Salah satu mantra yang paling banyak dilafal oleh umat Buddha adalah Mahäkarunä Dhäranì (Mantra Mahäkarunä). Mantra ini ditemu-kan dalam Dhäranì Sütra. Setidaknya terdapat dua terjemahannya dalam bahasa Cina oleh:
• (Tang, 650-661) - Qianshou Qianyan Guanzizai [Guanshiyin] Pusa Guanda Yuanman Wuai Dabeixin Tuoluoni Jing (Nìlakantha(ka) Sütra atau Sahasrabahu Sahasraraksa Avalokitesvara Bodhisattva Mahäpurnapratihata Mahäkarunikahàdaya Dhäranì Sütra);
• (Tang, 731-736) - Qianshou Qianyan Guanzizai Pusa Guangdayuanman Wuai Dabeixin Tuoluoni Zhouben (Nìlakantha Näma Dhäranì); dan kemungkinan juga oleh:
• (Tang, 627-649) - Qianyan Qianbi Guanshiyin Pusa Tuoluoni Shenzhou Jing (Nìlakantha(ka) Sütra); dan
• (Tang, 709) - Qianyan Qianbi Guanshiyin Pusamu Tuoluoni Sheng Jing (Nìlakantha(ka)
Sütra).
Kemasyhuran dan kemanjuran
Walaupun mantra ini sangat populer di antara umat Buddha keturunan Cina, mantra asli berbahasa Sanskrit sudah punah dan hanya terdapat terjemahannya dalam bahasa Cina. Sejumlah usaha telah dilakukan untuk menggubah ulang versi Sanskritnya. Di tahun 1980 pengarang mengumpulkan beberapa salinan usaha ini ke dalam sebuah stensilan. Lima versi berikut telah di-daftarkan:
(A) Versi Mandarin dari Gold Mountain Monastery, AS;
(B) Rekonstruksi Sanskrit oleh pengarang;
(C) Rekonstruksi D. T. Suzuki;
(D) Versi yang ditemukan di Hongkong; dan
(E) Versi yang ditemukan di Indonesia.
Dua versi terakhir tampaknya berasal dari sumber yang sama (tetapi sepertinya E didasarkan pada D). Rekonstruksi revisi terakhir dari mantra itu terdapat dalam The Puja Book, Vol II (Piyasilo, 1991). Satu-satunya komentar berbahasa Inggris yang mendalam dari mantra ini yang pengarang ketahui adalah terjemahan dari bahasa Mandarin oleh Ven. Hsuan Hua dalam The Dhäranì Sütra (Sino-American Buddhist Association, 1976).
John Blofeld mengamati bahwa Ven. Hsuan Hua ‘kenyataannya telah memeras arti dari setiap karakter, tetapi mungkin harus dianggap sebagai sebuah daftar persesuaian psikis atau yogis daripada sebuah terjemahan.’ [ Bodhisattva of Compassion, Shambala, 1978: hal 108].
Umat Buddha tradisional percaya bahwa jika mantra tersebut dilafal dengan penuh kesadaran 108 kali sehari selama seribu hari, akan berpengaruh sampai ke sepuluh raja pengadilan neraka. Ini cara lain untuk menyatakan bahwa jika pikiran Anda terkonsentrasi pada hal-hal baik, Anda tak akan menemui penderitaan neraka. Selain itu, jika seseorang menghabiskan sebagian besar dari waktu tiga tahun untuk melafal mantra dengan penuh kesadaran, sangat sedikit kesempatan yang tersisa untuk membunuh, mencuri, atau melanggar sila lainnya!
Logogram Delapan Puluh Empat Lambang
Kemasyhuran Dhäranì ini dibuktikan tidak hanya oleh sejumlah terjemahan di atas tetapi juga oleh berbagai cetakan yang dibagikan secara gratis oleh para pemuja yang saleh. (Cetakan gratis hampir selalu tersedia di vihära Buddhis Cina.) Kemungkinan itulah satu-satunya naskah Buddhis yang telah digubah ke dalam rebus atau logogram [karakter atau tanda yang melambangkan kata] sehingga seorang buta huruf pun bisa melafal Dhäranì tersebut.
Total 84 logogram disusun dan dijabarkan di sini dengan terjemahan dan penjelasan (didasarkan pada komentar bahasa Cina) yang berhubungan [logogram dijelaskan dalam kurung siku]; yang bertanda bintang ‘*’ adalah rekonstruksi, atau kata tak jelas, atau istilah yang lebih baik tidak diterjemahkan:
(1) Namo Ratnatrayäya - ‘Sembah sujud kepada Tiga Mustika’. [Guanyin berdiri di atas teratai dengan tasbih di tangan.]
Seseorang harus melafal Dhäranì dengan tenang, dengan pikiran yang jernih dan terkonsentrasi disertai keyakinan.
(2) Namo Àrya - ‘Sembah sujud kepada Yang Mulia...’ [Ruyilun Pusa (Cintämanìcakra Bodhisattva).]
Tekun dalam melaksanakan Dharma dan membangkitkan Kehendak untuk mencapai Pencerahan (Bodhicitta).
(3) Avalokitesvaräya - ‘Raja yang memperhatikan derita dunia’. [Chibo Guanshiyin Pusa (Guanyin memegang pata).]
(4) Bodhisattväya - ‘Sang Bodhisattva’. [Bukong Jiansuo Pusa (Amoghapasa Bodhisattva.)]
Dia digambarkan dengan ‘pasukan’ besar untuk menyelamatkan makhluk hidup.
(5) Mahäsattväya - ‘Makhluk Agung’. [Pusa zhongzi zisong zhou.]
Amoghapasa melafal mantra.
(6) Mahäkarunikäya - ‘Karunä Agung’. [Maming Pusa (Bodhisattva Asvaghosa).]
(7) Om - (Suara mantra universal, sumber segala suara.) [Zhu guishen he zhangding song zhou.]
Semua makhluk hidup yang menderita akan mengatupkan telapak tangan mereka saat mendengar Dhäranì.
(8) Sarvaabhayah ( Sarvarabhaye) - ‘Jangan takut!’ [Si Datian Wang (Catümmahäräjika).]
(9) Sudhanadäsya (barangkali Saddharmadäsya) - ‘Melihat Kebenaran Mulia’. [Guishen (Pengikut Empat Raja Langit).]
(10) Namo sukrtvä ( sukrtemama) imam Àrya – Bodhisattva Nägärjuna.
(11) Avalokitesvaragarbha - ‘Rahim (sumber) Avalokitesvara’. [Yuanman Baosheng Lushnafo (perwujudan Vairocana).]
(12) Namo nìlakantha ( narakindhi) -
‘Sembah sujud kepada Yang Berleher Biru’. [Vairocana Buddha]
(13) Sri mahäbhadräsräme - ‘Yang Maha Suci yang bergembira dalam keberuntungan’. [Yang-mingtou Shenwang, Raja Dewa Kepala Kambing (kerabat Mara).]
(14) Sarv’arthasubham - ‘Semua bermanfaat dan indah’. [Ganlu Pusa (Bodhisattva Embun).]
(15) Ajeyam - ‘Tak terlihat’. [Raja Langit Yaksha Terbang.]
(16) Sarvasattvanämavarga - ‘Kumpulan semua ‘makhluk’’. [Sang Raja Perkasa, Bhagavata.]
(17) Mahädhätu - ‘Empat unsur besar’. [Junzhali Pusa (Bodhisattva Kundali).]
(18) Tadyathä - ‘Demikianlah:...’. [Arahat berlidah panjang.]
(19) Om avaloke ‘Om, Dia yang melihat ke bawah...’[Guanshiyin Pusa dengan telapak tangan terangkap melihat dengan seksama, tetapi penuh kasih sayang.]
(20) Lokite - ‘Dia mengamati...’ [Mahäbrahma Devaräja.] (Ksitigarbha). [Penguasa dewa (dengan wajah tersenyum).]
(21)Kalate (Karate) - ‘Yang Berkepala Gundul’(Kþitigarbha?). [Penguasa dewa (dengan wajahtersenyum).]
(22) Hari - ‘Cantik mempesona’. [Mahesvara Devaräja (Raja Surga Tävatimsa).]
(23) Mahäbodhisattva - ‘Bodhisattva Agung’ [Shixin Jeng Wuzha-luanxin Satuo.] Bodhisattva adalah makhluk yang pikirannya teguh dan tidak berkelana.
(24) Sarva sarva - ‘Semua! Semua!’* [Bodhisattva Ratnaküta.]
(25) Mälä mälä - ‘Karangan bunga! Karangan bunga!* [Pändaraväsinì belia dengan Permata Berkah.]
(26) Masi mahahrdayam - (kemungkinan Masi masi hrdayam), ‘Masi Masi, sang hati!* [Amitäbha berambut putih.]
(27) Kuru kuru karmam - ‘Kuru Kuru, sang kehendak!* [Kongsheng Pusa (Bodhisattva ‘Tubuh Kosong’).]
(28) Kuru kuru vijayati ( Dhuru dhuru bhajyate) - ‘Kuru Kuru, dia berhasil!* [Yanjun Pusa (Bodhisattva Kekal).]
(29) Mahävijayati ( Mahäbhajyate) - ‘Dia amat berhasil’. [Dali Tianjiang (Jendral Surga Bertenaga Besar).]
(30) Dharä dharä - ‘Yang menegakkan (dan) yang tidak’. [Manusia Agung (mahäpurusa) yang melatih pertapaan.]
(31) Dharin - ‘Penegak (atau, penunjang)’. [Shiziwang bingyan songdu (raja singa).]
(32) Suraya ( svaräya) - ‘Berani’. [Cuisui Pusa.] Seorang Bodhisattva memegang alu emas untuk menundukkan kerabat Mara.
(33) Cala cala - ‘Guncang! Guncang!* [Pili Pusa.] Bodhisattva Guntur memegang roda emas.
(34) Mama bhramara - ‘“Tawon hitam”-ku (sebuah nama untuk lingkaran di dahi yang melambang-kan “Mata Ketiga” atau Mata Dewa). [Vajra Agung Penakluk Iblis (memegang roda emas).]
(35) Muktir - ‘Yang bebas’. [Bodhisattva dari semua Buddha dengan telapak tangan terangkap.]
(36) Ehi ehi - ‘Datang! Datang!* [Mahesvara Devaräja.]
(37) Chinda chinda - ‘Hancur! Hancur!* [Jiana Mojiang Tianbing (Devaräja).]
(38) Harsamprachali (kemungkinan Harsham Pracari) - ‘melebihi kebahagiaan’. [Guanshiyin Pusa membawa mangkuk dan anak panah.]
(39) Bhäsa bhäsam (kemungkinan Bhasyabasyam) - ‘Bicara dan uraikan’. [Penjaga Bumi Bermata Tiga memegang lonceng di tangan kiri.]
(40) Presäya - Amitäbha, guru Guanshiyin.
(41) Hulu hulu mälä - ‘Hulu hulu, karangan bunga’. [Babu Guishen Wang.] Raja dari delapan jenis makhluk spiritual yang menderita.
(42) Hulu hulu hrìh * - [Sibi Zhutian.] Dewa ber-lengan empat.
(43) Sara sara * - [Shuoluo shuoluo Pusa.] Bodhisattva Sara Sara.
(44) :?
(45) : ?
(46) Bodhiya bodhiya - ‘(Demi) Pencerahan, Pencerahan’. [Guanyin menolong berbagai makhluk.]
(47) Bodhäya bodhäya - ‘(Demi) Kebijaksanaan, Kebijaksanaan’. [Ànanda.]
(48) Maitreya - ‘Yang Mencintai’ (Buddha masa depan). [Bodhisattva Kendaraan Agung.]
(49) Nìlakantha - ‘Yang Berleher Biru’. [Bodhisattva Nägärjuna.]
(50) Darsininä (kemungkinan Darsiniya) - ‘Pantas dilihat’. [Ratnadhvaja (mengangkat garpu besi).]
(51) Payamana * - (Arti : ‘ M i n u m ’ Kemungkinan Bhayamana) [Bodhisattva Cahaya Emas)(61) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Bodhisattva Candana.]
(52) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Santou shansheng jiafu ailong.] Dewa berkepala tiga.
(53) Siddhäya - ‘Demi pencapaian.’ [Bodhisattva Säriputra.]
(54) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Guanyin berdiri di atas kura-kura raksasa sungai Gangga.]
(55) Mahäsiddhäya ‘Demi pencapaian agung’. [Bodhisattva Pancaran Cahaya.]
(56) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Mahämaudgyalyayäna (dengan jubah pada tongkat vihära).]
(57) Siddhayoge - ‘Yang dibebani pencapaian’. [Bodhisattva semua Deva.]
(58) svaräya - ‘Sang Raja’. [Buddha Amitabha menolong para dewa.]
(59) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Ashena Pusa (memegang tinggi mangkuk).]
(60) Nìlakantha - ‘Yang Berleher Biru’. [Bodhisattva Gunung Lautan Kasih Sayang menolong makhluk suci Hinayäna.]
(62) Varähänanaya - (kemungkinan Varananaya ‘Kepada wanita berwajah cantik’, atau Varavahanaya ‘Dengan kendaraan berkah.’) [Bodhisattva Ratnamudrahasta.] Dia memegang sebuah kapak emas.
(63) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Juxiluo Pusa.] Seorang Bodhisattva memakai sandal jerami berjalan di atas gelombang.
(64) Simhasiramukhäya - ‘Kepada yang kepala dan wajahnya seperti singa’. [Bodhisattva Bhaisajyaraja.] Dia berkelana menyembuhkan makhluk hidup.
(65) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Yuanman Pusa.]
(66) Sarvamahäsiddhäya - ‘Demi setiap pencapaian agung’. [Bodhisattva Bhaisajyasamudgata.] Dia berkelana menyembuhkan makhluk hidup.
(67) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Säriputra, Bodhisattva Kebijaksanaan Agung.]
(68) Cakrasiddhäya - ‘Demi pencapaian yang seperti roda’. [Jenderal Langit Auman Singa.]
Dia memegang kapak perang.
(69) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Zhutian Mowang (Raja mara dari semua surga).]
(70) Padmahastäya - ‘Kepada yang memegang teratai’. [Lingxiang-tian Pusa (Bodhisattva Surga Harum Spiritual).]Dia memegang Kendi Berkah.
(71) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Bodhisattva menyebarkan bunga.]
(72) Nìlakanthavikäräya - ‘Kepada Makhluk Berleher Biru yang Berwajah Menyeramkan’. [Bodhi-sattva Purna.]
(73) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Bodhisattva Tärä sebagai seorang gadis.]
(74) Mahärsisankaraya ( Mavarisamkaräya) - ‘Kepada penglihat yang maha mengawasi’. [Bodhisattva Samadhidhyäna.]
Dia duduk bersilang kaki memegang lampu keramat dimasing-masing tangan.
(75) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Bodhisattva Mahäkasyapa.]
Dia memegang tasbih di tangannya.
(76) Namo Ratnatrayäya - ‘Sembah sujud kepada Tiga Mustika’. [Bodhisattva Àkäsagarbha.]
Dia duduk di atas batu memegang bunga.
(77) Namo Àrya - ‘Sembah sujud kepada Yang Mulia...’ [Bodhisattva Samantabhadra.]
Dia duduk bersilang kaki di atas gajah ‘seratus’ keramat.
(78) Avalokite - ‘Yang mengamati (dunia)’. [Bodhisattva Mañjusri]
Dia duduk di punggung singa dengan tangan kanannya membentuk mudra ‘kekosongan’.
(79) svaräya - ‘(Menjawab) suara (dunia)’. [Guanyin Pusa.]
Di sini dia tampil sebagai Bodhisattva Teratai Emas Seribu Daun, Bodhisattva yang membebaskan makhluk dari kemelekatan terhadap bentuk penglihatan.
(80) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Guanyin Pusa.]
Di sini dia tampil sebagai Bodhisattva yang membebaskan makhluk dari kemelekatan terhadap suara.
(81) Om siddhyantu - ‘Om, semoga tercapai!’ [Guanyin Pusa]
Di sini dia tampil sebagai Bodhisattva yang membebaskan makhluk dari kemelakatan terhadap penciuman.
(82) Mantra - (Simbol suara). [Guanyin Pusa.]
Di sini dia tampil sebagai bodhisattva yang membebaskan makhluk dari kemelekatan terhadap pengecapan.
(83) Padäya - ‘Sebaris ayat’. [Guanyin Pusa]
Di sini dia tampil sebagai Bodhisattva yang membebaskan makhluk dari kemelekatan terhadap sentuhan.
(84) svähä - ‘Disabdakan dengan baik’. [Guanyin Pusa]
Di sini dia tampil sebagai Bodhisattva yang membebaskan makhluk dari kemelekatan terhadap bentuk-bentuk pikiran.
Sajak Suara
Walaupun ada beberapa kata yang bisa diterjemahkan atau diuraikan, harus dicatat bahwa kebanyakan dari kata tersebut tidak punya arti, tetapi hanyalah suatu simbol suara (ditandai oleh tanda bintang ‘*’). Oleh karenanya, kata-kata tersebut tidak akan ditemukan dalam kamus Sanskrit. Mereka termasuk golongan ‘sajak suara’ yang merasuk ke dalam hati seperti halnya lagu dan dongeng penidur anak-anak, lagu daerah, dan hikayat daerah.
luar biasa ,,, sudah sejak lama saya mencari makna dan perlambangan dari setiap suku kata maha karuna dharani , baru saya temukan di vincentblogspot . terima kasih , semoga ilahi alam semesta langit dan bumi para budha dan bodhisatva dewata memberkati
BalasHapus