Mazu Berwajah Hitam, Berwajah Emas dan Berwajah Merah Muda
★ Homage To Dharmaraja Liansheng
★ Homage To Sarasvati Bhagavati
Pic : Black Mazu (黑面媽祖)
Translated by Lianhua Jun Shi An
Mantra : Om A li ye ,su li duo. Tuo mi . Suo Ha
Mudra :
Mazu (媽祖) / Bunda Dewi Surgawi / Dewi Tara Samudera (Tian Shang Sheng Mu / Thian Shang Sing Bo) memiliki paras welas asih, namun rupang (patung) Nya memiliki berbagai warna wajah yang berbeda, ada yang berwarna merah muda, ada yang berwarna emas dan ada yang berwarna hitam, masing-masing warna memiliki makna yang berbeda.Mazu dengan wajah merah muda merupakan paras manusia dari Mazu ; Mazu berwajah emas merupakan paras realisasi dari Mazu ; Sedangkan Mazu berwajah hitam bermakna semangat dan belas kasih Nya dalam menolong yang menderita dan membebaskan dari segala macam kesukaran.
Berbagai kuil Mazu mempersemayamkan rupang dengan warna yang berbeda sebagai adinata (Dewi Tuan Rumah Kuil), Kuil Mazu di Lu-gang merupakan kuil dari Bunda Berwajah Hitam yang ternama, Kuil Agung Bunda Surgawi Aula Keagungan Bunda awalnya merupakan Bunda berwajah emas, di Kuil Leluhur Gai-ji Tainan juga berwajah emas.
Mazu adalah Bunda Suci Surgawi (Tian Shang Sheng Mu / 天上聖母), para pemuja menyebutnya Mazu (Bunda Leluhur , karena Beliau dianggap sebagai Bunda penuh kasih sekaligus leluhur) atau Mazu Po (Nenek Mazu), merupakan dewata yang sangat termasyhur dikalangan masyarakat etnis Tionghoa di seluruh penjuru dunia.
Di Taiwan sendiri, Taiwan bagian Utara kebanyakan mempersemayamkan Mazu berwajah merah muda, sedangkan bagian Selatan kebanyakan mempersemayamkan Mazu berwajah hitam.
Bunda Utama yang penuh kasih berwajah merah muda.
Bunda Kedua yang tercerahkan berwajah emas.
Bunda ketiga sang penolong insan berwajah hitam.
Biasanya di sebuah Kuil Mazu, rupang yang awal mula akan dipersemayamkan di aula utama, jika bukan karena suatu acara yang sangat penting, maka pemuja tidak akan sembarangan memindahkannya. Kemudian Bunda Kedua biasanya merupakan rupang yang digunakan untuk berbagai acara suka cita atau sebuah acara pemujaan berkala seperti arak-arakan keliling maupun pertukaran. Sedangkan Bunda Ketiga akan lebih sibuk karena rupang sering digunakan untuk acara diluar kuil, seperti mendukung kuil lain maupun permintaan masyarakat.
Demikianlah asal usul sebutan Tiga Bunda, sedangkan setelah rupang tersebut dalam waktu lama digunakan untuk pemujaan, sehingga terus terpapar panas dan asap dupa sampai berubah warna menjadi hitam. Sehingga para umat menyebut Bunda Ketiga sebagai Bunda Berwajah Hitam.
Saat ini telah terdapat perkembangan tradisi yaitu adanya produksi rupang Mazu yang berwajah Hitam (rupang baru, hitam karena diwarnai dan bukan karena lama terpapar asap dupa), para pemuja meyakini Mazu berwajah hitam merupakan perlambang wibawa dan belas kasih agung dalam menyelamatkan para insan sepanjang masa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar