Pages - Menu

Pages

Rabu, 09 Mei 2012

Daftar Istilah Agama Buddha Aliran Bon

Daftar Istilah Agama Buddha Aliran Bon


Diambil dari pranala sumber: Ligmincha Institute – Glossary of Bon Buddhist Terms



Siklus Bardo
Bardo – (Bhs. Tibet: bar do; Bhs. Sansekerta: antarabhava)
Bardo berarti “kondisi di antara,” dan mengacu pada kondisi transisi keberadaan para insan – kehidupan, meditasi, mimpi, kematian – tapi paling umum mengacu pada kondisi peralihan antara kematian dan kelahiran kembali.

Bon – (Bhs. Tibet: bon)
Bon adalah tradisi spiritual yang paling tua di Tibet. Ia meliputi berbagai ajaran dan sadhana yang dapat diterapkan ke dalam semua aspek kehidupan, termasuk hubungan kita dengan elemen-elemen alam; etika dan moralitas; perkembangan cinta kasih, welas asih, kebahagiaan, dan ketenangan; serta ajaran Bon yang tertinggi “Kesempurnaan Agung,”, dzogchen.
Menurut catatan tradisi Bon mengenai keasliannya, beribu-ribu tahun sebelum kelahiran Buddha Shakyamuni, Buddha Tonpa Shenrab Miwoche datang ke dunia ini dan menyebarkan ajaran-ajarannya di daerah Olmo Lungring. Ol menyimbolkan tiada kelahiran, mo adalah yang tiada berkurang, lung sebagai wahyu-wahyu Tonpa Shenrab, dan ring mewakili welas asihnya yang tiada batas. Beberapa cendekiawan masa kini mengidentifikasikan Olmo Lungring dengan Zhang Zhung, negara yang mengitari Gunung Kailash di Tibet bagian barat dan merupakan tempat kelahiran peradaban Tibet.
Tonpa Shenrab mentransmisikan ajaran Bon berturut-turut dalam tiga siklus. Pertama kali, ia mengajarkan “Sembilan Jalan Bon”; kemudian “Empat Pintu Bon dan Yang Kelima, Pitaka”; dan akhirnya beliau mambuka ajaran “Sila-sila Eksternal, Batin (Internal), dan Rahasia.” Di dalam siklus ajaran terakhirnya, siklus eksternal berupa jalan renunsiasi, atau ajaran-ajaran sutra; siklus internal berupa jalan transformasi, atau ajaran tantra; dan siklus rahasia berupa jalan pembebasan diri, atau ajaran dzogchen. Pembagian kategori ke dalam sutra, tantra, dan dzogchen juga ditemukan di Ordo Nyingma dalam Buddhisme Tibet.
Para umat Bon menerima ajaran dan transmisi oral dari para guru dalam silsilah yang tak terputuskan dari masa lampai hingga hari ini. Sebagai tambahan, banyak naskah-naskah literatur Bon ini yang hingga kini masih dilestarikan. Meski banyak hal dalam tradisi Bon masa kini yang mirip dengan Buddhisme Tibet, agama Bon masih mempertahankan kekayaan dan cita rasa akarnya tersendiri dari jaman pra-Buddhis.


Titik-titik chakra
Chakra (Bhs. Tibet: khor-lo; Bhs. Sansekerta: chakra)
Chakra berarti ‘roda’ atau ‘lingkaran.’ Chakra adalah sebuah kata dalam Bahasa Sansekerta yang mengacu pada titik-titik pusat energi di dalam tubuh. Sebuah chakra menunjukkan sebuah lokasi titik pertemuan sejumlah nadi energi (tsa). Berbagai sistem meditasi bekerja dengan berbagai chakra yang berbeda juga.


Titik-titik nadi
Kanal (Bhs. Tibet: tsa; Bhs. Sansekerta: nadi)
Nadi adalah ‘pembuluh darah’ di dalam sistem sirkulasi energi di dalam tubuh. Lewat nadi, aliran gelombang energi halus akan menopang dan memberi kehidupan. Nadi-nadi itu sendiri berisi dengan energi dan tidak bisa ditemukan (dilihat) secara fisik. Namun, melalui pelatihan ataupun dari tingkat sensitivitas yang alami, para individu bisa dengan sadar mengalami (merasakan) nadi-nadi ini.


Machig Labdrön (1055-1153 M), yang mengembangkan tradisi Chöd dengan menggabungkan tradisi perdukunan Bönpo pribumi Tibet dengan ajaran Dzogchen.
Chod (tib: gchod)
Artinya: memotong, melenyapkan. Juga dikenal sebagai ‘menggunakan ketakutan secara bijaksana,’ dan merupakan ‘sadhana kemurahan hati’. Chod adalah sebuah praktek sadhana untuk menghancurkan semua kemelekatan terhadap tubuh dan ego si praktisi di mana dengan penuh welas asih ia mempersembahkan seluruh tubuhnya untuk para insan lain. Untuk tujuan ini, si praktisi akan memanggil berbagai macam kelas mahluk dan kemudian melakukan pemotongan dan mentransformasikan tubuh si praktisi tersebut menjadi berbagai macam obyek dan bahan persembahan. Sadhana Chod menggunakan nyanyian yang merdu, tambur, lonceng, dan terompet tanduk, dan umumnya dilakukan di lokasi yang menimbulkan ketakutan, seperti tanah pekuburan, pemakaman, dan lintasan-lintasan pegunungan yang jauh.


Dakini Vajrayogini naro kha chod sarvabuddha
Dakini (Bhs. Tibet: mkha’ ‘gro ma; Bhs. Sansekerta: dakini)
Ekuivalen untuk dakini di Tibet adalah khadroma, yang artinya penjelajah angkasa yang berjenis kelamin wanita. ‘Angkasa’ mengacu pada kekosongan dan dakini menjelajahi kekosongan tersebut; yang artinya, ia bertindak dengan realisasi penuh atas kekosongan, realitas absolut. Seorang dakini dapat berwujud manusia perempuan yang telah merealisasikan sifat sejatinya, atau dewi atau wanita bukan manusia, atau manifestasi langsung dari pikiran yang tercerahkan. Dakini juga mengacu pada kelas mahluk yang terlahir di alam suci para dakini.

Dharma (Bhs. Tibet: ch”s; Bhs. Sansekerta: dharma)
Dharma merupakan istilah yang sangat luas dan punya banyak arti. Dalam artinya yang paling umum, dharma adalah ajaran spiritual yang berasal dari para Buddha dan juga merupakan jalan spiritual itu sendiri. Dharma juga berarti keberadaan (eksistensi).


Dharmakaya
Dharmakaya (Bhs. Tibet: ch”s sku; Bhs. Sansekerta: dharmakaya)
Seorang buddha mempunyai tiga tubuh (kaya): dharmakaya, sambhogakaya, dan nirmanakaya. Dharmakaya, sering diterjemahkan sebagai “tubuh kebenaran,” mengacu pada sifat sejati buddha yang absolut, yang sama dan dimiliki oleh semua buddha serta identik dengan sifat sejati dari semua hal yang berkondisi: kekosongan. Dharmakaya bersifat non-dual, terbebas dari segala macam konseptualitas dan karakteristik. (Lihat juga sambhogakaya dan nirmanakaya.)

Dzogchen — (Bhs. Tibet: rdzogs chen)
Adalah “Maha Sempurna” atau “Penyelesaian yang agung.” Dzogchen dianggap sebagai ajaran dan sadhana yang tertinggi dalam Buddhisme Tibet. Prinsip dasarnya adalah realitas, termasuk individu, yang sebenarnya telah lengkap dan sempurna, dan tidak ada yang perlu ditransformasikan (seperti di dalam tantra) atau disangkal/ditinggalkan (seperti di dalam sutra) tapi hanya dikenali sebagaimana adanya. Inti dari sadhana dzogchen adalah “pembebasan diri”, sehingga semua yang muncul di dalam pengalaman adalah sebagaimana adanya, tanpa ditambahi elaborasi pikiran konseptual, tanpa ada keserakahan ataupun kebencian.


Dharmapala Rahula
Pelindung Dharma (Bhs. Tibet: srung ma/ chos skyong; Bhs. Sansekerta: dharmapala)
Para pelindung dharma adalah mahluk pria atau wanita yang disumpah untuk melindungi (ajaran-ajaran) dharma dan para praktisinya. Mereka bisa saja merupakan para pelindung duniawi ataupun manifestasi angkara murka dari para insan yang telah cerah. Para praktisi tantra umumnya berusaha mengambil hati dan mengandalkan para pelindung dharma yang berhubungan dengan silsilah mereka.

Jalus — (Bhs. Tibet: ‘ja lus)
(Lihat tubuh sinar pelangi)

Karma — (Bhs. Tibet: las; Bhs. Sansekerta: karma)
Karma berarti “tindakan,” tapi dalam artinya yang lebih luas mengacu pada hukum sebab dan akibat. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh fisik (tubuh), verbal (ucapan), atau mental (pikiran), akan menjadi “bibit” yang akan menghasilkan “buah” berupa konsekuensi dari tindakan-tindakan tersebut di masa mendatang saat kondisinya telah matang. Tindakan yang positif punya efek yang positif, seperti kebahagiaan; sebaliknya yang negatif juga berefek negatif, seperti ketidakbahagiaan. Karma bukan berarti takdir kehidupan, namun dimengerti sebagai kondisi yang ada itu muncul dari hasil tindakan-tindakan di masa lampau.

Jejak karma — (Bhs. Tibet: bag chags)
Setiap tindakan – baik yang dilakukan oleh tubuh, ucapan, atau pikiran – yang diperbuat oleh seorang individu, jika dilakukan dengan suatu tujuan, dan bahkan sedikit kebencian atau nafsu, akan meninggalkan jejak di aliran pikiran si individu tersebut. Akumulasi dari jejak-jejak karma ini akan mengkondisikan setiap momen pengalaman individu tersebut, baik secara positif maupun negatif.

Kunzhi — (Bhs. Tibet: kun gzhi)
Dalam tradisi Bon, kunzhi adalah dasar dari semua keberadaan, termasuk insan. Kunzhi merupakan penyatuan dari kekosongan dan kecemerlangan; dari indeterminasi (hal yang tak dapat ditentukan) realitas tertinggi  yang terbuka dan absolut beserta pertunjukan  penampakan dan kesadaran yang tidak pernah berhenti. Kunzhi ini adalah basis atau dasar dari semua ciptaan.

Kunzhi namshe — (Bhs. Tibet: kun gzhi rnam shes, Bhs. Sansekerta: alaya vijnana)
Kunzhi namshe adalah kesadaran dasar seorang individu. Ia adalah “repositori” atau “gudang penyimpanan” di mana jejak-jejak karma disimpan di dalamnya, dan di mana pada suatu masa mendatang, pengalaman yang terkondisi olehnya akan muncul.

Lama – (Bhs. Tibet: bla ma; Bhs. Sansekerta: guru)
Lama berarti “bunda yang tertinggi.” Lama mengacu pada seorang guru tertinggi yang tingkat kepentingannya di atas segala-galanya bagi seorang (murid) praktisi. Dalam tradisi Tibet, lama bahkan sering dianggap lebih penting daripada buddha, karena hanya lama-lah yang bisa memberikan ajaran-ajaran kepada si murid. Pada tingkat tertinggi, lama adalah sifat sejati buddha diri sendiri. Pada tingkatnya yang relatif, lama adalah guru pribadi si murid. Namun, istilah lama sering digunakan sebagai cara yang sopan untuk menyapa bhiksu atau guru spiritual.


Gunung Sumeru bersama dengan Empat Benua, Delapan Sub-Benua, Matahari dan Bulan
Loka – (Bhs. Tibet: ‘jig rten; Bhs. Sansekerta: loka)
Adalah “dunia” atau “sistem dunia.” Loka biasanya digunakan dalam Bahasa Inggris untuk mengacu kepada enam alam samsara, namun sebenarnya adalah sistem-sistem dunia yang lebih besar, salah satunya adalah tempat bernaungnya enam alam samsara. (Lihat “enam alam samsara.”)

Lung – (Bhs. Tibet: rlung, Bhs. Mandarin: chi, Bhs. Sansekerta: prana)
Lung adalah energi angin yang penting, juga sering dikenal di dunia Barat sebagai prana atau chi. Lung punya berbagai arti yang lebih luas, namun yang paling umum mengacu pada energi vital tempat bersandarnya vitalitas tubuh dan kesadaran.


Nirmanakaya, yang menggambarkan Buddha Shakyamuni - para guru silsilah - mula guru (akar) - hingga murid praktisi
Nirmanakaya – (Bhs. Tibet: sprul sku, Bhs. Sansekerta: nirmanakaya)
Nirmanakaya adalah “tubuh perwujudan” (manifestasi) dari dharmakaya. Di sini sering mengacu pada manifestasi fisik yang terlihat dari seorang buddha. Istilah ini juga punya kualitas yang sama dengan dimensi fisik.

Prana — (Lihat lung di atas.)


Guru Rinpoche Padmasambhava dengan Tubuh Sinar Pelangi
Tubuh sinar pelangi – (Bhs. Tibet: ‘ja lus)
Tanda realisasi penuh dari keberhasilan sadhana dzogchen adalah pencapaian tubuh pelangi. Praktisi dzogchen yang telah mendapatkan realisasi, yang tidak lagi tertipu oleh substansi nyata ataupun dualisme seperti pikiran dan benda, akan melepaskan energi elemen yang membentuk tubuh fisik pada saat kematiannya. Tubuhnya akan melebur dan hanya meninggalkan rambut dan kuku, kemudian si praktisi dengan penuh kesadaran memasuki tahap kematian.

Rigpa – (Bhs. Tibet: rig pa; Bhs. Sansekerta: vidya)
Adalah kesadaran atau mengenali. Dalam ajaran-ajaran dzogchen, rigpa berarti kesadaran langsung akan kebenaran, langsung mengenali kesadaran non-dual yaitu sifat sejati dirinya.

Rinpoche — (Bhs. Tibet: rin po che)
Yang berarti “ia yang mulia.” Sebuah sebutan kehormatan yang digunakan untuk menyapa seorang lama yang berinkarnasi.

Samaya – (Bhs. Tibet: dam tshig; Bhs. Sansekerta: samaya)
Adalah Komitmen atau Sumpah. Secara umum adalah komitmen yang dibuat oleh seorang praktisi dalam hubungannya dengan sadhana tantra – di sini mengatur berbagai perilaku dan tindakan. Ada sumpah-sumpah yang umum dan khusus untuk berbagai sadhana tantra tertentu.


Sambhogakaya Lima Dhyani Buddha dan Vajrasattva
Sambhogakaya — (Bhs. Tibet: longs sku; Bhs. Sansekerta: sambhogakaya)
Adalah “tubuh pahala kenikmatan” seorang buddha. Sambhogakaya adalah tubuh yang sepenuhnya terbuat dari sinar. Bentuk ini sering divisualisasikan di dalam sadhana tantra dan sutra dan terlihat lewat berbagai simbol ornamen dan postur. Di dalam Dzogchen, tubuh dharmakaya yang tanpa perhiasanlah yang lebih sering digunakan sebagai obyek visualisasi.

Samsara – (Bhs. Tibet: ‘khor ba; Bhs. Sansekerta: samsara)
Alam penderitaan yang muncul dari pikiran yang dualistik dan tertutup, di mana semua entitas di dalamnya tidak ada yang kekal, keberadaan yang melekat juga tidak ada, dan di mana semua insan tunduk pada penderitaan. Samsara meliputi enam alam siklus kehidupan, tapi dalam definisinya yang lebih luas mengacu pada modus karakteristik keberadaan para insan yang menderita karena terjerat jala kebodohan dan dualitas. Samsara akan berakhir saat insan mencapai pembebasan sepenuhnya dari kebodohan – yaitu pencapaian nirvana.


Shenlha Okar
Shenlha Okar — (Bhs. Tibet: gShen Lha ‘od dkar)
Shenlha Okar adalah tubuh sambhogakaya dari Shenrab Miwoche, buddha yang mendirikan tradisi Bon.


Shenrab Miwoche
Shenrab Miwoche — (Bhs. Tibet: gShen rab mi bo che)
Shenrab Miwoche adalah tubuh nirmanakaya buddha yang mendirikan tradisi Bon, yang menurut kepercayaan tradisi pernah hidup 17,000 tahun lalu. Ada lima belas jilid biografi yang membahas Shenrab Miwoche dalam literatur Bon.


Bhavacakra (Bhs. Tibet: srid pa'i 'khor lo) sebagai simbol samsara (atau siklus kehidupan).
Enam alam samsara – (Bhs. Tibet: rigs drug)
Yang umumnya disebut sebagai “enam alam” atau “enam loka.” Enam alam ini menunjukkan enam kelas mahluk yang berada di dalamnya: dewa, setengah dewa (asura), manusia, binatang, setan kelaparan, dan mahluk neraka. Para insan di dalam enam alam ini tidak bisa luput dari penderitaan. Enam alam ini adalah alam tempat para insan terlahir, dan juga merupakan tempat mereka mendapatkan pengalaman yang luas. Mereka juga akan mengalami dampak gabungan dari berbagai pengalaman yang mungkin terjadi, yang akan membentuk dan membatasi berbagai pengalaman lain mereka juga bahkan di dalam kehidupan saat ini.

Sutra — (Bhs. Tibet: mdo; Bhs. Sansekerta: sutra)
Sutra adalah naskah yang berisi ajaran-ajaran yang datang langsung dari Buddha historis yang berbasiskan jalan renunsiasi dan menjadi dasar dari kehidupan monastik (biara).

Tantra — (Bhs. Tibet: rgyud; Bhs. Sansekerta: tantra)
Tantra adalah ajaran-ajaran dari para Buddha yang berbasiskan pada jalan transformasi dan meliputi berbagai sadhana yang bekerja dengan energi di dalam tubuh, pemindahan kesadaran, yoga mimpi dan tidur, dan lain sebagainya. Beberapa kelas tantra tertentu juga berisi ajaran-ajaran dzogchen.

Tapihritsa
Tapihritsa – (Bhs. Tibet: ta pi hri tsa)
Meski dianggap sebagai figur yang bersejarah, Tapihritsa, bagi para sadhaka Bon, secara ikonografis dilambangkan sebagai seorang dharmakaya Buddha, telanjang dan tidak mengenakan ornamen-ornamen, melambangkan realitas yang absolut. Ia adalah salah satu dari dua guru utama dalam aliran dzogchen dari Zhang Zhung Nyam Gyud.

Terma — (Bhs. Tibet: gter)
Dalam budaya Tibet ada sebuah tradisi yang bernama “terma”; benda-benda suci, naskah atau ajaran yang disembunyikan oleh para guru dari suatu jaman tertentu untuk memberi manfaat para insan pada jaman-jaman di masa mendatang saat terma tersebut ditemukan. Para guru yang menemukan terma disebut sebagai “terton,” atau sang penemu harta terpendam. Terma telah dan bisa ditemukan di lokasi-lokasi fisik, seperti gua atau kuburan; di dalam elemen-elemen seperti air, kayu, tanah bumi atau udara; atau diterima lewat mimpi, pengalaman visioner, dan ditemukan langsung di dalam tingkat-tingkat kesadaran yang mendalam. Untuk kasus yang terakhir, terma tersebut dinamakan sebagai gong-ter: harta hati.

Tiga racun utama
Berupa kebodohan, amarah kebencian, dan nafsu; sebagai tiga kesengsaraan mendasar yang mengabadikan perputaran kehidupan di dalam alam-alam yang penuh penderitaan.


Aksara Tibet "A" di dalam thigle.
Tigle — (Bhs. Tibet: thig le; Bhs. Sansekerta: bindu)
Tigle punya beberapa arti yang bergantung pada konteks pemakaiannya. Meski biasanya diterjemahkan sebagai “tetesan” atau “titik mani,” saat dipakai dalam konteks yoga mimpi dan tidur, tigle mengacu pada bola sinar cemerlang yang melambangkan kualitas kesadaran dan digunakan sebagai sebuah fokus dalam latihan meditasi.

Transmisi – (Bhs. Tibet: lung)
Seringkali seorang guru silsilah yang memenuhi syarat akan memberikan transmisi  untuk suatu ajaran tertentu lewat pembacaan naskah ajaran dalam Bahasa Tibet secara verbal di hadapan si murid. Pembacaan tersebut biasanya dilakukan setelah instruksi-instruksi yang mendetil telah diberikan; contohnya, pada penutupan sebuah retret. Dengan menerima transmisi, seorang murid diberkati (diberikan abhiseka) untuk mulai belajar dan melatih ajaran-ajaran (yang telah ditransmisikan tersebut) .

Tsa – lihat “kanal.”

Para yidam dari terma hati "Longchen Nyingtik"
Yidam –(Bhs. Tibet: yid dam; Bhs. Sansekerta: devata)
Yidam adalah dewata yang mendampingi atau dewata obyek meditasi yang merupakan perwujudan aspek pikiran yang tercerahkan. Ada empat macam kategori yidam: damai, meningkatkan, kuat berpengaruh dan angkara murka. Yidam bermanifestasi dalam berbagai bentuk tersebut untuk mengatasi kekuatan/serangan negatif tertentu.

Yogi  – (Bhs. Tibet: rnal ‘byor pa; Bhs. Sansekerta: yogi)
Adalah seorang praktisi yoga meditatif , seperti yoga mimpi dan tidur, yang berjenis kelamin pria.

Yogini – (Bhs. Tibet: rnal ‘byor ma; Bhs. Sansekerta: yogini)
Adalah praktisi yoga meditatif yang berjenis kelamin wanita.

Zhang Zhung Nyam Gyud — (Bhs. Tibet: Zhang Zhung snyam rgyud)
Adalah salah satu dari siklus ajaran dzogchen yang paling penting dalam tradisi Bon. Ia masuk dalam seri ajaran upadesha (instruksi oral yang rahasia).

Zhine – (Bhs. Tibet: zhi gnas; Bhs. Sansekerta: samatha)
Adalah “tinggal dalam ketenangan” atau “kedamaian.” Praktek ini menggunakan fokus yang berupa obyek eksternal ataupun internal untuk mengembangkan konsentrasi dan stabilitas mental.  Samatha ini juga merupakan praktek yang fundamental, sebagai dasar perkembangan dari praktek-praktek meditasi lainnya yang lebih tinggi, dan dibutuhkan untuk melatih yoga mimpi dan tidur.

1 komentar:

  1. keren gan infonya..

    saya lagi cari2 info tentang agama Bon tibet.

    makasih atas artikelnya

    BalasHapus