Riwayat Padmasambhava (juga dikenal sebagai Vajraguru)
Padmasambhava, lebih terkenal sebagai Guru Rinpoche, dihormati oleh seluruh silsilah Buddhisme Tibet, dan gambarnya jelas dipasangkan disebelah Sang Buddha di banyak Kuil Buddhis, viharam dan di rumah-rumah. Banyak umat, khsuusnya dari aliran Nyingma yang didirikan oleh Padma, menganggapnya sebagai Buddha ke dua.
Padma bukanlah makhluk biasa, praktisi biasa, juga bukan seorang bodhisattva mulia. Ia adalah emanasi langsung dari semua Buddha di sepuluh penjuru dan tiga masa. Ia adalah junjungan yang maha mencakup ketiga permata Buddha, Dharma dan Sangha. Ia adalah perwujudan tunggal kebijaksanaan, belas kasihan dan aktivitas dari seluruh Pemenang. Ia adalah Guru dari tiga akar Guru, Yidam dan Pelindung.
Ia adalah inti dari Buddha Amitabha.
Dalam
Dharmakaya, ruang luas kesadaran primordial, Padma tidak terpisah
dari Buddha primordial Samantabhadra. Dalam Sambogakaya, ekspresi
spontan kesadaran primordial, Padma tidak terpisah dari Buddha
Vajradhara, bermanifestasi sebagai emanasi kebijaksanaan para Bhyani
Buddha. Dalam Nirmanakaya, pertunjukan energi belas kasihan dari para
Buddha Sambhogakaya, Padma pertama-tama muncul dalam bentuk setenagh
wujud di alam Mahabrahma, di mana hanya para Bodhisattva mulia yang
dapat melihatnya. Ia kemudian muncul di hadapan makhluk-makhluk biasa
sebagai banyak Nirmanakaya dari Yang Tercerahkan Sempurna, seperti
Buddha Shakyamuni, dan dalam seluruh perwujudan kelahiran yang tidak
terhitung banyaknya. Pertunjukan manifestasi ini muncul terus-menerus
selama masih ada makhluk-makhluk hidup.
Dakini Yeshe Tsogyal
mengalami suatu manifestasi Padma dalam mimpi. Masing-masing pori-pori
tubuhnya bersisikan satu milyar alam, dan dalam masing-masingnya
terdapat satu milyar sistem dunia. Dalam masing-masing sistem dunia
berdiam satu milyar Padma yang menciptakan satu milyar emanasi, dan
masing-masing emanasi ini mengajarkan kepada satu milyar siswa.
Pertunjukan ini, yang ia sebut Samudera Vajra yang sangat luas,
berulang pada tiap-tiap arah utama.
Padma bermanifestasi secara bersamaan dalam tidak terhitung banyaknya sistem dunia untuk mengajarkan dan mengalih-yakinkan semua makhluk, baik manusia, dewa, setan atau siluman, khususnya mereka di masa gelap yang sulkit diyakinkan, dan ia muncul di hadapan mereka dalam bentuk yang sesuai dengan karma individual mereka. Dalam salah satu otobiografinya, ia menjelaskan,
“Pada saat ini, dalam Kaliyuga perselisihan dan
permusuhan, makhluk-makhluk tanpa membeda-bedakan berkubang dalam
lumpur beracun kebencian, nafsu, kebingungan, iri-hati dan keangkuhan.
Khususnya untuk membantu makhluk-makhluk yang paling sulit ditolong,
para Buddha tubuh sederhana tanpa batas mengandung diriku dengan
Pikiran mereka yang terkonsentrasi, para Buddha tubuh kenikmatan semu
menahbiskan gaya kehidupanku dengan watak belas kasihan mereka dan
para Buddha jelmaan belas kasihan menegaskan perwujudanku dengan
kekuatan kelompok mereka. Demikianlah, aku, Orgen Padma, Guru
Kelahiran Teratai, muncul di dunia ini.”
Dalam sistem dunia kita, 1000 Buddha akan muncul, dan pada masing-masing dari para Buddha ini akan ada 1000 Padma untuk melakukan aktivitas-aktivitas mereka. Para Padma ini adalah emanasi batin Amitabha, emanasi ucapan Avalokitesvara, dan terutama membantu makhluk-makhluk yang tersesat dalam masa gelap di mana para Buddha dan para Bodhisattva tidak muncul. Dalam masa kita sekarang, masa Buddha Shakyamuni, Padma muncul dalam seluruh enam alam samsara. Di alam manusia, ia adalah tubuh emanasi Buddha Shakyamuni dan kehidupannya and perbutannya adalah pertunjukan gaib untuk mengalih-yakinkan makhluk-makhluk biasa kepada Dharma sesuai kapasitas individual mereka, kecenderungan dan kebutuhan mereka. Dalam biografi, dikatakan bahwa Padma, kebal terhadap penyakit, usia tua dan kematian, masih hidup dan membabarkan Dharma kepada makhluk-makhluk. Ketika Padma melakukan perjalanan ke Tibet, ia berusia lebih dari 1000 tahun. Padma mengatakan bahwa ia telah hidup dalam kelahiran duniawinya yang sekarang selama lebih dari 3600 tahun.
Biografi dan Ramalan
Dalam kisah lain, ia adalah putera
seorang menteri dari Raja Indrabhuti. Dalam yang lain lagi, ia muncul
secara spobntan dari kilat di puncak Gunung Malaya di Sri Lanka.
Menurut beberapa versi yang lebih dipercaya, dan berdasarkan catatan
dikte Padma sendiri, ia terlahir bersih tanpa ayah dan ibu dari bunga
teratai di Danau Dhanakosha di negeri Urgiyan;
Buddha Shkayamuni meramalkan bahwa “kelak setelah parinirvana, setelah dua belas tahun berlalu, penakluk terbaik di seluruh dunia, aku, akan muncul lagi, di tanah Uddiyana, dan, dengan nama Padmasambhava, aku akan mengajarkan Doktrin Mantrayana.”
Kerajaan Indrabhuti
Kelahiran Padma yang tanpa noda dan kedatangannya ke Istana
Selama kemunculannya di masa dunia kita, Padma mendiktekan berbagai
otobiografi kepada siswanya, Yeshe Tsogyal. Otobiografi ini, beberapa
ditambah oleh para komentator, dan berbagai biografi independent,
terdapat perbedaan, dan kadang-kadang berlawanan, kisah kelahirannya dan
detil lain dari kehidupannya. Misalnya, satu kisah menyebutkan bahwa
Padma terlahir selayaknya manusia biasa dan bernama Danaraks**ta,
putera Raja Mahusita dari Uddiyana.
beberapa orang percaya
bahwa aku terlahir sebagai Pangeran Urgiyan; orang lain percaya bahwa
Aku muncul dari kilat di puncak Nainchak. Ada banyak kepercayaan
berbeda yang dianut berbagai orang, karena aku telah muncul dalam
berbagai bentuk. Akan tetapi, dua puluh empat tahun setelah Buddha
Shkayamuni Parinirvana, Adibuddha Cahaya Tanpa Batas, Amitabha,
memendam Pikiran Pencerahan dalam bentuk Yang Maha Welas Asih,
Avalokitesvara, dan dari jantung Yang Maha Welas Asih, aku, Padma, Guru
kelahiran Teratai, teremanasi sebaagi suku kata HRI. Aku datang
bagaikan hujan di seluruh dunia dalam milyaran bentuk bagi mereka yang
siap menerimaku.
Tindakan Yang Tercerahkan adalah tidak dapat
dipahami! Siapakah yang mampu mendefinisikan atau mengukurnya?” Padma
melanjutkan bahwa salah satu dari bentuknya adalah kelahiran sebagai
Pangeran Oddyian, yang ditakdirkan untuk memerintaj negeri itu dan
menjadikan negeri itu Buddhis sepenuhnya. Setelah itu ia pergi ke
India, memulai karir spiritualnya.
Buddha Shkayamuni meramalkan bahwa “kelak setelah parinirvana, setelah dua belas tahun berlalu, penakluk terbaik di seluruh dunia, aku, akan muncul lagi, di tanah Uddiyana, dan, dengan nama Padmasambhava, aku akan mengajarkan Doktrin Mantrayana.”
Ketika Buddha Shakyamuni akan segera memasuki
Nirvana, ia berkata kepada para siswanya yang bersedih: “Dunia adalah
tidak kekal dan kematian tidak terhindarkan bagi semua makhluk hidup,
saatnya kepergianku telah tiba. Tetapi janganlah menangis; karena dua
belas tahun setelah kepergianku, dari bunga teratai di Danau
Dhanakosha, di sudut barat-laut di negeri Urgyan, akan lahir seorang
yang lebih bijaksana dan lebih perkasa secara spiritual daripada
diriku. Ia akan bernama Padmasambhava, dan olehnya Doktrin Esoterik
akan ditegakkan.”
Kerajaan Indrabhuti
Di negeri
Uddiyana, di barat laut Kashmir yang terletak di sebelah barat
Bodhgaya, seorang raja buta bernama Indrabhuti berkuasa. Putera Raja
yang masih bayi meninggal dunia, dan tidak lama setelahnya, musim
kering membawa bencana kematian dan kemelaratan, kelaparan dan kematian
melanda penduduk negeri itu, Indrabhuti berkonsultasi dengan Asenya,
seorang petapa, yang menasihati bahwa hanya dengan perbuatan baik,
seperti kedermawanan, dan keyakinan dan tekad yang tanpa kenal lelah,
akan memunculkan keberuntungan yang lebih baik.
Indrabhuti, mengikuti
nasihat ini, memberikan persembahan berlimpah kepada Tiga Permata,
membacakan Sutra Awan Dharma, dan berjanji untuk membagikan seluruh
kekayaannya kepada penduduk yang menderita. Ia membuka pintu tiga ribu
lumbung dan gudang hartanya, dan membagikan dana kepada yang
memerlukan hingga kekayaannya habis. Akan tetapi, barisan para
pengemis masih belum berakhir, dan mereka yang tidak menerima jatah
mereka memperingatkan raja bahwa jika ia tidak memasukkan mereka, maka
jasa dari kedermawanannya sebelumnya akan menjadi minim.
Sang
raja sedih, karena ia merasakan bahwa tidak ada kebahagiaan yang
mendatanginya di dunia ini. Ia tidak memiliki penglihatan juga tidak
memiliki putera, dan ia sadar bahwa ia kekurangan Dharma. Ia bersedih
atas kemalangan dari rakyatnya. Indrabhuti berdoa kepada para dewa dan
para roh pelindung dari segala keyakinannya yang tersisa dan
melakukan upacara dan ritual api pengorbanan untuk menghalau semua roh
dan siluman jahat. Ia menyatakan bahwa agama adalah hampa dari
kebenaran dan memerintahkan agar para dewa dan roh pelindung itu
dihancurkan. Sebagai jawaban, para dewa dan roh mengirimkan badai,
angin, hujan batu dan darah, dan menakuti rakyat Uddiyana yang
kesengsaraannya meningkat.
Avalokitesvara, yang mengamati semua
kesengsaraan itu, memohon bantuan dari Amitabha. Segera, kondisi
kerajaan membaik. Indrabhuti terus meyakinan bahwa hanya dengan melalui
perbuatan baik, seperti kedermawanan tanpa batas, maka pemulihan
dapat tercapai. Ia telah tergerak oleh peringatan para pengemis dan
terinspirasi untuk melakukan persembahan dana dalam skala yang lebih
besar dari sebelumnya. Harta kerajaan habis, Indrabhuti memulai
pelarayan menuju Tanah Permata untuk mencari kekayaan tanpa batas untuk
memuaskan banyak pengemis. Ia bertemu dengan Charumati, puteri Raja
Naga, yang memiliki Permata Pemenuh-Harapan, dan membujuknya untuk
memberikannya kepadanya.
Indrabhuti kembali dengan sejumlah besar
harta, termasuk Permata itu, yang membantunya memulihkan penglihatan
dari mata kirinya yang buta sebelumnya. Ia memanfaatkan permata itu
dengan baik, dan apapun yang diinginkan oleh rakyatnya secara literal
turun dari langit.
Pada
hari ke sepuluh bulan ke enam tahun Monyet, Buddha Amitabha, dengan
penglihatannya yang Maha Tahu dan tanpa halangan, melihat saatnya
telah tiba untuk memajukan Dharma. Ia melihat Indrabhuti yang telah
kehilangan puteranya. Ia melihat para siluman dan roh jahat berkuasa
di mana-mana, khusunya para Raksasha Kanibal di Tibet yang cenderung
menghancurkan umat manusia.
Ia melihat raja besar Trisong Detsen di
Tibet yang akan membantu menyebarkan Dharma. Karena kelahiran gaib
diperlukan untuk mentransmisikan ajaran Tantra dan menginspirasi
keyakinan dalam Dharma, Amitabha, yang juga telah melihat Danau
Dhanakosa yang berwarna biru kehijauan dan tanpa noda, mengirimkan
berkas cahaya merah dari lidahnya yang menembus danau. Sekuntum teratai
berwarna-warni dan tanpa noda, muncul di hutan teratai di sebuah
pulau di tengah danau berwarna biru kehijauan, dengan tangkai yang
besar sehingga lengan seseorang tidak dapat melingkarinya. Dari tengah
jantung Amitabha, sebuah vajra emas muncul, ditandai dengan huruf
HRIH, yang mengambang ke dalam kuntum bunga teratai itu. Huruf HRIH
secara ajaib berubah menjadi seorang anak yang manis, berumur delapan
tahun, menyerupai Sang Buddha. Ia memegang sebuah vajra kecil, sekuntum
teratai, dan tombak bermata tiga, dan dihiasi dengan tanda-tanda
mayor dan minor seorang Buddha. Anak ini mengajarkan Dharma yang
mendalam di pulau itu kepada para dewa dan dakini di wilayah itu.
Kira-kira
pada bulan pertama musim gugur di tahun Naga, Raja Indrabhuti, yang
baru kembali dari pelayarannya, bermimpi bahwa ia memegang sebuah
vajra emas yang menerangi seluruh kerajaannya, sementara para
menterinya bermimpi tentang seribu matahari terbit, menerangi seluruh
dunia. Setelah menerima ramalan kelahiran makhluk agung, raja mengutus
menterinya untuk mencari kelahiran gaib tersebut. Sang menteri
menemukan anak itu, berumur lebih kurang delapan tahun, duduk di atas
sekuntum teratai di tengah-tengah Danau Dhanakosa. Aura pelangi
mengelilingi makhluk agung tersebut, dan para dakini mengelilinginya.
Raja Indrabhuti dan para menterinya menyadari bahwa anak itu adalah
penjelmaan makhluk agung. Ketika berbicara dengan anak itu, raja
memperoleh kembali penglihatan mata kanannya. Anak itu menyatakan
bahwa ia masuk ke dunia ini demi kebaikan semua makhluk dan untuk
menaklukkan mereka yang jahat demi kebaikan Dharma. Ia berkata,
“Ayahku adaklah Samantabhadra yang muncul dengan sendirinya, Ibuku
adalah alam kenyataan, Samantabhadri. Kastaku adalah gabungan
kebijaksanaan primordial dan Dharmadhatu. Dan namaku adalah
Padmasambhava yang agung.”
Indrabhuti memberinya nama Padmakara,
Kelahiran Teratai, dan membawanya ke istana. Ketika Padma dikawal ke
istana Raja Indrabhuti, ia mengenali symbol-simbol masa depannya di
sepanjang jalan. Ia melihat seekor ikan tertangkap oleh mata kail dan
terlempar bergetar dan melompat ke dalam jarring, yang melambangkan
bahwa PAdma akan terbelenggu sebagai penguasa kerajaan Indrabhuti. Ia
juga melihat seekor ayam hutan, yang membebaskan diri dari semak
berduri, dikejar oleh seekor gagak, melambangkan pelepasan
keduniawiannya di masa depan, ia melihat seekor tikus yang dibunuh,
sehingga ia tidak dapat kembali ke rumahnya, melambangkan pengasingan
yang akan ia terima begitu ia melanggar hukum raja.
Raja
mengangkat Padma sebagai putera mahkotanya dan mendudukkannya di atas
singgasana permata berharga. Padma menjadi dikenal sebagai Bodhisatta
Pangeran dan dinyatakan sebagai raja.
Masa muda dan Perkawinan Padma
Padma
tumbuh di istana raja dan selalu aktif., masa muda dan kelak
meninggalkan keduniawian serupa dengan kisah Sang Buddha. Di usia tiga
belas tahun, Padma menetapkan hukum baru yang berdasarkan pada sepuluh
sila. Ia duduk di atas singgasana emas dan berwarna-warni ketika para
pendeta melakukan upacara religius demi kesejahteraan kerajaan.
Buddha Amitabha, Avalokitesvara dan para Raja Pelindung di sepuluh
penjuru datang untuk menobatkannya, dan mereka menamainya Pema Gyalpo,
Raja Teratai. Kerajaan Indrabhuti menjadi makmur dan rakyat puas.
Padma adalah seorang yang cepat belajar, dan unggul dalam seni dan
filosofi. Ia maju dengan cepat dari murid menjadi guru, akhirnya
menamatkan pembelajaran dari segala jenis guru manusia dan
bukan-manusia.
Ia tidak tertandingi dalam hal Atletik dan khususnya terkenal dalam hal memanah dan ketangkasan fisik lainnya Padma
mampu menembakkan anak panah melewati lubang jarum. Ia dapat
menembakkan tiga belas anak panah berturut-turut, yang satu menembus
yang lainnya, dan kekuatan anak panahnya mampu menembus tujuh pintu.
Suatu kali ia mengangkat sebutir batu berukuran sekor yak dan
melemparkannya begitu jauh, batu itu tidak terlihat lagi. Ia mampu
berlari mengelilingi kota tiga kali dalam satu tarikan nafas dengan
kecepatan anak panah. Ia juga dapat menangkap seekor elang yang sedang
terbang dan mengungguli ikan dalam renang.
Padma sering
bepergian sendirian dengan berjalan jauh, dan suatu hari, ketika
bermeditasi di Hutan Kesedihan di dekat istana, ia bertemu dengan para
Arahant yang memberi hormat dan melantunkan puji-pujian kepadanya.
Raja Indrabhuti mengamati kecenderungan Padma untuk bermeditasi dan
melihat ketidak-membeda-bedakannya terhadap aktivitas-aktivitas dan
kenikmatan kehidupan biasa. Khawatir bahwa ia akan meninggalkan
kerajaan, raja berunding dengan para menterinya, dan mereka memutuskan
untuk mencarikan seorang puteri untuk Sang Kelahiran Teratai. Pangeran
menyadari bahwa rencana ini digunakan untuk mengikatnya pada
kehidupan rumah tangga, maka ia menolak seluruh ribuan gadis yang
diberikan. Akan tetapi, karena desakan raja, Padma mempersiapkan suatu
gambaran jenis gadis yang akan ia terima. Gadis itu haruslah “seorang
gadis dengan sedikit keinginan, kebencian, atau kesalahan, dan yang
tidak bertindak berlawanan dengan pikiranku!”
ia berkata bahwa ia
menginginkan “seorang istri yang berasal dari silsilah murni, mampu
mengubah pikirannya, ia yang tidak bermuka dua juga tidak pemarah,
yang tidak pencemburu juga tidak kikir, dan yang bersifat rendah
hati.” Seorang gadis yang baik dan menarik bernaam Bhasadhara
ditemukan di Singala, sebuah negeri tetangga,. Raja Chandra Kumar, ayah
Bhasadhara, dengan menyesal menolak lamaran itu, karena perkawinan
Bhasadhara dengan Pangeran Singala telah diberlangsungkan.
Raja
Indrabhuti menggunakan Permata Pemenuh-Harapannya, untuk membawa
Bhasadhara dan seluruh gadis pelayannya secara gaib ke istana raja. Ia
dikawinkan dengan Pangeran Kelahiran Teratai, dan dinobatkan sebagai
Ratu. 499 gadis pelayannya juga dikawinkan dengan Pangeran, karena
adalah kebiasaan di Uddiyana bahwa seorang Raja memiliki 500 istri.
Meninggalkan Keduniawian
Selama
lima tahun Padma mengalami kebahagiaan duniawi sebagai seorang perumah
tangga. Ia memerintah kerajaan Uddiyana sesuai dengan Dharma.
Pertanda yang meramalkan perubahan besar terjadi. Raja Inderabhuti
berminmpi bahwa matahari dan bulan terbit pada waktu yang sama, dan
bahwa terdapat banyak kesedihan di Istana. Sewaktu berjalan di Hutan
Kesedihan, Padma memperoleh penglihatan akan symbol-simbol Buddhis di
langit. Symbol-simbol itu termasuk Roda Emas surgawi, tujuh permata
kerajaan, tujuh benda berharga, tujuh benda yang perlu, dan tujuh
obyek suci. Roda, misalnya, berarti bahwa ia akan memerintah dunia
dengan kebijaksanaan atau memutar roda Dharma. Ini menyiratkan bahwa
Padma akan menjadi Cakravartin, seorang penguasa manusia universal,
atau seorang pemimpin spiritual atau Raja Dharma.
Pada saat itu,
Dhyani Buddha Vajrasattva, disertai oleh tujuh puluh dua ribu dewa,
muncul di langit di lengkungan pelangi dan meramalkan:
Di tengah-tengah istana kerajaan
Berdiri Raja Dharma
Dikelilingi oleh sekumpulan ratu cantik
Masing-masing berkumpul di tempatnya masing-masing, semuanya tidak bahagia
Dan dengan hati takut, mereka bersedih.
Waktu mereka telah habis –Ia akan menolak kerajaan sebagai sesuatu yang busuk.
Sejak
awal, Padma telah menyadari bahwa, dengan menerima tahta dan karena
terikat oleh ayahnya, sang raja, ratunya, dan kerajaannya, ia tidak
akan mampu memberikan manfaat kepada banyak makhluk hidup. Ia juga
memahami kelemahan dari kehidupan duniawi, dan ketidak-puasan, sifat
ilusi dari dunia. Mengingat pelepasan keduniawian agung Sang Buddha,
Padma bertekad bahwa saatnya telah tiba untuk meninggalkan tahtanya,
kelurganya dan kerajaannya.
Menurut satu kisah, ketika Raja
menentang rencana Padma untuk bergabung dengan Sangha Monastik, Padma
mengancam untuk bunuh diri, berpura-pura akan menusuk dirinya dengan
pedang.
Raja menerima kata-kata Padma, dan memutuskan adalah lebih
baik baginya untuk bergabung dengan Sangha daripada melakukan
ancamannya. Menurut legenda umum, Padma menemukan cara-cara terampil
untuk mewujudkan pelepasan keduniawiannya. Dengan memiliki
kemampuan untuk melihat kehidupan lampau dan kehidupan masa depan, ia
menyadari bahwa suatu perbuatan yang jelas negative, jelas-jelas adalah
negative, melibatkannya dalam karma membunuh, sesungguhnya adalah
belas kasihan, tetapi akan menyebabkan raja dan para menterinya
mengusirnya dari negeri itu.
Dua makhluk yang berada dalam siklus
buruk karena karma masa lampau mereka sedang menjelang kematian, dan
akan pergi ke neraka. Salah satunya terlahir kembali sebagai seorang
anak dari seorang pengikut raja, dan yang lainnya terlahir sebagai
lebah. Lebah itu berada di dekat kepala anak itu, dan Padma
melemparkan batu pada lebah itu, menyebabkan lebah itu menyengat kening
anak itu, yang membunuh baik anak maupun lebah itu. Ini
adalah perbuatan belas kasihan, karena ia mencegah anak dan lebah itu
pergi ke neraka.
Dalam kecemasan penduduk Uddiyana, adalah suatu
perbuatan aneh dan jahat dan tidak konsisten dengan bagaimana mereka
memperlakukan Padma. Walaupun tidak menyesal, Sang Kelahiran Teratai
tidak memusuhi salah satu dari keduanya.
Padma
dituntut atas kejahatan itu, dan dibawa ke hadapan raja untuk dihukum.
Indrabhuti puas dengan penjelasan Padma bahwa jika perbuatannya
dipahami dengan benar, maka hukum tidak dilanggar. Raja membayar
denda atas pembunuhan orang, namun mengurung Padma dalam istana dengan
penjagaan.
Selama dipenjara, Pangeran mendekati ayahnya dan memohon
bahwa ia tidak memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan istana, yang
dikarakteristikkan dengan kelambanan dan kegaduhan, dan bahwa ia ingin
meninggalkan kerajaan. Ia menyatakan bahwa ia akan menjadi Buddha
dalam satu kehidupan dan akan mengajarkan Dharma. Untuk membujuk
ayahnya yang tidak menyetujui, Padma menjelaskan ketidak-kekalan dari
kehidupan berkondisi, bagaimana kematian akhirnya akan memisahkan kita
dari segala sesuatu yang kita anggap berharga, dan bagaimana kita
harus mengembara sendirian dalam bardo yang tidak diketahui, yang
menunjukkan sifat ilusif dari realitas. Akhirnya, raja menyetujui,
dengan berkata, “Baiklah, adalah dalam agama batinmu telah mengambil
perlindungan. Keinginanku pada seorang putera yang kucintai telah
rusak. Engkau bermaksud untuk menjadi makhluk sempurna.”
Pada dini hari, untuk meninggalkan kerajaan, Padma mengumpulkan para menteri. Di
teras istana, telanjang bulat kecuali kalung tulang magis, dan
memegang sebuah dorje, lonceng, dan tombak bermata tiga khatvanga,
Padma melakukan tarian liar dan murka. Kerumunan yang berkumpul
menjadi ketakutan dan para menteri protes. Di antara kerumunan itu
terdapat Katama, istri Upta, seorang menteri Raja, dan putera meraka
Pratkara. Pangeran melemparkan dorje dan khatvanga kepada ibu dan
anak itu. Dorje itu menembus kepala Pratkara dan khatvanga menembus
jantung Katama, dan membunuh keduanya. Padma melakukan karma
pembunuhan lagi.
Padma menjelaskan perbuatannya ini sebagai
sebelum konteks kehidupan lampau dan mendatang, tetapi bagi Upta
sebuah tindakan hukuman resmi diperlukan atas pembunuhan. Raja
mengataakn bahwa karena Padma bukan berasal dari manusia, melainkan
penjelmaan makhluk surga, maka hukuman tidak dapat dijatuhkan padanya.
Raja dan para menteri sepakat bahwa Padma harus diasingkan sebagai
gantinya. Karena dewan tidak sepakat mengenai tempat pengasingan, maka
Raja Indrabhuti menyatakan bahwa kemanapun Padma ingin pergi, maka
itu adalah tempat pengasingannya. Ini adalah berita gembira bagi
Padma, yang memiliki Hutan Pekkuburan Dingin sebagai tempat
tinggalnya, dan semua menteri menyetujuinya.
Padma telah bertekad
dan tidak ada apapun yang dapat membujuknya untuk tetap tinggal,
tidak kesedihan raja juga tidak tangisan dan ratapan Bhasadhara dan
para pelayannya. Kerumunan berkumpul dari segala penjuru untuk
menyaksikan pengusiran itu.
Menurut satu kisah, para menteri dengan
gembira mengawal Padma menuju tempat tinggalnya yang baru. Menurut
kisah lain, sementara para menteri berdebat mengenai tempat
pengasingan, Empat Raja Dewa bersama para pengikutnya dan para dakini
dari empat penjuru datang, bernyanyi dan menari. Mereka membawa kuda
surgawi dan mendudukkan sang Pangeran di atas pelana. Ia lenyap ke
alam surga melalui arah selatan selagi kerumunan itu melihat dengan
terkesima. Padma turun ke bumi saat matahari terbenam dan berdiam di
dalam gua, di mana ia berdoa dan bermeditasi selama tujuh hari, Padma
mencapai siddhi biasa dan luar biasa, termasuk kekuatan untuk melampaui
siklus kelahiran dan kematian.
Mengembangkan Seni Meditasi di Pekuburan
Pengasingan
itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi Padma. Ia akhirnya akan
menyempurnakan meditasinya dengan mengusahakan jalannya di seluruh
delapan pekuburan dan tanah pemakaman besar di India dan tempat-tempat
suci lainnya, dan ia akan belajar untuk mengendalikan
pengaruh-pengaruh jahat melalui praktik ketidak-melekatan.
Padma
pergi ke Hutan Pekuburan Dingin, yang juga dikenal sebagai Pekuburan
Cendana Dingin, terletak sepuluh mil sebelah barat daya Bodhgaya.
Dikatakan bahwa Sang Buddha mengajarkan Dharma di sana. Padma segera
menyadari perlunya mengalih-yakinkan para siluman dan roh-roh.
Bertempat duduk di atas tumpukan mayat, ia menyebabkan para setan
penghuni tempat itu gemetar ketakutan.
Mereka muncul di hadapannya
memberikan persembahan. Para Dakini memberikan penghormatan, dan selama
lima tahun, Padma mengajarkan Dharma kepada mereka. Selama masa itu,
ia menekuni praktik Yoga Sosanika, yang melaluinya ia mempelajari
ketidak-kekalan, penderitaan dan kekosongan.
Ia menyaksikan
pemakaman-pemakaman, sanak saudara yang kehilangan dan bersedih,
mayat-mayat yang membusuk, dan binatang-binatang yang saling berkelahi
memperebutkan sisa-sisa mayat itu. Ia bermeditasi dengan duduk di atas
mayat-mayat, menahankan praktik keras seperti memakan makanan upacara
persembahan kepada almarhum, dan ia menutupi tubuhnya dengan kain
pembungkus mayat. Selama bencana kelaparan, ketika makanan upacara
tidak dibawa bersama mayat, Padma mengubah daging mayat-mayat itu menjadi makanan murni dan memakannya, sedangkan kulit mereka menjadi pakaiannya.
Ia menaklukkan makhluk-makhluk spiritual penghuni pekuburan itu dan
menjadikan mereka pelayannya. Ketika para siluman bangkit melawannya, ia
membunuh yang laki-laki dan bergabung dengan yang perempuan,
menguasai mereka dengan kekuatannya. Para mamo dan dakini memujanya.
Raja
Arti, yang menguasai wilayah itu, kehilangan seorang ratu saat
melahirkan anak. Ketika jenazahnya dibawa ke pekuburan itu. Padma
mengeluarkan bayi perempuan dari rahimnya. Melihat hubungan karma
dengannya, Padma memutuskan untuk membesarkan bayi perempuan itu
sendiri. Raja Arti tersinggung dengan perbuatan itu dan mengirim bala
tentara untuk menyerang Padma, tetapi Padma mengalahkan mereka semua dengan kemahiran memanahnya. Sebagai penyesalan atas perbuatan ini, Padma mendirikan stupa.
Selama masa ini, Indraraja, raja di sebuah wilayah Uddiyana, dan banyak rakyatnya telah beralih agama. Padma
mengubah wujudnya menjadi siluman Rakshasa dengan mengikatkan seekor
ular di rambutnya, dan mengenakan pakaian dari kulit manusia dan rok
dari kulit macan. Dengan senjata di tangannya, ia mendatangi kerajaan
Indraraja, di mana ia secara gaib mengubah tubuh raja dan
para pengikutnya, meminum darah mereka dan memakan daging mereka.
Batin mereka terbebaskan, dan dikirim ke alam surga, mencegah keturunan mereka jatuh ke neraka. Padma
mengambil setiap perempuan untuk dirinya sendiri untuk memurnikan
mereka secara spiritual dan mempersiapkan mereka untuk menjadi ibu dari
anak-anak yang berkecendrungan religius.
Kemudian
Padma pergi ke negeri Sahor, di mana ia berlatih di tanah pemakaman
besar yang disebut Pekuburan Kebahagiaan, atau Pekurburan Hutan
Kegembiraan. Di tempat ini, Dakini pemarah, penakluk Mara, memberikan
berkah kepadanya. Setelah itu ia bermeditasi di Pekuburan Sosaling di
selatan Uddiyana, dan menerima kekuasaan dan berkah dari dakini
Perkumpulan Damai. Kemudian ia kembali ke tempat kelahirannya, dan mengajarkan Mahayana
kepada para dakini setempat dalam bahasa mereka sendiri.
Dengan
mempraktikkan bahasa isyarat Mantra Rahasia mereka, ia memperoleh
kekuatan yogis mengalahkan mereka dan para dewa di wilayah itu,
ternasuk para naga dan roh-roh planet, dan mereka semua bersumpah
untuk membantunya dalam misinya. Selanjutnya Padma menetap di
Pekuburan Sangat Menakutkan, atau Pekuburan Hutan Lebat, di mana Vajra
Varahi muncul di hadapannya, memberkahinya, dan menganugerahkan
kekuatan untuk menaklukkan yang lain. Ia menerima transmisi dan
pencapaian dari segala kelompok dan tingkat daka dan dakini, yang
memberkahinya dan mengajarkan Dharma kepadanya. Mereka memberinya nama
Dorje Drakpo Tsal, dan ia menjadi seorang yogi dan meditator besar.
Padma Mencari Guru
Padma
mengunjungi Bodhgaya, yang juga dikenal sebagai Vajrasana, dan
memberikan persembahan di altar. Selama menetap di sana, ia berlatih
mengubah wujud, menggandakan tubuhnya menjadi bentuk lain seperti
ratusan bhikkhu memberikan persembahan, atau menjadi banyak yogi, atau
gerombolan besar gajah. Mereka yang menyaksikan beberapa aktivitasnya
yang luar biasa bertanya siapa gurunya. Ia menjawab: “aku tidak
memiliki ayah, tidak memiliki ibu, tidak memiliki guru, tidak memiliki
kasta, tidak memiliki nama; aku adalah Buddha yang terlahir sendiri.”
Jawaban ini membuat orang-orang menganggap Padma adalah siluman. Walaupun
ia adalah penjelmaan Buddha yang terlahir sendiri dan oleh karena itu
tidak memerlukan guru, ia pikir adalah bijaksana untuk
mendemonstrasikan kepada generasi mendatang bahwa seorang praktisi
biasa membutuhkan guru. Walaupun Dharma dan segala pengetahuan
yang berhubungan dengan Dharma muncul secara spontan dalam pikiran
Padma, ia memutuskan untuk memainkan peran sebagai seorang siswa kepada
guru, dan sebagai murid dari segala ilmu, kemanusiaan dan seni kepada
berbagai guru. Pada saat kelahirannya, delapan kelompok dewa dan
siluman berkumpul dan memberi hormat kepadanya, dan semua Buddha di
sepuluh penjuru muncul dan menganugerahkan kekuasaan dan berkah
kepadanya.
Padma tidak perlu belajar, untuk memperoleh kekuasaan, untuk
memperoleh penahbisan sebagai bhikkhu, atau tunduk pada praktik
pertapaan dan yoga. Ia melakukannya hanya untuk memperlihatkan kepada
para pengikut awam akan pentingnya aktivitas demikian, dan untuk
memunculkan keyakinan dalam dirinya.
Padma adalah seorang murid
yang luar biasa. Ia segera menguasai apapun yang diajarkan kepadanya
hanya sekali. Setiap subyek yang dapat dipikirkan, seni, dan
keterampilan yang menarik perhatiannya, dan ia menguasainya semua
dengan cepat. Padma memulai pelajrannya dengan pengetahuan duniawi,
pengetahuan yang ia namakan lima seni dan pengetahuan, yang termasuk
bahasa-bahasa, penyembuhan, dialektika, seni halus dan metafisik.
Di
Benares, Arjuna, seorang petapa, mengajarkan pengetahuan astrologi
kepada Padma. Putera Jivakakumara, seorang tabib terkenal, mengajarkan
segala sesuatu mengenai obat-obatan kepada Padma. Di bawah bimbingan
doctor Kungi Shenyen, Padma menyempurnakan seni komposisi, bersama
dengan enam puluh empat bentuk kaligrafi.
Ia menguasai 360 bahasa
berbeda, termasuk bahasa siluman, dewa, makhluk-makhluk ganas, dan
semua makhluk lainnya dalam enam migrasi. Vishyakarma, seorang seniman
besar, mengajarkan kepadanya semua seni dan keterampilan yang dapat
dipikirkan, dari mengukir, melukis, dan membuat patung hingga membuat
minuman keras, menenun, kerajinan kayu, membuat topi, dan menjahit.
Seorang perempuan desa sederhana mengajarkan bagaimana membuat
benda-benda dari tembikar kepadanya. Ia mempelajari segalanya yang
harus diketahui, dan menjadi terkenal sebagai guru terpelajar dari
segala ilmu terapan.
Tujuan Padma berikutnya adalah meningkatkan
pengetahuannya yang sudah cukup luas mengenai Dharma. Padma bertemu
dengan Ananda, yang menetap di gua para Asura, dan menetap bersamanya
selama lima tahun. Ia menguasai dua belas volume aturan yang terdiri
dari Getri, yang juga dikenal sebagai gerbang menuju Dharma, terdiri
dari 84,000 shloka, yang berisikan semua ajaran Buddha yang penting.
Beberapa biografi mengatakan bahwa Padma menerima sumpah selibat dan
penahbisan ke dalam Sangha dari Ananda. Pada saat ini, para dewi bumi
mempersembahkan jubah monastic berwarna jingga, dan para Buddha dari
sepuluh penjuru berkumpul di angkasa dan menamainya Shakya Senge, Singa
Shkya.
Ananda menjelaskan kepada Padma bahwa semua ajaran Buddha
telah tercatat sejak Paranirvana. Sebagian besar dari kitab-kitab ini
telah dibagi antara para Deva dan Naga yang berselisih atas
kitab-kitab itu, dan yang lainnya tersembunyi di berbagai lokasi di
India dan Uddiyana. Kelak, dengan bantuan para dakini, Padma
mengumpulkan naskah-naskah ini dari berbagai alam dan menguasai
isinya. Kemudian ia dirujuk sebagai Seorang kaya yang berkuasa di
dunia.
Padma melakukan perjalanan menuju Sahor dan bertemu dengan
Prabhahasti, yang mengajarkan kepadanya tiga bagian dari Yoga Tantra.
Ia memahami ajaran ini dengan cepat, dan bahkan walaupun ia tidak
pernah mempraktikkan Yoga Tantra, ia secara spontan mengalami
penglihatan pada 37 dewa yang tergambar dalam ajaran itu.
Padma,
tidak puas dengan ajaran Sutra-sutra yang ia terima dari Ananda, juga
tidak puas dengan Tantra yang ia terima dari Prabahasti. Ia memutuskan
untuk mencari ajaran yang tertinggi yang ada, ajaran sehubungan
dengan kekosongan dan kebijaksanaan surgawi. Ia mendekati Guru Besar,
Garab Dorje, dengan penghormatan tinggi, dan menerima darinya ajaran
Dzongchen Nyingtik, yang juga dikenal sebagai Hati Kesempurnaan Agung.
Ia melanjutkan untuk memperoleh ajaran yang lebih tinggi dengan
bantuan berbagai guru.
Dari Sangyey Sangwa, ia menerima seratus
emanasi Hati Rahasia, sebuah ajaran sehubungan dengan 100 dewa yang
damai dan kejam. Dari Sri Singha, ia mempelajari Tantra dari Heruka
TErtinggi, atau Batin Kebahagiaan Belas Kasih. Dari guru Jampal
Shenyen, Padma memperoleh Tantra Jampal Shinje, Penghancur Kematian. Padma
akhirnya menerima instruksi dari semua guru besar di India dan
negeri-negeri lainnya, termasuk Guru Ludup, Hungchenka, Vimalamitra,
Jnanasutra, Dhanasanskrita, Humkara, Buddhaguhya, Mahavajra,
Gridhrakuta, Devachandra, Shantigarbha, Mahasandhi dan Nagarjuna.
Lukisan-lukisan
thanka yang menggambarkan Pohon Perlindungan dari Padmasambhava
mengungkapkan hubungan penting dari berbagai gurunya. Umumnya,
Padmasambhava ditunjukkan bersama-sama dengan istrinya, dan di atasnya
digambarkan silsilah transmisi dari guru-gurunya. Di paling atas
lukisan-lukisan itu menggambarkan Buddha Primordial Samantabhadra
dengan istrinya Samantabhadri, dan langsung di bawah mereka adalah
Vajrasattva. Di bawah guru-guru surgawi, guru-guru duniawi yang penting,
Garab Dorje, Manjusrimitra, Shri Singha dan Jnanasutra digambarkan,
dan di bawah mereka kita melihat banyak lagi guru personal lainnya.
Mengembangkan Delapan Manifestasi
Setiap
saat Padma tidak berada di kaki para guru duniawinya. Ia berlatih dan
mengajar di pekuburan, atau mengunjungi alam surga untuk menerima
instruksi dari para guru surgawinya. Selama lima tahun, Padma berdiam
di Pekuburan Akhir Tubuh, di negeri Baiddha, di mana ia bertemu dengan
Mahapalesvara, Dewa Pelindung Dunia, yang memiliki tubuh seekor yak,
kepala singa dan kaki menyerupai ular. Di tempat ini, ia membabarkan
dharma kepada para dakini dan menerima nama Nyima Ozer, atau Cahaya
Matahari Keemasan.
Kemudian ia pergi ke Surga Akanistha, di mana
ia menerima ajaran Kesempurnaan Agung dari Buddha Primordial
Samantabhadra, dan disebut Guru Urgyan Dorje Chang, atau Guru
Vajradhara dari Uddyiana. Dari sanam ia pindah ke Pekuburan
Kebahagiaan Meluas, juga disebut Pekuburan Kebahagiaan Bersinar,
terletak di Kashmir, dan selama lima tahun ia mengajarkan Dharma
kepada siluman perempuan bernama Gaurima dan para dakini lainnya.
Menurut satu kisah, Padma menerima nama Loden Chogsed kali ini karena
ia memperlihatkan kebaikan agung, seperti seorang ayah dan ibu, kepada
seorang pembunuh yang kemurkaannya menyebabkannya diterkam oleh
binatang buas.
Setelah perjalanannya ke alam surga Vajrasattva,
di mana ia mempelajari yoga dan ajaran Tantra, Padma mengunjungi
Puncak yang tercipta sendirinya, atau Pekuburan Banyak Gundukan yang
terbentuk sendiri di Nepal.
Ia menetap di tempat yang menakutkan dan
menyeramkan ini selama lima tahun, menaklukkan delapan kelompok
makhluk cebol, dan mengajar berbagai jenis makhluk spiritual, termasuk
siluman. Sejak saat ini ia dipanggil Senge Dradog, atau Guru Bersuara
Singa. Kembali di surga Buddha Samantabhadra, Padma memperoleh
instruksi lengkap dalam Sembilan Kendaraan berdasarkan pada Lima Kitab Maitreya,
Sembilan metode pencapai pencerahan, dan dipanggil Yang Terajarkan
Sepenuhnya. Kemudian ia pergi ke Sahor, dan menetap di Pekuburan
Lankakuta, di mana ia membabarkan Dharma selama lima tahun,
mendisiplinkan banyak siluman menakutkan, dan menerima nama
Padmasambhava, Kelahiran-Teratai. Setelah itu, ia pergi ke Pekuburan
Puncak Dewa, juga disebut Tumpukan Pekuburan Besar Dunia-dunia, di
negeri Khotan. Ia menerima instruksi dari Vajra Yogini mengenai metode
Tantric rahasia untuk mencapai kebebasan, dan menetap di pekuburan
menyeramkan ini selama lima tahun, memutar Roda Dharma kepada para
dakini. Sejak saat ini, ia dikenal sebagai Dorje Drolod, Guru
Penghiburan.
Para Guru Utama dan Inisiasi oleh Kungamo
Selagi
Padma sedang berlatih di pekuburan, Garab Dorje secara ajaib terlahri
dari seorang perawan, puteri Raja Dharmasoka di India, sewaktu ia
sedang bepergian dari rumah. Karena tidak memerlukan seorang anak
tanpa ayah, ia meninggalkannya dalam sebuah celah yang terbakar, tetapi
selama tujuh hari anak itu secara ajaib dapat bertahan hidup. Ia
teringat akan mimpinya, sebelum melahirkan anak itu, yang mana ia
diramalkan bahwa ia akan melahirkan seorang makhluk surgawi. Ia kembali
dan gembira menemukan anak itu hidup, dan memberinya nama Rolang
Dewa.
Anak itu tumbuh dengan cepat, dan pada usia delapan, ia
mengemukakan minat besar untuk menemukan Vajrasattva. Setelah beberapa
waktu, pada selang waktu ia dianggap hilang, Rolang Dewa tiba-tiba
kembali dan menyatakan: “Aku telah pergi menemui Srivajrasattva untuk
mendengarkan Ajarannya, dan apa yang diketahui Vajrasattva, aku juga
mengetahui.”
Ia melanjutjkan dengan mendemonstrasikan kebenaran yang
ia akui dengan cara memenangkan perdebatan dengan lima ratus pandit
besar, yang pergi, meyakini bahwa ia adalah seorang Buddha. Garab
Dorje bertemu dengan Manjusrimitra di Uddiyana di pulau di Danau
Dhanakosa, di mana Manjusrimitra mengajarkan kepadanya kendaraan ke-9,
Atiyoga, pada saat ini, Padma mendatangi Garab Dorje, yang
mengajarkan kepadanya 17 Tantra dari Dzogchen Nyingtik, dan berbagai
ajaran lainnya.
Padma mencari Manjushrimitra di Gunung Malaya
untuk memohon ajaran untuk menyempurnakan tingkat umur panjang
vidyadhara dan mahamudra, tetapi sang guru menundanya. Sebagai
gantinya, ia mengirim Padma kepaad Dakini Kebijaksanaan Kungamo untuk
memohon kekuatan pendahuluan yang diperllukan. Padma pergi ke tanah
pemakaman Hutan Cendana, atau Pekuburan Puncak Lanka, di mana ia
menemukan Kungamo, yang berdiam di istana tengkorak.
Ia memohon
kekuatan usia panjang, mahamudra, dan kekuasaan atas siluman dan roh.
Kungamo mengubah Padma menjadi suku kata Hung. Dengan Hung di
bibirnya, ia memberikan kuasa kepada Padma untuk menjadi Buddha
Amitabha, memberinya kekuatan untuk mencapai umur panjang. Kemudian ia
menelan Hung, dan di dalam perutnya, Padma menerima rahasia kekuatan
mahamudra Avalokitesvara. Diam-diam ia menginisiasinya menjadi
Hayagriva, dan dengan cara ini memberkahinya dengan kekuatan atas
segala mamo, dakini, para dewa duniawi dan roh-roh jahat. Memancarkan
Hung melalui teratai rahasianya, ia memurnikan rintangan jasmani,
ucapan dan pikirannya. Kungamo memberi Padma nama rahasia Loden Chogsed, Jenius Tertinggi.
Padma
kembali ke Manjushrimitra, di mana ia mempelajari semua ajaran
Manjushri, dan segera setelahnya, ia memiliki penglihatan Manjushri.
Ia juga kembali ke Prabhahasti, dan menerima instruksi mengenai Seratus
Ribu Syair Purba Vitatoma, atau Vajra Kilaya.
Salah satu guru
duniawi terpenting bagi Padma adalah Pangeran Shri Singha, yang
berdiam di sebuah gua di Burma. Menurut pernyataan pribadi Padma,
adalah dari instruksi lisan Shri Singha maka pencerahannya tercapai.
Merujuk pada instruksi-instruksi ini, Padma menulis:
Aku, Padma dari Uddiyana,
Mengikuti Guru Shri Sibngha.
Ini, instruksi terakhirnya,
Membebaskan aku, Padma.
Walaupun tidak terbebaskan oleh tripitaka atau mantra rahasia,
Aku terbebaskan oleh ajaran rahasia ini.
Semoga semua mereka yang layak juga terbebaskan melalui ini.
Semoga instruksi terakhir dan langsung ini
Dari Guru Shri Singha
Bertemu dengan orang yang layak yang menmiliki latihan sebelumnya!
Selama
tahun-tahun belajar dan mengajar ini, Padma memperoleh seluruh
pengetahuan sihir, kelahiran kembali, harta tersembunyi, usia panjang,
dan kekuatan atas dunia fisik.ia memperlajari bagaimana menyadap inti
sari dari berbagai benda untuk mencegah penyakit, menawarkan racun,
mendapatkan penglihatan jernih, berjalan di atas air, dan memperpanjang
kehidupan. Ia mengembangkan kekuatan supernormal dari indria-indria
dengan hanya meminum air dan tidak makan. Ia mampu tetap hangat tanpa
pakaian.
Ia mengembangkan kejernihan pikiran, keringanan tubuh, dan
ketangkasan kaki hanya melalui pengendalian nafas, dan ia memperoleh
pembelajaran luas melalui puasa dan memahami kekosongan. Ia menguasai
keterampilan menyadap obat dari pasir, dan mengubah kotoran dan daging
dari mayat menjadi makanan murni. Ia bertemu dengan Buddha Obat dan
para Rishi, yang memberikan kepadanya sekendi amrita yang ia minum dan
itu membantunya memperpenjang hidupnya.
Mengembangkan Ajaran Tertinggi dan Melestarikan Dharma di berbagai Negeri
Setelah
menyelesaikan latihannya dalam seni dan pengetahuan, menuntaskan
kemahiran meditatifnya di pekuburan, menghancurkan segala keraguan
dengan permohonan Sila dari semua guru-guru penting dan kontemporer,
dan setelah belajar mengendalikan kekuatan kejahatan dengan
melepaskan, Padma siap untuk mempraktikkan ajaran-ajaran yang lebih
tinggi, khususnya ajaran panjang usia dan mahamudra, dan membangkitkan kembali dan melestarikan Ajaran Buddhisme di India, China, Uddyiana dan banyak negeri lainnya.
Akan
tetapi, sebelum menyebarkan Ajaran, Padma ingin menghancurkan
kekuatan jahat yang masih ada di dunia. Ia kembali ke Pekuburan Cendana
Dingin di dekat Bodhgaya, mendirikan rumah tengkorak berpintu
delapan, dan duduk bermeditasi di atas singgasana di dalam rumah itu. Dengan
mengadopsi bentuk murka dengan Sembilan kepala dan delapan belas
lengan, ia menari dalam perasaan murka. Dalam samaran ini dan lainnya,
ia menaklukkan para siluman, katai dan roh jahat, membunuh mereka, memakan jantung mereka dan meminum darah mereka, dan
mengirim kesadaran mereka ke tanah suci.
Ia juga
menaklukkan para naga ketika mengambil bentuk Hayagriva, menari di
atas danau beracun. Dalam bentuk dewa murka lainnya ia menaklukkan
berbagai jenis siluman, seperti yang menyebabkan wabah, penyakit, hujan
es dan bencana kelaparan. Ia mengendalikan para dewa dalam samaran
Manjushri Merah dan ia menaklukkan para dewa yang dipimpin oleh Brahma
dengan mengucapkan mantra-mantra mereka.
Setelah menaklukkan
kejahatan dengan cara-cara ini, Padma kembali ke Bodhgaya untuk
melenyapkan segala pandangan keliru, menggunakan kekuatan Sutra-sutra. Melalui
penggunaan mantra-mantra, ia menyadarkan semua roh-roh jahat, para
naga dan para siluman yang telah ia bunuh, mengajarkan Dharma kepada
mereka, menginisiasi mereka, dan membuat mereka melayani penyebab
agama.
Dalam Vajrasana, tempat paling suci di India, para Tirthika
Hitam menimbulkan ketakutan, dan Padma menaklukkan mereka dengan
kekuatan gaib. 500 terpelajar Vajrasana memohon agar Padma menjadi
guru mereka. Vimalamitra, seorang terpelajar terkenal, tetap menjadi
wakil Padma dan membantu melestarikan Ajaran selama 100 tahun setelah
kepergian Padma.
Untuk melaksanakan niatnya untuk menyempurnakan
tingkat panjang umur vidyadhara yang mana ia telah menerima kekuatan
dari Kungamo, dan instruksi dari Manjushrimitra, Padma membutuhkan
seorang istri spiritual yang asli. Ia pergi ke negeri Sahor, di mana
Raja Arshadhara berkuasa. Padma membuat sinar memasuki rahim sang ratu
ketika ia sedang menyatu dengan Raja. Seorang puteri, yang
memiliki 32 tanda-tanda Buddha, terlahir dari mereka dan diberi nama
Mandarava. Diramalkan bahwa ia akan meninggalkan keduniawian dan
menjadi orang suci. Mandarava tumbuh dengan cepat, tumbuh dalam sehari
seperti anak-anak normal tumbuh dalam sebulan.
Pada usia 13,
semua orang menganggapnya sebagai penjelmaan dewi. Banyak pelamar
datang dari berbagai negeri, tetapi karena ia tidak menerima siapapun,
Raja menjadi marah. Madarava, yang mampu melihat kehidupan lampaunya,
menjelaskan bahwa ia ingin memasuki praktik religius. Sebagai
akibatnya, ia dikurung dan dijaga oleh 500 pelayan dan dilarang keluar
dari istana. Mandarava mampu membebaskan diri melalui jalan rahasia
menuju hutan.
Ia memotong rambutnya dan merusak wajahnya untuk
menghilangkan kecantikannya. Raja akhirnya mengijinkan penahbisannya
bersama dengan 500 pelayannya, dan ia membangunkan vihara mewah untuk
mereka. Padma memutuskan bahwa saatnya telah tiba untuk memberikan
instruksi kepada Mandarava, maka ia muncul di hadapannya dan para
pengikutnya di taman, dalam wujud seroang pemuda tersenyum yang duduk
di atas pelangi.
Semua bhikshuni membungkuk di hadapannya dan bertanya
kepadanya mengenai asal-usulnya. Kemudian mereka mengundangnya masuk
ke dalam vihara di mana ia mengajarkan tiga yoga kepada mereka.
Seorang penggembala, yang mengamati Padma bersama para bhikshuni, dan
yang telah mendengarkan di pintu vihara, melaporkan kepada Raja bahwa
para bhikshuni tidak bermoral. Raja mengutus bala tentara yang secara
paksa masuk dan menangkap Padma.
Ia memerintahkan agar Padma di bakar
pada sebuah pancang dan agar Mandarava diletakkan di sebuah celah
berduri selama 25 tahun. Para tentara menelanjangi Padma, memukuli
dan melemparinya dengan batu, dan mengikatnya dengan tali pada sebuah
pancang. Ribuan orang diperintahkan untuk membawa seikat kayu dan
sedikit minyak wijen. Sehelai kain panjang direndalm dalam minyak dan
dililitkan ke sekujur tubuh Padma. Dedaunan kering diletakkan di
atasnya dan kayu di paling atas. Tumpukan kayu yang nmenggunung
dinyalakan dari empat penjuru dan asap menutupi matahari. Banyak orang
puas dan bubar kembali ke rumah mereka masing-masing. Tiba-tiba,
terdengar gemuruh seperti gempa. Para dewa dan para Buddha menolong
Padma.
Raja mulai curiga bahwa pengemis itu adalah seorang
jelmaan penting, tujuh hari kemudian ia melihat asap terus-menerus
muncul dari tumpukan kayu bakar itu. Ia menyelidiki, dan menemukan di
tempat pembakaran itu, sebuah danau besar di bawah pelangi dikelilingi
oleh kayu-kayu yang terus-menerus terbakar. Di tengah danau di atas
sekuntum teratai duduk seorang anak berumur delapan tahun, seorang
anak yang bersinar dengan aura agung, dilayani oleh delapan gadis,
semuanya menyerupai Mandarava. Berkata kepada Raja, anak itu
menunjukkan cara-cara jahatnya dan berhati-hati akan karma masa
depannya. Raja menyesali perbuatannya. Mengenali Padma sebagai Buddha,
ia mempersembahkan dirinya, kerajaannya, dan Mandarava.
Padma
menerima Puteri Mandarava sebagai istri spiritualnya, dan tetap
menjadi guru bagi Raja, memberikan kepadanya dan 21 pengikutnya
pelatihan yoga dan inisiasi. Raja menjadi seorang guru Dharrma,
“negeri Sahor menjadi bertatahkan dengan yogi, dan Ajaran Buddha
lestari di sana selama dua ratus tahun.”
Setelah membuat seluruh
negeri memeluk Buddhisme, Padma ingin melakukan hal yang sama pada
tanah kelahirannya. Pergi bersama Mandarava menuju Uddiyana, Padma dikenali oleh menteri yang anaknya ia bunuh, yang mencoba untuk membakarnya hidup-hidup sekali lagi.
Sekali lagi Padma mengubah api itu menjadi danau, yang di tengahnya
ia dan Mandarava duduk di atas sekuntum teratai besar. Raja dan para
pengikutnya takjub. Mereka bersujud, mengelilinginya, dan melantunkan
puji-pujian.
Raja Indrabhuti tercerahkan ketika Padma memberikan
instruksi kepadanya yang menyebabkan ia mengenali sifat pikirannya.
Raja dan semua pengikutnya menjadi para pengikut, dan Padma menetap
selama 13 tahun sebagai pemimpin spiritual di istana.
Padma kembali kepada persoalan spiritual yang belum selesai. Ia
bepergian bersama dengan Mandarava menuju Gua Maratika di Nepal, yang
dikatakan terletak di dekat Potala di mana Avalokitesvara berdiam,
untuk menyempurnakan tingkat umur panjang vidyadhara dengan melatih
Sadhana kehidupan Abadi. Bersama-sama mereka berdoa kepada Buddha
panjang umur, Amitayius, selama 3 bulan 7 hari.
Setelah itu, Amitayis
muncul di hadapan mereka dalam suatu penglihatan, dan memberikan kepada
mereka naskah ritual yang memberikan keabadian. Dengan membawa
vas-berisi-nectar kehidupan abadi, ia menuangkan nectar itu ke mulut
mereka dan mengubah tubuh mereka menjadi tubuh vajra, menganugerahkan
kepada mereka kekebalan sejak lahir dan kematian hingga akhir kalpa.
Mereka juga menerima siddhi transformasi menjadi pelangi, dan siddhi
menjadi tidak terlihat. Padma dan Mandarava kembali ke alam
manusia and bermeditasi di dalam gua barisan gunung tinggi, di negeri
Kotala, mempraktikkan yoga mereka selama 12 tahun, sementara Raja
Kotala, Nubsarupa, menyediakan semua kebutuhan mereka.
Selama
masa ini, Padma melihat bahwa Raja Arshadhara, ayah Mandarava, telah
terlahir kembali sebagai Mandhebhadra, puteri Nubsarupa. Ia juga
melihat bahwa di pekuburan besar yang disebut Tawa Hinaan Keras,
sejumlah besar binatang buas kelaparan karena kekuarangan mayat. Padma
merasa kasihan pada binatang buas ini, tetapi ia gagal memuaskan rasa
lapar mereka dengan memberikan tubuhnya sendiri, karena tubuh vajra
tidak dapat dimakan. Ia menyusun rencana untuk membuat
Mandhebhadra mempersembahkan dirinya kepada binatang-binatang itu
dengan membangkitkan rasa kasihan kepada binatang-binatang buas itu.
Ia berkata kepadanya bahwa dengan mempersembahkan dirinya kepada
binatang-binatang itu, mereka akan terlahir kembali sebagai manusia dan
bukan turun ke neraka, dan ia akhirnya akan terlahir kembali sebagai
Raja Tongsten Ganmpo di Tibet.
Sebagai Tongsten Gampo, ia akan
bekerja sama dengan binatang-binatang buas yang terlahir kembali
sebagai manusia untuk menyebarkan Dharma demi manfaat semua makhluk.
Gadis itu memberikan dirinya kepada binatang-binatang itu, dan masa
depan terungkap seperti yang diramalkan oleh Padma. Raja Nubsarupa,
yang bersedih atas kehilangan puterinya, berpaling pada Dharma setelah
ia memahanmi manfaat dari peristiwa ini.
Setelah ini, Padma
mengungkapkan dirinya di kota Pataliputra, di Kusumapura, India, di
mana Ashoka, raja agama ini, memicu perpecahan dalam Ajaran. Adalah
perselisihan antara Mahasanghika, para bhikkhu muda, dan Sthavira,
kelompok kecil para bhikkhu tua.
Ashoka memerintahkan untuk membunuh
bhikkhu yang lebih muda, dan para bhikkhu tua dipukul dan dibiarkan
mati. Padma mendekati Raja dalam wujud seorang bhikkhu peminta-minta.
Ashoka curiga dan merasa bahwa ia sedang melihat sesuatu yang
menjijikkan. Ia memerintahkan agar Padma direbus dalam sebuah kuali
minyak hingga lenyap. Akan tetapi, bhikkhu itu muncul tanpa terluka,
duduk di atas kuntum teratai yang tumbuh dalam minyak di kuali dan
menjulang ke udara.
Raja Ashoka segera menyadari kesalahannya dan
menjadi dikuasai oleh penyesalan. Ia berziarah ke Pohon Bodhi,
memberikan dana, dan bekerja untuk menyebarkan ajaran. Ia menjadi
dikenal sebagai Ashoka yang Adil.
Padma mengunjungi banyak
negeri lainnya untuk menegakkan Dharma. Raja Singala menjadi penyokong
dan siswanya. Padma menetap di Singala selama hampir 200 tahun dan
mengalih-yakinkan penduduk menjadi Buddhisme Mahayana. Di
Bengal, ia menegakkan Buddhisne setelah mengalahkan raja dan
menaklukkan kerajaan dengan bala tentara ciptaan yang berjumlah 81000
prajurit bersenjatakan busur dan anak panah.
Ia mengalih-yakinkan
non-Buddhis di Bodhgaya dengan memenangkan perdebatan panjang, dan
mendapat nama Guru Senge Dradog, Guru Auman Singa. Ia pergi ke
Jambumala, Parpata, Nagapota, dan Kashakamala dan banyak tempat
berbeda, dan di setiap tempat ia mendukung dan meningkatkan praktik
Buddhis yang telah ada atau memperkenalkan yang baru.
Untuk
menyempurnakan tingkat vidyadhara dari mahamudra, Padma pergi ke Gua
Yangelsho, sekarang dikenal sebagai Palphing, antara India dan Nepal.
Pada saat ini, Shkayadevi, puteri raja Nepal, menjadi istrinya dan
menyertainya ke gua ini. Padma menulis: “Dalam ketinggian gua meditasi
di Yangleysho, aku memulai proses menjadi sadar akan keluhuran
Kenyataan Heruka dari Pikiran untuk memperoleh kekuatan relative emosi
dan belas kasihan tertinggi dari mahamudra.” Ia berlatih bersama
dengan sang puteri dan mencapai pencapaian tertinggi melalui sadhana
yang mendalam dari dewa Vajraheruka dan Vajrakilaya, yang ia gabungkan
dalam satu latihan tunggal.
Latihan Padma terhenti karena Naga
Gyongpo, Yaksha Gomakha dan Logmadrin, siluman alam gaib, menghentikan
hujan selama tiga tahun. Ini menyebabkan kekeringan, kelaparan dan
penyakit yang menimbulkan penderitaan bagi rakyat India dan Nepal.
Padma mengetahui bahwa para dewa lokal menghalangi pencapaiannya akan
mahamudra.
Oleh karena itu ia memohon kepada gurunya Prabahasti
untuk memberikan kepadanya sebuah alat untuk mengatasi halangan ini.
Prabahasti mengirimkan naskah Purba Vitotama yang tidak dapat diangkat
oleh satu orang. Ketika naskah besar itu datang, para siluman teratasi
hanya dengan kehadirannya. Demikianlah rintangan kemajuan sadhana
Padma dilenyapkan, dan ia mencapai penembusan mahamudra
蓮花生這時證得十八如來之成就,獲得普賢如來之密名。
蓮師身穿的藍色法衣,代表其第三種化現,法號為“蓮花王”。
藏音:“白瑪嘉波”(Pema Gyalpo),統治三世三界的蓮花王,著國王裝束,纏頭巾,戴寶冠珠鍊,右手持雙面頭骨鼓,左手持寶鏡,國王坐姿。
藏史雲:
當蓮花生大士抵達烏仗那國後,他的出現立即終止飢荒,國家馬上恢復繁榮。這種種興旺盛況促使帝釋力王為兒子安排與品德兼優的持光女公主成婚,從此蓮花生大士得名蓮華國王,其左手持明鏡,右手高舉大顱鼓。
蓮 花生大士不久後就對宮裡的生活感到憂慮不安,因為他發現身為國王是無法了脫生死,因此決定設法離開王宮。當時印度的法律規定殺人犯必須被放逐,於是蓮花生 大士故意殺死一個男孩,這男孩基於所造諸惡業注定往生惡道,但因被蓮花生大士殺死,他結果往生至佛陀淨土。蓮花生大士從此被放逐出境,自由自在毫無約束地 尋求證悟解脫之道。
釋迦獅子
(Shi Jia Shi Zi ~ Sakyasimha ~ Sakya Senge)
釋迦獅子,藏音:“夏迦星給”(釋迦聖吉),法身裝束,頂髻,具足三十二妙相和八十種隨好,右手持金剛杵結施願印,左手托缽,金剛跏趺坐姿。
藏史雲:蓮師赴孟加拉從巴爾巴哈帝論師出家,號“釋迦獅子”。從八大持明受八部修行密乘,從佛密論師受幻化網密續,從師利辛哈受以大圓滿為主的眾多顯密經教。
據說也有兩種記載。第一種說法是當蓮花生大士以蘇梅扎菩薩身顯現時,自阿難尊者處獲得四種法 - 輪,四聖諦,十二因緣緣起法等教授後,證獲釋迦師子之形象。
第二種說法來自另一本經典,其中提及當蓮花生大士放棄羅剎鬼的形象後,得帕拉哈巴斯帝比丘授予真性要集及瑜伽密續的心要,蓮花生大士獲得指示後在未入定的狀況下,立即觀見瑜伽密續的卅七本尊,故此得名釋迦師子
時空行母頓都瑪獻極極猛烈咒,蓮師遂以此咒回遮,念咒時天空突然霹靂一聲,外道全被消滅,城市起火,餘人盡皈依佛教,於是即在其地,高樹法幢,因此又名獅子吼聲。其為蓮花生大師之忿怒化現。
Padmaguru yang mengenakan kulit macan sebagai gaun ini merupakan manifestasi kedelapan, dengan gelar : Guru Simhanada (Shizihousheng) atau Senge Dradog.
Dalam catatan sejarah disebutkan : Di Vajrasana ada lima ratus kaum sesat yang menentang Buddha Dharma, Padmaguru berdebat dan memperoleh kemenangan, namun mereka semua membalasnya dengan mantra dan doa doa jahat penuh kelicikan. Saat itu Dakini mewariskan mantra yang sangat keras, Padmaguru dengan menggunakan mantra ini membalikkan semua kutukan dari kaum sesat, saat mantra dijapakan tiba-tiba suara halilintar bergemuruh, kaum sesat termusnahkan semua oleh api, yang tersisa bersarana pada Triratna, sehingga di tanah itu didirikan Panji Dharma, oleh karena itulah Beliau dinamakan Simhanada. Merupakan manifestasi krodha dari Padmaguru.
8 Manifestasi Guru Padmasambhava
蓮
花生亦名為蓮師或海生金剛,釋迦牟尼佛曾預言此上師將把佛法傳入西藏。烏仗那國的帝釋力國王由於幼子早逝及國家面臨嚴重飢荒,而歷經人生種種考驗。觀世音
菩薩因悲憫國王,祈求阿彌陀佛慈悲救度,於是阿彌陀佛從舌間發光射向達那郭夏海,海中即現一朵大蓮花,花上端坐一位八歲的小孩。小孩被國王帶回宮中如親子
般撫養,也因其出生事蹟而名為蓮花生。
蓮花生長大後逐漸理解無常即娑婆苦惱之本質,因此為教導困於娑婆苦海的眾生領悟佛法而放棄王位和家人。經過數年的傳法,蓮花生因由各別特殊機緣得到不同的尊稱以代表他在佛法各方面的證量。
蓮花生大士所化現的海生金剛是西藏偉大上師與佛陀之顯現,其右手持金剛杵,代表堅固不變的究竟實相之本質,左手持顱器,左肩有三叉杖靠著,由兩位明妃和八位主要神變圍繞,這一切皆是幫助修行者了悟本性的表徵。
Padmasambhava (Guru Rinpoche) disebut juga sebagai Padmaguru dan Sagarasambhavavajra (Haisheng Jingang ~ Vajra Guru yang Terlahir dari Samudera) . Sakyamuni Buddha pernah meramalkan bahwa kelak Sang Guru ini akan membabarkan Dharma ke Tibet.
Di Uddiyana, putera Raja Indrabhuti mati muda, terjadi bencana kelaparan dan berbagai macam petaka. Avalokitesvara Bodhisattva berbelas kasihan dan memohon kepada Amitabha Buddha untuk menolong mereka, maka Amitabha Buddha memancarkan sinar dari lidah ke arah Samudera Danakosha , kemudian munculah sekuntum teratai besar dan diatasnya berdiri seorang kumara yang agung. Kumara tersebut dibawa ke istana oleh Raja Indrabhuti dan dibesarkan seperti puteranya sendiri, oleh karena fenomena yang istimewa mengiringi kelahirannya, maka Kumara tersebut dinamakan Padmasambhava.
Setelah Beliau beranjak dewasa, Beliau memahami menganai anitya dan dukha, maka demi mengajarkan Buddha Dharma kepada para insan supaya terlepas dari dukkha , Beliau melepaskan kedudukan Raja.
Dalam masa pembabaran Dharma Nya, oleh karena nidana yang istimewa, Padmaguru menerima gelar sebagai bukti realisasi Nya dalam Buddha Dharma.
Sagarasambhavavajra adalah Padmaguru sebagai Mahaguru manifestasi dari Sakyamuni Buddha, tangan kanan membawa vajra, sebagai simbol sunyata yang kokoh tak berubah. Tangan kiri membawa kapala dan mengapit Khatvanga Trisula, ada dua Vidyarajni mengiringi dan Delapan manifestasi mengelilingi, semua ini merupakan simbol untuk membantu para sadhaka menyadari Sifat Sejati.
蓮花鄔金金剛總持
(Lian Hua Wu Jin Jin Gang Zong Chi ~ Guru Uddiyana Vajradhara ~ Guru Orgyen Dorjechang)
蓮花生大士為了更深入理解佛法,決定起程到本初佛普賢如來的淨土-色究竟天-參學。普賢如來是一切佛法的源流。蓮花生大士在色究竟天精通大瑜伽密續的心要,進入三三摩地中,最後體證一切聲音為咒語。普賢如來教導蓮花生大士如何與五在定佛融合為一無二無別,並授記他為上師鄔金金持,即來自鄔金的金剛持者,通常身現藍色,擁抱白色明妃,其右手持金剛杵,左手持鈴,明妃手執顱器。蓮花生長大後逐漸理解無常即娑婆苦惱之本質,因此為教導困於娑婆苦海的眾生領悟佛法而放棄王位和家人。經過數年的傳法,蓮花生因由各別特殊機緣得到不同的尊稱以代表他在佛法各方面的證量。
蓮花生大士所化現的海生金剛是西藏偉大上師與佛陀之顯現,其右手持金剛杵,代表堅固不變的究竟實相之本質,左手持顱器,左肩有三叉杖靠著,由兩位明妃和八位主要神變圍繞,這一切皆是幫助修行者了悟本性的表徵。
Padmasambhava (Guru Rinpoche) disebut juga sebagai Padmaguru dan Sagarasambhavavajra (Haisheng Jingang ~ Vajra Guru yang Terlahir dari Samudera) . Sakyamuni Buddha pernah meramalkan bahwa kelak Sang Guru ini akan membabarkan Dharma ke Tibet.
Di Uddiyana, putera Raja Indrabhuti mati muda, terjadi bencana kelaparan dan berbagai macam petaka. Avalokitesvara Bodhisattva berbelas kasihan dan memohon kepada Amitabha Buddha untuk menolong mereka, maka Amitabha Buddha memancarkan sinar dari lidah ke arah Samudera Danakosha , kemudian munculah sekuntum teratai besar dan diatasnya berdiri seorang kumara yang agung. Kumara tersebut dibawa ke istana oleh Raja Indrabhuti dan dibesarkan seperti puteranya sendiri, oleh karena fenomena yang istimewa mengiringi kelahirannya, maka Kumara tersebut dinamakan Padmasambhava.
Setelah Beliau beranjak dewasa, Beliau memahami menganai anitya dan dukha, maka demi mengajarkan Buddha Dharma kepada para insan supaya terlepas dari dukkha , Beliau melepaskan kedudukan Raja.
Dalam masa pembabaran Dharma Nya, oleh karena nidana yang istimewa, Padmaguru menerima gelar sebagai bukti realisasi Nya dalam Buddha Dharma.
Sagarasambhavavajra adalah Padmaguru sebagai Mahaguru manifestasi dari Sakyamuni Buddha, tangan kanan membawa vajra, sebagai simbol sunyata yang kokoh tak berubah. Tangan kiri membawa kapala dan mengapit Khatvanga Trisula, ada dua Vidyarajni mengiringi dan Delapan manifestasi mengelilingi, semua ini merupakan simbol untuk membantu para sadhaka menyadari Sifat Sejati.
蓮花鄔金金剛總持
(Lian Hua Wu Jin Jin Gang Zong Chi ~ Guru Uddiyana Vajradhara ~ Guru Orgyen Dorjechang)
蓮花生這時證得十八如來之成就,獲得普賢如來之密名。
Demi
lebih pemahaman terhadap Buddha Dharma yang lebih mendalam,
Padmasambhava memutuskan untuk belajar ke Tanah Suci Samanthabadra
Tathagata yang terletak di Surga Akanistha. Samanthabadra Tathagata
merupakan sumber dari semua Dharma Buddha. Di Surga Akanistha,
Padmasambhava menguasai semua kiat Mahayogatantra, memasuki Samadhi dan
merealisasikan semua suara menjadi suara mantra. Samanthabadra
Tathagata mengajarkan kepada Padmasambhava bagaimana menyatu dengan
Pancadhyani Buddha dan memberikan vyakarana sebagai Guru Uddiyana
Vajradhara (Vajradhara dari Uddiyana) , bertubuh biru, memeluk
Vidyarajni Putih, tangan kanan membawa Vajra dan tangan kiri membawa
gantha. Sedangkan Vidyarajni membawa kapala.
Padmasambhava telah merealisasikan keberhasilan Tathagata bhumi 18 , maka disebut juga sebagai Samanthabadra Tathagata.
蓮花生貝瑪桑巴哇
(Lian Hua Sheng Bei Ma Sang Ba Wa~ Padmasambhava ~ Pemasambhava)
(Lian Hua Sheng Bei Ma Sang Ba Wa~ Padmasambhava ~ Pemasambhava)
蓮師身穿佛陀的三衣,蓮花生上師(Guru Padmasambhava)法號"蓮花生"
藏音:"貝瑪桑巴哇"(Padmasambhava),集一切知識於一身的蓮花生上師,著比丘裝,頭戴紅色通人冠,身穿密乘衣,右手持充滿甘露的顱器,左
手結施法印,半跏趺坐姿。藏史云:大教主貝瑪桑巴哇,從教主巴爾巴哈帝,所聞密法續部甚多,且從國王因紮菩提(King
Indrabhuti,即其義父)聞法。
Padmaguru
memakai jubah lapis tiga seperti Buddha, dengan nama keagungan Guru
Padmasambhava, yaitu Guru yang merupakan kumpulan semua pengetahuan
dalam satu tubuh, memakai jubah biksu dan jubah tantra, mengenakan
mahkota merah. Tangan kanan membawa kapala yang berisi penuh dengan
amrta, tangan kiri membentuk mudra memberi ajaran, duduk setengah
bersila.
蓮師身穿的藍色法衣,代表其第三種化現,法號為“蓮花王”。
藏音:“白瑪嘉波”(Pema Gyalpo),統治三世三界的蓮花王,著國王裝束,纏頭巾,戴寶冠珠鍊,右手持雙面頭骨鼓,左手持寶鏡,國王坐姿。
藏史雲:
當蓮花生大士抵達烏仗那國後,他的出現立即終止飢荒,國家馬上恢復繁榮。這種種興旺盛況促使帝釋力王為兒子安排與品德兼優的持光女公主成婚,從此蓮花生大士得名蓮華國王,其左手持明鏡,右手高舉大顱鼓。
蓮 花生大士不久後就對宮裡的生活感到憂慮不安,因為他發現身為國王是無法了脫生死,因此決定設法離開王宮。當時印度的法律規定殺人犯必須被放逐,於是蓮花生 大士故意殺死一個男孩,這男孩基於所造諸惡業注定往生惡道,但因被蓮花生大士殺死,他結果往生至佛陀淨土。蓮花生大士從此被放逐出境,自由自在毫無約束地 尋求證悟解脫之道。
Padmaguru
mengenakan jubah biru yang menyimbulkan manifestasi yang ke 3 sebagai
Padmaraja (Pema Gyalpo). Padmaraja yang memimpin Triloka Tiga Masa
(lampau, sekarang dan yang akan datang). Memakai jubah kebesaran Raja
dan segala perhiasan serta atributnya. Tangan kanan membawa damaru dari
tengkorak, tangan kiri membawa cermin mestika, dengan posisi duduk
seorang Raja.
Dalam sejarah Tibet dikatakan :
Saat
Kumara Padmaguru tiba di Uddiyana, dengan seketika bencana kelaparan
terhenti dan negara kembali makmur. Oleh karena kondisi negara yang
semakin membaik, maka Raja Indrabhuti berpikir untuk menikahkan
Padmasambhava dengan istri yang sempurna, yaitu Puteri Bhasadhara. Sejak
saat itu Padmaguru memperoleh gelar sebagai Padmaraja.
Namun
tak berapa lama, Beliau mulai berpikir bila menjadi seorang Raja ,
maka tidak akan sanggup terbebas dari tumimbal lahir dan menyia-nyiakan
kesempatan untuk memberikan manfaat bagi para insan, sehingga Beliau
memutuskan untuk meninggalkan istana .
Namun
ayahnda Baginda Raja tidak memberikan ijin. Maka dalam satu hari itu
Beliau menciptakan lalita tandava (Tarian permainan kosmik) , dengan
ilusi membunuh anak menteri mara yang selalu berbuat onar dan sudah
pasti akan terjerumus dalam alam rendah, dan menyeberangkan kesadarannya
ke alam Surga Akanistha. Oleh karena itulah atas dasar hukum saat itu,
membunuh maka harus diasingkan, maka Padmasambhava pun dapat memperoleh
kebebasan dalam menekuni Dharma di pengasingan Nya.
釋迦獅子
(Shi Jia Shi Zi ~ Sakyasimha ~ Sakya Senge)
釋迦獅子,藏音:“夏迦星給”(釋迦聖吉),法身裝束,頂髻,具足三十二妙相和八十種隨好,右手持金剛杵結施願印,左手托缽,金剛跏趺坐姿。
藏史雲:蓮師赴孟加拉從巴爾巴哈帝論師出家,號“釋迦獅子”。從八大持明受八部修行密乘,從佛密論師受幻化網密續,從師利辛哈受以大圓滿為主的眾多顯密經教。
據說也有兩種記載。第一種說法是當蓮花生大士以蘇梅扎菩薩身顯現時,自阿難尊者處獲得四種法 - 輪,四聖諦,十二因緣緣起法等教授後,證獲釋迦師子之形象。
第二種說法來自另一本經典,其中提及當蓮花生大士放棄羅剎鬼的形象後,得帕拉哈巴斯帝比丘授予真性要集及瑜伽密續的心要,蓮花生大士獲得指示後在未入定的狀況下,立即觀見瑜伽密續的卅七本尊,故此得名釋迦師子
Guru
Sakyasimha adalah salah satu manifestasi Padmasambhava yang dalam
bahasa Tibet disebut Sakya Senghe. Terbentuk usnisa di kepala, berjubah
Dharmakaya, memiliki 32 tanda Devatimsamahapurissalaksana, tangan kanan
membawa vajra dengan mudra memberi , tangan kiri membawa patra. Duduk
dengan sikap Vajrasana.
Menurut catatn sejarah Tibet :
Padmasambhava
menuju ke Benggala menerima upasamapada dari Guru Baerbahadi, dengan
nama Sakyasimha, menerima delapan bagian tantra dari Delapan Resi Mantra
Agung, menerima Mahamayatantra dari Guru Fomilun, dari Srisingha
menerima ajaran sutra esoterik dan eksoterik dengan Mahaparipurna
sebagai yang utama.
Ada lagi dua peristiwa, yaitu :
1.
Dari Arya Ananda menerima Empat macam Dharmacakra, caturaryasatyani ,
paticcasamupada dan lain sebagainya, barulah kemudian memperoleh
keberhasilan rupa Sakyasimha.
2.
Dari kitab yang lain disebutkan bahwa setelah Padmaguru melepaskan
rupa rakshasa, Beliau memperoleh Kumpulan Kiat Sifat Sejati dan
Yogatantra dari Biksu Balabahasidi , setelah memperolehnya, didalam
kondisi belum memasuki samadhi, Beliau memperoleh pengelihatan 37 yidam
Yogatantra, oleh karena itulah disebut sebagai Sakyasimha.
日光上師
(Ri Guang Shang Shi ~ Guru Surya Rasmi ~ Guru Nyima Ozer)
蓮花生大士在寒林墳地僅用棉製的裹屍布披身,食人們遺留給往生者的供品,其瑜伽密行神速進展,結果調伏眾空行母使之成為護法。另有數據記載蓮花生大士於此寒林墳地顯露恐怖的羅剎鬼形象,其身披人皮,手執一弓與五支鐵箭。
後來蓮花生大士起程到位於寶益達國的聚身屍林,其中央有座普陀寶塔,蓮花生大士在此為眾空行母說法五年,被尊稱為日光上師或'太陽之金光',其右手持三叉杖,左手放射如太陽般的光芒,通常以大成就者形象顯現,身形稍顯瘦弱。
獅子吼聲
(Shi Zi Hou Sheng ~ Simhahanada ~ Senge Dradog)
(Ri Guang Shang Shi ~ Guru Surya Rasmi ~ Guru Nyima Ozer)
蓮花生大士在寒林墳地僅用棉製的裹屍布披身,食人們遺留給往生者的供品,其瑜伽密行神速進展,結果調伏眾空行母使之成為護法。另有數據記載蓮花生大士於此寒林墳地顯露恐怖的羅剎鬼形象,其身披人皮,手執一弓與五支鐵箭。
後來蓮花生大士起程到位於寶益達國的聚身屍林,其中央有座普陀寶塔,蓮花生大士在此為眾空行母說法五年,被尊稱為日光上師或'太陽之金光',其右手持三叉杖,左手放射如太陽般的光芒,通常以大成就者形象顯現,身形稍顯瘦弱。
Padmasambhava
membina diri di pekuburan, kulit sebagai jubah Nya, bekas persembahan
yang ditinggalkan di kuburan sebagai makanan Nya, yogi tantrik ini
dengan cepat mencapai kemajuan, bahkan menaklukan berbagai dakini supaya
menjadi Pelindung Buddha Dharma. Padmasambhava di areal pekuburan
menampilkan rupa raksasa yang menakutkan, tubuh berbalut kulit mayat,
tangan membawa sebuah busur dan lima anak panah.
Kemudian
Padmasambhava menuju ke areal penumpukan mayat yang ditengahnya
terdapat Stupa Ratna Pota, disitulah Padmasambhava membabarkan Dharma
kepada para dakini selama lima tahun dan dijuluki sebagai Guru Surya
Rasmi (Guru Cahaya Keemasan Matahari), tangan kanan Nya membawa trisula
Khatvanga, tangan kiri memancarkan cahaya matahari, senantiasa muncul
dalam rupa seorang Mahasiddha bertubuh kurus.
愛慧上師
(Ai Hui Shang Shi ~ Guru Loden Chogse)
忿怒金剛
(Fen Nu Jin Gang ~ Vajra Krodha ~ Dorje Drollo)
(Ai Hui Shang Shi ~ Guru Loden Chogse)
蓮師腰間有金剛寶杵,代表上師的第六種變身,法號為"愛慧"。蓮師八變--愛慧上師 (Guru Loden Chogse)博學者愛慧,藏音:"羅登楚瑟"(Loden Chogse),著上師咒裝,右手持雙面頭骨鼓,左手持顱碗,國王坐姿。藏史云:蓮師從室利辛哈(Shri Simha)受以大圓滿為主的眾多顯密經教。雲遊孟加拉及鄔丈那等地,教化有緣歸依佛門,人稱"蓮花王"。
Di
pinggang Padmaguru terdapat sabuk mustika vajra merupakan manifestasi
keenam dari Yang Arya dengan julukan Guru Loden Chogse, tangan kanan
membawa damaru kapala dua sisi, tangan kiri membawa mangkuk kapala,
duduk dalam posisi raja.
Menurut catatan sejarah :
Dari
Guru Sri Simha, Padmaguru menerima ajaran esoterik dan eksotrik dengan
Mahaparipurnatantra sebagai yang utama. Melakukan perjalanan menuju
Benggala dan Udiyanna, menyelamatkan yang berjodoh untuk bersarana
kepada Triratna, orang memanggil Nya "Padmaraja."
忿怒金剛
(Fen Nu Jin Gang ~ Vajra Krodha ~ Dorje Drollo)
蓮師外現靜善忿怒相,代表上師的第七種變身,法號為"忿怒金剛"。
蓮師八變--忿怒金剛上師(Guru Dorje Drollo)
忿怒金剛,藏音"多傑卓勒"(Dorje Drollo)是蓮花生大師的忿怒化現,譯為金剛力士。一頭二臂三目,身棕紅色,上披棕色錦袍,下身著舞裙,右舉天鐵金剛杵,左持普巴撅,踏於母虎之背,以蓮花口輪天魔座,安住智能烈焰中。
本尊功德為:能將地水火風四大病氣消除,轉五毒為五智,摧伏死魔、天魔、煩惱魔、大力鬼神等,特別降服不相信佛法作障礙之眾。
忿怒蓮師"多傑卓勒"為蓮師八變之一,此乃蓮花生大士的忿怒化現,屬寧瑪巴(紅教) 巖傳法門。經典記載其化現的地方為墳地"讓卡這",在不丹王國附近地名(門巴都達昌),有很多危害眾生之邪神惡鬼和毀壞佛法製造障礙之眾。 而蓮師弟子降服一切邪惡眾生,變現此忿怒本尊。
Rupa Padmaguru dengan mimik krodha merupakan manifestasi yang ketujuh, dengan gelar "Vajra Krodha"
Fennu
Jingangshangshi atau Guru Dorje Drolo merupakan manifestasi krodha
dari Padmaguru, satu kepala dua lengan, mengenakan jubah merah
kecoklatan, tubuh bagian bawah mengenakan jubah tarian, tangan kanan
membawa vajra, tangan kiri membawa vajraphurba, menunggangi induk
macan, berdiam dalam api kebijaksanaan.
Guru
Dorje Drollo mempunyai kemampuan menyingkirkan penyakit dari keempat
unsur, mengubah lima racun menjadi lima kebijaksanaan, menaklukan mara
kematian, mara dewaputra, mara kerisauan, setan Mahabala dan lain
sebagainya, terlebih adalah menaklukan makhluk yang tidak percaya dan
selalu merintangi Buddha Dharma.
Dalam
kitab tercatat lokasi manifestasi ini di areal pekuburan Rangkazhe, di
sebuah tempat dekat Bhutan, dimana terdapat banyak dewa dan setan
serta orang - orang yang suka merintangi dan merusak Dharma.
獅子吼聲
(Shi Zi Hou Sheng ~ Simhahanada ~ Senge Dradog)
蓮花師身上的虎皮嚴飾,則代表上師的第八種變身,法號為"獅子吼聲"蓮師八變--獅子吼聲(Guru Simhanada)
獅子吼聲藏語稱"星給紮佐"(Senge Dradog);藏史云:在金剛座有五百外道導師反對佛法,蓮師與之辯論及此法力,均勝之,彼等乃念惡咒修行作為抵禦。
Padmaguru yang mengenakan kulit macan sebagai gaun ini merupakan manifestasi kedelapan, dengan gelar : Guru Simhanada (Shizihousheng) atau Senge Dradog.
Dalam catatan sejarah disebutkan : Di Vajrasana ada lima ratus kaum sesat yang menentang Buddha Dharma, Padmaguru berdebat dan memperoleh kemenangan, namun mereka semua membalasnya dengan mantra dan doa doa jahat penuh kelicikan. Saat itu Dakini mewariskan mantra yang sangat keras, Padmaguru dengan menggunakan mantra ini membalikkan semua kutukan dari kaum sesat, saat mantra dijapakan tiba-tiba suara halilintar bergemuruh, kaum sesat termusnahkan semua oleh api, yang tersisa bersarana pada Triratna, sehingga di tanah itu didirikan Panji Dharma, oleh karena itulah Beliau dinamakan Simhanada. Merupakan manifestasi krodha dari Padmaguru.
5 Murid pertama MAHA GURU PADMASAMBHAVA
Mereka adalah:
1. Mandarava - emanasi tubuh Vajra Varahi
2. Khandroma Yeshé Tsogyel – emanasi ucapan Vajra Varahi
3. Sakya Devi - emanasi pikiran Vajra Varahi
4. Kalasiddhi - emanasi kualitas VajraVarahi
5. Tashi Chidren - emanasi aktivitas Vajra Varahi
1. Putri Mandarava / Machig Drupa Gyalmo
Merupakan putri di India Utara dari Raja Vihardhara, Mandi, Zahor dan ratu Mohauki yang lahir pada abad ke-8 M dan pasangan dari Guru Padmasambhava. Mandarava merupakan emanasi dari tubuh Vajravarahi. Ia disebut juga sebagai “Putri Putih”. Nama Mandarava diambil dari nama bunga yang tumbuh di Tanah Suci Sukhavati.
Kelahirannya ditandai dengan berbagai tanda ajaib. Tanda-tanda spiritualnya telah muncul sejak ia masih muda.
Mandarava menolak untuk menikah dan lebih memilih untuk menjadi bhiksuni, padahal wajahnya cantik, sehingga banyak raja-raja India dan Tiongkok yang melamarnya. Ayahnya tidak setuju kalau ia tidak menikah dan Mandaravapun pergi dan akhirnya menjadi pengemis. Mandarava kemudian ditahbiskan oleh Bhiksu Shantarakshita. Raja Zahor kemudian setuju terhadap jalan yang ditempuh anaknya dan membangun sebuah kuil untuknya dan murid-murid wanitanya.
Ketika Guru Padmasambhava tiba di mandi dari Orgyen, Mandarava tiba-tiba pingsan ketika Sang Guru terbang di angkasa. Kemudian Mandaravapun menjadi muridnya. Namun gossip segera tersebar bahwa terjalin hubungan yang tidak benar antara Mandarava dengan Guru Padmasambhava. Sang raja, yang merupakan ayah dari Mandarava sangat marah mendengar hal tersebut dan memerintahkan penangkapan Guru Padmasambhava dan kemudian berusaha membakarnya hidup-hidup sebagai pengorbanan. Namun Sang Guru Padma diselamatkan oleh para Dakini dan api yang akan membakar Guru Padma berubah menjadi danau yang berasap selama 7 hari. Di hari yang kedelapan, sang raja menemukan Guru Padmasambhava berwujud sebagai bocah berumur 8 tahun duduk di atas teratai di tengah-tengah danau. Mandarava saat itu telah dilempar ke dalam lubang yang ditutupi oleh duri-duri. Sang raja yang menemukan bahwa anaknya masih hidup sangat berterima kasih dan akhirnya sang raja sendiri berusaha untuk mempersatukan kembali Guru Padmasambhava dengan Mandarava. Guru Padmasambhava dan mandarava benar-benar pasangan yang tidak dapat dipisahkan dan hubungan mereka sangat erat, setidaknya sebelum Guru padmasambhava pergi ke Tibet.
Guru Padma menetap selama beberapa waktu di Zahor dan setelah menjadikan orang-orang sebagai pengikut Buddhis, guru Padma dan Mandarava (yang telah berusia 16 tahun) pergi ke Gua Maratika di Heileshe, Nepal, di mana mereka mempraktekkan yoga keabadian dalam Mandala Amitayus. Guru Padmasambhava dan Mandarava kemudian mencapai tingkatan Vidyadhara. Dari Nepal mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke Bangala, di mana Mandarava berubah menjadi Dakini berwajah kucing dan menjadikan masyarakat di Bengal sebagai umat Buddhis.
Mereka akhirnya kembali ke tanah asal mereka, namun karena tidak ada guru spiritual yang diakui di tanah asal mereka, maka Guru Padma dan Mandarava bersama-sama dibakar namun mereka sekali lagi tidak sedikitpun terluka. Maka dari itu Mandarava berubah menjadi Machig Drupa Gyalmo, ratu dari Orgyen Dakini. Orgyen adalah Tanah Suci para Dakini, tanah nirmanakaya Buddha. Ketika Guru padmasambhava pergi ke Tibet, Mandarava tetap menetap di India. Menjelang akhir hidupnya, Mandarava muncul di hadapan Tsogyel ketika bermeditasi di Phukmoche dan memohon agar Tsogyel mengajarkannya 27 sila rahasia yang Guru Padma tidak ajarkan di India.
Mandarava pernah memanifestasikan Sambhogakayanya di Roda Dharma di Tramdruk ketika berdialog tentang mantra dan mudra dengan Guru Padmasambhava. Mandarava kemudian akhirnya berhasil mencapai “Tubuh Pelangi”.
Mandarava tampil sebagai yidam panjang umur, memakai ornament layaknya bodhisattva dan kulitnya berwarna putih. Tangan kanannya memegang sebatang panah dengan berhiaskan panji yang menyimbolkan tradisi Dzogchen dan tangan kirinya memegang melong, cermin bundar yang menyimbolkan sifat dasar dari pikiran yang kosong dan bumpa, vas panjang umur. Mandarava duduk seperti layaknya Tara dengan kaki kanan diturunkan yang menyimbolkan kehendaknya menolong para makhluk hidup. Namun terkadang Ia digambarkan berdiri menari menyimbolkan aktivitas pencerahan dan seorang dakini. Apabila bersama dengan sang Guru, maka Mandarava berada di sebelah kiri Guru Padmasambhava.
Mandarava juga mempunyai banyak emanasi di antaranya adalah: yogini Mirukyi Genchen pada waktu Marpa, Risulkyi Naljorma pada waktu Nyen Lotsawa dan Drubpey Gyalmo pada masa rechungpa. Chusingi Nyemachen, pasangan wanita dari Maitripa adalah juga emanasi Mandarava. Niguma juga dianggap sebagai Mandarava. Melalui praktek dan ketekunannya, mandarava mencapai pencapaian spiritual yang seimbang dengan pencapaian Guru padmasambhava, sehingga mendapatkan gelar Machig Drupa Gyalmo. Mandarava juga pernah menolong Kalasiddhi ketika masih kecil.
2. Yeshe Tsogyal (Dechen Gyalmo)
Ia adalah pasangan wanita dari Tibet dan murid utama dari Guru Padmasambhava. Tsogyal adalah emanasi dari ucapan Vajravarahi. Tsogyal banyak mendapat ajaran yang langka dari Guru Padmasambhava. Terkadang digambarkan dalam bentuk Nirmanakaya dengan pakaian Tibet sehari-hari, duduk dan memegang Kartri dan kapala. Ia disebut juga Dechen Gyalmo dengan wujud bertubuh merah dalam posisi berdiri dan memegang damaru di tangan kanannya yang diangkat dan Kartri di tangan kirinya. Yeshe Tsogyel juga dikenal sebagai emanasi dari Dewi Sarasvati dan reinkarnasi dari Dorje Phagmo.
Yeshe Tsogyal (777-837 M) terlahir di antara keluarga kerajaan Kharchen di Taiyespa. Ayahnya bernama Namkhai Yeshe dan ibunya bernama Gewabum. Ketika ia terlahir, semburan air segar tiba-tiba muncul dari dalam tanah dan akhirnya membentuk sebuah kolam tepat di sebelah rumahnya. Kolam atau danau tersebut kemudian dikenal dengan nama “Lha-tso”, Danau Ilahi, yang kemudian menjadi tempat ziarah oleh para umat dari generasi ke generasi
Ia tumbuh lebih cepat dari anak-anak lain. Ketika bermain dengan anak-anak lain, ia meninggalkan bekas telapak tangan dan kakinya pada batu-batu. Sifatnya welas asih dan selalu siap menolong siapa saja. Pikirannya tajam dan memiliki Bodhicitta. Ia juga berkeyakinan pada Triratna dan rajin melaksanakan meditasi sehingga pikirannya menjadi seimbang. Semua yang melihatnya menjadi senang. Banyak orang ebrusaha melamarnya pada saat ia berumur 13 tahun. Namun orangtua tsogyel memberikan anaknya. Tsogyel selalu ingin lebih banyak belajar dan menolong orang. Ia ingin mendapatkan kebijaksanaan yang diraih Sang Buddha.
Namun hidup Yeshe Tsogyal juga tak terlepas dari kendala. Ia diperkosa oleh pelamarnya yang pertama sendiri dan bertengkar dengan yang kedua. Ia juga melarikan diri dari pelamarnya yang kedua.
Ketika popularitasnya dan welas asihnya diketahui seluruh Tibet, Trisong Deutsen yang mendengar tentangnya langsung mengirim menterinya ke rumah Tsogyel untuk meminta dan menyerahkan Tsogyel kepada raja. Ketika Tsogyel mendengarnya, ia berlari dari rumah ke tempat yang terpencil. Ia melepas semua permatanya, menghancurkannya sampai menjadi debu dan melemparkannya ke sepuluh penjuru. Ia berdoa kepada Buddha dan Bodhisattva agar menghilangkan rintangannya dalam mencapai pencerahan.
Ketika ia berdoa, anak laki-laki berumur 16 tahun muncul dengan mala di tangan kanannya. Ia berkata bahwa menangis dan merusakkan perhiasan tidak akan membantunya. Anak laki-laki tersebut berkata bahwa engkau harus terus berdoa pada Buddha dan Bodhisattva tanpa hentinya. Doamu akan didengar dan harapanmu akan terkabul. Kemudian laki-laki tersebut berkata, “Ikutlah aku dan aku akan menunjukkan jalan menuju pencerahan. Ia mengambil tangan Tsogyel dan secara tiba-tiba mereka sudah berada di tempat terpencil di Tsang namun indah dan tenang.
Anak laki-laki itu sebenarnya adalah manifestasi Guru Padmasambhava. Anak tersebut mengajarkan pada Tsogyel tentang hidup dan samsara. Ia memberitahu agar Tsogyel tetap berada di tempat itu. Tsogyel bertanya kepadanya bagaimana ia akan praktek setelah ia (anak laki-laki) pergi. Anak laki-laki tersebut memberikan instruksi tentang sifat alami pikiran dan memberitahunya bagaimana untuk berpraktek. Tsogyel berterima kasih padanya dan bertanya siapa dan dari mana sebenarnya anak laki-laki tersebut. Laki-laki tersebut berkata, “Aku datang dari Dharmakaya dan apapun yang aku katakan padamu engkau harus praktekkan.” Yeshe Tsogyal memintanya untuk tinggal, namun anak laki-laki tersebut harus pergi sekarang, karena ia tak bisa berlama-lama, nanti tiba saatnya mereka dapat bersama. Setelah itu anak laki-laki tersebut menghilang.
Yeshe Tsogyel merasakan kesedihan sekaligus kegembiraan. Ia bingung apakah itu nayata atau mimpi. Namun ia sadar itu bukanlah mimpi. Ia sangat senang berada di tempat yang indah. Ia menjadikan tanaman liar sebagai makanannya dengan tak lupa minuma ir yang tersedia di daerah tersebut. Ia terus berlatih dan tumbuh beberapa pemahaman dalam dirinya. Terkadang ia bermeditasi di luar dan terkadang di dalam gua apabila hujan tiba.
Orang tua Tsogyel menyalahkan menteri tersebut atas hilangnya anak mereka. Namun menteri tersebut tidak tahu apa-apa dan ia melapor pada raja atas apa yang terjadi. Sang raja kemudian memerintahkan banyak orang untuk mencarai Yeshe Tsogyal di seluruh Tibet dan membawanya kembali. Bagi siapapun yang berhasil akan mendapatkan imbalan yang sesuai.
Beberapa peziarah menemuklan Yeshe Tsogyal sedang bermeditasi. Mereka kagum melihat gadis secantik itu berada di tempat yang terpencil. Setelah bercakap-cakap dengan tsogyel, mereka memberikannya tsampa dan theh. Setelah itu para peziarah itu menyebarkan berita bahwa ada seorang bhiksuni yang bermeditasi di sebuah tempat terpencil ketika mereka kembali ke desa.
Menteri raja mendengar hal tersebut dan tiba di tempat Yeshe Tsogyal. Ia mengajak Tsogyel untuk tinggal di istana yang mewah ketimbang di tempat terpencil dan liar seperti itu. Namun Tsogyel menolak karena ia ingin mempraktekkan Dharma. Namun akhirnya sang menteri memaksa membawa Tsogyel kepada raja tanpa memperdulikan tangisannya. Pada saat siang ia membawa Tsogyel dan malamnya Tsogyel dijaga dengan ketat. Dengan cara ini ia diambil dan ditempatkan di kediaman raja Trisong Deutsen. Kemudian raja tersebut memberikannya pada Guru Padmasambhava yang datang ke Tibet.
Guru Padmsambhava kemudian membebaskannya dan Tsogyal pun menjadi muridnya. Baru saat itu ia merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Pada saat Yeshe Tsogyal berumur 16 tahun, tepatnya pada tahun 749 M, ia menerima inisiasi dari Guru Padma yang memberinya nama Dechen Gyalmo, di mana bunganya jatuh ke dalam Mandala Vajrakilaya dan dengan mempraktekkan
sadhana yang benar, Tsogyal dengan cepat meraih berbagai pencapaian termasuk siddhi di mana ia bisa mengingat segala ajaran Guru Padma tanpa ditulis terlebih dahulu. Tsogyal kemudian menerima semua ajaran Guru Padmasambhava dan menjadi penerus garis silsilahnya.
Yeshe Tsogyal kemudian berusaha untuk kebahagiaan semua makhluk. Ia pergi ke alam neraka dan membebaskan para makhluk disana. Guru padma juga mengirim Tsogyel untuk membebaskan seorang Acharya di Nepal. Bahkan Yeshe Tsogyal juga mengampuni dan memberikan pencerahan bagi para perampok yang memperkosanya.
Yeshe Tsogyal juga mempunyai ingatan yang tajam sehingga memungkinkannya untuk mengingat sejumlah besar isi teks tanpa kesulitan. Keseluruhan ajaran Khadro Nyingtig tersimpan dalam ingatannya.
Putri Yeshe Tsogyal kemudian pergi menuju Nepal pada tahun 795 M untuk mencari seorang Acharya sebagaimana yang diminta oleh Guru Padmsambhava. Ia menemukan seorang laki-laki yang masih muda yang kemudian ia sadari bahwa laki-laki tersebutlah yang dimaksud Guru padmasambhava sebagai Acharya. Laki-laki tersebut bernama Atsara Sahle. Namun orang tua Sahle memberikan syarat bahwa mereka akan memberikan anak mereka pada Guru Padmasambhava apabila tsogyel memberi mereka sejumlah uang emas. Tsogyel menyanggupinya dan mendapatkan emas seetalh membangkitkan kembali anak dari sebuah keluarga dari kematian. Setelah itu orang tua Sahle pun setuju menyerahkan anaknya. Atsara Sahle kemudian menjadi pujaan hati dan pasangan dari Yeshe Tsogyal. Tsogyel dan pasangannya pergi melakukan perjalanan ke berbagai gua pertapaan dan mereka rajin melakukan Sadhana.
Tsogyal mempunyai kepribadian yang lebih kokoh ketimbang pasangannya, karena sejak kecil ia sudah menderita. Ia sudah mempunyai ketetapan hati dalam meraih pencerahan. Yasodhara juag mempunyai rasa cinta kasih dan kebaikan yang besar. Atsara Sahle berasal dari lembah Kathmandu, di mana ia tidak pernah merasakan udara dingin Tibet yang menusuk. Oleh karena itu lebih sulit baginya untuk menjalankan pertapaan di gunung-gunung yang tinggi. Namun mereka berusaha sebaik-baiknya yang mereka bisa untuk mencapai pencapaian spiritual.
Dan tibalah suatu saat, di mana Tsogyal tinggal sendirian di gua Nering Senge dan pasangannya ketika itu pergi ke tempat yang iklinya lebih hangat. Tsogyal kemudian harus mulai menghadapi segala iblis dalam pikirannya. Dengan tetap bermeditasi, ia mengatasi segala macam iblis yang datang kepadanya baik itu iblis pikiran maupun iblis-iblis lain yang menakutkan, penuh nafsu maupun yang jahat. Tsogyal harus menghadapi mereka selama berhari-hari hingga akhirnya ia berada dalam kedamaian dan ketenangan batin. Brahma juga datang mengetes welas asih Tsogyel dengan cara menyamar menjadi seorang penderita kusta.
Setelah itu, di gua terpencil di Paro Taksang, dataran tinggi Bhutan, dengan pasangannya Atsara Sahle, ia mendisiplinkan dirinya melalui puasa, meditasi yang panjang dan praktek spiritual yang bernama karmamudra, untuk menyatukan positif dan negatif bindu dari Cakra hati dan sistem saraf (nadi), tempat di mana 5 energi biologis (vayu) utama dan 5 energi biologis sekunder berasal; dan dengan tujuan untuk mengkristalkan keseluruhan keberadaannya sebagai basis dari inti tubuh vajra. Melalui penyatuan yang tepat antara inti syaraf yang dihaluskan (bindu merah dan putih) dengan melepaskan ikatan psikologis yang terakhir pada Chakra hati, maka pencapaian ke-Buddhaan dalam masa waktu satu kehidupan dapat tercapai.
Di Paro Taksang, setelah mencapai tujuannya dengan usaha yang sangat tekun dan rajin, Yeshe Tsogyal mencapai tingkatan Vidyadhara, di mana Ia mengimbangi pencapaian Guru Padmasambhava. Dan dari itu ia mencapai tahap dasar dari pencerahan.
Setelah itu bersama dengan Guru Padmsambhava, Tsogyal melakukan perjalanan mengelilingi Tibet membabarkan Dharma, memberkati bebagai lokasi dan menaruh berbagai terma. Kemudian ia menjalankan rtreat meditasi di tempat terpencil tahun 796 M dan tidak keluar sampai pada tahun 805 M, setelah Guru Padmasambhava meninggalkan Tibet. Namun sekarang ia kembali sebagai Buddha Yang Tercerahkan. Dan pada tahun 837 M, ia menembus keberadaan duniawinya dan dengan tubuhnya menuju Tanah Suci dari Gunung Merah, tempat Guru Padmasambhava berada.
Biografi Yeshe Tsogyal ada dalam teks “Autobiografi Rahasia Yeshe Tsogyal” yang ditulis oleh Namkhai Nyingpo (abad 9 M). Biografi tersebut ada dalam bentuk terma. Yeshe Tsogyal sendiri juga menulis tentang biografi Guru Padmasambhava.
3. Putri Sakyadevi
Putri Belmo Sakyadevi adalah anak dari Raja Sukkhadhara (Punyedhara?) dari Nepal dan emanasi dari pikiran Vajravarahi. Ibunya meninggal pada saat melahirkan dan ia digantikan oleh ratu selanjutnya dan ditinggalkan oleh kaum kerajaan. Sakyadevi dibawa ke pemakaman bersama dengan jasad ibunya dan ditinggalkan di sana. Kemudian ia dirawat oleh para monyet namun tangan dan kakinya berselaput.
Saat Sakyadevi tumbuh, ia menjadi Yogini dan bertempat tinggal di dekat Parphing, di pegunungan di luar Lembah Kathmandu. Di Vihara Sankhu, sebelah timur laut dari lembah Kathmandu, ia bertemu Guru Padmasambhava dan menjadi murid wanita Guru Padmasambhava dan menerima ajaran darinya. Keduanya hidup di gua yogi Yanglesho di mana mereka menguasai praktek Vajrakilaya dan Mahamudra dengan menggunakan mandala Yangdak dan Dorje Phurba. Ketika Tsogyel berkunjung ke Yanglesho beberapa tahun kemudian, Sakyadevi masih tinggal di sana sebagai yogini. Ia kemudian mencapai “Tubuh Pelangi” sebagai seorang yang telah terealisasi menjadi Buddha. Ia juga mencapai Mahamudra dan menguasai zap-lam yoga, togal yoga dan yoga tidur(mimpi?).
Rakyat Tibet meyakini bahwa Raj Kumari, “Dewi Hidup” dari Basantapur Kumari Bahal di Kathmandu yang terkenal itu, adalah emanasi dari Sakyadevi.
4. Kalasiddhi
Belwong Kalasiddhi dari Nepal adalah anak gadis dari penenun Bhadana dan Nagini di kota Balbong Jur. Nama aslinya adalah Dakini. Pada saat itu memang Nepal terkenal dengan kain wolnya. Ibunya meninggal karena kelaparan dan dia dibuang dan ditinggalkan bersama tubuh ibunya di pemakaman oleh ayahnya sendiri.
Seorang wanita Yogini bernama Mandarava yang ketika itu berwujud harimau wanita, menemukan bayi Kalasiddhi yang sedang menyusu pada ibunya yang telah meninggal. Kemudian Mandarava menyelamatkannya dari kondisi kritis dan membesarkannya, mengajarkannya berbagai ajaran rahasianya. Ketika remaja, Dakini bekerja memintal benang pada siang hari dan menenunnya pada malam hari. Kalasiddhi akhirnya mendapat pentahbisan dari Bhiksu Sakyadeva. Setelah Kalasiddhi mencapai pencerahan, Ia meneruskan silsilahnya kepada anak laki-laki petani yang akan menjadi Guru besar Vajrahunkara.
Dalam tradisi terma dari Terton Tagsham, Kalasiddhi bertemu dan menjadi murid dari Guru Padmasambhava dan Yeshe Tsogyal. Ketika berumur 14 tahun, Dakini ditemukan oleh Tsogyel yang saat itu melakukan perjalanan keduanya ke Nepal untuk mengajarakan sila rahasia dari Guru Padmasambhava. Tsogyel memberinya nama Kalasiddhi. Di Mangyul, menyebrangi batas Tibet dari Trishuli-kola, Kalasiddhi menerima inisiasi dalam Tantra Lama Mandala dan setelah ia mempraktekkan meditasi dengan tekun dan rajin, kalasiddhi akhinya mencapai siddhi. Kalasiddhi juga menemani Tsogyel ke istana Mutri Tsenpodi Samye dan tempat retreat di Chimpu di mana ia bertemu dengan guru Padmasambhava. Guru Padmsambhava segera merasakan bahwa Kalasiddhi memiliki potensial sebagai mudra dalam prakteknya untuk mengembangkan tantra di Tibet dan meminta Tsogyel untuk memberikan Kalasiddhi padanya. Setelah itu dalam waktu yang singkat, Guru Padmasambhava pergi ke arah Barat daya dan meninggalkan Kalasiddhi di bawah bimbingan Tsogyel.
Kalasiddhi berhasil mencapai Pencerahan Sempurna dari Pemegang Ajaran (Vidyadhara). Ia adalah emanasi dari kualitas Vajravarahi. Sebagai tanda perpisahan, Tsogyel memberikan instruksi zap-lam secara detail pada Kalasiddhi.
5. Tashi Khyidren / Mangala
Tashi (abad ke-8 M) adalah murid wanita Guru Padmasambhava yang berasal dari Bhutan. Ia adalah pemberian dari Bhutan kepada Padmasambhava untuk dijadikan murid-Nya dan membantunya menyebarkan Dharma melalui Tantra. Ia adalah anak dari Raja Kerajaan Iron (Shinduraja), yang mengundang Guru Padmasambhava ke Bhutan untuk menyembuhkan penyakitnya. Sumber lain mengatakan ia adalah anak dari Raja Hamra. Di usianya yang ketiga belas, Tashi bertemu dengan Yeshe Tsogyal yang saat itu sedang bermeditasi di Gua Nering Drak dan sering menjadi sasaran tipu muslihat para iblis lokal. Penuh kekaguman terhadap yogini tersebut, Khyidren kemudian selalu membawakan susu dan madu untuk Yeshe Tsogyel. Setelah Tsogyel berhasil menundukkan para iblis dan penduduk lokal yang memusuhinya, ayah Khyidren memberikan hormat padanya dan Tsogyel meminta anaknya, Khyidren. Raja Hamra memenuhi permintaannya dan Tsogyel mengganti nama Khyidren menjadi Chidren. Tak lama kemudian, Khyidren pergi menemani Tsogyel menuju ke Womphu Taktsang di Tibet untuk menemui Guru Padmsambhava.
Padmasambhava meminta Tsogyel agar membawa Khyidren kepadanya agar ia dapat melakukan mudra dalam inisiasi Dorje Phurba, di mana Guru Padmasambhava lakukan untuk melindungi Tibet. Khyidren berperan sebagai pasangan kedua dalam inisasi ini. Dalam simbolisasi Phurba-Tantra, Khyidren disimbolisasikan sebagai macan wanita yang ditunggangi Phurba dan pasangannya (Padmasambhava dan Tsogyel) dalam menakukkan para dewa dan iblis di Tibet.Setelah meninggal, Khyidren juga berinkarnasi kembali menjai anak perempuan Machig Labdron.
Dan satu lagi murid wanita Guru Padmasambhava:
Lacham PemaSel
Lacham PemaSel (Pematsal) adalah anak perempuan dari Raja Trisong Deutsen dari Tibet dan Ratu Dromza Changchub. Pada saat berumur delapan tahun, ia sakit dan mati. Padmasambhava, yang pada saat itu berada di istana kerajaan, dipanggil. Ia tiba-tiba datang ke ruangan di mana Lacham PemaSel terbaring dan menulis huruf ‘Nri’ berwarna merah di hatinya dangan mengucapkan mantra. Memasuki kesadaran tak sadarkan diri(Antarabhava?), Guru Padmasambhava memanggil kembali kesadarannya dan mengembalikan hidup ke tubuhnya. Keajaiban membangkitkan orang mati ini menghebohkan istana dan mengakibatkan Sang Raja memiliki keyakinan yang absolut terhadap kekuatan Guru Padmasambhava.
Setelah Lacham bangkit dan dapat berbicara, Guru Padmasambhava menganugrahkan inisiasi Khadro Nyingt'ig, instruksi esoterik yang langka. Di kehidupan yang selanjutnya sebagai yogi laki-laki Peme Ledrel Tsal (1291-1315) ajaran Padmasambhava mengembalikan kesadarannya untuk bangun kembali. Kesadarannya terus bereinkarnasi dan akhirnya mencapai realisasi sebagai Guru Agung tradisi Nyingma yaitu Longchenpa (1308-1363).
Mereka adalah:
1. Mandarava - emanasi tubuh Vajra Varahi
2. Khandroma Yeshé Tsogyel – emanasi ucapan Vajra Varahi
3. Sakya Devi - emanasi pikiran Vajra Varahi
4. Kalasiddhi - emanasi kualitas VajraVarahi
5. Tashi Chidren - emanasi aktivitas Vajra Varahi
1. Putri Mandarava / Machig Drupa Gyalmo
Merupakan putri di India Utara dari Raja Vihardhara, Mandi, Zahor dan ratu Mohauki yang lahir pada abad ke-8 M dan pasangan dari Guru Padmasambhava. Mandarava merupakan emanasi dari tubuh Vajravarahi. Ia disebut juga sebagai “Putri Putih”. Nama Mandarava diambil dari nama bunga yang tumbuh di Tanah Suci Sukhavati.
Kelahirannya ditandai dengan berbagai tanda ajaib. Tanda-tanda spiritualnya telah muncul sejak ia masih muda.
Mandarava menolak untuk menikah dan lebih memilih untuk menjadi bhiksuni, padahal wajahnya cantik, sehingga banyak raja-raja India dan Tiongkok yang melamarnya. Ayahnya tidak setuju kalau ia tidak menikah dan Mandaravapun pergi dan akhirnya menjadi pengemis. Mandarava kemudian ditahbiskan oleh Bhiksu Shantarakshita. Raja Zahor kemudian setuju terhadap jalan yang ditempuh anaknya dan membangun sebuah kuil untuknya dan murid-murid wanitanya.
Ketika Guru Padmasambhava tiba di mandi dari Orgyen, Mandarava tiba-tiba pingsan ketika Sang Guru terbang di angkasa. Kemudian Mandaravapun menjadi muridnya. Namun gossip segera tersebar bahwa terjalin hubungan yang tidak benar antara Mandarava dengan Guru Padmasambhava. Sang raja, yang merupakan ayah dari Mandarava sangat marah mendengar hal tersebut dan memerintahkan penangkapan Guru Padmasambhava dan kemudian berusaha membakarnya hidup-hidup sebagai pengorbanan. Namun Sang Guru Padma diselamatkan oleh para Dakini dan api yang akan membakar Guru Padma berubah menjadi danau yang berasap selama 7 hari. Di hari yang kedelapan, sang raja menemukan Guru Padmasambhava berwujud sebagai bocah berumur 8 tahun duduk di atas teratai di tengah-tengah danau. Mandarava saat itu telah dilempar ke dalam lubang yang ditutupi oleh duri-duri. Sang raja yang menemukan bahwa anaknya masih hidup sangat berterima kasih dan akhirnya sang raja sendiri berusaha untuk mempersatukan kembali Guru Padmasambhava dengan Mandarava. Guru Padmasambhava dan mandarava benar-benar pasangan yang tidak dapat dipisahkan dan hubungan mereka sangat erat, setidaknya sebelum Guru padmasambhava pergi ke Tibet.
Guru Padma menetap selama beberapa waktu di Zahor dan setelah menjadikan orang-orang sebagai pengikut Buddhis, guru Padma dan Mandarava (yang telah berusia 16 tahun) pergi ke Gua Maratika di Heileshe, Nepal, di mana mereka mempraktekkan yoga keabadian dalam Mandala Amitayus. Guru Padmasambhava dan Mandarava kemudian mencapai tingkatan Vidyadhara. Dari Nepal mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke Bangala, di mana Mandarava berubah menjadi Dakini berwajah kucing dan menjadikan masyarakat di Bengal sebagai umat Buddhis.
Mereka akhirnya kembali ke tanah asal mereka, namun karena tidak ada guru spiritual yang diakui di tanah asal mereka, maka Guru Padma dan Mandarava bersama-sama dibakar namun mereka sekali lagi tidak sedikitpun terluka. Maka dari itu Mandarava berubah menjadi Machig Drupa Gyalmo, ratu dari Orgyen Dakini. Orgyen adalah Tanah Suci para Dakini, tanah nirmanakaya Buddha. Ketika Guru padmasambhava pergi ke Tibet, Mandarava tetap menetap di India. Menjelang akhir hidupnya, Mandarava muncul di hadapan Tsogyel ketika bermeditasi di Phukmoche dan memohon agar Tsogyel mengajarkannya 27 sila rahasia yang Guru Padma tidak ajarkan di India.
Mandarava pernah memanifestasikan Sambhogakayanya di Roda Dharma di Tramdruk ketika berdialog tentang mantra dan mudra dengan Guru Padmasambhava. Mandarava kemudian akhirnya berhasil mencapai “Tubuh Pelangi”.
Mandarava tampil sebagai yidam panjang umur, memakai ornament layaknya bodhisattva dan kulitnya berwarna putih. Tangan kanannya memegang sebatang panah dengan berhiaskan panji yang menyimbolkan tradisi Dzogchen dan tangan kirinya memegang melong, cermin bundar yang menyimbolkan sifat dasar dari pikiran yang kosong dan bumpa, vas panjang umur. Mandarava duduk seperti layaknya Tara dengan kaki kanan diturunkan yang menyimbolkan kehendaknya menolong para makhluk hidup. Namun terkadang Ia digambarkan berdiri menari menyimbolkan aktivitas pencerahan dan seorang dakini. Apabila bersama dengan sang Guru, maka Mandarava berada di sebelah kiri Guru Padmasambhava.
Mandarava juga mempunyai banyak emanasi di antaranya adalah: yogini Mirukyi Genchen pada waktu Marpa, Risulkyi Naljorma pada waktu Nyen Lotsawa dan Drubpey Gyalmo pada masa rechungpa. Chusingi Nyemachen, pasangan wanita dari Maitripa adalah juga emanasi Mandarava. Niguma juga dianggap sebagai Mandarava. Melalui praktek dan ketekunannya, mandarava mencapai pencapaian spiritual yang seimbang dengan pencapaian Guru padmasambhava, sehingga mendapatkan gelar Machig Drupa Gyalmo. Mandarava juga pernah menolong Kalasiddhi ketika masih kecil.
2. Yeshe Tsogyal (Dechen Gyalmo)
Ia adalah pasangan wanita dari Tibet dan murid utama dari Guru Padmasambhava. Tsogyal adalah emanasi dari ucapan Vajravarahi. Tsogyal banyak mendapat ajaran yang langka dari Guru Padmasambhava. Terkadang digambarkan dalam bentuk Nirmanakaya dengan pakaian Tibet sehari-hari, duduk dan memegang Kartri dan kapala. Ia disebut juga Dechen Gyalmo dengan wujud bertubuh merah dalam posisi berdiri dan memegang damaru di tangan kanannya yang diangkat dan Kartri di tangan kirinya. Yeshe Tsogyel juga dikenal sebagai emanasi dari Dewi Sarasvati dan reinkarnasi dari Dorje Phagmo.
Yeshe Tsogyal (777-837 M) terlahir di antara keluarga kerajaan Kharchen di Taiyespa. Ayahnya bernama Namkhai Yeshe dan ibunya bernama Gewabum. Ketika ia terlahir, semburan air segar tiba-tiba muncul dari dalam tanah dan akhirnya membentuk sebuah kolam tepat di sebelah rumahnya. Kolam atau danau tersebut kemudian dikenal dengan nama “Lha-tso”, Danau Ilahi, yang kemudian menjadi tempat ziarah oleh para umat dari generasi ke generasi
Ia tumbuh lebih cepat dari anak-anak lain. Ketika bermain dengan anak-anak lain, ia meninggalkan bekas telapak tangan dan kakinya pada batu-batu. Sifatnya welas asih dan selalu siap menolong siapa saja. Pikirannya tajam dan memiliki Bodhicitta. Ia juga berkeyakinan pada Triratna dan rajin melaksanakan meditasi sehingga pikirannya menjadi seimbang. Semua yang melihatnya menjadi senang. Banyak orang ebrusaha melamarnya pada saat ia berumur 13 tahun. Namun orangtua tsogyel memberikan anaknya. Tsogyel selalu ingin lebih banyak belajar dan menolong orang. Ia ingin mendapatkan kebijaksanaan yang diraih Sang Buddha.
Namun hidup Yeshe Tsogyal juga tak terlepas dari kendala. Ia diperkosa oleh pelamarnya yang pertama sendiri dan bertengkar dengan yang kedua. Ia juga melarikan diri dari pelamarnya yang kedua.
Ketika popularitasnya dan welas asihnya diketahui seluruh Tibet, Trisong Deutsen yang mendengar tentangnya langsung mengirim menterinya ke rumah Tsogyel untuk meminta dan menyerahkan Tsogyel kepada raja. Ketika Tsogyel mendengarnya, ia berlari dari rumah ke tempat yang terpencil. Ia melepas semua permatanya, menghancurkannya sampai menjadi debu dan melemparkannya ke sepuluh penjuru. Ia berdoa kepada Buddha dan Bodhisattva agar menghilangkan rintangannya dalam mencapai pencerahan.
Ketika ia berdoa, anak laki-laki berumur 16 tahun muncul dengan mala di tangan kanannya. Ia berkata bahwa menangis dan merusakkan perhiasan tidak akan membantunya. Anak laki-laki tersebut berkata bahwa engkau harus terus berdoa pada Buddha dan Bodhisattva tanpa hentinya. Doamu akan didengar dan harapanmu akan terkabul. Kemudian laki-laki tersebut berkata, “Ikutlah aku dan aku akan menunjukkan jalan menuju pencerahan. Ia mengambil tangan Tsogyel dan secara tiba-tiba mereka sudah berada di tempat terpencil di Tsang namun indah dan tenang.
Anak laki-laki itu sebenarnya adalah manifestasi Guru Padmasambhava. Anak tersebut mengajarkan pada Tsogyel tentang hidup dan samsara. Ia memberitahu agar Tsogyel tetap berada di tempat itu. Tsogyel bertanya kepadanya bagaimana ia akan praktek setelah ia (anak laki-laki) pergi. Anak laki-laki tersebut memberikan instruksi tentang sifat alami pikiran dan memberitahunya bagaimana untuk berpraktek. Tsogyel berterima kasih padanya dan bertanya siapa dan dari mana sebenarnya anak laki-laki tersebut. Laki-laki tersebut berkata, “Aku datang dari Dharmakaya dan apapun yang aku katakan padamu engkau harus praktekkan.” Yeshe Tsogyal memintanya untuk tinggal, namun anak laki-laki tersebut harus pergi sekarang, karena ia tak bisa berlama-lama, nanti tiba saatnya mereka dapat bersama. Setelah itu anak laki-laki tersebut menghilang.
Yeshe Tsogyel merasakan kesedihan sekaligus kegembiraan. Ia bingung apakah itu nayata atau mimpi. Namun ia sadar itu bukanlah mimpi. Ia sangat senang berada di tempat yang indah. Ia menjadikan tanaman liar sebagai makanannya dengan tak lupa minuma ir yang tersedia di daerah tersebut. Ia terus berlatih dan tumbuh beberapa pemahaman dalam dirinya. Terkadang ia bermeditasi di luar dan terkadang di dalam gua apabila hujan tiba.
Orang tua Tsogyel menyalahkan menteri tersebut atas hilangnya anak mereka. Namun menteri tersebut tidak tahu apa-apa dan ia melapor pada raja atas apa yang terjadi. Sang raja kemudian memerintahkan banyak orang untuk mencarai Yeshe Tsogyal di seluruh Tibet dan membawanya kembali. Bagi siapapun yang berhasil akan mendapatkan imbalan yang sesuai.
Beberapa peziarah menemuklan Yeshe Tsogyal sedang bermeditasi. Mereka kagum melihat gadis secantik itu berada di tempat yang terpencil. Setelah bercakap-cakap dengan tsogyel, mereka memberikannya tsampa dan theh. Setelah itu para peziarah itu menyebarkan berita bahwa ada seorang bhiksuni yang bermeditasi di sebuah tempat terpencil ketika mereka kembali ke desa.
Menteri raja mendengar hal tersebut dan tiba di tempat Yeshe Tsogyal. Ia mengajak Tsogyel untuk tinggal di istana yang mewah ketimbang di tempat terpencil dan liar seperti itu. Namun Tsogyel menolak karena ia ingin mempraktekkan Dharma. Namun akhirnya sang menteri memaksa membawa Tsogyel kepada raja tanpa memperdulikan tangisannya. Pada saat siang ia membawa Tsogyel dan malamnya Tsogyel dijaga dengan ketat. Dengan cara ini ia diambil dan ditempatkan di kediaman raja Trisong Deutsen. Kemudian raja tersebut memberikannya pada Guru Padmasambhava yang datang ke Tibet.
Guru Padmsambhava kemudian membebaskannya dan Tsogyal pun menjadi muridnya. Baru saat itu ia merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Pada saat Yeshe Tsogyal berumur 16 tahun, tepatnya pada tahun 749 M, ia menerima inisiasi dari Guru Padma yang memberinya nama Dechen Gyalmo, di mana bunganya jatuh ke dalam Mandala Vajrakilaya dan dengan mempraktekkan
sadhana yang benar, Tsogyal dengan cepat meraih berbagai pencapaian termasuk siddhi di mana ia bisa mengingat segala ajaran Guru Padma tanpa ditulis terlebih dahulu. Tsogyal kemudian menerima semua ajaran Guru Padmasambhava dan menjadi penerus garis silsilahnya.
Yeshe Tsogyal kemudian berusaha untuk kebahagiaan semua makhluk. Ia pergi ke alam neraka dan membebaskan para makhluk disana. Guru padma juga mengirim Tsogyel untuk membebaskan seorang Acharya di Nepal. Bahkan Yeshe Tsogyal juga mengampuni dan memberikan pencerahan bagi para perampok yang memperkosanya.
Yeshe Tsogyal juga mempunyai ingatan yang tajam sehingga memungkinkannya untuk mengingat sejumlah besar isi teks tanpa kesulitan. Keseluruhan ajaran Khadro Nyingtig tersimpan dalam ingatannya.
Putri Yeshe Tsogyal kemudian pergi menuju Nepal pada tahun 795 M untuk mencari seorang Acharya sebagaimana yang diminta oleh Guru Padmsambhava. Ia menemukan seorang laki-laki yang masih muda yang kemudian ia sadari bahwa laki-laki tersebutlah yang dimaksud Guru padmasambhava sebagai Acharya. Laki-laki tersebut bernama Atsara Sahle. Namun orang tua Sahle memberikan syarat bahwa mereka akan memberikan anak mereka pada Guru Padmasambhava apabila tsogyel memberi mereka sejumlah uang emas. Tsogyel menyanggupinya dan mendapatkan emas seetalh membangkitkan kembali anak dari sebuah keluarga dari kematian. Setelah itu orang tua Sahle pun setuju menyerahkan anaknya. Atsara Sahle kemudian menjadi pujaan hati dan pasangan dari Yeshe Tsogyal. Tsogyel dan pasangannya pergi melakukan perjalanan ke berbagai gua pertapaan dan mereka rajin melakukan Sadhana.
Tsogyal mempunyai kepribadian yang lebih kokoh ketimbang pasangannya, karena sejak kecil ia sudah menderita. Ia sudah mempunyai ketetapan hati dalam meraih pencerahan. Yasodhara juag mempunyai rasa cinta kasih dan kebaikan yang besar. Atsara Sahle berasal dari lembah Kathmandu, di mana ia tidak pernah merasakan udara dingin Tibet yang menusuk. Oleh karena itu lebih sulit baginya untuk menjalankan pertapaan di gunung-gunung yang tinggi. Namun mereka berusaha sebaik-baiknya yang mereka bisa untuk mencapai pencapaian spiritual.
Dan tibalah suatu saat, di mana Tsogyal tinggal sendirian di gua Nering Senge dan pasangannya ketika itu pergi ke tempat yang iklinya lebih hangat. Tsogyal kemudian harus mulai menghadapi segala iblis dalam pikirannya. Dengan tetap bermeditasi, ia mengatasi segala macam iblis yang datang kepadanya baik itu iblis pikiran maupun iblis-iblis lain yang menakutkan, penuh nafsu maupun yang jahat. Tsogyal harus menghadapi mereka selama berhari-hari hingga akhirnya ia berada dalam kedamaian dan ketenangan batin. Brahma juga datang mengetes welas asih Tsogyel dengan cara menyamar menjadi seorang penderita kusta.
Setelah itu, di gua terpencil di Paro Taksang, dataran tinggi Bhutan, dengan pasangannya Atsara Sahle, ia mendisiplinkan dirinya melalui puasa, meditasi yang panjang dan praktek spiritual yang bernama karmamudra, untuk menyatukan positif dan negatif bindu dari Cakra hati dan sistem saraf (nadi), tempat di mana 5 energi biologis (vayu) utama dan 5 energi biologis sekunder berasal; dan dengan tujuan untuk mengkristalkan keseluruhan keberadaannya sebagai basis dari inti tubuh vajra. Melalui penyatuan yang tepat antara inti syaraf yang dihaluskan (bindu merah dan putih) dengan melepaskan ikatan psikologis yang terakhir pada Chakra hati, maka pencapaian ke-Buddhaan dalam masa waktu satu kehidupan dapat tercapai.
Di Paro Taksang, setelah mencapai tujuannya dengan usaha yang sangat tekun dan rajin, Yeshe Tsogyal mencapai tingkatan Vidyadhara, di mana Ia mengimbangi pencapaian Guru Padmasambhava. Dan dari itu ia mencapai tahap dasar dari pencerahan.
Setelah itu bersama dengan Guru Padmsambhava, Tsogyal melakukan perjalanan mengelilingi Tibet membabarkan Dharma, memberkati bebagai lokasi dan menaruh berbagai terma. Kemudian ia menjalankan rtreat meditasi di tempat terpencil tahun 796 M dan tidak keluar sampai pada tahun 805 M, setelah Guru Padmasambhava meninggalkan Tibet. Namun sekarang ia kembali sebagai Buddha Yang Tercerahkan. Dan pada tahun 837 M, ia menembus keberadaan duniawinya dan dengan tubuhnya menuju Tanah Suci dari Gunung Merah, tempat Guru Padmasambhava berada.
Biografi Yeshe Tsogyal ada dalam teks “Autobiografi Rahasia Yeshe Tsogyal” yang ditulis oleh Namkhai Nyingpo (abad 9 M). Biografi tersebut ada dalam bentuk terma. Yeshe Tsogyal sendiri juga menulis tentang biografi Guru Padmasambhava.
3. Putri Sakyadevi
Putri Belmo Sakyadevi adalah anak dari Raja Sukkhadhara (Punyedhara?) dari Nepal dan emanasi dari pikiran Vajravarahi. Ibunya meninggal pada saat melahirkan dan ia digantikan oleh ratu selanjutnya dan ditinggalkan oleh kaum kerajaan. Sakyadevi dibawa ke pemakaman bersama dengan jasad ibunya dan ditinggalkan di sana. Kemudian ia dirawat oleh para monyet namun tangan dan kakinya berselaput.
Saat Sakyadevi tumbuh, ia menjadi Yogini dan bertempat tinggal di dekat Parphing, di pegunungan di luar Lembah Kathmandu. Di Vihara Sankhu, sebelah timur laut dari lembah Kathmandu, ia bertemu Guru Padmasambhava dan menjadi murid wanita Guru Padmasambhava dan menerima ajaran darinya. Keduanya hidup di gua yogi Yanglesho di mana mereka menguasai praktek Vajrakilaya dan Mahamudra dengan menggunakan mandala Yangdak dan Dorje Phurba. Ketika Tsogyel berkunjung ke Yanglesho beberapa tahun kemudian, Sakyadevi masih tinggal di sana sebagai yogini. Ia kemudian mencapai “Tubuh Pelangi” sebagai seorang yang telah terealisasi menjadi Buddha. Ia juga mencapai Mahamudra dan menguasai zap-lam yoga, togal yoga dan yoga tidur(mimpi?).
Rakyat Tibet meyakini bahwa Raj Kumari, “Dewi Hidup” dari Basantapur Kumari Bahal di Kathmandu yang terkenal itu, adalah emanasi dari Sakyadevi.
4. Kalasiddhi
Belwong Kalasiddhi dari Nepal adalah anak gadis dari penenun Bhadana dan Nagini di kota Balbong Jur. Nama aslinya adalah Dakini. Pada saat itu memang Nepal terkenal dengan kain wolnya. Ibunya meninggal karena kelaparan dan dia dibuang dan ditinggalkan bersama tubuh ibunya di pemakaman oleh ayahnya sendiri.
Seorang wanita Yogini bernama Mandarava yang ketika itu berwujud harimau wanita, menemukan bayi Kalasiddhi yang sedang menyusu pada ibunya yang telah meninggal. Kemudian Mandarava menyelamatkannya dari kondisi kritis dan membesarkannya, mengajarkannya berbagai ajaran rahasianya. Ketika remaja, Dakini bekerja memintal benang pada siang hari dan menenunnya pada malam hari. Kalasiddhi akhirnya mendapat pentahbisan dari Bhiksu Sakyadeva. Setelah Kalasiddhi mencapai pencerahan, Ia meneruskan silsilahnya kepada anak laki-laki petani yang akan menjadi Guru besar Vajrahunkara.
Dalam tradisi terma dari Terton Tagsham, Kalasiddhi bertemu dan menjadi murid dari Guru Padmasambhava dan Yeshe Tsogyal. Ketika berumur 14 tahun, Dakini ditemukan oleh Tsogyel yang saat itu melakukan perjalanan keduanya ke Nepal untuk mengajarakan sila rahasia dari Guru Padmasambhava. Tsogyel memberinya nama Kalasiddhi. Di Mangyul, menyebrangi batas Tibet dari Trishuli-kola, Kalasiddhi menerima inisiasi dalam Tantra Lama Mandala dan setelah ia mempraktekkan meditasi dengan tekun dan rajin, kalasiddhi akhinya mencapai siddhi. Kalasiddhi juga menemani Tsogyel ke istana Mutri Tsenpodi Samye dan tempat retreat di Chimpu di mana ia bertemu dengan guru Padmasambhava. Guru Padmsambhava segera merasakan bahwa Kalasiddhi memiliki potensial sebagai mudra dalam prakteknya untuk mengembangkan tantra di Tibet dan meminta Tsogyel untuk memberikan Kalasiddhi padanya. Setelah itu dalam waktu yang singkat, Guru Padmasambhava pergi ke arah Barat daya dan meninggalkan Kalasiddhi di bawah bimbingan Tsogyel.
Kalasiddhi berhasil mencapai Pencerahan Sempurna dari Pemegang Ajaran (Vidyadhara). Ia adalah emanasi dari kualitas Vajravarahi. Sebagai tanda perpisahan, Tsogyel memberikan instruksi zap-lam secara detail pada Kalasiddhi.
5. Tashi Khyidren / Mangala
Tashi (abad ke-8 M) adalah murid wanita Guru Padmasambhava yang berasal dari Bhutan. Ia adalah pemberian dari Bhutan kepada Padmasambhava untuk dijadikan murid-Nya dan membantunya menyebarkan Dharma melalui Tantra. Ia adalah anak dari Raja Kerajaan Iron (Shinduraja), yang mengundang Guru Padmasambhava ke Bhutan untuk menyembuhkan penyakitnya. Sumber lain mengatakan ia adalah anak dari Raja Hamra. Di usianya yang ketiga belas, Tashi bertemu dengan Yeshe Tsogyal yang saat itu sedang bermeditasi di Gua Nering Drak dan sering menjadi sasaran tipu muslihat para iblis lokal. Penuh kekaguman terhadap yogini tersebut, Khyidren kemudian selalu membawakan susu dan madu untuk Yeshe Tsogyel. Setelah Tsogyel berhasil menundukkan para iblis dan penduduk lokal yang memusuhinya, ayah Khyidren memberikan hormat padanya dan Tsogyel meminta anaknya, Khyidren. Raja Hamra memenuhi permintaannya dan Tsogyel mengganti nama Khyidren menjadi Chidren. Tak lama kemudian, Khyidren pergi menemani Tsogyel menuju ke Womphu Taktsang di Tibet untuk menemui Guru Padmsambhava.
Padmasambhava meminta Tsogyel agar membawa Khyidren kepadanya agar ia dapat melakukan mudra dalam inisiasi Dorje Phurba, di mana Guru Padmasambhava lakukan untuk melindungi Tibet. Khyidren berperan sebagai pasangan kedua dalam inisasi ini. Dalam simbolisasi Phurba-Tantra, Khyidren disimbolisasikan sebagai macan wanita yang ditunggangi Phurba dan pasangannya (Padmasambhava dan Tsogyel) dalam menakukkan para dewa dan iblis di Tibet.Setelah meninggal, Khyidren juga berinkarnasi kembali menjai anak perempuan Machig Labdron.
Dan satu lagi murid wanita Guru Padmasambhava:
Lacham PemaSel
Lacham PemaSel (Pematsal) adalah anak perempuan dari Raja Trisong Deutsen dari Tibet dan Ratu Dromza Changchub. Pada saat berumur delapan tahun, ia sakit dan mati. Padmasambhava, yang pada saat itu berada di istana kerajaan, dipanggil. Ia tiba-tiba datang ke ruangan di mana Lacham PemaSel terbaring dan menulis huruf ‘Nri’ berwarna merah di hatinya dangan mengucapkan mantra. Memasuki kesadaran tak sadarkan diri(Antarabhava?), Guru Padmasambhava memanggil kembali kesadarannya dan mengembalikan hidup ke tubuhnya. Keajaiban membangkitkan orang mati ini menghebohkan istana dan mengakibatkan Sang Raja memiliki keyakinan yang absolut terhadap kekuatan Guru Padmasambhava.
Setelah Lacham bangkit dan dapat berbicara, Guru Padmasambhava menganugrahkan inisiasi Khadro Nyingt'ig, instruksi esoterik yang langka. Di kehidupan yang selanjutnya sebagai yogi laki-laki Peme Ledrel Tsal (1291-1315) ajaran Padmasambhava mengembalikan kesadarannya untuk bangun kembali. Kesadarannya terus bereinkarnasi dan akhirnya mencapai realisasi sebagai Guru Agung tradisi Nyingma yaitu Longchenpa (1308-1363).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar