SAMAYA BODHI BODHI MAHA BODHI SVAHA.
oṃ maitri mahāmaitri maitriye svāhā
Om maitri maitreya maha karuna ye
Om Maitreya Mam svaha
Doa Aspirasi Maitreya
Sansekerta: Arya Matripranidhanaraja English: Arya Maitreya Kings of Prayer
Diterjemahkan dari Oleh Xenocross Prajnadeva http://www.purifymind.com/AryaMaitreya.htm dan versi institut Guepele by Rosemary Patton ke dalam bahasa Indonesia dengan merujuk pada 2 versi. Sebagai bantuan, versi bahasa Indonesia dari tim penterjemah Kadam Choeling Bandung dipakai untuk referensi.
Doa aspirasi Arya Maitreya
Hormat kepada semua Buddha dan Bodhisattva!
Ananda, di masa lalu ketika Bodhisattva, Sang Makhluk Agung Maitreya,
melakukan aktivitas bodhisattva,
tiga kali di pagi hari dan tiga kali di malam hari, beliau menyandangkan jubah dharmanya pada sebelah bahunya, berlutut dengan kaki kanan di tanah
dan merangkapkan tangannya (anjali), mengucapkan aspirasinya dengan doa berikut:
Aku bersujud kepada semua Buddha
Kepada semua Bodhisattva, resi yang memiliki mata batin
dan kepada para Shravaka, aku bersujud
Yang membalikkan jalan menuju alam rendah
Dan dengan sempurna menunjukkan jalan menuju kelahiran di alam bahagia
Yang membimbing menuju keadaan bebas dari tua dan mati
Kepada Bodhisattva aku bersujud
Apapun perbuatan salah yang telah kulakukan
Yang dilakukan karena pengaruh pikiran (negatif)
Di hadapan para Buddha
Aku mengakui mereka
Dengan kumpulan kebajikan yang kulakukan
Dengan berbagai cara dari tiga aktivitas
Dan dengan bibit ke-mahatahuanku
Semoga aku mencapai pencerahan yang tak ada habisnya
Dalam dunia-dunia di sepuluh penjuru
Apapun persembahan yang diberikan kepada Para Buddha
Diketahui dan disukai oleh para Buddha
Aku pun ikut bersukacita (mudita)
Aku mengakui semua perbuatan salah
Aku ikut berbahagia dalam semua perbuatan bajik
Aku memberi hormat kepada semua Buddha
Semoga aku mencapai kebijaksanaan agung
Aku memohon kepada para Bodhisattva
Yang berada pada tingkat ke-sepuluh
Yang berada di sepuluh penjuru
Aku memohon supaya mereka mencapai Ke-Buddhaan, pencerahan sempurna
Setelah mencapai ke-Buddhaan - pencerahan yang mulia
dan mengalahkan Mara dan pasukannya
Untuk kebaikan semua makhluk
Semoga Engkau memutar roda Dharma
Semoga suara tambur Dharma yang agung
Membebaskan makhluk-makhluk dari penderitaan
Semoga Engkau tetap tinggal, mengajar Dharma
Selama kalpa-kalpa yang tak terhitung
Untuk mereka yang tenggelam dalam kubangan nafsu keinginan
Terikat dengan kuat oleh tali kemelekatan
Dan terbelenggu oleh semua jenis ikatan
Semoga Buddha - Yang Tertinggi di antara manusia melihat mereka
Makhluk - makhluk yang pikirannya ternoda
(semoga) Buddha tidak menolak
Semoga Yang mempunyai welas asih terhadap makhluk-makhluk
Membebaskan mereka dari lautan samsara
Yang mencapai pencerahan sempurna yang berada pada saat ini,
Buddha di masa lalu, dan yang mereka yang belum datang,
Dengan mengikuti contoh mereka,
Semoga aku mempraktekkan aktivitas Bodhisattva
Setelah menyempurnakan enam paramita
Semoga aku membebaskan makhluk dari enam alam
Setelah mencapai enam kekuatan supernormal
Semoga aku mencapai pencerahan sempurna!
sudah menjadi sifatnya bahwa tidak ada yang telah muncul,
tidak ada yang akan muncul, tidak ada yang eksis (saat ini),
tak ada (obyek) yang berdiam, tak ada subyek, tidak ada suatu hal yang eksis
Semoga aku merealisasikan kekosongan fenomena (sunyata)
(Sesungguhnya) seperti tidak ada Buddha, tak ada resi agung,
tidak ada makhluk biasa, tidak ada kehidupan,
tidak ada makhluk hidup, dan tiada yang hidup
Semoga aku merealisasi ke-tanpa aku-an (anatta)
Bebas dari ego dan kemelekatan
Kepada semua fenomena/materi
Demi kebaikan semua makhluk
Semoga aku dapat mempraktekkan kemurahan hati tanpa kekikiran
Dengan melihat benda-benda seperti apa adanya
Semoga aku mendapat kekayaan secara spontan!
Karena semua hal adalah tidak kekal
Semoga aku menyempurnakan kesempurnaan kemurahan hati (dana paramita)
Dengan etika yang tanpa cela
Dan memiliki disiplin moral yang sempurna
Dengan etika yang tanpa kesombongan
Semoga aku menyempurnakan kesempurnaan moral (sila paramita)
Dengan kesabaran tanpa kebencian
Seperti elemen tanah dan air
api dan udara yang tidak tetap
Semoga aku mencapai kesempurnaan kesabaran (ksanti paramita)
Dengan mengembangkan usaha yang bersemangat
Stabil, dengan gembira, tanpa kemalasan
Dengan pikiran dan tubuh yang kuat
Semoga aku mencapai kesempurnaan semangat (viriya paramita)
Dengan samadhi yang seperti ilusi magis
Dengan samadhi yang seperti panglima yang dituruti dengan baik
Dan dengan samadhi yang seperti vajra
semoga aku mencapai kesempurnaan konsentrasi (dhyana paramita)
Dengan secara langsung merealisasikan tiga pintu pembebasan
persamaan tiga waktu dalam kesunyataan
dan tiga jenis pengetahuan
semoga aku mencapai kesempurnaan kebijaksanaan (prajna paramita)
(Setelah mencapai keadaan) yang dipuji oleh semua Buddha
dengan cahaya dan kemegahan
dengan menggunakan usaha yang bersemangat (yang disempurnakan) sebagai seorang Bodhisattva
Semoga aku dapat memenuhi harapan makhluk lain dan diriku sendiri
Mempraktekkan jalan bodhisattva seperti ini
Semoga aku yang telah mendapat nama "Maitreya" (Cinta Kasih)
setelah melengkapi enam kesempurnaan
Semoga Aku berulang kali kembali ke puncak tingkatan ke-sepuluh
***
 Dengan kebajikan yang kuhasilkan dari praktek ini
Semoga diriku dan semua makhluk lain
segera setelah kami meninggal
terlahir kembali di Tusita, dalam istana yang kaya akan Dharma
dan semoga kami menjadi putra-putra spiritual dari
Raja Dharma yang tak terkalahkan (Maitreya)
Penguasa tingkat ke-10, Penakluk penguasa di Jambudwipa
Ketika Engkau merealisasikan keadaan dengan sepuluh kekuatan
(semoga kami) menjadi makhluk yang pertama kali merasakan nektar ajaran-Mu
Semoga aku dapat menyelesaikan semua aktivitas Penakluk dengan lengkap!
Segera setelah aku meninggalkan kehidupan ini
Semoga aku terlahir di tanah kegembiraan Tusita
dan dengan cepat menyenangkan Maitreya Sang Pelindung
Semoga Beliau meramalkan pencerahanku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar