Pages - Menu

Pages

Sabtu, 28 Januari 2012

Meditasi, Moralistas dan Motivasi ala Buddhis II

Tips Sabar Dan Mengendalikan Kemarahan

Dari sebuah tulisan Ajahn Brahm, dikatakan bahwa: Semakin sering kita melampiaskan nafsu dan amarah, semakin besar kecenderungan batin untuk mengulanginya.

Begitupula, semakin sering kita melatih atau mengembangkan sati (perhatian murni/ kewaspadaan), cinta kasih, kesabaran, pengendalian diri, konsentrasi, usaha benar, perbuatan baik melalui pikiran, ucapan dan jasmani, dan semua kualitas batin yan baik lainnya; maka semakin besar pula kecenderungan batin untuk mengulanginya tanpa disengaja alias alami. Tampaknya, akumulasi kebiasaan bisa membentuk karakter dan karakter menentukan kebahagiaan dan masa depan.

Ada beberapa tips untuk mengendalikan kemarahan:

1. Bangun KOMUNIKASI bukan kemarahan.
Tegas tapi bukan kebencian. Berorientasi pada tujuan (goal oriented) dengan cara yang bijak, taktis dan cerdik.
Contoh: Saat menghadapi kriminal/ penjahat yang mengancam keselamatan dan tidak bisa diajak kompromi, kita boleh membentaknya untuk menakuti atau menghalau mereka, tanpa kebencian. Kalo terpaksa "melumpuhkannya", hanya sekedar "melumpuhkannya" tanpa kebencian atau niat jahat.

2. Kembangkan SATI (perhatian/kewaspadaan), perenungan Dhamma, atau WELAS ASIH setiap saat.
Mengembangkan SATI, melaksanakan Vipassana Bhavana, penuh kesadaran terhadap gerak-gerik jasmani dan batin (perasaan & pikiran) yang timbul lenyap dan berubah-ubah seenaknya, tidak memuaskan, tidak bisa diandalkan, bukan diri, bukan kita, bukan milik kita; semata fenomena dengan sifat, prilaku dan kondisi penunjangnya sendiri yang khas dan alami (anicca, dukkha, anatta).

3. MEMAKLUMI
bahwa kita dan para makhluk pada umumnya masih diliputi kegelapan batin AVIJJA dlm bentuk LOBHA (keserakahan, kehausan), DOSA (kebencian) dan MOHA (ketidaktahuan, kelengahan). Juga dengan mengingat bhw sesungguhnya semua makhluk diliputi penderitaan, anicca, dukkha dan anatta; diharapkan kita bisa menumbuhkan welas asih, rasa MAHA MAKLUM dan pengampunan atas "keanehan, ke-tidakmasukakal-an" yang ada pada mereka.

4. Mengingat BUDI BAIK atau kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan orang yang sedang membuat kita marah.

5. Mengingat AKIBAT BURUK dari kemarahan, baik pada diri sendiri, orang yg kita cintai, bahkan juga musuh kita. (Akibat buruk di masa sekarang maupun yg menanti di masa depan)

6. YONISO MANASIKARA
mengarahkan pikiran pada hal-hal yang bermanfaat dan positif, tidak memberi perhatian atau mengingat hal-hal yang menimbulkan kemarahan, merenungkan Tilakkhana, Berkah Utama dan 8 Kondisi Duniawi (Note: Sabar dan memiliki batin yang tak mudah tergoncangkan oleh suka duka, untung rugi, dipuji dicela, terkenal tak terkenal termasuk berkah utama)

7. Diam/berkata dg intonasi yang lembut, dan memancarkan metta karuna, dapat meredakan kemarahan seseorang.
Setidaknya bertahan untuk diam, menunda mengambil keputusan yang "gegabah" saat sedang marah, membuat kita tidak menyesal kemudian.

8. Merenungkan sifat mulia Buddha, Dhamma, Sangha seperti kebijaksanaan sempurna, welas asih, kesabaran dan pengampunan tanpa batas, kebajikan dan kelurusan atau kemurnian tanpa cela, dsb.

9. Merenungkan bahwa diri sendiri dan setiap makhluk adalah pewaris karmanya masing-masing.
Laksana orang yang baru sembuh dari penyakit menahun atau yang baru terbebas dari hutang setelah sekian lama, kemudian dia bersorak, bersyukur, merasa gembira, lega, bersemangat untuk melakukan hal-hal bermanfaat yang selama ini ingin ia kerjakan, bersemangat untuk memulai kembali segalanya dengan cara yg lebih cerdik, bijak, dan waspada; begitulah hendaknya kita bersikap saat menghadapi akibat karma buruk yang tengah berbuah*.

10. Merenungkan bahwa setiap makhluk suatu hari pasti akan mati.

11. Bergaul dengan para bijaksana, gemar belajar dan mencintai Dhamma.

12. Melatih ANAPANASATI (untuk melatih kekuatan kewaspadaan/ sati dan konsentrasi/ samadhi) dan/ atau metta bhavana.
Dalam Kayagatasati Sutta dikatakan bahwa melakukan perenungan terhadap badan jasmani (termasuk bermeditasi ANAPANASATI) bila dikembangkan akan menghasilkan banyak buah, diantaranya mampu sabar menahan kata-kata kasar.

Seandainya suatu hari kita terlanjur marah, jangan kecil hati dan jangan gelisah karena itu. Karena yang pasti kita sudah lebih baik dari hari-hari kemarin. Berbahagialah. Yang penting minta maaf dan bertekad tidak mengulangi perbuatan tersebut, serta hendaknya kita tetap mempertahankan ketenangan batin & konsentrasi, serta mengembangkan WELAS ASIH untuk tetap... MAJU TERUS... memanfaatkan setiap momen dengan mengasihi, berbagi, berkarya dan berlatih.

Things to learn ..

suatu hari kedelai milik seorang petani jatuh kedalam sumur. hewan itu menangis memilukan selama berjam - jam, sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukan nya. akhirnya si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun ( ditutup - karena berbahaya ) jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. dan ia mengajak tetangga - tetangga nya untuk datang membantunya



mereka mulai membawa sekop dan mulai menyekop tanah kedalam sumur. ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai manjadi diam.



setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan kedalam sumur, si petani melihat kedalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. walaupun punggung nya terus ditimpa oleh bersekop - sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan.



ia menguncang -guncangkan badan nya agar tanah yang menimpa punggungnya turun kebawah, lalu menaiki tanah itu. sementara si petani dan tetangga - tetangga nya terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus mengguncangkan badan nya dan melangkah naik.



segera saja, semua orang terpesona ketika keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !



THINGS TO LEARN :

kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran.



cara untuk keluar dari " sumur '' ( kesedihan, masalah, dsb ) adalah dgn mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita ( pikiran dan hati kita ) dan melangkah naik dr " sumur " dengan menggunakan hal - hal tsbt sebagai pijakan untuk melangkah.



kita dapat keluar dari " sumur " yang terdalam dgn terus berjuang, jangan menyerah !! ingatlah aturan sederhana tentang kebahagiaan :

1. bebaskan dirimu dari kebencian

2. bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan

3. nikmati hidup

4. berilah lebih banyak

5. berharaplah lebih sedikit

6. tersenyumlah

7. miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum



Biarkanlah Pohon Itu Tumbuh - Ven. Ajahn Chah

Sang Buddha menjelaskan bahwa segala sesuatu secara alamiah, sekali Anda telah melaksanakan tugas Anda, serahkanlah hasilnya pada alam, pada kekuatan akumulasi karmamu. Akan tetapi pengerahan usahamu harus tidak berkurang. Apakah buah kebijaksanaan itu datangnya cepat atau lambat Anda tidak dapat memaksanya, seperti halnya Anda tidak dapat memaksa tumbuhnya sebuah pohon yang Anda tanam.

Pohon itu punya masanya sendiri. Tugasmu hanyalah menggali lubang, mengairi dan memupuknya, serta menjaganya dari hama. Tapi cara pohon itu bertumbuh adalah terserah kepada pohon itu sendiri. Jika Anda berlatih seperti ini, yakinlah Anda bahwa semuanya akan beres, dan tanaman Anda akan tumbuh.

Karena itu, Anda harus mengerti perbedaan antara kerja Anda dengan kerja pohon itu, Serahkanlah urusan pohon itu kepada pohon itu, dan bertanggung jawablah kepada urusan Anda sendiri. Jika batin tidak tahu apa yang perlu ia lakukan, ia akan memaksa tanaman itu untuk tumbuh, berbunga dan berbuah pada hari yang sama. Ini adalah pandangan yang salah, penyebab besar dari penderitaan. Berlatih sajalah pada arah yang benar dan serahkan hasilnya pada karmamu. Kemudian, apakah akan membutuhkan waktu satu atau ribuan kali kehidupan, latihan Anda akan berada dalam kedamaian.

Glow in the Dark

Oleh Bhante Uttamo Mahathera



Sang Buddha dalam banyak penulisan buku sering disebut sebagai Cahaya Asia. Beliau telah memberikan penerangan kepada umat manusia yang sedang dalam kegelapan dan kebingungan. Lalu bagaimana kita sebagai murid-muidNya dapat menjadi ”glow” yang memberikan terang bagi sekitar kita?

Ada banyak tuntunan perilaku yang telah Sang Buddha berikan agar kita semua bisa menjadi ‘glow’ untuk lingkungan kita, namun, paling tidak ada beberapa hal yang dapat disampaikan di sini yaitu :

1. G-abungkan teori dengan praktek

Agama Buddha sering disebut sebagai agama yang banyak memiliki teori. Bagaimana tidak? Tipitaka yang menjadi Kitab Suci Agama Buddha terdiri dari 3 keranjang berisi lebih dari 84 ribu kotbah Sang Buddha semasa hidupNya sebelum Beliau parinibanna. Banyak orang menanyakan kalimat apa yang paling cocok untuk menggabungkan dan menggambarkan secara ringkas seluruh ajaran Buddha tersebut?



”Menerima hidup sebagaimana adanya.”



Kita diharapkan mampu mengerti dan menerima bahwa diri kita akan mengalami sakit, tua dan juga mati. Kita hendaknya menerima semua perubahan itu sebagai proses wajar dalam kehidupan. Semua proses perubahan terjadi sebagai akibat yang timbul setelah adanya kelahiran.



Pangeran Siddhartha ketika melihat adanya sakit, tua dan mati, tidak bisa menerima kenyataan tersebut, lalu menjadi stress. Dan pada saat itu dia merasa segala yang dia miliki menjadi tidak berarti apabila suatu saat nanti dia akan sakit, tua dan mati. Lantas dia memutuskan untuk meninggalkan istana, meninggalkan semuanya dan menjadi pertapa untuk menemukan jawaban dari permasalahan tersebut.



Hingga akhirnya dalam pertapaannya dia menyadari bahwa jalan satu-satunya untuk tidak sakit, tua dan mati adalah dengan tidak dilahirkan kembali. Untuk menjadi tidak lahir, kita harus melepaskan semuanya, melepaskan kemelekatan, menghilangkan ikatan kamma, dengan menerima hidup sebagaimana adanya.



Setelah menemukan jawaban dari permasalahannya dan berhasil mencapai Penerangan Sempurna, barulah Sang Buddha mulai mengajarkan Dhamma kepada murid-muridNya. Sikap ini menunjukkan bahwa Sang Buddha setelah bisa mempraktekkan suatu teori, barulah beliau mengajarkan kepada yang lain. Beliau telah menggabungkan antara teori dan praktek.



Oleh sebab itu, sebagai murid Sang Buddha, kita hendaknya selain mempelajari teori Dhamma juga harus mengimbanginya dengan melaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita bisa menjadi terang yang membawa manfaat serta kebahagiaan dan juga contoh yang baik bagi orang-orang disekitar kita.



2. L-atihlah kebajikan

Setiap manusia lahir membawa bibit-bibit kammanya masing-masing. Ada bagian dari manusia yang memiliki watak buruk. salah satu contohnya, bila kita menyerahkan seekor burung kepada anak kecil, maka kebanyakan, secara otomatis dia akan meremas, atau memegang erat-erat sehingga menyakiti burung tersebut. Tidak jarang, anak kecil justru mempermainkan burung, jangkerik dan hewan kecil lainnya sampai makhluk itu kelelahan dan mati.



Oleh karena itu, kebajikan perlu dilatih dan dibiasakan sejak kecil.



Salah satu cara untuk melatih kebajikan adalah dengan banyak melakukan fang sen atau melepas makhluk ke habitatnya. Fang sen dapat menjadi sarana latihan yang baik karena kita bisa belajar untuk melepaskan milik kita, belajar untuk iklas, sehingga bila dalam kehidupan yang sebenarnya kita mengalami masalah, kita juga bisa melepas beban permasalahan tersebut dan menerima kondisi demikian sebagaimana adanya.



Namun fang sen juga tentunya harus dilakukan dengan bijak. Belilah binatang yang benar-benar memerlukan pertolongan agar tidak menciptakan lahan kerja baru untuk si penangkap hewan. Kemudian, lepaskan makhluk tersebut di tempat yang sesuai.



3. O-bjektif dalam menilai

Segala sesuatu itu sesungguhnya adalah netral. Agama itu juga netral. Tidak ada agama yang baik maupun buruk. Bila dipertanyakan mengapa saya (Bhante Uttamo) memilih Agama Buddha? Maka jawabannya adalah karena saya merasa cocok dengan agama Buddha, bukan karena Agama Buddha benar dan baik sedangkan yang lainnya salah dan buruk. Bukan seperti itu. Segala sesuatu yang dipilih hanyalah berdasarkan kecocokan. Itulah sebabnya, pilihan seseorang seringkali berbeda dengan pilihan orang yang lain.



Suatu agama yang cocok untuk seseorang dapat membawa perbaikan perilaku dan kebahagiaan untuknya. Sebaliknya, agama yang sama dapat menambah keburukan serta penderitaan untuk orang lainnya. Pengalaman yang berbeda dalam menganut suatu agama ini sangat dipengaruhi oleh sikap masing-masing pribadi, bukan karena agamanya.



Memahami kenyataan, ini, umat Buddha seharusnya belajar meningkatkan kemampuan untuk memandang segala suatu dalam kehidupan ini secara obyektif. Bahwa semua permasalahan timbul, suka maupun duka, sesungguhnya terjadi karena pikiran sendiri.



4. W-aspadalah setiap saat

Untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan, untuk bisa selalu sadar bahwa suka duka timbul karena pikiran sendiri, seseorang hendaknya selalu mengembangkan kesadaran setiap saat. Ia hendaknya selalu waspada setiap saat. Ia waspada pada saat bertindak, berbicara dan berpikir.

Kesadaran dan kewaspadaan setiap saat dapat meningkatkan kualitas hidup setiap saat, khususnya saat ini. Masa lalu adalah masa kini yang sudah lewat, masa depan adalah masa kini yang belum datang. Hidup adalah saat ini. Apa pun kondisinya, waspada, sadari dan terimalah kenyataan saat ini sebagaimana adanya.

Dengan melakukan keempat hal di atas, diharapkan setiap umat Buddha bisa menjadi GLOW dalam lingkungan masing-masing.

Apalagi kalau diperhatikan huruf awal penjelasan di atas yang terdiri dari huruf G. L. O dan W

Semoga dengan menjalani 4 point ”GLOW” di atas, maka kita akan bisa menjadi umat Buddha yang ”Glow in the dark”
Petikan Kata-Kata Bhikkhu Uttamo

1. Ketika seseorang mendapatkan pujian, celaan bahkan fitnah, renungkanlah bahwa :

Sudah biasa orang mendengar kata celaan, pujian, bahkan fitnah.

Hal ini juga dialami Sang Buddha yang Maha Sempurna.

Anggap sebagai buah kamma.

Karena kita tidak bisa mengatur isi pembicaraan orang lain.

Dengan perenungan ini, semoga beban pikiran menjadi ringan.

Masalah juga bisa lebih mudah diselesaikan dengan memperbaiki perilaku agar mengurangi kondisi untuk dicela maupun difitnah.

2. Apabila seseorang mampu mengatasi pikirannya sendiri, maka ia akan dapat mengendalikan keinginannya dan bisa membebaskan diri dari jeratan perasaan suka dan duka.

3. Sesungguhnya, kebahagiaan hidup bukanlah karena seseorang telah memiliki segala bentuk kenikmatan duniawi. Kebahagiaan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai pikirannya sendiri serta memenuhinya dengan gelombang cinta kasih.


4. Apa yang dianggap penting oleh seseorang mungkin tidak penting bagi yang lainnya, itu urusan kebijaksanaan yang berbeda. Tetapi kita masing-masing orang harus bisa membedakan, karena inilah sesungguhnya KEBIJAKSANAAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar