Pada
suatu ketika hiduplah seorang kakek tua yang sangat saleh di daerah
Shan Xi. Kakek ini hidup dari bercocok tanam. Dia sangat meyakini dan
mengimani Dewi Kwan Im yang terkenal amat berwelas-asih.
Setiap
hari Kakek itu pasti bersembah sujud di hadapan altar Dewi Kwan Im di
rumahnya untuk memanjatkan paritta dan permohonan doa.
Kakek
itu juga setiap harinya pasti meluangkan waktunya ke Kelenteng Dewi
Kwan Im untuk mempersembahkan bunga yang ditanamnya. Kesalehan dan
ketulusan Kakek sebatang kara ini menjadi buah bibir dari penduduk
setempat di daerah tersebut.
Suatu hari turunlah hujan yang amat lebat sekali sehingga daerah itu mengalami musibah banjir.
Air hujan yang demikian derasnya, dgn cepat mencapai sebatas lutut, sehingga menggenangi rumah-rumah penduduk.
Menyadari
bahaya banjir kiriman yang bakalan melanda, para warga dihimbau untuk
segera menyelamatkan diri dengan mengungsi ke daerah pegunungan.
Saat
tetangga baiknya akan mengungsi, mereka mengajak kakek ini untuk turut
serta. Tetapi kakek ini menolak dengan alasan ingin menjaga altar Dewi
Kwan Im di rumahnya.
Ia
menyalakan lilin dan dupa. Kemudian berlutut dan memohon Sang Dewi
Welas Asih untuk menyelamatkan desanya dari bencana banjir. Ia memohon
agar hujannya segera terhenti sehingga banjir dapat terhindarkan.
Hujan
bukannya berhenti, tetapi malah bertambah lebat disertai dengan suara
guntur yang menggelegar dan kilat yang menyambar tiada hentinya.
Permukaan air semakin naik, sehingga sudah hampir mencapai pinggang
kakek itu.
Tak
lama kemudian, datanglah kepala desa hendak menjemputnya dengan
mempergunakan mobil jipnya. Kakek itu pun masih menolak secara halus dan
berkata, “Saya yakin Dewi Kwan Im pasti mendengar doa hambaNya.”
Sang kepala desa pun akhirnya berlalu meninggalkan kakek itu untuk menjemput masyarakat yang lainnya.
Banjir
ternyata semakin parah dan sudah mencapai 1 meter lebih. Kakek itu
terus memohon pada Dewi Kwan Im. Karena altarnya sudah tergenang, dia
memondong patung Dewi Kwan Im yang menjadi objek pemujaannya.
Semua warga telah mengungsi. Tinggal si kakek yang masih mencoba berdiam di rumahnya walau permukaan air banjir semakin tinggi.
Kakek itu berdiri di atas meja sambil terus mulutnya memohon pertolongan Dewi Kwan Im.
Tak
berapa lama kemudian, datanglah regu penyelamat dengan mempergunakan
perahu karet. Saat melewati rumah sang kakek, mereka berteriak
memanggilnya.
Tapi
sang kakek bersikeras menolak dgn berteriak bahwa ia yakin Sang Dewi
Pengasih pasti mendengar pemanjatan doanya, dan akan datang
menyelamatkannya dan seisi kampung. Tidak mungkin Sang Dewi
membiarkannya
hanyut terbawa derasnya air banjir yang terus mengalir.
Banjir
semakin lama semakin parah. Si kakek terpaksa berenang dan naik ke
wuwungan atap rumahnya. Kini, saat berdiri di atas atap, dia berdoa
dengan berteriak sekeras-kerasnya, memohon Sang Dewi segera menghentikan
hujan lebat itu dan datang menyelamatkannya.
Tiba-tiba
terdengar deru suara helikopter yang semakin mendekat. Tampak beberapa
orang berteriak kepada kakek itu agar ia segera menangkap tali yang
dilemparkan ke bawah. Tapi ia tetap menolak karena keyakinannya yang
begitu kokoh terhadap Sang Dewi. Dengan putus asa, helikopter itupun
terbang meninggalkannya.
Ternyata
hujan tidak berhenti dan akhirnya menenggelamkan si kakek. Setelah
meninggal, Sang Kakek diijinkan masuk nirvana sesuai dengan amal yang
diperbuatnya semasa hidup.
Kebetulan
ia bertemu dengan Dewi Kwan Im di Nirvana. Dan sungguh ia menyatakan
kekecewaannya karena doanya yang terakhir pun tidak dikabulkan olehNya.
Malah sekarang Sang Kakek berbalik menyalahkan Sang Dewi.
Sang
Dewi Pengasih pun tersenyum penuh kasih dan kearifan sembari berkata,
“Setiap musibah yang terjadi sungguh ada sebab musababnya juga. Tidak
ada musibah yang terjadi begitu saja tanpa adanya penyebab yang jelas.
Engkau selalu mengimaniku, menuruti semua ajaranKu. Aku mengetahui dengan jelas semua bentuk ketulusan hatimu.
Sesungguhnya Akupun selalu mengabulkan setiap doa yang kamu panjatkan dengan penuh keyakinan hati.
Yang
pertama, Aku mengirim tetanggamu untuk mengingatkanmu akan bahaya
banjir, dan mengajakmu untuk segera mengungsi, tetapi kamu tidak
menyadarinya.
Kemudian yang kedua, Aku mengutus kepala desa kalian untuk menjemputmu tapi engkau juga menolaknya.
Yang ketiga, Aku mengirimkan regu penyelamat untuk membawamu keluar dari banjir. Itupun kau tolak.
Dan yang terakhir, Aku bahkan mengirimkan helikopter untuk menyelamatkanmu, tapi tetap juga engkau menolaknya.
Nah,
bukankah Aku selalu mendengarkan semua pemanjatan doamu? Dan Aku pun
sudah memerintahkan orang-orang untuk menyelamatkanmu, membawamu menuju
pantai keselamatan ?
Sesungguhnya
bola mataKu senantiasa melihat dengan terang sekali perilakumu, dan
kedua telingaKu mendengar dengan jelas doa yang kamu panjatkan, bahkan
sampai suara yang keluar dari lubuk hatimu juga Kuketahui.
Ketahuilah bahwa semua yang kamu lakukan tidaklah sia-sia, sehingga kini kamu bisa bertemu denganKu di Nirvana yang indah.
Dan
sesungguhnya Aku selalu mengabulkan doa dan permohonan umat manusia.
Aku selalu mengatur yang terbaik untuk umat manusia. Hanya dengan
kearifan yang mendalam, barulah manusia bisa menyadarinya.”
Kadang
dalam hidup, kita sampai bisa menyalahkan langit dan bumi, menyalahkan
para Buddha dan Bodhisatva atas semua musibah yang terjadi dalam
kehidupan kita.
Kita
kadang mengatakan bahwa Buddha tidaklah berwelas-asih, padahal
sesungguhnya Buddha tetap berwelas asih. Hal ini disebabkan oleh
tertutupnya pintu kearifan kita, sehingga tidak bisa melihat sisi
kehidupan yang sebenarnya.
Setiap
orang memiliki karma dan jalinan jodoh kehidupan masing-masing. Buddha
dan Bodhisatva selamanya berwelas asih. Kasih dan kearifan Para Buddha
Bodhisatva senantiasa berpancar dan menyinari jalan kehidupan kita.
Sesungguhnya pengaturan Buddha tdk pernah terlambat dan salah. DIA selalu tepat waktu dan benar. Kasih Buddha indah adanya.
Bila TUHAN mengatakan YA, maka kita akan MENDAPATKAN APA YG KITA MINTA.
Bila TUHAN mengatakan TIDAK, maka kita akan mendptkan yg LEBIH BAIK.
Bila TUHAN mengatakan TUNGGU, maka kita akan mendapatkan yg TERBAIK sesuai kehendak-NYA.
sumber :
http://brightconscience.wordpress.com/2012/08/14/selamanya-dewi-kwan-im-melihat-dan-mendengarkan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar