Namo Buddhaya,
Senang sekali melihat teman2 sekalian mempraktikkan Nianfo. Saya sendiri juga sedang belajar mempraktikkannya. Untuk itu saya akan sharing mengenai berbagai metode Nianfo dari mazhab Sukhavati (Jingtu). Tulisan ini merupakan bagian dari tulisan yang sedang saya susun dalam sebuah buku yang untuk sementara berjudul Patriak Suci Mazhab Sukhavati. Naskah saya ini memang sudah lama dan pernah dibantu diedit oleh bro Siwu. Namun hingga kini saya masih selesai dan masih dalam proses yang entah kapan selesainya. Berikut salah satu bagiannya tentang metode Nianfo akan saya share di sini, semoga bermanfaat (mungkin masih belum lengkap karena tulisan itu masih dalam tahap konstruksi, mungkin suatu saat ada penambahan lagi, harap maklum).
Metode ajaran Nianfo
Metode ajaran utama yang dikembangkan oleh mazhab Sukhavati adalah praktik Nianfo. Istilah Nianfo (Pali=Buddhanussati, Skt=Buddhanusmrti) mengandung makna "perenungan pada Buddha". Istilah "perenungan pada Buddha" sendiri memiliki makna yang luas. Pada tingkat sederhana, perenungan pada Buddha berarti memfokuskkan batin tertuju pada Buddha. Pada tingkatan yang luas, perenungan ini berkembang pada objek perenungan tentang sifat-sifat luhur Buddha, kemuliaan-kemuliaan Buddha baik dari sisi ekternal seperti Tanah murninya hingga sisi internal seperti 32 tanda ciri-ciri fisik unggulnya.
Tujuan dari batin yang terfokus pada kemuliaan Buddha adalah agar batin terus berpaling dari tiga racun (keserakahan, kebencian dan kegelapan batin). Tiga racun merupakan sumber noda batin. Dalam kehidupan sehari-hari, gejolak pikiran tanpa disadari selalu berinteraksi dengan tiga racun ini. Orang yang tidak terlatih dalam praktik meditasi, maka gejolak pikirannya yang berinteraksi dengan noda batin itu tidak begitu mudah dikenali atau disadari, dan itulah sebabnya berbagai perbuatan negatif terus melandanya. Bagi praktisi Theravada, untuk melatih pikiran agar dapat menekan tiga racun noda batin adalah dengan praktik perhatian penuh (sati). Pada prinsip yang sama, praktik Nianfo adalah sebuah praktik perhatian penuh yang sekaligus bersandar pada kemuliaan Buddha. Dalam mazhab Sukhavati menyebutnya sebagai bersandar pada kekuatan diri sendiri dan kekuatan Buddha. Apakah dengan bantuan kekuatan Buddha, maka prinsip praktik Nianfo telah bertolak belakang dengan nasihat sang Buddha tentang kita harus menjadikan diri sebagai pelita, bersandar pada diri sendiri? Memang benar bahwa Sang Buddha menasihati kita untuk menjadi diri sendiri sebagai pelita dan berusaha sendiri, tetapi perlu diketahui bahwa sebelum menjadikan diri sebagai pelita, bukankah kita terlebih dahulu harus berlindung (bersandar) pada Buddha, Dharma dan Sangha (Triratna). Sebelum berlindung pada Triratna dan berusaha jalan sendiri itu ibarat orang buta yang berjalan sendiri sambil membawa lampu, meskipun dia telah menerangi jalan, dia sendiri tidak dapat melihatnya. Jadi dalam praktik Nianfo yang bersandar pada kekuatan Buddha itu sesungguhnya merupakan bentuk actual dari berlindung pada Buddha, Dharma dan Sangha yang dileburkan dalam satu wadah pelatihan. Prinsip ini sama dengan semua aliran agama Buddha manapun.
Jadi praktik Nianfo bukanlah semata-mata mengucapkan nama Buddha saja seperti yang sering terlihat. Terdapat empat jenis praktik Nianfo:
1. Nianfo melalui meditasi visualisasi.
Bentuk Nianfo melalui meditasi visualisasi adalah suatu usaha menciptakan sebuah objek yang divisualkan melalui pikiran dan mengarahkan pikiran pada objek tersebut secara terpadu hingga mencapai pikiran terpusat. Praktik Nianfo melalui visualisasi ini diajarkan oleh sang Buddha kepada ratu Vaidehi dalam Amitayur-dhyana Sutra. Sang Buddha berkata kepada ratu Vadehi bahwa cara untuk melihat dan terlahir di alam Sukhavati adalah dengan mempraktikkan 16 tahap meditasi visualisai pada bentuk-bentuk kemuliaan alam Sukahvati beserta tanda-tanda kemuliaan 9 jenjang alam tersebut. Jika dapat mencapai pikiran terpusat melalui praktik ini maka dipastikan akan terlahir di alam Sukhavati. 16 objek meditasi tersebut adalah………….
Praktik Nianfo melalui metode ini akan sulit mencapai keberhasilan bagi orang-orang yang:
1. Tidak memiliki bakat meditasi
2. Pikiran kasar
3. Tidak memiliki ketrampilan
4. Tidak memahami metode secara mendalam
5. Tidak memiliki kekuatan jasmani dan rohani yang cukup.
Syarat-syarat di atas tentu juga akan sangat tergantung pada jenis-jenis orang tertentu baru dapat memenuhinya. Karena metode ini tidak dapat diterapkan pada semua golongan maka masih dikategorikan sebagai metode ajaran yang sulit.
2. Nianfo melalui perhatian pada objek patung Buddha Amitabha.
Nianfo melalui metode ini adalah dengan memusatkan perhatian pada objek patung Buddha Amitabha, mulut melafal nama Buddha, mata tertuju pada objek patung, pikiran terarah pada bentuk kemuliaan Buddha Amitabha. Melalui perbuatan, ucapan dan pikiran demikian yang terus berkesinambungan tanpa henti, maka semakin hari akan semakin mendalam pelatihannya sehingga juga akan dapat mencapai pikiran terpusat. Dengan mempadukan perbuatan, ucapan dan pikiran secara berkesinambungan dan tertuju pada objek patung, hal ini juga tidak mudah dilakukan.
3. Nianfo melalui pemahaman terhadap realitas sejati.
Jenis Nianfo ini adalah yang tersulit dan hanya sanggup dipraktikkan oleh golongan orang yang memiliki talenta dan kebajikan tingkat tinggi. Melalui pemahaman bahwa batin dan Buddha tidak terpisah, tidak ada Buddha di luar batin diri, dan tidak ada batin di luar Buddha, Buddha dan batin adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Batin yang selaras dengan Buddha pada dasarnya adalah kosong, maka nama Buddha yang dilafalkan sesungguhnya tidak eksis, namun juga tidak melekat pada kekosongan tersebut, tidak ada yang kosong maupun yang bukan kosong, kemudian menyadari hakikat batin sejati. Terdapat berbagai istilah untuk menggambarkan sifat realitas sejati, seperti nirvana, tathagatargarbha, buthata, hakikat Buddha. Tidak ada istilah yang statis untuk mendeskripsikan realitas sejati, karena sifatnya yang non dualitas, tidak lahirkan juga tidak musnah. Dalam tataran fenomena, Sukhavati terletak sejauh 10 milyar negeri Buddha dari dunia ini. Sebagai makhluk awam yang masih dibelenggu oleh noda batin, maka makhluk awam masih melekat pada fenomena jauh, dekat, baik atau buruk. Itulah sebabnya kita melihat dunia ini berdasarkan sifat kekotoran batin kita, ada dunia yang indah dan ada dunia buruk. Namun secara prinsipil dunia ini maupun Tanah murni itu tidak memiliki jarak. Orang yang batinnya murni maka di manapun dia berada adalah Tanah murni. Jika dia mempraktikkan Nianfo, setiap saat Tanah Murni Sukhavati berada di depan matanya. Master Huineng-patriak 6 mazhab Chan mengatakan bahwa pengertian jauh dekat itu adalah untuk orang tingkatan rendah. Pemahaman nondualitas hanya untuk orang tingkat tinggi. Itulah sebabnya Master Chinkung mengatakan bahwa metode ajaran Chan khusus untuk orang tingkat tinggi. Mencapai tingkatan di mana melihat segala sifat fenomena sebagai nondualitas, ini sudah bukan manusia biasa lagi, dan berapa orang yang sanggup mencapai tahapan ini? Jadi jenis Nianfo melalui pemahaman realitas sejati tergolong sulit bagi manusia awam, maka hal ini jarang dibicarakan. Bagi praktisi yang telah mencapai tahapan ini, mereka tetap saja melafal nama Buddha layaknya orang awam, karena Sukhavati itu memang bukan tidak ada. Istilah tidak ada adalah dalam konteks prinsipil, karena jangankan Sukhavati, secara prinsipil tataran dunia kita, alam-alam, makhluk-makhluk juga tidak nyata. Sang Buddha mengatakan semua ini muncul hanya karena ilusi belaka. Namun sebagai orang yang berada dalam belenggu noda batin, pelatihan bertahap tetap diperlukan guna merealisasi pencapaian tingkat realitas sejati yang non dualitas atau non diskriminasi. Pepatah mengatakan, "Saat terbelenggu, tiga alam itu tampak eksis. Setelah tercerahkan, sepuluh penjuru itu kosong belaka". Kita tidak bisa mengatakan dunia ini eksis atau kosong, sifatnya relative dan masalahnya hanya tergantung pada apakah kita terbelenggu atau tercerahkan.
4. Nianfo melalui cara melafal nama Buddha.
Ini adalah metode Nianfo yang paling umum, paling mudah, paling praktis, paling dianjurkan dan paling banyak dipraktikkan oleh semua praktisi baik dari mazhab Sukhavati maupun dari mazhab mahayana lainnya. Karena kepopuleran inilah maka secara berangsur-angsur istilah Nianfo pun hanya mengacu pada metode "melafal nama Buddha" ini. Inilah metode yang sering dianjurkan oleh para sesepuh. Baik dari golongan tingkat atas maupun tingkat bawah, kaya, miskin, pintar, bodoh, pria, wanita, bhiksu, bhiksuni, perumah tangga, tidak satu pun yang tidak sanggup mempraktikkan metode ini. Melafal nama Buddha berarti secara terus menerus melantunkan kata "Namo Amitofo", atau "Amitofo" atau boleh juga "Namo Amitabha Buddha". Tujuan utamanya tetap mencapai pikiran terpusat. Namun tanpa mencapai pikiran terpusat pun jika memiliki keyakinan dan tekad yang dalam maka dipastikan akan dapat terlahir di Tanah murni Buddha. Metode inilah yang telah mengantarkan berjuta-juta orang terlahir di Tanah murni. Keefektifan dari metode ini terletak pada tekad yang telah dijanjikan oleh Buddha Amitabha di dalam 48 tekad agungnya. Pada tekad ke 18 dari 48 tekad agung ini, Buddha Amitabha mengatakan, " Saat Aku mencapai keBuddhaan, semua makhluk hidup yang berada di sepuluh penjuru alam, jika mendengar nama Ku, memiliki keyakinan secara mendalam dan bersuka cita, mengarahkan jasa kebajikannya dengan tekad terlahir di negeri Ku, melalui pelafalan (nama Buddha Amitabha) hingga sepuluh kali, jika tidak dapat terlahir, kecuali bagi mereka yang telah berbuat 5 karma buruk besar dan mencela ajaran sejati, maka Aku tidak akan mencapai keBuddhaan". Karena Buddha Amitabha telah berhasil mencapai keBuddhaan maka secara otomatis tekadnyapun menjadi efektif. Jadi tidaklah heran jika para praktisi yang melafal nama Buddha dengan benar akan dapat terlahir di Tanah murni Buddha.
Berbagai Cara Nianfo
Ada berbagai cara dalam mempraktikkan Nianfo. Terdapat banyaknya cara ini adalah bertujuan untuk menyesuaikan situasi dan kondisi mental seseorang beserta faktor eksternal. Setiap cara itu memiliki efektifitas dan manfaatnya masing-masing. Seorang praktisi dapat memilih secara bebas cara yang hendak dipraktikkan, dan boleh saja di saat merasa tidak cocok dengan cara pertama lalu mengganti cara lainnya. Intinya adalah menemukan cara yang dapat membuat batin menjadi tenang, pikiran-pikiran kacau menjadi berkurang dan yang terutama adalah dapat mencapai pikiran terpusat. Namun mencapai pikiran terpusat bukanlah keharusan bagi seorang praktisi, yang terpenting adalah keyakinan dan tekad yang kuat. Melafal nama Buddha ibarat menyembuhkan penyakit. Terdapat berbagai cara itu ibarat resep. Selama dapat menyembuhkan maka itu berarti telah menemukan resep yang cocok. Pikiran kacau ibarat penyakit, dan nama Buddha ibarat obat. Melafal nama Buddha berarti memberi obat pada pikiran kacau. Jika dapat sembuh, berarti obatnya telah berhasil diberikan sesuai takarannya.Berikut akan dijelaskan secara singkat bebarapa cara Nianfo:
1. Nianfo dengan suara lantang
Saat melafal nama Buddha dengan suara lantang, suara terdengar nyaring, keras dan jelas. Kemudian pikiran terfokus pada suara nama Buddha. Meskipun menggunakan cara ini dapat mengakibatkan tenggorokan menjadi sakit dan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama, namu dia dapat mengatasi masalah kantuk, kemalasan dan pikiran kacau. Menggunakan cara ini juga dapat membuat orang yang mendengarnya tergerak hari untuk ikut menyebut nama Buddha. Cara inilah yang sering dipraktikkan oleh patriak ke 6 –Master Yenshou saat berada di atas puncak gunung Dongbing di wilayah HanZhou. Para penduduk yang berada di kaki gunung dapat mendengarnya dengan jelas dan nyaring.
Dalam Sutra YeBaoChaBieJing (Sutra tentang berbagai jenis karma) menyebutkan bahwa terdapat sepuluh manfaat dari melafal nama Buddha dengan suara lantang:
1. Mengatasi rasa kantuk
2. Membuat takut Mara.
3. Suara berdentang ke sepuluh penjuru
4. Penderitaan di 3 alam buruk menjadi jeda
5. Suara lain tidak dapat masuk (menjadi tidak terganggu)
6. Pikiran menjadi tidak berkeliaran
7. Semangat dan tekun
8. Para Buddha "bergembira" .
9. Mencapai kedaan Samadhi
10. Terlahir di Tanah murni.
2. Nianfo dengan suara kecil
Saat dalam keadaan lelah, atau berada di suatu tempat yang tidak memungkinkan untuk mengeluarkan suara keras, maka melafal nama Buddha dapat dilakukan dengan suara kecil. Namun harus melafal dengan cukup jelas, terdengar jelas dan terpaku dalam batin dengan sikap tulus dan tekad yang kuat, terus demikian secara berkesinambungan, maka juga akan dapat mencapai pikiran terpusat.
3. Nianfo tanpa mengeluarkan suara dan hanya terlihat menggerakan mulut
Jika cara pertama dan kedua tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka dapat mempraktikkan cara ini. Cara ini sama seperti cara pertama dan kedua namun suara ditekan hingga ke titik seperti berbisik atau bahkan tanpa mengeluarkan suara dan hanya terlihat mulut saja yang bergerak. Namun kata "Namo Amitbha Buddha" terus berdentang secara jelas ke dalam batin, dengan demikian pikiran pun menjadi tidak berkeliaran, jadi efeknya tetap sama dengan cara mengeluarkan suara. Cara ini dapat dilakukan di dalam situasi seperti sedang berbaring, sakit, berada dalam kamar mandi, atau di tempat yang tidak memungkinkan untuk mengeluarkan suara.
4. Nianfo dengan cara mengejar nama Buddha.
Sama seperti menggunakan cara melafal nama Buddha tanpa suara, tetapi sebutan nama Buddha dilafal secara cepat, tanpa memberi kesempatan pikiran lain masuk sehingga seperti mengejar nama Buddha yang berada di depan. Cara ini juga sangat efektif untuk mengikis pikiran kacau, karena setiap akan timbul pikiran lain, maka ditutupi oleh sepatah kata nama Buddha Amitabha. Jadi ini adalah cara yang sering dilakukan oleh para praktisi.
5. Nianfo dengan cara bersujud
Saat melafal nama Buddha, sikap tubuh melakukan sujud. Atau dapat juga dengan cara menyebutkan nama Buddha satu kali lalu bersujud satu kali, kemudian pikiran memikirkan Buddha. Cara ini adalah pelatihan yang melibatkan perbuatan melalui tubuh, ucapan dan pikiran secara konkrit, sehingga keseluruhan sikap tubuh, ucapan dan pikiran tertuju pada Buddha. Jadi pelatihan melalui cara ini termasuk sangat efektif.
6. Nianfo dengan jadwal tetap
Yang ditakutkan dalam praktik Nianfo adalah tekun pada awalnya lalu menjadi malas di kemudian hari. Sebaiknya praktik Nianfo dilakukan terus menerus sepanjang waktu dan seumur hidup. Tetapi berhubung para umat awam yang memiliki kesibukan lain dalam kehidupan sehari-hari karena tidak sanggup melepaskan semua kemelekatan ini, maka praktik Nianfo dapat dilakukan dengan membuat jadwal tetap. Setelah menetapkan jadwal, mereka pun harus mempraktikkannya secara konsisten. Sudah menjadi pemandangan umum bahwa ada praktisi yang menetapkan jadwal sehari melafal sebanyak 10 ribu kali nama Buddha, ada yang 20 ribu kali, 50 ribu kali bahkan 100 ribu kali. Jika tidak dapat melakukannya secara penuh pada hari tersebut, maka dia harus memupuknya kembali pada hari berikutnya. Hal ini bertujuan untuk melatih ketekunan dan mengokohkan keyakinan dan tekad. Kemudian ada juga yang membuat jadwal Nianfo di setiap pagi dan malam sepanjang tahun, ada yang membuat sesi 7 hari Nianfo dan lain-lain.
7. Nianfo setiap saat
Setiap saat, tidak peduli kapan dan di mana adalah saat yang tepat untuk melafal nama Buddha. Baik sedang berjalan ,berdiri, duduk, atau berbaring, pagi, siang atau mala, tiada waktu tanpa melafal nama Buddha. Di dalam pesawat, di hotel, di rumah, di kamar mandi, sedang makan, buang air, berolah raga, bernafas, praktik nianfo tetap dapat dilakukan dengan keyakinan dan tekad yang kuat. Inilah yang disebut melafal nama Buddha setiap saat.
8. Nianfo dalam hati
Nianfo dalam hati berarti melafal nama Buddha hanya di dalam pikiran. Saat mulut mengucapkan nama Buddha, pikiran terus memikirkan nama Buddha, dan saat mulut tidak mengucapkan nama Buddha, pikiran juga terus memikirkan nama Buddha. Inilah yang disebut dengan melafal tidak seperti melafal, tidak melafal tetapi sedang melafal.
9. Nianfo dengan menghitung tasbih.
Tasbih dalam bahasa sankrit disebut Pasakamala, japamala, atau juga aksa sutra. Nianfo ini dipraktikkan dengan cara menghitung jumlah nama Buddha yang kita lafalkan, dan tasbih adalah sarana yang digunakan untuk memudahkan perhitungan. Setiap perhitungan pada satu lingkaran tasbih, maka perhitungan diulang lagi dari awal dan terus demikian dengan tujuan mengendalikan pikiran kita pada nama Buddha yang kita lantunkan. Sesungguhnya Nianfo dengan memanfaatkan sarana tasbih telah ada dalam catatan Sutra mahayana. Di antaranya adalah :
- XiaoLiangShuZhuGong De Jing (Sutra Manfaat Menghitung Tasbih), terjemahan bhiksu Ratnacinta asal Kashmir (abad 6). Terdapat terjemahan versi lain dari Sutra ini, yakni: ManShuSheLiZouZangZ hongXiaoLiangShu ZhuGongDe Jing, terjemahan bhiksu YiJing asal Tiongkok (abad 7). Kedua sutra ini mengisahkan penjelasan bodhisattva Manjusri tentang manfaat menggunakan tasbih di hadapan Hyang Buddha Sakyamuni.
- MuHuan Jing (Arista Sutra), kitab ini telah ada pada masa dinasti Jin Timur dan tidak diketahui penerjemahnya.
- MuHuanZi Jing (Arista Sutra), terjemahan Amoghavajra (abad 6). Arista Sutra mengisahkan tentang Raja Virudaka dari kerajaan Kosala yang mengutus bawahan nya untuk pergi bermohon ajaran dari Hyang Buddha. Hyang Buddha lalu mengajarkan cara membuat tasbih dari kayu yang dibulatkan sebanyak 108 biji dan menggunakannya untuk melantunkan nama Buddha, Dharma dan Sangha dan kemudian menguraikan tingkatan manfaat/pahala dari praktik ini.
- JinGangDingYuJiaNia nZhu Jing, terjemahan Amoghavajra (abad 6). Dalam Tripitaka edisi Taisho, kitab ini digolongkan dalam divisi sutra Tantra. Sutra ini berisi tentang uraian bodhisattva Vajrapani tentang manfaat menggunakan tasbih di hadapan Buddha Vairocana.
- TuoLuoNiJi Jing (Sutra Kumpulan Dharani), terjemahan bhiksu Atikula asal India Tengah. Sutra ini juga digolongkan dalam divisi Tantra.
- WenShuYiGui Jing
Biji tasbih dapat dibuat bermacam macam jenis dari segi jumlahnya, ada yang berjumlah 1080, 108, 54, 42, 36, 27, 21, 14. Jumlah yang berbeda-beda ini memiliki makna simbolis yang berbeda-beda pula. Bahan yang digunakan juga berbeda-beda seperti emas, perak, kristal, mutiara, tembaga, kayu, biji bodhi, biji teratai, dan lain-lain.
Praktik Nianfo dengan menggunakan tasbih dalam tubuh mazhab Sukhavati telah ada sejak abad ke 6 yang diperkenalkan oleh Master DaoChuo.
10. Nianfo dalam pernafasan
Cara praktik Nianfo ini adalah menarik nafas sambil mengucapkan dalam hati kata Namo A, kemudian mengeluarkan nafas sambil mengucapkan dalam hati kata MiThoFo. Dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas sambil melafal nama Buddha, jika terus menerus dibiasakan dalam praktik demikian maka setiap saat nama Buddha akan menetap dalam setiap pernafasan kita.
11. Nianfo menjelang kemangkatan
Dalam ajaran Buddha, detik-detik kematian adalah sebuah momentum yang sangat penting untuk mengembangkan sifat-sifat positif (kusala) agar tidak terperosot ke alam yang buruk. Dalam literature Theravada pun menekankan pentingnya untuk memiliki javana-citta (impuls batin) sebelum ajal. Sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh bhikkhu Ashin Janakabhivamsa dalam "Abhidhamma Sehari-hari", bahwa jika pikiran kusala (baik) muncul sampai nafas terakhir, dia akan terlahir kembali di alam yang membahagiakan. Jika akusala javana citta muncul sebelum kematian, dia pasti akan terlahir kembali di alam menyedihkan.
Demikian juga detik-detik paling menentukan bagi praktisi Nianfo adalah saat menjelang kemangkatan. Bagi yang telah terbiasa dalam praktik Nianfo, maka dia akan dapat mempraktikkan Nianfo pada detik-detik yang menentukan ini dengan penuh kesadaran. Apabila beliau berada di dalam kondisi tidak menyadarkan diri atau koma, maka pada saat saat ini sangat dianjurkan untuk membantunya melafalkan nama Buddha di sisinya. Ada saatnya seseorang yang di dalam kondisi koma, dia tetap dapat mendengar suara-suara di sekitarnya, maka saat-saat seperti ini sangatlah baik untuk melafalkan nama Buddha agar batinnya tidak berpaling ke pikiran yang berkaitan dengan keserakahan, kebencian dan kebodohan batin. Jika memiliki keyakinan dan tekad yang kuat maka dia akan dapat ikut melafal nama Buddha di dalam batinnya dan dia akan dapat terlahir di Tanah murni. Jika dia berada dalam kondisi tidak sadar bahkan tidak dapat mendengar suara-suara di sekitarnya, maka bagi yang tidak membiasakan diri dalam praktik Nianfo dalam kehidupan sehari-hari maka akan sulit baginya untuk terlahir di Tanah murni. ............ ...
Semoga bermanfaat,
Amituofo
Pages - Menu
▼
Pages
▼
Tidak ada komentar:
Posting Komentar