Pages - Menu
▼
Pages
▼
Rabu, 31 Oktober 2012
Pencapaian dari Penjapaan Mantera
Sebuah upadesa diberikan oleh Budha Hidup Lu Sheng-yen di vihara Ling Sheng Ching Tze pada tanggal 7Juni 1999.
Diterjemahkan oleh Janny Chow dari artikel yang muncul di issiu 245 dan 246 dari Koran Satyabudha, diterbitkan pada tanggal 10/28/99 dan 11/4/99.
Sebelumnya, pendeta Lian-xing berbicara mengenai sadhana menjapa mantera Budha. Seperti yang pernah terutarakan dalam Pengajaran Jalan Tersusun dalam Tantrayana, seseorang bisa menjapa nama dari para Budha atau mantera. Penjapaan mantera adalah salah satu jalan untuk berhubungan dengan pikiran (panna) Budha. Yang terkandung di dalam mantera adalah satu kekuatan mistik (ajaib) satu kunci yang membuka pintu menuju pikiran (panna) Budha. Kedua-duanya nama para Budha dan penjapaan mantera menggunakan suara. Dalam Tantrayana, ditekankan pada penjapaan mantera karena ini adalah sala satu dari tiga sadhana yang dapat membimbing seseorang medapatkan pencapaian atau Penerangan. Kata "chi-ming" berarti penjapaan mantera. "Chi-ming" berarti secara terus-menerus memegangi sinar dimana sinar adalah sifat dari pikiran (panna) dari para Budha.
Walaupun sadhana dasar dari Tantrayana adalah sadhana "tahap penimbulan", sadhana tersebut teramatlah penting dan dapat dilihat sebagai satu modal yang seseorang harus punyai jika seseorang ingin berhasil dalam sadhana "tahap penyempurnaan". Maka dari itu sangatlah penting bahwa seseorang memenuhi persyaratan beberapa banyak penjapaan mantera dalam sadhana dasar. Meskipun kekuatan asli dari penjapaan mantera tidak jelas, di saat seseorang dengan terus-menerus "meresapi" diri dalam suara mantera dan berhubungan dengan pikiran (panna) Budha, arti terpentingnya menjadi terbabarkan.
Singkatnya, disaat sadhaka memikirkan Sang Budha, seseorang melakukan visualisasi. Tujuan utama dari menjapa sebuah mantera adalah untuk membantu memasuki pikiran (panna) Budha. Disaat seseorang menjapa mantera, seseorang juga memasuki pikiran (panna) Budha. Visualisasi, menjapa mantera, dan membentuk mudra adalah metoda-metoda unik dari Tantrayana. Tsongkapha telah pernah berkata bahwa penjapaan nama para Budha adalah menjapa nama para Budha, dimana menjapa mantera adalah berbicara-bicara dengan pikiran (panna) Budha. Yang pertama tadi menfokuskan kepada Budha yang diluar yang terakhir terfokus akan Budha yang di dalam. Kedua-duanya teramat penting.
Lihat sajalah pelatihan kita dan anda akan dapat melihat sebagai sebuah proses yang terdapat di dalamnya penjapaan banyak mantera. Setiap mantera ada maksudnya tersendiri. Kadang-kadang satu suara saja dapat membuat sesuatu yang penting sekali. Misalnya "hum". Biasanya pikiran kita berada dalam satu keadaan tidak terpusatkan. Jika anda dapat dengan sepenuhnya memusatkan pikiran anda pada satu syllabus saja, anda akan dapat menaklukan sang-diri. Disaat menjapa, suara "hum", visualisasikan "hum" muncul di hadapan kedua mata anda: satu titik, satu piringan matahari, satu piringan rembulan, satu garisan horizontal, satu bentuk seperti nomor lima, diikuti oleh satu, dua, dan tiga lengkungan. Satu bentuk yang indah sekali memancarkan satu sinar yang begitu terangnya. Setelah itu dalam pikiran anda, anda menjapa satu lagi "hum" dan menvisualisasikan "hum" terwujud di hadapan anda, memancarkan sinar, dan merubah tubuh anda menjadi satu "hum". Kemudian dua syllabus "hum" bergabung bersama-sama menimbulkan satu sinar yang memancar keluar ke segala arah.
Melaksanakan sadhana dilandaskan pada satu "hum" terdapat dalam Tantrayana, dimana diketahui sebagai "penjapaan vajra". Kemanakah perginya tujuan dari penjapaan ini? Apakah yang anda pelajari dari menjapa mantera ini? Anda belajar untuk membawa pikiran anda menjadi terfokus. Tidak hanya ini, melalui sadhana ini anda juga mencapai satu "peresapan" dan masuk satu tingkatan "Kemanusiaan". Dikarenakan mantera "hum" terdapat pada dua puluh alam surgawi yang berbeda-beda, dengan melakukan "hum" sadhana akan akhirnya membikin anda menjadi terlahir ke alam surgawi tersebut. Ini, sebenarnya, sangat ajaib. Apakah pernah terpikirkan oleh anda bahwa dalam Sadhana Visualisasi Kebudhaan dalam Tujuh Hari, anda dapat menvisualisasikan semua alam surgawi berubah menjadi syllabus "ah" sedangkan anda merubah menjadi "hum"? Asalkan anda dapat mengarahkan chi anda keluar ketika "ah" mencantol "hum", anda akan berhasil dalam sadhana ini.
Dalam Tantrayana, disaat anda menjapa mantera sepuluh ribu kali, seratus ribu kali, satu juta kali, lima juta kali, atau bahkan sepuluh juta kali, anda sebenarnya memanggil pikiran (panna) Budha, mendekati semakin dekat dan, kelamaan, manunggal (eka). Suara dari mantera mempunyai rahasia tersendiri dan misteri. Sebagaimana saya selalu katakana, dimana anda boleh biasa-biasa saja menjapa nama dari para Budha atau mantera, lebih baiknya membawa pikiran anda terfokus ketika menjapa. Satu cara yang lebih canggih lagi adalah dengan menfokuskan pikiran dan dengan sungguh-sungguh masuk dalam intisari (pikiran) dari mantera tersebut. Misalnya, ketika anda menjapa satu mantera, satu syllabus ini akan hadir di hadapan anda atau di dalam pikiran anda. Semacam kekuatan akan terbentuk dengan jalan ini. Pencapaian dengan penjapaan mantera berarti anda dapat menimbulkan kekuatan ini.
Dengan bersadhana dengan jalan ini akan merubah mantra menjadi semacam satu kekuatan. Misalnya, dalam Mantera Hati Guru, "OM" adalah alam semesta, "GURU" adalah seorang guru yang membimbing atau Acharya, "LIAN-SHENG" adalah nama Budha, "SIDDHI" adalah sukhavati, dan "HUM" adalah pencapaian. Dengan menjapa Mantera Hati Guru , Tanah Suci dari Sang Guru akan, dalam waktunya, hadir dihadapan anda dan anda akan dapat terlahir ke Tanah Suci Kolam Teratai Kembar Yang Agung. Ini dikarenakan oleh sifat asli dari kekuatan mantera. Beberapa orang menanyakan apakah "Lian-sheng" dapat menjadi satu mantera. Lian-sheng, atau "teratai yang terlahir", adalah "padma". Selayaknya dalam Mantera Hati Pamasambhava: "Om Ah Hum, Bezha Guru Pema Siddhi, Hum She" sang bijak Padmasambhava, seorang Tathagata terbentuk dari kumpulan kesadaran (pikiran) alam semesta, telah membangun satu Tanah Suci sebagai satu pencapaian Beliau. Padma adalah teratai yang terlahir, Lian-sheng juga teratai yang terlahir tapi digunakan di sini sebagai nama dari para Budha. Yang mana yang satunya adalah bersifat luar, dan yang lainnya adalah dalam. Mereka masing-masing mempunyai arti yang tersendiri. Menjapa mantera tersebut seperti yang saya syaratkan , anda juga akan mencapai "terlahir dengan penjelmaan teratai" dalam pikiran anda. Jika anda menjapa mantera berturut-turut dalam jangka waktu lama, anda akan mengumpulkan banyak modal atau bahan pokok. Pada waktunya untuk matang, anda akan membawa pikiran anda terfokuskan dan mencapai "penyerapan", maka darinya membangkitkan kekuatan. Pada saat hal ini terbentuk, anda akan meraih pencapaian chi-ming atau penjapaan mantera.
Om Mani Padme Hum.
Cuplikan perbincangan Acharya Samantha Chou pada Perkumpulan Teratai Ungu pada tanggal 11November 1998.
Diterjemahkan oleh Janny Chow
Kita baru saja melaksanakan satu Homa api Budha Pengobatan untuk penyucian, penyembuhan dan penyeberangan Bardo. Hari ini hari pesta buat Budha Pengobat, dan ini juga hari pesta terakhir dari para Bodhisattva dan Budha yang kita akan selenggarakan pada tahun 1998. Hari penyelenggaraan yang berikutnya, kita akan menyelenggarakan Budha Amitabha dan akan diselenggarakan pada 4 Januari 1999.
Sangat jelas dari nama Budha Pengobat bahwa Beliau telah bersumpah untuk membantu mereka yang sakit dan yang berdoa kepada Beliau untuk bantuan. Setiap kali, sebagaimana kita menyelenggarakan hari pesta untuk satu Budha atau Bodhisattva, saya selalu dengan tulus menyambut sang Dewata untuk memberkati kita dengan beberapa upadesa. Hari ini, sebelum saya menyatakan permintaan ini, Sang Budha Pengobat bertanya kepada sebuah pertanyaan. Beliau bertanya,"Apakah syarat utama dari suksess?"
Dengan bodohnya, saya mempersembahkan sebuah jawaban dari prespektif saya sendiri,"kesengsaraan!" Penderitaan membuat seseorang untuk mempelajari banyak pelajaran hidup. Bagi seseorang yang tidak sensitive, tidak ada apa-apa yang dapat diperbuat. Tapi buat seseorang yang merasakan kesakitan dan dunia keletihan, penderitaan dapat mendorongnya untuk mencari kebahagiaan yang abadi. Ketika seseorang menemukan kebahagiaan yang abadi ini, seseorang akan suksess.
Sang Budha Pengobat tidak berkata apakah saya benar atau salah, namun Beliau menawarkan sebuah jawaban yang lainnya, jadi saya tahu bahwa saya salah. Beliau berkata,"Persyaratan untuk suksess adalah ketidak sembronoan." Segera setelah Beliau berkata demikian, saya segera mendapatkan perasaan semacam mengambil langkah sedikit-sedikit dan berhati-hati dan dengan penuh perhatian. Masuk diakal !
Bagaimanapun juga, saya bertanya kepada Beliau, "Mengapa?"
Beliau menjawab,"Untuk menghindari menjadi berlebihan, malas, tidak sembrono, tidak bijaksana, sembarangan, tidak kepedulian, dan sombong, atau menikmati pikiran-pikiran tidak baik, seseorang haruslah waspada dan berhati-hati dalam mengambil tindakan-tindakan. Dengan memperhatikan kesalahan-kesalahan dan memperbaikinya, seseorang akan meraih sukses."
Kemudian saya bertanya kepada Beliau,"Apakah benar bahwa seorang sadhaka seharusnya tidak membeda-bedakan antara sukses dan kegagalan? Seseorang tidak semestinya mencari suskes! Maha Acharya pernah menuliskan dalam salah satu buku Beliau bahwa, dalam mata seorang sadhaka, tidak ada sukses atau kegagalan, dikarenakan tidak ada yang diraih ataupun yang kehilangan apapun. Jadi mengapa anda membawa masalah mencari sukses?"
Beliau berkata,"Orang biasa mencari kepuasan materi. Tapi jika seseorang itu miskin rohaninya, setelah memperoleh kepuasan materi, seseorang akan takut akan kehilangan materi tersebut. Seseorang akan berada pada keadaan 'tidak-nyaman'. Seorang sadhaka yang berhasil ditemukan di dalam rohaninya. Teramat banyak, gemerlapan abadi, dan tidak akan pernah meninggalkan seseorang. Bagi seorang sadhaka, sukses adalah Pembebasan, Kekuasaan akan diri ini, dan Pembebasan dari pengaruh orang lain."
Kemudian saya memohon Sang Budha Pengobat untuk memberi kita sebuah formula welas asih untuk penyembuhan. Saya juga memohon Beliau untuk memberkati para hadirin dalam upacara Homa api ini, sehingga bagi mereka yang sakit-sakitan akan tersembuhkan.
Jawaban Beliau sangatlah singkat,"Satu pikiran yang sehat adalah pokok dari satu tubuh yang sehat. Bukalah pikiran anda dan berbahagialah. Kebahagiaan dapat menghapus kesakitan, sebagaimana bakteri penyakit tidak dapat hidup dalam lingkungan yang tidak terdapat pikiran negatif."
Upadesa ini cukup alamiah. Ketika seseorang terbebas dari pikiran-pikiran negatif atau emosi yang menyakitkan, bakteri yang tidak baik dan juga bakteri penyakit dalam tubuh seseorang tidak akan dapat hidup. Ada dua macam bakteri baik dan buruk dalam tubuh seseorang. Disaat seseorang gelisah, khawatir, dan tertekan setiap saat, akan ada pertumbuhan yang cepat akan cel-cel perusak. Dengan menjadi bahagia, tidak khawatir, dan melempar semua emosi negatif, seseorang akan dapat membawa unsure positif dalam lingkungan anda.
Layaknya menguap, tertawa juga menular. Tertawa yang berbahagia, datang secara tulus dari pikiran anda, tersalur ke udara dan membawa kebahagiaan kepada orang lain. Sebaliknya, lengkingan dan tertawa yang menakutkan membawa ketidak nyamanan kepada orang lain. Itulah sebabnya mengapa Beliau berkata,"Bukalah pikiran kamu dan berbahagialah." Ketika pikiran anda terbuka dan terbebas dari kekhawatiran, ketika seseorang tertawa secara tulus dan tidak dibuat-buat dari dalam, banyak masalah-masalah akan dengan sendirinya terselesaikan. Ketika masalah-masalah terselesaikan, pikiran akan menjadi terbebaskan dari kekhawatiran.
Ketika seseorang berkata atau melakukan sesuatu yang buruk terhadap anda, jangan biarkan hal tersebut mengganggu anda. Tertawa sajalah dan anggaplah saja sebagai membayar hutang atau menetralkan karma buruk lampau anda yang telah anda lakukan. Dengan ini anda tidak akan tersiksa olehnya.
Baik dan buruk bakteri ada di tubuh kita bersama-sama, seperti layaknya seorang manusia sebagian baik dan sebagian buruk. Orang yang baik akan terlahir ke alam dewata untuk menikmati karma baik mereka, dan mereka yang sifat kuatnya adalah buruk akan jatuh ke tiga alam bawah untuk merasakan penderitaan. Mahluk yang mempunyai pikiran buruk dan baik terlahir ke alam manusia dimana kebahagiaan dan kesengsaraan, dan juga bakteri yang baik dan buruk, kesemuanya ada. Disaat seseorang mendorong dan menumbuhkan yang positif tumbuh, maka akan berbunga. Ketika seseorang membiarkan pikiran yang tidak baik mendominasi, pikiran buruk akan menjadi semakin kuat dan akan mendekati pikiran. Ketika seseorang menjadi tidak senang, sakit-sakitan dan nyeri-nyeri tubuh mulai muncul sana-sini.
Ketika tubuh anda sehat, ketika anda merasa kuat dan berbahagia, setiap tugas yang anda ambil akan berjalan baik tanpa usaha yang banyak. Anda juga akan dapat bergaul dengan orang lain. Namun, disaat anda memiliki kekhawatiran dan kesedihan, dimana pikiran anda tertutup, anda akan menjumpai banyak masalah dan menjumpai bahwa kesemuanya melawan anda. Orang-orang akan menemukan anda tidak enak dan anda juga akan menemukan orang lain tidak enak. Dalam keadaan menentang dan melindungi diri akan membawa banyak masalah kesehatan. Itulah sebabnya Budha Pengobat berkata bahwa pikiran yang terbuka dan bahagia dapat memusnahkan semua penyakit dan menyembuhkan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar