Oleh Maha Mula Acharya Liansheng Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu
Sebelum setiap sesi meditasi, anda harus menyalakan hio dan memberi
persembahan bagi para Budha, Bodhisatva dan Dharmapala. Makna dari bahan
persembahan yang berbeda adalah:
Air = pahala Bunga = amal Dupa = sila Pelita = ketabahan Dupa urapan = usaha makanan = meditasi samatha musik = prajna
Anda tidak harus memberi semua persembahan pada setiap sesi -- kadang-kadang hanya satu macam saja dilain waktu beberapa macam.
Setiap kali Aku membuat persembahan, Aku pegang sebuah piring dengan
sebuah apel didalamnya dan memvisualisasikan apel itu berubah menjadi
berjuta-juta apel seperti gunung apel memenuhi angkasa yang berubah
menjadi awan-awan apel. Aku juga visualisasikan para Budha dan
Bodhisatva menerima apel-Ku dengan sukacita dan semua Budha sepuluh
penjuru menerima persembahan-Ku. Persembahan visualisasi ini adalah yang
paling efektif dari semua persembahan.
Banyak murid bahkan
tidak tahu ritual persembahan dasar meskipun mereka telah bersarana
pada-Ku beberapa tahun. Kita harus memahami bahwa kita membuat
persembahan dengan ketulusan. Kita mempersembahkan barang-barang ini
kepada Budha dari dasar hati kita. Bahkan jika hanya segelas air, kita
harus melakukan visualisasi yang tulus. Persembahan yang tulus dan
sepenuh hati menghasilkan pahala besar yang menjangkau jauh.
Beberapa murid-Ku akan menelepon-Ku saat ada anggota keluarganya yang
sakit: 'Mahaguru Lu, tolong buatkan permohonan darurat bagiku kepada
Budha.' Ada banyak orang setiap hari meminta-Ku memohonkan banyak hal
dari Budha. Mereka tampaknya mengira bahwa Aku orang kesayangan para
Budha dan Bodhisatva yang hanya menerima permohonan dari-Ku. Sebenarnya,
hal ini tidak benar. Adalah yang terbaik bagimu untuk membuat
permohonanmu sendiri kepada Budha. Anda harus memberi persembahan demi
permohonan anda. Anda dapat memohon demi setiap orang lain, seperti anak
bagi orangtuanya, atau orangtua bagi anak-anaknya, bawahan bagi
atasannya, kakak demi adik, atau adik demi kakak, istri demi suaminya
atau suami bagi istrinya. Ingatlah memberi persembahan dan lakukan
visualisasi bagi setiap permohonan, agar memperoleh pahala kelas satu.
Adalah juga boleh anda meminta Gurumu memohon demi dirimu, tetapi bagi
efek terbaik, anda harus membuat persembahan anda sendiri dan
bersembahsujud bersama dengan Guru anda; jangan hanya dengan santai
berkata:
'Mahaguru Lu, tolong mohonkan kepada Budha bagiku.'
Jika anda tidak membuat persembahan, para Budha dan Bodhisatva tidak
akan menganggap itu sebagai suatu upacara yang pantas dan terserah
kepada Mereka apakah akan menganugerahkan berkah padamu atau tidak. Itu
mungkin menjadi 'permintaan darurat kosong.'
Kalau Aku membeli
buah-buahan untuk persembahan, maka itu menjadi persembahan-Ku, bukan
persembahanmu; pahalanya menjadi milik-Ku. Sekali lagi, ia mungkin
menjadi 'permintaan darurat kosong.' Pahala dalam membuat persembahan
tidak tergantung pada berapa banyak anda mempersembahkan atau berapa
mahal barang yang anda persembahkan, tetapi pada apakah 'ianya kosong.'
Selama ianya tidak 'kosong', ianya berpahala. Persembahan berpahala
mengubah nasib jelek menjadi nasib baik dan mengubah kegagalan menjadi
sukses, membuat semua hal terjadi sesuai dengan keinginan anda.
Altar Tantra anda harus dihias dengan agung. Keagungan pratima Budha,
panji Budha, pengaturan altar yang rapi dan persembahan pusaka, dapat
menimbulkan sukacita dan rasa hormat dari sadhaka. Perhiasan yang agung
sendiri adalah semacam persembahan; bahan persembahan bermutu tinggi itu
juga suatu kebajikan. Semua hal ini menciptakan pahala kelas satu.
Bahan persembahan dapat digolongkan dalam tiga kelompok:
Mempersembahkan makanan, pelita, teh dan benda-benda indah disebut persembahan eksternal atau persembahan kasatmata. Mempersembahkan hidup seseorang, emas, perak dan perhiasan disebut persembahan internal atau persembahan tidak kasatmata.
Persembahan terbaik adalah 'persembahan pikiran' seperti memberi
penghormatan kepada Guru anda, menunjukkan bakti pada orangtua,
menunjukkan hormat dan ketulusan pada oranglain, melatih Sadparamitha
(dana, sila, ksanti, virya, dhyana dan prajna), menyelamatkan makhluk
hidup, mematuhi sila, duduk bermeditasi setiap hari, tidak pernah
melepaskan tekad bersadhana; rela menderita demi makhluk hidup.
Merangkapkan kedua tangan didepan Budha juga adalah 'persembahan
pikiran' dan berpahala.
Secara umum, kita mulai dengan
persembahan eksternal, dan kemudian maju ke persembahan internal dan
akhirnya melatih 'persembahan pikiran' atau melakukan ketiga persembahan
itu secara bersama-sama. Ingatlah bervisualisasi, mengubah bahan
persembahan menjadi beribu-ribu bahan, sampai ia memenuhi seluruh
Dharmadatu di sepuluh penjuru, dan semua Budha bersukacita menerimanya.
Ritual ini sangat berkebajikan. Kalau anda hanya berteriak, 'Mahaguru
Lu, tolonglah aku.' dan anda tidak membuat persembahan, tidak akan ada
hasilnya. Boleh-boleh saja Aku memohonkan permintaan anda, tetapi anda
harus mengusahakan ritual persembahan itu benar karena melakukan ritual
juga bagian dari pahala. Hanya permintaan sambil lalu saja tidak akan
membuat keinginan terpenuhi.
Aku telah membuat persembahan
selama bertahun-tahun. Pertama-tama Aku membuat persembahan bagi Budha.
Kedua Aku membuat persembahan bagi para Bodhisatva. Ketiga, Aku membuat
persembahan bagi para Vajra. Keempat kepada para Dewa. Kelima kepada
para hantu dan makhluk halus. Terakhir, kepada para Raksasa. Aku percaya
semua makhluk hidup yang menderita di enam alam tumimbal lahir adalah
kerabat Budha, dan Aku tidak membeda-bedakan mereka. Aku berharap semua
makhluk yang menderita terbangunkan Bodhicittanya dan menjadi Budha di
masa yang akan datang. Itulah sebabnya Aku bahkan memberi persembahan
bagi para Raksasa.
Sebagai hasil dari persembahan spesial ini,
pernah sekali dalam meditasi-Ku, beberapa cahaya hijau gelap muncul dan
seorang Raja Asura datang menengok-Ku. Raja ini berperawakan sangat
jelek -- sangat sangat tinggi, tangan dan kaki seperti cakar besi,
dengan gigi yang panjang dan mencuat, tengkorak manusia yang berbentuk
yang aneh tergantung di dadanya. Ia mempunyai enam mata, tiga di kanan
dan tiga di kiri, semua tampak sangat marah. Diatas kepalanya, ada tiga
kepala; yang ditengah bertampang raja, dua yang lain berlidah panjang
dengan gerakan menjilat darah. Raja itu mempunyai banyak tangan, setiap
tangan menggenggam senjata maut, keseluruhannya membentuk rupa yang
menakjubkan.
Raja Asura berkata: 'Dengan ini aku mempersembahkan sebuah pedang pada-Mu, pendeta yang terhormat.' 'Untuk apa?' 'Anda telah memberi persembahan bagi para Raksasa.' 'Apa kegunaan pedang ini?' 'Sangat berguna. Dengarkan:
'Mara hawa nafsu dan Pancaskanda berteriak dan menjerit siang malam.
Pedang emas yang dibuat di Sorga adalah untuk mengatasi mereka. Sekarang adalah waktu untuk tumbuhnya buah plum dan cendana. Keheningan tertinggi menjaga suasana yang benar. Menyebarluaskan Dharma bagi para makhluk hidup adalah Integritas. Untuk menghapuskan ajaran sesat dan para mara. Kami para Asura harus datang dan membantu.'
Sang Raja Asura mengangkat pedang itu, cahaya emas memancar ke semua penjuru. 'Pedang pusaka yang luarbiasa!' Aku berseru.
Sebelum Aku selesai, sang Raja meletakkan pedang itu di depan-Ku dan
menghilang. Hari ini, kapan saja Aku masuk ke dalam meditasi yang
mendalam, akan ada sebilah pedang di atas kepala-Ku. Semua iblis
ketakutan sampai hilang akal dan bersarana pada-Ku. Aku memperoleh
pedang pusaka ini hanya karena Aku membuat persembahan bagi para
Raksasa.
Dalam sadhana Tantra, ada susunan Delapan Persembahan
(dari kanan ke kiri): kulit kerang, buah, dupa urapan, pelita, dupa yang
tidak dibakar, lima bunga putih, air sabun, air mengalir atau air
matang. Mantra untuk persembahan ini adalah: "Om, ya-li-ye, zhen-ba-la,
sian-da-ye, sha-ba-le-wa-la, bie-cha, ya-gan, ba-deng, bu-bie, du-bie,
ya-luo-chie, jien-die, nee-wen-die, shi-da, bu-la-dee-cha-ye, sa-ho."
Mudra untuk persembahan ini harus diajarkan secara pribadi.
Hasrat untuk memberi persembahan berasal dari para biksu dan pandita
sendiri. Di dalam hal apapun yang mereka kerjakan (bergerak, hidup,
duduk, tidur) selama mereka melakukan penghormatan kepada Budha, mereka
akan mengembangkan tekad untuk membuat persembahan. Persembahan sangat
efektif. Persembahan yang diniatkan adalah eksternal; persembahan yang
tidak diniatkan adalah internal; kedua jenis itu berpahala. Dalam dunia
kita, membuat persembahan adalah suatu cara untuk bhavana; ianya telah
diturunkan dari generasi ke generasi dan keefektifannya takterperikan.
Adalah tidak benar tidak melakukan persembahan. Beberapa orang
menganggap bahwa Budha ada didalam pikiran kita dan dengan demikian
hanya pikiranlah yang penting, dan membuat persembahan hanyalah suatu
formalitas diluar pikiran. Mereka tidak salah, namun Orang Cerah seperti
itu sangat jarang. Jikalau semua orang biasa mengabaikan memberi
persembahan, akan ada kekacauan dalam Budha Dharma. Jika semua ritual
dihapuskan, makhluk hidup akan kehilangan sandaran dan akan lebih
sedikit lagi yang dapat mencapai Pencerahan.
Kesimpulannya,
sadhaka dalam melakukan meditasi harus membuat persembahan; kalau tidak,
mereka dapat dianggap telah melakukan 'pelanggaran ketidakhormatan.'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar