BHAISAJYA GURU VAIDURYA PRABHA RAJA SUTRA
I. Pendahuluan
Buddha Penyembuhan ( Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa
Tathagata ) adalah salah satu dari ketiga Buddha Utama dalam obyek
pemujaan Mahayana dan merupakan seorang Buddha dari masa lalu. Lebih
dikenal sebagai Buddha Pengobatan atau Guru Penyembuhan. Beliau sangat
dekat di hati pemujanya, karena banyak diantara mereka yang benar-benar
telah menerima berkah-Nya dalam bentuk penyembuhan ajaib dari berbagai
penyakit.
Kemanjuran dari Hyang Buddha dalam mencegah bencana
dan memberikan kemakmuran disamping menyembuhkan penyakit telah menarik
sejumlah pengikut dan pemuja yang cukup besar sejak Dinasti Chin Timur
(AD 317-420) sampai sekarang. Sutra Buddha Pengobatan (Bhaisajya Sutra)
yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin pada masa itu,
memberikan gambaran yang lengkap tentang Buddha tanpa tandingan itu,
tanah Buddha, dan kedua belas Ikrar Agung-Nya. Sekalipun demikian, Sutra
yang diterjemahkan oleh Guru Tripitaka Hsuan Tsang ( bhiksu yang
terkenal dari Dinasti Tang ) kemudian dikenal sebagai Sutra Guru
Penyembuhan ( Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa Tathagata ) menjadi lebih
terkenal dan dibaca oleh kebanyakan orang di masa kini.
Selain menyembuhkan penyakit, melindungi dari bencana
seperti kelapran, kekeringan, dan wabah, memberikan panjang umur dan
membantu yang meninggal. Hyang Buddha dikenal telah memberikan berbagai
manfaat duniawi kepada mereka yang bersujud kepada-Nya. Di dalam Vihaar,
Buddharupang-Nya biasanya ditempatkan bersama Buddha Sakyamuni dan
Buddha Amitabha. Buddha Sakyamuni ditengah, Buddha Bhaisajyaguru di
sebelah kanan-Nya, dan Buddha Amitabha dikiri-Nya. Bila digambarkan
sendiri, Beliau memegang symbol berupa mangkok berisi obat dengan tangan
kiri-Nya dan biasanya diikuti oleh kedua siswa-Nya yaitu Bodhisattva
Cahaya Surya dan Bodhisattva Cahaya Rembulan.
Sewaktu masih menjadi Bodhisattva, Beliau membuat 12 (
dua belas ) Ikrar Agung untuk membebaskan makhluk hidup dari belenggu
karma. Beliau berikrar untuk melindungi kemajuan mereka kea rah
penerangan, membantu mereka memegang larangan, membebaskan mereka dari
perangkap praktek keagamaan yang menyimpang dan doktrin palsu,
memberikan makanan dan minuman kepada mereka yang lapar, memulihkan
tubuh yang cacat, menolong mereka yang akan dihukum mati dan membimbing
mereka ke arah kehidupan yang tenang dan berbahagia. Dari kedua-belas
ikrar-Nya, ikrar ke tujuh secara khusus menjamin untuk membebaskan
manusia dari penyakit badaniah dan mengusir kebingungan spiritual
sehingga Beliau dijuluki “Tabib Jiwa”.
Disebabkan oleh akar kebajikan dari kehidupan dimasa
lampau, Anda sekarang memiliki kesempatan yang langka untuk masa yang
akan datang. Agar bisa begitu, Anda hanya perlu menjunjung nama Guru
Penyembuhan ini dengan tulus dan tanpa keraguan. Sehari-hari anda harus
merenungkan ikrar atau wujud-Nya, mengucapkan nama-Nya dan memberikan
persembahan dengan apa pun yang bisa diberikan. Bagi mereka yang
mengalami banyak kesusahan, sakit-sakitan, penderitaan, bencana, dalam
keluarga banyak perselisihan dan sebagainya dapat melakukan pengucapan
nama Buddha ini untuk menghilangkan segala macam kesulitan, pengucapan
selengkapnya adalah :
“Na mo Xiao Zai Yen Shou Yao Shi Fo” dalam Bahasa Mandarin
Atau
“Nambu Siao Zai Yang Siu Yok She Hud” dalam Bahasa Hokkian
Atau
“Namo Siao Zai Yang Shiu Yok She Hud” dalam logat Teochew / Tio Ciu
Atau
“Namo Bhaisajyaguru Buddha” dalam Bahasa Sansekerta
Didalam Sutra Guru Penyembuhan, Hyang Buddha Sakyamuni
juga mengungkapkan kepada Bodhisattva Manjusri suatu Dharani Agung yang
harus diucapkan seseorang guna menolong makhluk hidup dari penyakit dan
kesusahan.
Sewaktu mengucapkan Dharani atau nama Hyang Buddha
seseorang harus membayangkan rupang Buddha tersebut, maka dia akan
memasuki suatu keadaan “samadhi pengucapan Buddha” (Buddha reci-tation
Samadhi; salah satu dari delapan puluh empat ribu Pintu Dharma menuju
pencerahan). Yang mana seseorang mengucap tetapi tidak mengucap, dan
tidak mengucap tetapi mengucap. Satu hal penting yang perlu diperhatikan
agar bisa mendapatkan manfaat dan, hasil sebesar-besarnya dari
pengucapan Dharani, nama Buddha maupun Sutra itu adalah sangat
diperlukan keyakinan dan ketekunan yang tidak surut.
Akhir kata perlu diketahui bahwa peringatan ulang
tahun Hyang Buddha Bhaisajyaguru jatuh pada tanggal 30 bulan 9
penanggalan Candrasangkala ( Lunar Kalender ). Semoga segenap makhluk
hidup bisa mendengar, membaca, mengerti, menerima, mempertahankan, dan
menyebarluaskan Sutra ini sehingga dengan demikian memperoleh berkah,
manfaat, perlindungan, kedamaian, dan kegembiraan bagi mereka sendiri
maupun makhluk lainnya.
SUTRA TENTANG KEBAJIKAN / PAHALA
IKRAR UTAMA TATHAGATA CAHAYA LAZUARDI
GURU PENYEMBUHAN
IKRAR UTAMA TATHAGATA CAHAYA LAZUARDI
GURU PENYEMBUHAN
( Yau Shi Liu Li Kuang Ju Lai Pen Yuan Kung Te Ching )
Dan versi China oleh Tripitaka Master Hsuan Tsang
( Tang 650 C.E. )
Dan versi China oleh Tripitaka Master Hsuan Tsang
( Tang 650 C.E. )
Om , kami berlindung kepada Yang Mahatahu, kami
berlindung kepada Tathagata Raya Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan.
(Lazuardi = lapis Lazuli = sejenis batu mulia dengan warna biru
cemerlang).
Demikian aku telah mendengar,
Pada suatu saat, sewaktu Sang Junjungan sedang
bepergian ke berbagai negeri untuk mengajarkan Dharma kepada penduduk,
Beliau tiba di Vaisali. Di tempat itu, Beliau berdiam dibawah pohon di
mana musik berkumandang. Bersama Beliau terdapat persamuan besar bhiksu
yang berjumlah 8000 orang. Hadir pula 36.000 Bodhisattva Mahasattva,
para raja dengan menteri utamanya, brahmana, umat terpelajar, dewa,
naga, yaksa, dan makhluk-makhluk ini mengelilingi Hyang Buddha. Hyang
Buddha kemudian membabarkan Dharma kepada mereka.
Pangeran Dharma Manjusri yang menerima kekuatan
spiritual yang luhur dari Hyang Buddha melalui inspirasi, bangkit dari
tempat duduknya, membetulkan letak jubahnya, dan berlutut dengan kaki
kanan-Nya. Dengan beranjali, ia memberikan penghormatan. Manjusri
menyapa Hyang Buddha dengan berkata : “Oh, Yang Dijunjung dengan tulus
aku memohon agar Engkau membabarkan tentang bentuk dan keanekaragaman
nama semua Buddha, tentang pahala dari Ikrar Agung mereka yang diucapkan
sewaktu pertama kali menapak jalan Bodhisattva. Agar semua yang
mendengar ini akan dibersihkan dari rintangan karmanya sehingga mereka
bisa memberikan manfaat dan kegembiraan kepada semua makhluk hidup di
zaman Ajaran ( Dharma ) Duplikat ( dimana yang tersisa hanay bentuk
daripada isinya ).
Kemudian Hyang Buddha memuji pemuda (kumara) Manjusri
dengan berkata : “Bagus, bagus, Manjusri. Disebabkan welas asihmu yang
besar, engkau telah memohon kepadaku agar membabarkan nama semua Buddha
dan pahala dari ikrar agung mereka, untuk merenggut rintanagn karma yang
mengikat semua makhluk hidup dan memberi manfaat memperkaya, memberikan
kedamaian dan kegembiraan kepada semua makhluk hidup di Zaman ajaran
duplikat. Dengarkan baik-baik dan renungkan dengan baik apa yang akan
kuberitahukan.”
Manjusri berkata : “Dengan setulusnya aku memohon
Engkau berbicara dan kami semua akan mendengarkan penjelasan-Mu dengan
penuh kegembiraan.”
Hyang Buddha Penyembuhan: “Kedua belas Ikrar-Nya dan Tanah Suci-Nya di sebelah Timur.”
Hyang Buddha berkata kepada Manjusri :”Jika engkau
pergi kea rah Timur melewati tanah Buddha sebanyak 10 kali jumlah
butiran pasir di Sungai Gangga, engkau akan menemukan suatu negeri yang
dikenal sebagai “Lazuardi Murni”. Buddhanya dikenal sebagai Tathagata
Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, Arhat, Yang Mencapai Penerangan
Sempurna (Samyaksambuddha), Yang Memiliki Pikiran dan Perbuatan Sempurna
(Vidya Carana Sampanna), Yang Telah Menempuh Jalan Mulia (Sugata), Dia
Yang Mengenal Segenap Dunia (Lokavid), Makhluk Tiada Tandingan
(Anuttara), Penjinak Nafsu (Purusa Damya Sarathi), Guru Dewa dan Manusia
(Sasta Devamanusyanam), Beliau Yang Sadar ( Buddha Lokanatha), dan
Beliau Yang Luhur (Bhagavan). Manjusri, sewaktu Hyang Buddha Tathagata
Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan pertama kali menapak jalan
Bodhisattva, Beliau membuat 12 ikrar yang memungkinkan semua makhluk
hidup untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.
IKRAR AGUNG KE-1
Aku berikrar bahwa bila aku mencapai penerangan
sempurna tak tertandingi (Anuttarasamyaksambodhi) di masa yang akan
datang, suatu cahaya yang gemilang akan memancar dari tubuhku untuk
menerangi dengan cemerlang negeri yang tak terhingga, tak terhitung, dan
tak terbatas. Tubuh ini akan dihiasi dengan sempurna 32 ciri manusia
unggul dan 80 tanda tambahan. Aku akan mengusahakan agar semua makhluk
hidup menyerupaiku secara keseluruhan.
IKRAR AGUNG KE-2
Aku berikrar bahwa bila aku mencapai penerangan di
masa yang akan datang, tubuhku akan bagaikan Lazuardi dari dalam maupun
dari luar, bersinar dengan kemurnian yang tajam dan tak ternoda.
Cahayanya akan benar-benar memberi manfaat yang besar dan mengagumkan.
Negeriku akan menjadi tempat kediaman yang unggul dari hening, dihiasi
dengan jaringan cahaya (bagaikan suatu aura) yang terangnya melebihi
sang surya dan rembulan. Aku akan menunjukkan fajar kepada makhluk hidup
yang tertutup seluruhnya oleh kegelapan agar mereka bisa bertindak
sesuai dengan jalan yang mereka sukai.
IKRAR AGUNG KE-3
Aku berikrar bahwa bila aku mencapai penernagan di
masa yang akan datang dengan kebijaksanaan dan caraku yang tak terhingga
dan tak terbatas, aku akan mengusahakan agar semua mahkluk mendapatkan
segala apa yang mereka perlukan sehingga mereka tidak akan mengalami
kekurangan (kebutuhan hidup).
IKRAR AGUNG KE-4
Aku berikrar bahwa bila aku mencapai penerangan di
masa akan datang, jika ada makhluk-makhluk yang menempuh jalan
menyimpang, aku akan membimbing mereka kembali ke jalan penernagan. Jika
ada yang menjadi pengikut jalan Sravaka atau Pratyekabuddha, mereka
akan dimantapkan dalam Jalan Besar (Mahayana).
IKRAR AGUNG KE-5
Aku berikrar bahwa bila aku mencapai penerangan di
masa yang akan datang, jia ada mahkluk hidup tak terhingga dan tak
terbatas yang mengembangkan dan mempraktekkan perbuatan murni dari
ajaranku, aku akan mengusahakan agar mereka semua dapat menjalankan
dengan baik tata prilaku dan ketiga Sila Murni (tidak melakukan
perbuatan tercela, bertindak/berbuat dengan sikap yang benar dan
berusaha memberi manfaat pada semua makhluk hidup). Mereka yang
menghujat dan melanggar, sesudah mendengar namaku, merenung dan
memujanya dengan tulus, akan memperoleh kembali kemurnian dan tak akan
terjatuh ke dalam kehidupan yang menyedihkan.
IKRAR AGUNG KE-6
Aku berikrar bahwa bila aku mencapai penerangan di
masa yang akan datang, jika ada mahkluk hidup yang badannya tidak
sempurna, cacat organ inderanya, jelek, bodoh, tuli, buta, bisu, lumpuh,
dan pincang, bongkok, sakit lepra, kejang, gila atau dihinggapi
berbagai penyakit dan penderitaan – makhluk seperti ini bila mereka
mendengar namaku, menyebut dan merenungkannya dengan tulus, mereka akan
memperoleh rupa yang bagus dan kecerdasan praktis, semua organ indera
mereka akan disempurnakan dan mereka tidak akan dihinggapi penyakit
maupun penderitaan.
IKRAR AGUNG KE-7
Aku berikrar bahwa bila aku mencapai penerangan di
masa yang akan datang, jika ada makhluk yang menderita sakit atau
tertindas, yang tidak punya tempat berlindung dan kediaman, yang tidak
mendapatkan dokter maupun obat, tanpa sanak saudara, yang melarat dan
berat penderitaanya segera setelah namaku terdengar dan disebut oleh
mereka, segala penyakit mereka akan disembuhkan dan mereka akan
merasakan ketentraman dan kegembiraan di dalam badan dan pikiran. Mereka
akan mendapat keluarga dan kebutuhan yang berlimpah, dan mereka sendiri
akan mengalami penerangan sempurna di kemudian hari.
IKRAR AGUNG KE-8
Aku berikrar bahwa bila aku mencapai penerangan di
masa yang akan datang, jika ada perempuan yang menderita salah satu dari
ratusan kesengsaraan yang dialami perempuan, yang pada akhir
kehidupannya tidak ingin terlahir dengan tubuh perempuan lagi – bila
perempuan ini mendengar namaku, menyebut, dan merenungkannya, mereka
semua akan memperoleh fisik laki-laki dengan dilengkapi ciri-ciri bagus
dalam penitisan yang akan datang. Mereka semua mengalami penerangan
sempurna di kemudian hari.
IKRAR AGUNG KE-9
Aku berikrar bahwa bila aku mencapai penerangan di
masa yang akan datang. Aku akan mengusahakan agar semua makhluk hidup
terlepas dari jaring Mara. Mereka akan dibebaskan dari belenggu segala
jalan menyimpang. Jika ada yang terseret ke dalam berbagai pandangan
keliru yang tebalnya bagaikan hutan, aku akan mengusahakan agar mereka
perlahan-lahan mengembangkan dan mempelajari semua praktek Bodhisattva,
sehingga mereka akan mengalami penerangan sempurna di kemudian hari.
IKRAR AGUNG KE-10
Aku berikrar bahwa bila aku mencapai penerangan di
masa yang akan datang, jika – sesuai dengan yang tertulis di dalam
undang-undang Negara ada mahkluk hidup yang dirantai dan dicambuk,
dibelenggu dan dijebloskan ke dalam penjara, atau yang akan dijatuhi
hukuman mati; dan kepada siapa yang mengalami kesulitan, bencana/petaka
tidak habis-habisnya yang amat memalukan, menyedihkan, dan menyusahkan,
badan dan pikiran mereka menderita kegetiran ini – jika orang seperti
ini mendengar namaku dan merenungkannya, diberkahi oleh kekuatan
spiritual yang mengagumkan dan pahala kebajikanku, mereka akan
dibebaskan dari segala kesedihan dan penderitaan.
IKRAR AGUNG KE-11
Aku berikrar bahwa bila aku mencapai penerangan dimasa
yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang tersiksa oleh lapar dan
haus dan yang menciptakan karma buruk di dalam (keputus-asaan) mencapai
penghidupan, jika mereka mendengar namaku, merenungkan dan
mempertahankannya selalu di dalam pikiran mereka, maka aku akan memberi
makanan dan minuman enak untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya dulu. Sesudah
itu, dengan memberi santapan Ajaran Dharma, mereka akan menjadi
tenteram dan bergembira pada akhirnya dan dimantapkan di dalamnya.
IKRAR AGUNG KE-12
Aku berikrar bahwa bila aku mencapai penerangan di
masa yang akan datang, jika ada mahkluk hidup yang miskin dan tidak
memiliki baju; terganggu dan tersiksa siang dan malam oleh lalat dan
nyamuk, panas dan dingin – bila mereka mendengar namaku, merenungkan dan
mempertahankannya selalu di dalam pikiran, mereka akan memperoleh
segala macam baju bagus dan indah sesuai dengan keinginannya. Mereka
juga akan memperoleh segala macam perhiasan mahal, karangan bunga,
serbuk dupa wangi, musik dan (kenikmatan) berbagai pertunjukan kesenian.
Aku akan membuat mereka mendapatkan berlimpah-limpah apa yang mereka
inginkan.
Manjusri, inilah kedua belas ikrar halus (substil),
mulia, dan unggul yang diucapkan oleh Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja
Guru Penyembuhan itu sewaktu Beliau menapak Jalan Bodhisattva mengenai
pahala dan hiasan gemilang dari tanah Buddhanya, sekalipun aku mencoba
menceritakannya selama satu kalpa atau pun lebih lama, hal itu tidak
akan terungkap sepenuhnya. Tanah Buddha Raja Guru Penyembuhan sampai
sekarang masih luar biasa murninya (tidak ada kotoran) dan disitu tidak
ada godaan ( Dalam bahasa literatur “tidak ada perempuan” ), tidak ada
kehidupan yang menyedihkan (Alam nerak, setan kelaparan, dan binatang),
dan tidak ada ratapan penderitaan.
Tanahnya terdiri dari Lazuardi dan pinggir jalannya
dibatasi emas. Tembok dan gerbang, istana dan pavilyun, balcon dan
jendela, gorden dan tirai, semuanya terbuat dari 7 (tujuh) permata mulia
(Emas, perak, lazuardi, kwarts, kristal, egate, karnelian, dan rubi
atau mutiara merah). Tempat itu menyerupai Tanah Sukhavati di sebelah
barat; pahala dan hiasannya tidak berbeda.
Di negeri ini terdapat 2 (dua) Bodhisattva yaitu
Suryaprabhasana dan Candraprabhasana. Mereka merupakan pemimpin dari
kumpulan Bodhisattva yang tak terbatas dan tak terhingga di sana .
Mereka sudah mampu mempertahankan dan membabarkan ajaran murni Tathagata
Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan.
Untuk itu, Manjusri, semua upasaka-upasika yang
memiliki keyakinan haruslah mempunyai keinginan untuk menitis di tanah
Buddha itu.”
HYANG BUDDHA MEMBANTU MEREKA YANG KARMANYA
TELAH MEMBAWA KESENGSARAAN
TELAH MEMBAWA KESENGSARAAN
Yang Dijunjungi kemudian berkata kepada pemuda Manjusri:
“Manjusri, ada makhluk yang tidak bisa membedakan
antara yang baik dan yang jahat, yang hanya menyukai ketamakan dan
kekikiran. Mereka tidak tahu apa-apa tentang perbuatan amal kebajikan,
buah dan pahala dan beramal. Bodoh dan bebal, mereka tidak memiliki
kebijaksanaan dan akar keyakinannya kurang. Mengumpulkan harta dan
permata, mereka menjaga dan melindungi (timbunan hartanya) siang dan
malam. Bila mereka melihat seorang pengemis datang, mereka menjadi tidak
senang, dan jika mereka tidak berhasil melindungi diri dan terpaksa
memberi, mereka menyimpan kekesalan yang dalam dan menyakitkan
seolah-olah bagian tubuh mereka terpotong.
Selain itu, ada mahkluk hidup yang tamaknya tak
terhingga. Mereka mengumpulkan kekayaan, dan karena ketamakannya itu
mereka bahkan tidak menikmatinya sendiri, bagaimana mungkin mereka bisa
memberikan kepada orang tuanya, istri, dan anak-anak, pembantu, kuli
atau kepada pengemis. Pada akhir kehidupannya ini, makhluk ini akan
terlahir kembali sebagai setan kelaparan atau binatang. Jika di dalam
kehidupan sebelumnya sebagai manusia, mahkluk ini pernah mendengar
sepintas nama Tathagata Cahaya Lazuardi, ‘Guru Penyembuhan', dan di
dalam alam kehidupan yang menyedihkan ini dia masih mengingat nama
Tathagata ini.
Sewaktu dia merenung kembali Tathagata ini, dia akan
menghilang dari tempat itu dan terlahir lagi di dunia manusia.
Memperoleh pengetahuan tentang kehidupan masa lalunya dan takut
(kembali) ke alam menyedihkan, dia akan menikmati kesenangan duniawi
lagi. Dia akan cenderung mempraktekkan perbuatan yang bermanfaat, dia
tidak akan terikat pada miliknya dengan serakah. Satu persatu dengan
menggunakan kepala, mata, tangan, kaki, darah, daging dan potongan
badannya, dia akan bisa membagi-bagikan amal bagi siapa saja yang datang
memintanya. Apalagi untuk membagikan kekayaan yang lain
Kemudian, Manjusri, ada makhluk hidup yang telah
melanggar larangan kemurnian moral (sila) walaupun mereka telah menerima
berbagai isi ajaran Tathagata. Mungkin ada yang walaupun tidak
melakukan pelanggaran, telah melanggar aturan Sangha. Mungkin ada yang
walaupun telah mematuhi larangan dan aturan dalam sikap yang benar,
telah menganut pandangan menyimpang. Juga mungkin ada yang walaupun
menganut pandangan yang benar, telah meninggalkan kegiatan belajar.
Dengan demikian, mereka tidak berhasil memahami prinsip yang dalam dari
Sutra yang diajarkan Hyang Buddha. Mungkin ada yang walaupun terpelajar
tetapi menjadi congkak dan karena pikiran mereka ditutupi keangkuhan,
berpendapat bahwa mereka benar dan orang lain salah. Mereka sampai
menghina dan membenci ajaran murni, menjadi teman dan sekutu Mara.
Dengan cara begini, orang bodoh ini sendiri mempraktekkan pandangan
menyimpang. Mereka berulang kali mendorong jutaan makhluk hidup ke dalam
jurang bahaya. Orang begini akan terjatuh kealam neraka, binatang
ataupun alam setan, menetap selamanya di alam samsara.
Jika mereka mendengar nama Tathagata Cahaya Lazuardi,
Guru Penyembuhan, mereka akan meninggalkan jalan sesat (negative
practice), mengembangkan dan mempraktekkan ajaran yang bermanfaat.
Mereka tidak terjatuh kealam kehidupan menyedihkan. Tetapi jika mereka
tidak bisa meninggalkan jalan sesat, tidak mengembangkan dan
mempraktekkan ajaran bermanfaat, maka mereka akan (terus-menerus)
terbenam ke dalam kehidupan menyedihkan.
Karena kekuatan yang menakjubkan dari ikrar utama yang
dibuat oleh Tathagata ini, makhluk begini akan dibangunkan dari
keadaannya yang sekarang agar mendengar nama Hyang Buddha untuk sekejab.
Kemudian, sesudah berakhir kehidupannya, mereka akan terlahir sebagai
manusia. Mereka akan memperoleh pandangan yang benar, dan dengan
berusaha, mereka akan menguasai keinginan pikirannya. Selain itu, mereka
akan bisa menolak ikatan duniawi dengan berlindung kepada ajaran
Tathagata. Mereka akan menerima dan memgang inti ajaran dan tidak
berbuat sesuatu pun yang offensive dan melanggar larangan. Dengan
berpegangan pada pandangan yang benar, mereka akan menjadi terpelajar
dan memahami arti yang dalam dari Sutra. Terbatas dari kebanggaan diri,
mereka tidak akan lagi menghina ajaran murni. Mereka tidak akan menjadi
teman Mara. Perlahan-lahan mereka akan mengembangkan dan mempraktekkan
berbagai aspek dari Jalan Bodhisattva dan akhirnya mereka akan bisa
mencapai kesempurnaan jalan.
Kemudian, Manjusri, mungkin ada makhluk hidup yang
kikir dan tamak, iri dan cemburu, yang memuji diri sendiri dan
menjelekkan orang lain. Makhluk ini akan terjatuh kedalam ketiga alam
kehidupan menyedihkan. Mereka akan menderita berbagai jenis kesengsaraan
selama beribu-ribu tahun. Bila mereka telah mengalami kesengsaraan ini,
barulah mereka terlahir di dunia ini sebagai kerbau atau kuda, unta
atau keledai. Dipecut berulang-ulang, terganggu dan tersiksa oleh lapar
dan hawa, mereka akan selalu dibebani muatan berat di punggung dan
menempuh perjalanan sepanjang waktu. Jika mereka terlahir sebagai
manusia, maka itu akan berupa pekerja di rumah orang lain, sebagai budak
laki atau perempuan yang selalu diperintah untuk mengerjakan pekerjaan
kasar bagi orang lain. Orang seperti ini tidak akan pernah bebas.
Jika di dalam kehidupan yang lalu sebagai manusia,
orang seperti ini pernah mendengar nama Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja
Guru Penyembuhan, dikarenakan penyebab baik ini, dia akan dibimbing
untuk mengingatnya dan dia akan berlindung pada Hyang Buddha, dia akan
dibebaskan dari segala penderitaannya. Dia akan mendapat indera yang
tanggap dan tajam, menjadi penuh kebijaksanaan dan terpelajar. Dia akan
selalu mencari ajaran yang luhur, selalu bertemu dengan teman
(spiritual) yang baik. Dia akan memutuskan ikatannya dengan Mara
selama-lamanya, menembus selubung ketidaktahuan. Sungai penderitaan akan
mengering dan dia akan terbebas dari kesedihan dan penderitaan
kelahiran, ketuaan, penyakit, dan kematian.
Kemudian, Manjusri, ada makhluk hidup yang menyenangi
perselisihan, yang bertengkar, dan menyebabkan kekesalan di antara
mereka dan orang lain; dan melalui perbuatan, kata-kata, dan pikiran,
mereka menciptakan, menambah, dan memperpanjang semua jenis karma buruk;
ada yang merencanakan pembalasan dendam, ada yang mengundang jin
penunggu hutan, gunung atau kuburan; ada yang membunuh makhluk hidup
untuk mendapatkan darah dan dagingnya guna dijadikan persembahan kepada
yaksa dan iblis raksasa atau lainnya; ada yang menuliskan nama orang
untuk dikutuk, membuat patung mereka dan dengan ilmu hitam untuk
memanggil arwah guna mengakhiri kehidupan musuhnya dan menghancurkan
tubuhnya – jika ada diantara makhluk hidup ini yang mendengar nama
Tathagata Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, mereka tidak akan bisa
mencelakai orang dengan berbagai cara jahat tersebut. Didalam setiap
kilasan pikiran mereka akan timbul rasa cinta kasih. Mereka akan
memikirkan manfaat bagi orang lain, tentang kedamaian dan kegembiraan,
dan mereka tidak akan mempunyai pikiran menyiksa atau membenci.
Masing-masing akan senang dengan apa yang didapatnya, dan dia akan
menjadi puas. Makhluk ini tidak akan melanggar hak atau menganiaya orang
lain, melainkan berusaha untuk menguntungkan satu sam lainnya.
Kemudian, Manjusri, di antara keempat kelompok bhiksu,
bhiksuni, upasaka, upasika, di antara putra-putri dengan keyakinan
murni, yang bisa menerima dan mempertahankan ikrar delapan sila (Asta
Sila = tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzinah, tidak berbohong,
tidak minum minuman yang memabukkan, tidak memakai kosmetik atau
perhiasan, tidur dengan tikar di lantai dan tidak makan setelah tengah
hari), mematuhi semua aspeknya selama setahun atau 3 bulan.
Melalui akar perbuatan yang baik ini mereka berharap
akan diberikan kesempatan untuk menitis di alam Sukhavati-nya Buddha
Amitabha di sebelah barat. Akan tetapi, sekalipun mereka sudah mendengar
ajaran murni, mereka belum dimantapkan di dalamnya. Jika mereka
mendengar nama Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, dan
merenungkannya selalu, maka menjelang akhir kehidupannya, 8 (delapan)
Bodhisattva Agung (Manjusri, Avalokitesvara, Mahasthamaprapta,
Aksayamati, ratna Cendana Kusuma, Bhaisajya-Raja, Bhaisajya-Samutgata,
dan Maitreya. Dalam versi Mandarin dan Sansekerta tidak disebutkan
secara spesifik, tetapi tercantum di dalam Abisekha –Sutra, T.XXI,1131,
p.534 A ) akan turun dari langit untuk menunjukkan arah (ke Tanah
Suci Barat), mereka akan terlahir dengan sendirinya di-dalam bunga
Teratai Permata berwarna-=warni.
Jika ada yang – sekalipun terlahir di alam surgawi dan
telah membina akar kebajikan di dalam kehidupan yang lalu, tetapi masih
belum mengakhiri (karmanya). Oleh karena mereka telah terlahir di alam
surgawi ini, mereka tidak akan lagi terlahir di alam kesedihan manapun.
Bila masa kehidupan mereka di alam surgawi mencapai akhirnya, orang
seperti ini akan terlahir di alam manusia sebagai Maharaja Pemutar Roda
yang akan memerintah di ke-empat benua. Dengan mengandalkan kewibawaan
dan kebajikannya yang mengagumkan, dia akan membimbing dan menempatkan
makhluk hidup tak-terhitung, dengan aman dijalan 10 (Sepuluh) Larangan
Bermanfaat (Dasakusala).
Atau orang seperti ini akan terlahir di dalam suatu
keluarga Ksatria (bangsawan) besar, brahmana atau umat awam terpelajar,
dengan kekayaan, permata, lumbung, dan gudang berlimpah ruah. Rupanya
akan begitu agung dan dia akan memiliki pengikut dan sanak-saudara yang
banyak. Dia akan menjadi pintar dan bijaksana, berani dan kuat,
mengagumkan dan hebat bagaikan seorang mahaguru bela diri.
Atau jika orang seperti ini terlahir sebagai
perempuan, bila dia mendengar nama Tathagata Cahaya Lazuardi, Raja Guru
Penyembuhan: dan dengan segala ketulusan yang dalam, menerima dan
mempertahankannya, maka pada kehidupan selanjutnya orang ini tidak akan
pernah lagi terlahir sebagai perempuan.”
SUATU FORMULA MISTIK UNTUK MENGUSIR PENYAKIT DAN PENDERITAAN
“Kemudian, Manjusri, sewaktu Tathagatha Cahaya
Lazuardi, Guru Penyembuhan ini mencapai penerangan, disebabkan kekuatan
ikrar utama-Nya, Beliau selalu mengawasi semua mahluk hidup dan melihat
mereka menderita berbagai penyakit, kurus kering, demam, sakit kuning
dan sebagainya ; yang lainnya menderita kejang oleh racun jahat; selain
itu ada yang ditakdirkan berumur pendek atau terancam kematian sebelum
waktunya. Untuk mengakhiri semua penyakit dan penderitaan sekalian
mahkluk hidup ini, dan memenuhi semua keinginan mereka. Pada waktu itu
Hyang Buddha tersebut memasuki samadhi yang disebut "Penghapus Musibah
Semua Makhluk Hidup", Beliau memasuki samadhi ini, seberkas cahaya yang
sangat terang memancar dari aura diantaara alis-Nya dan dari itu suatu
Dharani agung berkumandang :
"Namo Bhaisajyaguru-vaidurya Prabharajaya Tathagathaya
Arhate Samyak-sambuddhaya Tadyatha.
Om Bhaisajye Bhaisajye Bhaisajya-samudgate Svaha."
( Bisa diterjemahkan kira-kira sebagai berikut: Aku memberi penghormatan kepada Raja Cahaya Lapis Lazuli, Paduka Raja Pengobatan, Tathagata, Arhat, Yang Memperoleh Penerangan Sempurna, dengan berkata: Untuk penyembuhan, untuk penyembuhan, hidup penyembuhan sempurna )
"Kemudian sesudah Dharani ini dikumandangkan, diantara
cahaya ini terdengar suara gemuruh, sang bumi bergetar dengan hebat di
alam Buddha tersebut. Seberkas cahaya terang memancar keluar sehingga
segala penyakit dan kesengsaraan terhapus dari semua makhluk hidup dan
semua menjadi tentram dan bergembira."
"O, Manjusri, jika ada putra atau putri yang menderita sakit, demi orang itu engkau harus membantu dia membersihkan badan dan mulutnya secara teratur dengan welas asih. Sediakanlah makanan, obat-obatan, dan air bersih untuk ditaruh di atas altar, dan bacakan Dharani ini sebanyak 108 kali, kemudian berikanlah bahan-bahan itu kepada mereka. Sesudah menelannya, semua penderitaan dan penyakitnya akan terhapus. Jika orang ini menginginkan sesuatu, dia harus mengingat Dharani ini dan mengucapkan dengan sepenuh hati. Dengan cara ini, dia akan memperoleh apa yang diinginkannya, terbebas dari penyakit dan panjang umur. Pada akhir kehidupannya orang ini akan terlahir di negeri Buddha itu. Dia akan mencapai keadaan tanpa kemunduran (Avaivartika) dan mendapat Penerangan kemudian."
"Manjusri, itulah sebabnya putra dan putri baik harus rajin menyembah dan memuja Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan dengan sepenuh hati, dan mereka harus selalu mempertahankan Dharani ini tanpa membiarkannya hilang."
"Kemudian, Manjusri, jika ada putra dan putri dengan keyakinan murni mendengar nama dari Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, sesudah mendengarnya mereka harus mengucapkan dan mempertahankannya. Pada waktu subuh mereka harus membersihkan gigi, mandi, dan menyucikan diri. Dengan berbagai bunga harum, dupa, minyak wangi, dan musik dari aneka instrumen, mereka harus memuja patung atau gambar dari Hyang Buddha. Di samping itu mereka harus menyimpan 1 (satu ) jilid Sutra ini yang disalin sendiri atau diperoleh melalui orang lain serta memperbanyak sutra dan mendalami prinsip-prinsipnya dengan sepenuh hati. Mereka harus memberikan persembahan kepada guru agama yang membabarkan prinsip-prinsipnya Sutra ini dan menyediakan segala kebutuhan hidupnya sesuai kemampuannya. Sesudah berbuat begitu perilaku mereka pasti akan diketahui dan dicatat oleh para Buddha. Apa yang mereka inginkan akan terpenuhi, dan mereka akan secepatnya mencapai Penerangan.
"O, Manjusri, jika ada putra atau putri yang menderita sakit, demi orang itu engkau harus membantu dia membersihkan badan dan mulutnya secara teratur dengan welas asih. Sediakanlah makanan, obat-obatan, dan air bersih untuk ditaruh di atas altar, dan bacakan Dharani ini sebanyak 108 kali, kemudian berikanlah bahan-bahan itu kepada mereka. Sesudah menelannya, semua penderitaan dan penyakitnya akan terhapus. Jika orang ini menginginkan sesuatu, dia harus mengingat Dharani ini dan mengucapkan dengan sepenuh hati. Dengan cara ini, dia akan memperoleh apa yang diinginkannya, terbebas dari penyakit dan panjang umur. Pada akhir kehidupannya orang ini akan terlahir di negeri Buddha itu. Dia akan mencapai keadaan tanpa kemunduran (Avaivartika) dan mendapat Penerangan kemudian."
"Manjusri, itulah sebabnya putra dan putri baik harus rajin menyembah dan memuja Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan dengan sepenuh hati, dan mereka harus selalu mempertahankan Dharani ini tanpa membiarkannya hilang."
"Kemudian, Manjusri, jika ada putra dan putri dengan keyakinan murni mendengar nama dari Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, sesudah mendengarnya mereka harus mengucapkan dan mempertahankannya. Pada waktu subuh mereka harus membersihkan gigi, mandi, dan menyucikan diri. Dengan berbagai bunga harum, dupa, minyak wangi, dan musik dari aneka instrumen, mereka harus memuja patung atau gambar dari Hyang Buddha. Di samping itu mereka harus menyimpan 1 (satu ) jilid Sutra ini yang disalin sendiri atau diperoleh melalui orang lain serta memperbanyak sutra dan mendalami prinsip-prinsipnya dengan sepenuh hati. Mereka harus memberikan persembahan kepada guru agama yang membabarkan prinsip-prinsipnya Sutra ini dan menyediakan segala kebutuhan hidupnya sesuai kemampuannya. Sesudah berbuat begitu perilaku mereka pasti akan diketahui dan dicatat oleh para Buddha. Apa yang mereka inginkan akan terpenuhi, dan mereka akan secepatnya mencapai Penerangan.
PEMUJAAN HYANG BUDDHA PENYEMBUHAN DAN MANFAATNYA
Kemudian Bodhisattva Manjusri memberi hormat pada
Hyang Buddha dan berkata : "Yang dijunjungi, aku berjanji bahwa pada
jaman berakhirnya Dharma, dengan segala cara aku akan menyebabkan putra
dan putri dengan keyakinan murni untuk mendengar nama Tathagatha Cahaya
Lazuardi, Guru Penyembuhan ini. Bahkan di dalam tidurnya Aku akan
membisikkan ke telinganya nama Hyang Buddha agar mereka yang terlena
dalam kenikmatan duniawi yang tidak kekal bisa tersadar."
"Yang dijinjungi, mereka harus menerima dan mempelajari Sutra ini dan mempertahankan Sutra ini senantiasa membaca dan mengucapkannya. Selain ini mereka harus membabarkan dan menjelaskan isinya kepada orang lain. Mereka sendiri harus memperbanyak Sutra ini atau menganjurkan orang lain menganjurkannya, serta memuja Sutra dengan berbagai jenis bunga harum, minyak wangi, dupa wangi, karangan bunga, kalung, panji, canopy, tambur dan musik. Untuk lebih hormat mereka harus melakukan puja dengan memasukkan Sutra ke dalam kantong dari kain Sutra 5 warna. Mereka harus menggosok lantai, memercikkan air suci untuk membersihkan tempat itu, kemudian mendirikan altar tinggi untuk menaruh Sutra ini dengan baik di atasnya. Pada saat itu keempat Raja Dewa beserta pengikutnya yang beribu-ribu jumlahnya dari perjamuan Dewa akan pergi ke tempat puja itu untuk mellindungi Sutra ini dan keluarga pemuja tersebut."
"Yang dijunjungi, jika sutra ini tersebar ke suatu tempat dimana ada orang yang menerima dan mempertahankannya, maka disebabkan oleh pahala ikrar utama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, dan dari mendengar namanya ketahuilah bahwa di tempat ini tidak ada lagi kematian sebelum waktunya. Juga di tempat ini tidak akan pernah ada lagi hantu dan iblis jahat mencuri tenaga inti / vital manusia. Mereka yang sudah mengalami penderitaan demikian akan mendapatkan kembali ketentraman dan kegembiraan sebelumnya atas badan dan pikiran."
Hyang Buddha memberitahukan Manjusri : "Demikianlah, hal itu akan terjadi tepat seperti yang engkau katakan, Manjusri. Jika ada putra dan putri dengan keyakinan murni ingin memuja Tathagatha Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, pertama-tama mereka harus membuat suatu rupa atau gambar Buddha itu dan mendirikan suatu altar suci untuk menempatkannya. Mereka harus menabur berbagai jenis bunga disana, membakar berbagai dupa dan menghiasi tempat itu dengan berbagai panji dan spanduk yang indah.
"Yang dijinjungi, mereka harus menerima dan mempelajari Sutra ini dan mempertahankan Sutra ini senantiasa membaca dan mengucapkannya. Selain ini mereka harus membabarkan dan menjelaskan isinya kepada orang lain. Mereka sendiri harus memperbanyak Sutra ini atau menganjurkan orang lain menganjurkannya, serta memuja Sutra dengan berbagai jenis bunga harum, minyak wangi, dupa wangi, karangan bunga, kalung, panji, canopy, tambur dan musik. Untuk lebih hormat mereka harus melakukan puja dengan memasukkan Sutra ke dalam kantong dari kain Sutra 5 warna. Mereka harus menggosok lantai, memercikkan air suci untuk membersihkan tempat itu, kemudian mendirikan altar tinggi untuk menaruh Sutra ini dengan baik di atasnya. Pada saat itu keempat Raja Dewa beserta pengikutnya yang beribu-ribu jumlahnya dari perjamuan Dewa akan pergi ke tempat puja itu untuk mellindungi Sutra ini dan keluarga pemuja tersebut."
"Yang dijunjungi, jika sutra ini tersebar ke suatu tempat dimana ada orang yang menerima dan mempertahankannya, maka disebabkan oleh pahala ikrar utama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, dan dari mendengar namanya ketahuilah bahwa di tempat ini tidak ada lagi kematian sebelum waktunya. Juga di tempat ini tidak akan pernah ada lagi hantu dan iblis jahat mencuri tenaga inti / vital manusia. Mereka yang sudah mengalami penderitaan demikian akan mendapatkan kembali ketentraman dan kegembiraan sebelumnya atas badan dan pikiran."
Hyang Buddha memberitahukan Manjusri : "Demikianlah, hal itu akan terjadi tepat seperti yang engkau katakan, Manjusri. Jika ada putra dan putri dengan keyakinan murni ingin memuja Tathagatha Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan, pertama-tama mereka harus membuat suatu rupa atau gambar Buddha itu dan mendirikan suatu altar suci untuk menempatkannya. Mereka harus menabur berbagai jenis bunga disana, membakar berbagai dupa dan menghiasi tempat itu dengan berbagai panji dan spanduk yang indah.
Selama tujuh hari dan tujuh malam mereka harus
menerima dan menjalankan Attha Sila, berpantang makan daging, mandi
dengan air bersih dan wangi serta memakai baju baru dan bersih. Mereka
harus menjaga kesucian tubuh maupun pikiran, tanpa pikiran marah atau
menyakiti makhluk lain. Terhadap semua makhluk hidup mereka harus
menumbuhkan pikiran memberikan manfaat, kedamaian, cinta kasih,
kegembiraan, simpatik dan keseimbangan. Mereka harus memainkan alat
musik dan menyanyikan pujian sambil memngelilingi patung atau gambar
Hyang Buddha dari sisi kanan. Selain itu, mereka harus merenungkan
pahala ikrar utama dari Hyang Tathagatha, mempelajari dan mengucapkan
Sutra ini. Mereka harus meresapi prinsip-prinsipnya dan membabarkan
Sutra ini, serta menjelaskan isinya kepada orang lain."
"Selanjutnya semua hal menyenangkan yang diidamkannya akan terkabul. Jika ia menginginkan panjang umur, maka ia akan memperoleh. Jika ia menginginkan kekayaan dan kemewahan, maka kemakmuran itu akan diperolehnya. Jika ia menginginkan jabatan maka itu akan tercapai, jika ia menginginkan anak laki-laki atau perempuan maka anak itu akan terlahir di keluarga."
"Selanjutnya semua hal menyenangkan yang diidamkannya akan terkabul. Jika ia menginginkan panjang umur, maka ia akan memperoleh. Jika ia menginginkan kekayaan dan kemewahan, maka kemakmuran itu akan diperolehnya. Jika ia menginginkan jabatan maka itu akan tercapai, jika ia menginginkan anak laki-laki atau perempuan maka anak itu akan terlahir di keluarga."
"Selain itu jika ada seseorang yang sering bermimpi
buruk, melihat berbagai bentuk makhluk halus, melihat burung menakutkan
yang berkelompok memasuki rumahnya, atau ratusan pertanda buruk muncul
di rumahnya sehingga membuatnya sangat gelisah - bila orang itu dapat
melakukan upacara puja atau memuliakan nama Tathagatha Cahaya Lazuardi,
Guru Penyembuhan, maka mimpi buruk, makhluk halus dan semua pertanda
buruk akan menghilang tanpa menimbulkan gangguan / kerugian apapun."
"Jika ada seseorang yang terancam oleh bahaya air,
api, pisau, racun, tergantung di tebing, gajah liar, singa, harimau,
serigala, babi hutan, ular beracun, kalajengking, kelabang, ulat
berbisa, atau nyamuk, bila orang ini bisa mengingat Hyang Buddha dengan
sepenuh hati dan memujaNya dengan hormat, dia akan terbebas dari semua
hal yang menakutkan ini. Jika ada negeri lain menyerbu dan mengganggu
ketentraman, atau jika perampok dan pencuri membuat kerusuhan, orang
yang mengingat dan memuja Tathagatha itu dengan hormat juga akan
terbebas dari gangguan ini."
"Kemudian Manjusri, mungkin ada putra dan putri baik dengan keyakinan murni yang sampai akhir kehidupannya belum pernah memuja Dewa manapun dan telah berlindung dengan sepenuh hati kepada Buddha, Dharma, dan Sangha, menerima dan memegang sila, apakah Pancasila, dasasila, atau 250 sila bagi bhiksu, atau 500 sila bagi bhiksuni. Namun barang kali dia takut bahwa dia akan terjatuh kedalam alam kehidupan menyedihkan karena pernah melakukan pelanggaran sila yang diterimanya. Jika orang ini bisa berkonsentrasi sepenuhnya pada nama Hyang Buddha tersebut dan memujanya dengan hormat, maka dia pasti tidak akan terlahir di dalam ketiga alam menyedihkan tersebut."
"Jika ada perempuan yang akan melahirkan menderita kesakitan yang hebat, dan bila dia bisa memuliakan nama Tathagatha itu dengan sepenuh hati dengan memuja rupang atau gambarnya dengan hormat, maka semua sakitnya akan hilang dan anaknya akan terlahir tanpa cacat. Rupa anaknya akan sempurna dan semua yang melihatnya akan berseru kegirangan. Anak itu akan dikaruniai indra yang tajam, kecerdasan, dan ketenangan. Dia jarang menderita sakit dan semua mahluk halus tidak akan mencuri kekuatan intinya."
"Kemudian Manjusri, mungkin ada putra dan putri baik dengan keyakinan murni yang sampai akhir kehidupannya belum pernah memuja Dewa manapun dan telah berlindung dengan sepenuh hati kepada Buddha, Dharma, dan Sangha, menerima dan memegang sila, apakah Pancasila, dasasila, atau 250 sila bagi bhiksu, atau 500 sila bagi bhiksuni. Namun barang kali dia takut bahwa dia akan terjatuh kedalam alam kehidupan menyedihkan karena pernah melakukan pelanggaran sila yang diterimanya. Jika orang ini bisa berkonsentrasi sepenuhnya pada nama Hyang Buddha tersebut dan memujanya dengan hormat, maka dia pasti tidak akan terlahir di dalam ketiga alam menyedihkan tersebut."
"Jika ada perempuan yang akan melahirkan menderita kesakitan yang hebat, dan bila dia bisa memuliakan nama Tathagatha itu dengan sepenuh hati dengan memuja rupang atau gambarnya dengan hormat, maka semua sakitnya akan hilang dan anaknya akan terlahir tanpa cacat. Rupa anaknya akan sempurna dan semua yang melihatnya akan berseru kegirangan. Anak itu akan dikaruniai indra yang tajam, kecerdasan, dan ketenangan. Dia jarang menderita sakit dan semua mahluk halus tidak akan mencuri kekuatan intinya."
PENTINGNYA KEYAKINAN
Pada saat itu Sang Junjungan berkata kepada Ananda :
"Semua pahala dari Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan,
sebagaimana Aku telah memujiNya barusan, adalah Dharma yang paling
praktis dan luas dari Hyang Buddha, sekalipun begitu makna itu masih
sulit dipahami oleh para umat. Apakah engkau mempunyai keyakinan
terhadapnya?"
Ananda menjawab : "Yang dijunjungi, Aku tidak mempunyai keraguan sedikitpun terhadap Vaipulya Sutra yang dikotbahkan oleh Tathagatha, mengapa begitu ? Karena karma yang timbul oleh perbuatan, kata-kata dan pikiran semua Tathagatha adalah suci murni seluruhnya. O Junjungan, cakrama sang surya dan rembulan bisa kami jatuhkan, Gunung Semeru bisa kami buat bergetar, tetapi ajaran dari semua Buddha adalah sama dan tidak pernah berubah."
"Yang Dijunjungi, akar keyakinan dari makhluk hidup adalah tidak sempurna. Sekali pun mereka mendengar gambaran tentang jangkauan kegiatan spirituil serta prilaku dan hasil kerja yang luas dari berbagai Buddha, mahluk dengan keyakinan tidak sempurna itu mungkin akan berpikir : Bagaimana mungkin kita, hanya dengan berkonsentrasi pada nama seoarang Buddha, Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, akan memperoleh pahala yang demikian mulia ? Karena kurang keyakinan, selanjutnya akan timbul perkataan menjelekkan dan menghujat. Seterusnya mahluk ini kehilangan kegembiraan dan kebahagiaan seperti di dalam malam yang gelap dan panjang sampai akhir hidupnya. Dan ia akan terus bertumimbal lahir di berbagai alam sengsara tanpa akhir."
Hyang Buddha memberitahu Ananda : "Jika makhluk ini mendengarkan nama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan dan dengan sepenuh hati menerima dan mempertahankannya tanpa keraguan, maka mereka tidak akan terjatuh dalam kehidupan menyedihkan."
"Ananda, memang sukar untuk memiliki keyakinan dan memahami perbuatan luhur dari para Buddha. Sekarang engkau bisa menerimanya, hal ini disebabkan oleh kekuatan yang menakjubkan dari Tathagatha itu. Ananda, para Sravaka, Pacekkabuddha dan Bodhisattva yang belum memasuki tahapan bhumi tidak mempunyai keyakinan yang demikian dan sulit memahami kesunyataan tertinggi yang diuraikan para Buddha, kecuali Bodhisattva dengan satu kelahiran lagi (Ekajatipratiprabaddha) yang bisa demikian."
"Ananda, kelahiran sebagai manusia sulit diperoleh, sekalipun tubuh manusia sudah diperoleh juga sulit untuk menumbuhkan Bodhicitta serta keyakinan untuk memuja dan menghormati Triratna. Bahkan lebih sulit lagi adalah kesempatan untuk mendengar nama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan. Ananda, seandainya Aku menceritakan praktek Bodhisattva yang tak terbatas, metode bijaksana yang tak terhingga serta ikrar agung dan luhur yang tak terhitung dari Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan itu - sekalipun Aku menceritakannya untuk 1 kalpa atau lebih lama, masa itu akan berlalu, tetapi perbuatan, ikrar dan metode bijaksana yang unggul dari Buddha itu adalah tak habis - habisnya bila diuraikan."
Ananda menjawab : "Yang dijunjungi, Aku tidak mempunyai keraguan sedikitpun terhadap Vaipulya Sutra yang dikotbahkan oleh Tathagatha, mengapa begitu ? Karena karma yang timbul oleh perbuatan, kata-kata dan pikiran semua Tathagatha adalah suci murni seluruhnya. O Junjungan, cakrama sang surya dan rembulan bisa kami jatuhkan, Gunung Semeru bisa kami buat bergetar, tetapi ajaran dari semua Buddha adalah sama dan tidak pernah berubah."
"Yang Dijunjungi, akar keyakinan dari makhluk hidup adalah tidak sempurna. Sekali pun mereka mendengar gambaran tentang jangkauan kegiatan spirituil serta prilaku dan hasil kerja yang luas dari berbagai Buddha, mahluk dengan keyakinan tidak sempurna itu mungkin akan berpikir : Bagaimana mungkin kita, hanya dengan berkonsentrasi pada nama seoarang Buddha, Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, akan memperoleh pahala yang demikian mulia ? Karena kurang keyakinan, selanjutnya akan timbul perkataan menjelekkan dan menghujat. Seterusnya mahluk ini kehilangan kegembiraan dan kebahagiaan seperti di dalam malam yang gelap dan panjang sampai akhir hidupnya. Dan ia akan terus bertumimbal lahir di berbagai alam sengsara tanpa akhir."
Hyang Buddha memberitahu Ananda : "Jika makhluk ini mendengarkan nama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Raja Guru Penyembuhan dan dengan sepenuh hati menerima dan mempertahankannya tanpa keraguan, maka mereka tidak akan terjatuh dalam kehidupan menyedihkan."
"Ananda, memang sukar untuk memiliki keyakinan dan memahami perbuatan luhur dari para Buddha. Sekarang engkau bisa menerimanya, hal ini disebabkan oleh kekuatan yang menakjubkan dari Tathagatha itu. Ananda, para Sravaka, Pacekkabuddha dan Bodhisattva yang belum memasuki tahapan bhumi tidak mempunyai keyakinan yang demikian dan sulit memahami kesunyataan tertinggi yang diuraikan para Buddha, kecuali Bodhisattva dengan satu kelahiran lagi (Ekajatipratiprabaddha) yang bisa demikian."
"Ananda, kelahiran sebagai manusia sulit diperoleh, sekalipun tubuh manusia sudah diperoleh juga sulit untuk menumbuhkan Bodhicitta serta keyakinan untuk memuja dan menghormati Triratna. Bahkan lebih sulit lagi adalah kesempatan untuk mendengar nama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan. Ananda, seandainya Aku menceritakan praktek Bodhisattva yang tak terbatas, metode bijaksana yang tak terhingga serta ikrar agung dan luhur yang tak terhitung dari Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan itu - sekalipun Aku menceritakannya untuk 1 kalpa atau lebih lama, masa itu akan berlalu, tetapi perbuatan, ikrar dan metode bijaksana yang unggul dari Buddha itu adalah tak habis - habisnya bila diuraikan."
MENYELAMATKAN MEREKA YANG TERANCAM KEMATIAN ATAU BAHAYA
Pada saat itu dalam persamuan, seorang Bodhisattva
bernama Apavarga bangkit dari tempat duduknya, membiarkan bahu sebelah
kanannya terbuka, dan mengelilingi Hyang Buddha. Berlutut dengan kaki
kanannya, dia menyembah dengan tangan dirangkap (anjali) dan berkata
kepada Hyang Buddha: "Yang dijunjung, menurut apa yang kulihat dalam
samadhiku, di jaman berakhirnya Dharma akan ada makhluk hidup yang
menderita berbagai penyakit dan kesusahan seperti terserang penyakit
menahun hingga tubuhnya kurus kering. Tidak bisa makan dan minum,
tenggorokannya mengering dan bibirnya pecah, setiap penjuru kelihatan
gelap olehnya. Mereka hanya terbaring menanti ajalnya sementara orang
tua, famili, teman dan kenalan berkumpul disekeliling orang ini dengan
ratap dan tangis."
"Kemudian, meskipun tubuhnya masih terbaring di tempat semula tetapi arwahnya telah direnggut oleh utusan Yama yang membawa arwahnya ke hadapan Raja Yama. Karena kesadaran Vijnana-alaya yang melekat pada semua makhluk hidup dapat mencapai semua makhluk hidup dapat mencatat semua perbuatan baik maupun jahat masing-masing pada masa kehidupannya, maka berdasarkan itu Sang Raja Yama akan mengadili orang itu sesuai dengan perbuatan baik dan buruknya."
"Jika, demi kepentingan orang sakit itu, famili, teman dekat dan kenalannya bisa berlindung kepada Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru penyembuhan, dan mereka meminta persamuan bhiksu untuk mengucapkan Sutra ini, menyalakan lampu 7 tingkat dan menggantungkan panji pancawarna untuk memperpanjang umur, maka arwah orang itu mungkin dikembalikan ketubuhnya segera. Dia akan mengingat dengan jelas apa yang dialaminya bagaikan di dalam mimpi. Jika kesadarannya kembali sesudah melewati 7, 21, 35 dan 49 hari dia akan merasa bagaikan terbangun dari tidurnya, dan dia akan mengingat bahwa dia telah menerima pahala maupun pembalasan dari karma baik dan buruknya. Karena dia sendiri menyaksikan dan mengalami berlakunya hukum karma, juga disebabkan dia memperoleh kembali kehidupan ini dengan susah, maka dia tidak akan lagi berbuat karma buruk di masa yang akan datang."
"Oleh sebab itu, putra-putri baik dengan keyakinan murni, kalian harus menerima dan memuliakan nama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan dan memuja rupang dan gambar-Nya dengan sepenuh hati di rumah masing-masing."
Kemudian Ananda bertanya kepada Bodhisattva Apavarga : "Bodhisattva yang bajik, tolong jelaskan bagaimana seseorang harus memuliakan dan memuja Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan itu? Bagaimana Caranya membuat panji memperpanjang umur dan memasang lampu tersebut?"
Bodhisattva Apavarga menjawab: "Arya Ananda, jika engkau ingin menolong orang sakit dari penyakitnya, demi orang itu engkau harus menerima dan menjalankan Attha Sila selama 7 hari dan 7 malam, kemudian kumpulkan makanan, minuman dan harta lainnya sesuai dengan kemampuan untuk mengadakan persembahan kepada Sangha. Di samping itu lakukan upacara puja terhadap Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru penyembuhan sebanyak 6 kali dalam 1 hari dan 1 malam serta bacakan sutra ini sebanyak 49 kali. Nyalakan 49 lampu dan buatlah 7 buah rupang atau gambar dari Tathagatha ini. Setiap rupang atau gambar dikelilingi oleh 7 buah lampu bagaikan sebuah roda, dan selama 49 hari biarkanlah cahayanya menyala terus menerus. Buatlah suatu panji yang pancawarna setinggi 49 depa dan lepaskan 49 makhluk hidup berbagai jenis. Maka orang sakit itu akan bisa melewati bahaya ini, dan arwahnya akan terbebaskan dari cengkraman iblis jahat."
"Selain itu, Arya Ananda, bila di suatu negeri di mana seorang raja ksatria memerintah, terjadi bencana dan kesengsaraan seperti wabah penyakit di antara penduduk, serbuan negeri lain, pemberontakkan dalam negeri, gerhana matahari atau bulan, gempa bumi, angin topan, banjir, kemarau panjang dan sebagainya - demi menghilangkan bencana-bencana tersebut sang raja harus menumbuhkan maitri karuna terhadap semua makhluk hidup. Dia harus memberi pengampunan kepada semua orang hukuman yang dipenjara. Mengandalkan metode puja yang diungkapkan di atas, dia harus memuja Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan." "Dikarenakan kekuatan dari pahala ikrar utama Hyang Tathagatha, negerinya akan menjadi aman tentram. Angin dan hujan akan turun pada musimnya, dan panen akan berhasil. Semua makhluk hidup akan menjadi sehat dan bergembira. Di dalam negerinya tidak akan ada yaksa jahat, maupun makhluk hidup dengan berbagai gangguan spirituil. Semua pertanda buruk akan hilang, negerinya menjadi makmur dan sang raja ksatria akan berumur panjang, memiliki kesegaran dan terbebaskan dari penyakit."
"Arya Ananda, jika sang raja, ratu atau selir, pewaris tahta atau pangeran lain, para menteri, jenderal, abdi istana dan dayang, pejabat, maupun rakyat jelata menderita penyakit atau mengalami bencana lain, mereka juga harus berbuat dan memasang panji panca warna dan menyalakan lampu dirumahnya. Mereka harus melepaskan berbagai makhluk yang hidupnya teraniaya, menaburkan bunga wangi, dan membakar berbagai dupa wangi, maka mereka akan terbebaskan dari semua penyakit dan kesulitan."
Pada saat itu Ananda bertanya kepada Bodhisattva Apavarga; "Bodhisattva yang bajik, bagaimana caranya memperpanjang umur seseorang yang seharusnya telah berakhir ?" Bodhisattva Apavarga menjawab: "O, orang bijak, apakah engkau belum pernah mendengar uraian Sang Tathagatha tentang 9 kematian sebelum waktunya (sebelum waktunya juga mengandung arti ‘yang mengenaskan')? Itulah sebabnya aku mendorong Engkau membuat panji memperpanjang umur, menyalakan lampu dan mengembangkan berbagai perbuatan yang bermanfaat. Dengan menimbulkan amal jasa seseorang akan hidup sepenuhnya sampai akhir usianya dan tidak akan mengalami penderitaan dan musibah apapun."
Ananda bertanya; "Apakah ke 9 kematian sebelum waktunya itu ?"
Bodhisattva Apavarga menjawab: "Mungkin ada makhluk hidup yang mengidap penyakit-yang walaupun ringan, tetapi tidak diobati karena tidak mendapatkan obat atau dokter. Atau mereka mungkin bertemu dengan dokter yang memberikan obat yang salah. Orang ini sebenarnya belum saatnya meninggal, tetapi dibuat meninggal sebelum waktunya. Selain itu, ada orang yang percaya pada penganut aliran sesat yang matrialistis dan jahat, dukun ilmu hitam. Mereka akan memberikan kekuatiran dan ketakutan dalam pikirannya. Karena orang yang disesatkan ini tidak bisa membedakan dengan tepat dalam hatinya, dia mengajukan pertanyaan sekitar nasibnya dan membunuh berbagai jenis makhluk hidup untuk menyenangkan kekuatan itu.
"Kemudian, meskipun tubuhnya masih terbaring di tempat semula tetapi arwahnya telah direnggut oleh utusan Yama yang membawa arwahnya ke hadapan Raja Yama. Karena kesadaran Vijnana-alaya yang melekat pada semua makhluk hidup dapat mencapai semua makhluk hidup dapat mencatat semua perbuatan baik maupun jahat masing-masing pada masa kehidupannya, maka berdasarkan itu Sang Raja Yama akan mengadili orang itu sesuai dengan perbuatan baik dan buruknya."
"Jika, demi kepentingan orang sakit itu, famili, teman dekat dan kenalannya bisa berlindung kepada Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru penyembuhan, dan mereka meminta persamuan bhiksu untuk mengucapkan Sutra ini, menyalakan lampu 7 tingkat dan menggantungkan panji pancawarna untuk memperpanjang umur, maka arwah orang itu mungkin dikembalikan ketubuhnya segera. Dia akan mengingat dengan jelas apa yang dialaminya bagaikan di dalam mimpi. Jika kesadarannya kembali sesudah melewati 7, 21, 35 dan 49 hari dia akan merasa bagaikan terbangun dari tidurnya, dan dia akan mengingat bahwa dia telah menerima pahala maupun pembalasan dari karma baik dan buruknya. Karena dia sendiri menyaksikan dan mengalami berlakunya hukum karma, juga disebabkan dia memperoleh kembali kehidupan ini dengan susah, maka dia tidak akan lagi berbuat karma buruk di masa yang akan datang."
"Oleh sebab itu, putra-putri baik dengan keyakinan murni, kalian harus menerima dan memuliakan nama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan dan memuja rupang dan gambar-Nya dengan sepenuh hati di rumah masing-masing."
Kemudian Ananda bertanya kepada Bodhisattva Apavarga : "Bodhisattva yang bajik, tolong jelaskan bagaimana seseorang harus memuliakan dan memuja Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan itu? Bagaimana Caranya membuat panji memperpanjang umur dan memasang lampu tersebut?"
Bodhisattva Apavarga menjawab: "Arya Ananda, jika engkau ingin menolong orang sakit dari penyakitnya, demi orang itu engkau harus menerima dan menjalankan Attha Sila selama 7 hari dan 7 malam, kemudian kumpulkan makanan, minuman dan harta lainnya sesuai dengan kemampuan untuk mengadakan persembahan kepada Sangha. Di samping itu lakukan upacara puja terhadap Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru penyembuhan sebanyak 6 kali dalam 1 hari dan 1 malam serta bacakan sutra ini sebanyak 49 kali. Nyalakan 49 lampu dan buatlah 7 buah rupang atau gambar dari Tathagatha ini. Setiap rupang atau gambar dikelilingi oleh 7 buah lampu bagaikan sebuah roda, dan selama 49 hari biarkanlah cahayanya menyala terus menerus. Buatlah suatu panji yang pancawarna setinggi 49 depa dan lepaskan 49 makhluk hidup berbagai jenis. Maka orang sakit itu akan bisa melewati bahaya ini, dan arwahnya akan terbebaskan dari cengkraman iblis jahat."
"Selain itu, Arya Ananda, bila di suatu negeri di mana seorang raja ksatria memerintah, terjadi bencana dan kesengsaraan seperti wabah penyakit di antara penduduk, serbuan negeri lain, pemberontakkan dalam negeri, gerhana matahari atau bulan, gempa bumi, angin topan, banjir, kemarau panjang dan sebagainya - demi menghilangkan bencana-bencana tersebut sang raja harus menumbuhkan maitri karuna terhadap semua makhluk hidup. Dia harus memberi pengampunan kepada semua orang hukuman yang dipenjara. Mengandalkan metode puja yang diungkapkan di atas, dia harus memuja Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan." "Dikarenakan kekuatan dari pahala ikrar utama Hyang Tathagatha, negerinya akan menjadi aman tentram. Angin dan hujan akan turun pada musimnya, dan panen akan berhasil. Semua makhluk hidup akan menjadi sehat dan bergembira. Di dalam negerinya tidak akan ada yaksa jahat, maupun makhluk hidup dengan berbagai gangguan spirituil. Semua pertanda buruk akan hilang, negerinya menjadi makmur dan sang raja ksatria akan berumur panjang, memiliki kesegaran dan terbebaskan dari penyakit."
"Arya Ananda, jika sang raja, ratu atau selir, pewaris tahta atau pangeran lain, para menteri, jenderal, abdi istana dan dayang, pejabat, maupun rakyat jelata menderita penyakit atau mengalami bencana lain, mereka juga harus berbuat dan memasang panji panca warna dan menyalakan lampu dirumahnya. Mereka harus melepaskan berbagai makhluk yang hidupnya teraniaya, menaburkan bunga wangi, dan membakar berbagai dupa wangi, maka mereka akan terbebaskan dari semua penyakit dan kesulitan."
Pada saat itu Ananda bertanya kepada Bodhisattva Apavarga; "Bodhisattva yang bajik, bagaimana caranya memperpanjang umur seseorang yang seharusnya telah berakhir ?" Bodhisattva Apavarga menjawab: "O, orang bijak, apakah engkau belum pernah mendengar uraian Sang Tathagatha tentang 9 kematian sebelum waktunya (sebelum waktunya juga mengandung arti ‘yang mengenaskan')? Itulah sebabnya aku mendorong Engkau membuat panji memperpanjang umur, menyalakan lampu dan mengembangkan berbagai perbuatan yang bermanfaat. Dengan menimbulkan amal jasa seseorang akan hidup sepenuhnya sampai akhir usianya dan tidak akan mengalami penderitaan dan musibah apapun."
Ananda bertanya; "Apakah ke 9 kematian sebelum waktunya itu ?"
Bodhisattva Apavarga menjawab: "Mungkin ada makhluk hidup yang mengidap penyakit-yang walaupun ringan, tetapi tidak diobati karena tidak mendapatkan obat atau dokter. Atau mereka mungkin bertemu dengan dokter yang memberikan obat yang salah. Orang ini sebenarnya belum saatnya meninggal, tetapi dibuat meninggal sebelum waktunya. Selain itu, ada orang yang percaya pada penganut aliran sesat yang matrialistis dan jahat, dukun ilmu hitam. Mereka akan memberikan kekuatiran dan ketakutan dalam pikirannya. Karena orang yang disesatkan ini tidak bisa membedakan dengan tepat dalam hatinya, dia mengajukan pertanyaan sekitar nasibnya dan membunuh berbagai jenis makhluk hidup untuk menyenangkan kekuatan itu.
Dia mengundang makhluk halus untuk meminta berkah dan
perlindungan dan memperpanjang hidupnya. Tetapi niat itu tak tercapai
karena orang ini terperangkap dalam kebingungan dan kegelapan batin,
terlalu percaya pada pandangan sesat sehingga akhirnya ia mengalami
kematian sebelum waktunya dan masuk neraka tanpa bisa keluar dalam waktu
tertentu. Inilah yang dikenal dengan kematian sebelum waktunya yang
pertama."
"Kematian sebelum waktunya yang kedua adalah melalui
hukuman oleh undang-undang negara. Yang ketiga adalah seseorang yang
suka berburu atau melakukan asusila, terlibat makan minum melebihi
batas. Karena tidak mengenal disiplin dan hidup teratur, kekuatan
intinya dirampas oleh makhluk jahat, dengan demikian menyebabkan
kematian sebelum waktunya. Kematian sebelum waktunya yang keempat adalah
terbakar api,yang kelima adalah tenggelam di air."
" Ada yang dimangsa binatang buas, dengan demikian menjadi kematian sebelum waktunya yang keenam. Yang ketujuh adalah terjatuh dari tebing tinggi. Yang kedelapan adalah kematian oleh oleh tanaman beracun, ditenung, dan oleh mantera untuk membangkitkan mayat, setan dan lainnya. Yang kesembilan disebabkan kelaparan dan kehausan."
Inilah penjelasan singkat dari Tathagatha tentang ke 9 jenis kematian sebelum waktunya. Di samping itu pada hakekatnya terdapat bencana dan kematian yang tidak-terhitung banyaknya dalam kehidupan di dunia ini yang tak dapat diungkapkan satu persatu.
"Kemudian Arya Ananda, Raja Yama itu berkuasa atas catatan nama semua orang didunia. Jika ada makhluk hidup yang tidak berbakti, melakukan 5 dosa berat yaitu : menbunuh ayah, menbunuh ibu, menbunuh arahat, melukai Buddha dan merusak keharmonisan Sangha, merugikan dan mencemarkan Triratna, melanggar undang-undang negara, dan melanggar sila atau displin lainnya, maka Raja Yama akan menghukum mereka sesuai dengan berat ringannya pelanggaran dari pemeriksaannya. Itulah sebabnya sekarang aku mendorong semua makhluk hidup untuk menyalakan lampu, menbuat panji, membebaskan makhluk hidup, berlindung dan merenungkan Buddha tersebut serta mengembangkan perbuatan bermanfaat lainnya. Ini akan menyebabkan mereka melewati penderitaan dan musibah serta terhindar dari berbagai jenis kesulitan."
" Ada yang dimangsa binatang buas, dengan demikian menjadi kematian sebelum waktunya yang keenam. Yang ketujuh adalah terjatuh dari tebing tinggi. Yang kedelapan adalah kematian oleh oleh tanaman beracun, ditenung, dan oleh mantera untuk membangkitkan mayat, setan dan lainnya. Yang kesembilan disebabkan kelaparan dan kehausan."
Inilah penjelasan singkat dari Tathagatha tentang ke 9 jenis kematian sebelum waktunya. Di samping itu pada hakekatnya terdapat bencana dan kematian yang tidak-terhitung banyaknya dalam kehidupan di dunia ini yang tak dapat diungkapkan satu persatu.
"Kemudian Arya Ananda, Raja Yama itu berkuasa atas catatan nama semua orang didunia. Jika ada makhluk hidup yang tidak berbakti, melakukan 5 dosa berat yaitu : menbunuh ayah, menbunuh ibu, menbunuh arahat, melukai Buddha dan merusak keharmonisan Sangha, merugikan dan mencemarkan Triratna, melanggar undang-undang negara, dan melanggar sila atau displin lainnya, maka Raja Yama akan menghukum mereka sesuai dengan berat ringannya pelanggaran dari pemeriksaannya. Itulah sebabnya sekarang aku mendorong semua makhluk hidup untuk menyalakan lampu, menbuat panji, membebaskan makhluk hidup, berlindung dan merenungkan Buddha tersebut serta mengembangkan perbuatan bermanfaat lainnya. Ini akan menyebabkan mereka melewati penderitaan dan musibah serta terhindar dari berbagai jenis kesulitan."
PANGLIMA YAKSA DAN JANJINYA
Pada saat itu di dalam persamuan terdapat 12 Panglima
Besar Yaksa yang duduk bersama. Nama mereka adalah : Kumbhira, Vajra,
Mihira, Andira, Anila, Sandila, Indra, Pajra, Makura, Kinnara, Catura
dan Vikalara. Masing-masing Panglima Yaksa ini mempunyai pasukan
sebanyak 7.000 Yaksa.
Mereka berkata dengan serempak kepada Hyang Buddha: “Yang Dijunjung, karena kekuatan yang mengagumkan dari Hyang Buddha, kami telah memperoleh kesempatan mendengar nama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, sehingga kami tidak takut lagi akan terjatuh ke alam sengsara. Kami semuanya mempunyai pikiran yang sama untuk berlindung sepenuhnya kepada Buddha, Dharma, dan Sangha. Kami berkeinginan untuk memikul tanggung jawab melakukan perbuatan bermanfaat yang benar, membantu makhluk hidup hidup mendapatkan keberuntungan, kedamaian dan kegembiraan kepada semua makhluk hidup, tanpa memandang desa, kota , ibukota atau hutan kecil tempat tinggal mereka."
"Berkenaan dengan mereka yang menerima, menghayati dan mengedarkan Sutra ini maupun yang memuliakan nama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, serta memuja rupang atau gambar-Nya, di mana saja mereka berada apakah di desa, kota atau di hutan, kami beserta pengikut kami akan mengunjungi tempat itu untuk melindungi mereka. Kami akan mengusahakan agar mereka terbebaskan dari semua penderitaan dan kesulitan, serta agar semua keinginannya bisa terpenuhi. Mereka yang ingin terbebas dari penderitaan penyakit juga harus membacakan Sutra ini. Dengan menggunakan tali 5 warna sebanyak 12 utas, mereka harus mengikat simpul dengan nama mereka masing-masing di setiap tali, lalu digantungkan di sisi altar, dan bila keinginannya sudah tercapai simpul mereka itu boleh dibuka."
Pada saat itu Sang Junjungan memuji semua Panglima Yaksa dengan berkata: "Bagus, bagus, Panglima Yaksa Besar! Cita-cita kalian patut dihargai ! Bila kalian berniat membalas kemurahan hati dan jasa Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru penyembuhan, kalian harus selalu melayani semua makhluk hidup dengan cara yang baru saja kalian katakan, dengan memberikan manfaat, kedamaian dan kegembiraan."
Mereka berkata dengan serempak kepada Hyang Buddha: “Yang Dijunjung, karena kekuatan yang mengagumkan dari Hyang Buddha, kami telah memperoleh kesempatan mendengar nama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, sehingga kami tidak takut lagi akan terjatuh ke alam sengsara. Kami semuanya mempunyai pikiran yang sama untuk berlindung sepenuhnya kepada Buddha, Dharma, dan Sangha. Kami berkeinginan untuk memikul tanggung jawab melakukan perbuatan bermanfaat yang benar, membantu makhluk hidup hidup mendapatkan keberuntungan, kedamaian dan kegembiraan kepada semua makhluk hidup, tanpa memandang desa, kota , ibukota atau hutan kecil tempat tinggal mereka."
"Berkenaan dengan mereka yang menerima, menghayati dan mengedarkan Sutra ini maupun yang memuliakan nama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, serta memuja rupang atau gambar-Nya, di mana saja mereka berada apakah di desa, kota atau di hutan, kami beserta pengikut kami akan mengunjungi tempat itu untuk melindungi mereka. Kami akan mengusahakan agar mereka terbebaskan dari semua penderitaan dan kesulitan, serta agar semua keinginannya bisa terpenuhi. Mereka yang ingin terbebas dari penderitaan penyakit juga harus membacakan Sutra ini. Dengan menggunakan tali 5 warna sebanyak 12 utas, mereka harus mengikat simpul dengan nama mereka masing-masing di setiap tali, lalu digantungkan di sisi altar, dan bila keinginannya sudah tercapai simpul mereka itu boleh dibuka."
Pada saat itu Sang Junjungan memuji semua Panglima Yaksa dengan berkata: "Bagus, bagus, Panglima Yaksa Besar! Cita-cita kalian patut dihargai ! Bila kalian berniat membalas kemurahan hati dan jasa Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru penyembuhan, kalian harus selalu melayani semua makhluk hidup dengan cara yang baru saja kalian katakan, dengan memberikan manfaat, kedamaian dan kegembiraan."
MEMBERI NAMA SUTRA DAN KESIMPULAN
Kemudian Ananda bertanya pada Hyang Buddha: "Yang
Dijunjung,nama apa yang harus diberikan pada ajaran ini dan bagaimana
seharusnya kami menjunjungnya?"
Hyang Buddha memberitahukan kepada Ananda: "Nama ajaran ini adalah: "Pahala dari Ikrar Utama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan", juga disebut "Mantra Suci dari Ikrar Mengikat ke-12 Panglima Yaksa untuk Membantu Semua Makhluk Hidup", juga disebut "Merenggut Semua Selubung Karma". Dengan cara ini engkau harus menjunjungnya."
Sesudah Hyang Junjungan selesai berbicara, semua Bodhisattva, Mahasattva, Sravaka agung, para raja, menteri, brahmana, umat awam terpelajar, dewa, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kinara, dan makhluk manusia maupun bukan manusia, di dalam persamuan besar, yang mendengarkan ajaran Hyang Buddha bersuka-cita. Mereka bertekad menerima dan mempraktekkan dengan tulus ajaran ini.
Hyang Buddha memberitahukan kepada Ananda: "Nama ajaran ini adalah: "Pahala dari Ikrar Utama Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan", juga disebut "Mantra Suci dari Ikrar Mengikat ke-12 Panglima Yaksa untuk Membantu Semua Makhluk Hidup", juga disebut "Merenggut Semua Selubung Karma". Dengan cara ini engkau harus menjunjungnya."
Sesudah Hyang Junjungan selesai berbicara, semua Bodhisattva, Mahasattva, Sravaka agung, para raja, menteri, brahmana, umat awam terpelajar, dewa, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kinara, dan makhluk manusia maupun bukan manusia, di dalam persamuan besar, yang mendengarkan ajaran Hyang Buddha bersuka-cita. Mereka bertekad menerima dan mempraktekkan dengan tulus ajaran ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar