Pages - Menu

Pages

Minggu, 05 Februari 2012

Liturgi dasar Satya Buddha III

9.
Konsep Sadhana Yidam Yoga
Konsep Sadhana Yidam Yoga :

Sadhana Yidam Yoga atau Yidam Buddha atau Bodhisattva merupakan bagian pelajaran Dharma yang sangat penting dan yang harus dicapai dan dilaksanakan oleh setiap sadhaka Tantra serta selamanya tidak boleh diabaikan, karena Sadhana Yidam Yoga merupakan pengejawantahan para Buddha di sepuluh alam dari masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang yang merupakan satu kesatuan dari semua kesadaran agung.

Bagi para sadhaka Satya Buddha, setelah berhasil di dalam Sadhana Guru Yoga, maka dapat memilih salah satu dari delapan Yidam Buddha Satya Buddha, sesuai dengan jodoh sang sadhaka di tahap awal Catur Prayoga atau Guru Yoga.
Delapan Yidam Buddha dalam Satya Buddha yang bisa dipertimbangkan adalah :
1.
Amitabha Buddha --- (upaya kausalya, kemurnian dan kebijaksanaan)
2.
Bhaisajyaguru Buddha --- (upaya kausalya, penderitaan duniawi)
3.
Buddha_Bunda Cundi Bhagavati --- (upaya kausalya, kekuatan batin)
4.
Padma Kumara Bodhisattva --- (upaya kausalya, kemurnian dan kebijaksanaan)
5.
Avalokitesvara Bodhisattva --- (upaya kausalya, daya simpati dan welas asih)
6.
Ksitigarbha Bodhisattva --- (upaya kausalya, keselamatan)
7.
Padmasambhava --- (upaya kausalya, ilmu duniawi)
8.
Jambhala Kuning --- (upaya kausalya, kekayaan duniawi).
Seterusnya harus sepenuh hati bersatu dengan Yidam serta merealisasikan Tiga Rahasia dari badan jasmani, pikiran dan ucapan hingga melebur dengan-Nya. Di dalam memilih Yidam Buddha harus disesuaikan dengan sifat dan keadaan batin atau jodoh serta dari cita-cita yang selaras dengan hati sadhaka yang bersangkutan.

Seorang sadhaka di dalam kehidupannya hanya boleh memilih satu dari delapan Yidam Buddha diatas, hal ini disebabkan agar dapat sepenuhnya berkonsentrasi dan penuh perhatian, sehingga dapat bersatu dan melebur dengan Yidam Buddhanya. Bila seorang sadhaka esoteris telah berhasil di dalam Sadhana Yidam Yoganya, maka sadhaka tersebut akan dapat memperoleh kontak batin dengan para Buddha atau Bodhisattva lainnya secara alamiah. Inilah yang dinamakan dengan "Bila sebuah latihan Dharma telah terlaksana, maka semua latihan Dharma akan tercapai".

Maha Guru Lu pernah berkata, "Setelah Sadhana Yidam Yoga berhasil dicapai, maka dapat melakukan latihan Sadhana Vajra Dharma Yoga. Tetapi Sadhana Yidam Yoga harus tetap setiap hari dilaksanakan, sedangkan Sadhana Vajra Dharma Yoga atau sadhana-sadhana lainnya hanya dianggap sebagai sadhana tambahan".

Belajar Dharma bertujuan untuk menjadi Buddha, latihan Sadhana Yidam Yoga bertujuan agar sadhaka bisa menjadi jelmaan Yidamnya, oleh karena itu latihan yang tertinggi di dalam aliran esoteris adalah, "Aku adalah Buddha".
10.
Konsep Sadhana Vajra Dharma Yoga
Konsep Sadhana Vajra Dharma Yoga :

Maha Guru Lu pernah berkata, "Bila seorang sadhaka Satya Buddha telah berhasil di dalam Sadhana Vajra Dharma Yoga ini, maka sadhaka tersebut akan memiliki hati dan sifat vajra serta dapat memilih salah satu Vajra agar dapat melaksanakan latihan dan penekunan Buddha Dharma. Bila sadhaka tersebut memiliki sifat Metta Karuna dan tekun di dalam latihannya, maka akan dapat menyingkirkan sifat kebencian, ke-Aku-an dan kegelapan batin".

Latihan Vajra dari Satya Buddha memiliki latihan Sadhana Vajra dari Lima Vajra Besar. Bila saja seorang siswa Satya Buddha dapat menguasai salah satu dari lima besar Sadhana Vajra Dharma Yoga tersebut dan memperoleh hasil, maka siswa tersebut akan segera mencapai tubuh ke-Buddha-annya.
Pengertian Lima Vajra Besar adalah : manifestasi dari Maha Vairocana Buddha, Akshobya Buddha, Ratna Sambhava Buddha, Amitabha Buddha dan Amoga Siddhi Buddha. Ada juga sadhana vajra Satya Buddha lainnya yaitu seperti : Sadhana Acalanatha, Sadhana Ucchusma dan sebagainya.

Kelima Panca Dhyani Buddha termanifestasi di dalam Vajrasattva. Hal ini yang menyebabkan Sadhana Vajrasattva dimasukkan lebih awal di dalam Sadhana Catur Prayoga, agar Sadhaka pemula dapat menumbuhkan benih-benih hubungan jodohnya terlebih dahulu dengan Panca Dhyani Buddha.
Hal ini juga bertujuan untuk melindungi Tri Ratna dan menundukkan serta mengendalikan Mara, dan untuk memberikan pelajaran dan bimbingan kepada seluruh mahkluk hidup yang mempunyai makna esoteris terkait dengan Upaya Kausalya.

Maha Guru Lu juga pernah berkata, "Di dalam pelajaran Tantrayana Satya Buddha, bila seorang siswa atau sadhaka telah mencapai latihan Sadhana Vajra Dharma Yoga, maka akan memperoleh kekuatan besar untuk menundukkan dan mengendalikan semua Mara, seluruh tubuhnya akan memancarkan sinar suci yang nyata, dan semuanya akan berjalan dengan tanpa hambatan, berjalan dengan kesempurnaan. Ini semua akan memperlancar semua pelaksanaan latihan Dharma, dan sadhaka tersebut dapat memperoleh gelar Acarya tingkat pertama di dalam aliran esoteris Satya Buddha".
Tingkatan Acarya dalam Tantrayana Satya Buddha

Acarya adalah seorang Bhiksu yang mengajarkan Buddha Dharma. Bagi Acarya di aliran Satya Buddha harus memiliki dua syarat utama, yaitu :
1.
Telah memasuki Pertemuan para Buddha dan Bodhisattva (Samadhi) dan telah menerima Abhiseka Acarya. Juga telah melatih semua metode Dharma hingga memperoleh hasil serta mendapat restu dari Maha Mula Vajra Acarya Lian Sheng sebagai Acarya.
2.
Telah memasuki Kesadaran Maha Vairocana serta memperoleh restu dari para Buddha, Bodhisattva dan para Acarya lainnya. Dan dengan nyata telah menerima penyampaian pelajaran Dharma Buddha.

Pada umumnya tingkatan Acarya terbagi menjadi empat kategori, yaitu :
1.
Acarya.
Telah mengenal tata upacara dan melaksanakannya dengan penuh keyakinan. Ini adalah Acarya tingkat pertama.
2.
Maha Acarya.
Telah mengerti tentang teori dan pelaksanaan latihan-latihan esoteris. Ini merupakan Acarya tingkat madya.
3.
Vajra Acarya.
Semua penghayatan telah dapat dimengerti dengan baik. Ini merupakan Acarya tingkat atas.
4.
Maha Mula Vajra Acarya.
Telah memperoleh kebijaksanaan tertinggi. Ini merupakan Acarya tingkat tertinggi.

Vajra Acarya mengemban tugas dari Tantrayana, meneruskan penyampaian Dharma dan kebijaksanaan para Buddha. Oleh karena itu, selayaknya setiap orang memberikan penghormatan dan persembahan dalam rangka mendukung dan melestarikan Buddha Dharma.

11.
Konsep Sadhana Anuttara Tantra.
Konsep Sadhana di tingkat maha esoterik, yaitu :
Maha Dzogchen bersifat sangat rahasia dan tidak dijabarkan secara terbuka

Konsep Sadhana Anuttara Tantra :

Tingkat Sadhana Anuttara Tantra dari Satya Buddha adalah tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata atau bahasa. Seandainya ingin dijelaskan, yaitu "Semua kesadaran telah kembali ke dalam sifat sebenarnya dan semuanya telah dapat dimanfaatkan. Semuanya bersifat kosong, sifat sebenarnya adalah terang dan Alam Dharma yang terang telah menjadi satu untuk merealisasikan kebenaran mulia yang pertama".

Pencapaian ke-Buddha-an bermula dari "penerangan hati", kemudian "melihat sebenarnya diri pribadi", setelah itu membuktikan "keadaan yang sebenarnya" dan merealisasikan "Dharmakaya", yang pada akhirnya pencapaian ke-Buddha-an bersifat "kesadaran yang sempurna".
12.
Cara-cara menjapa Sutra atau Mantera dan penggunaan Biji Tasbeh
Ada banyak cara menjapa sutra atau mantera, sewaktu suara terdengar, cara ini disebut "menjapa dengan bersuara".
Cara lain disebut sebagai "penjapaan vajra" yaitu menjapa dengan mulut tertutup namun lidah masih boleh bergerak.
Cara yang lebih halus lagi disebut sebagai "penjapaan samadhi" yaitu menjapa dengan mulut tertutup dan lidah tidak bergerak, suara hanya terdengar di dalam hati sewaktu menjapa, tidak masalah mata dalam keadaan tertutup atau terbuka saat menjapa.
Cara yang paling mendalam disebut sebagai "penjapaan sejati", dimana kita harus memvisualisasikan huruf-huruf sutra atau mantera dengan warna dasarnya masing-masing muncul di angkasa dan kita harus mengartikannya satu per satu sehingga kita dapat membentuk huruf-huruf tersebut menjadi sebuah roda Dharma dan memutarnya.

Ada tiga alat yang mutlak digunakan oleh aliran esoteris dalam melakukan sadhana, yaitu : tasbeh 108 butir, alat vajra dan ganta.

Cara penggunaan tasbeh : sebaiknya sambil memegang tasbeh, kita harus memvisualisasikan tangan kanan memegang alat vajra, tangan kiri memegang ganta, dan ke - 108 butir tasbeh memancarkan sinar putih Vajrasattva. Lalu keempat biji tasbeh pemisah terbang ke angkasa dan menjelma menjadi Catur Maha Rajakayika (Empat Maha Raja Langit) yang melindungi kita. Lalu biji kepala tasbeh berubah menjadi tangan Buddha. Setelah itu, kita bisa memulai membaca sutra atau mantera, dimana setiap butir tasbeh yang dijapa berubah wujudnya menjadi Yidam Buddha yang sedang kita sadhanakan memberi sinar Abhiseka pada penjapa.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar