Pages - Menu

Pages

Jumat, 25 Mei 2012

DUPA/HIO

DUPA/HIO


Dupa sebenarnya adalah media untuk melakukan sembayang atau bagian dari peralatan sembayang, tidak mempunyai arti khusus dan makna khusus didalamnya.

Dupa itu sebuah tradisi sebagaimana bunga di barat sana. Dupa digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam Dupa juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Dupa atau sering kali disebut Hsiang (Mandarin) atau
Hio (Hokkian) adalah salah satu unsur yang eksis dalam kebudayaan Tionghoa selama ribuan tahun. Dupa digunakan dalam acara penghormatan kepada leluhur dan acara-acara ritual keagamaan beberapa agama yang ada di Tiongkok. Asal usul dupa pertama kali sebenarnya bukanlah langsung digunakan untuk penyembahan atau penghormatan. Dupa masuk bersamaan dengan masuknya agama Buddha ke China. Dikatakan bahwa sewaktu Buddha Sakyamuni menyebarkan ajarannya kepada para pengikut, karena cuaca yang panas, kebanyakan murid-murid tak dapat berkonsentrasi, merasa mengantuk dalam mendengarkan wejangan dari Buddha Sakyamuni. Maka untuk mengatasi hal ini, orang2 kemudian membakar kayu2 harum dan wangi untuk mengharumkan udara dan meningkatkan konsentrasi. Kemudian tradisi ini menjadi kebiasaan dalam agama Buddha dan terbawa ke Cina dalam penyebarannya.

Dupa kemudian diadopsi oleh agama
-agama dan kepercayaan-kepercayaan lain yang telah lama ada di China sebelum agama Buddha masuk. Sehingga dupa menjadi sebuah alat dalam ritual dan tradisi kebudayaan Tionghoa selama ribuan tahun, baik dalam menghormati leluhur, menghormati dewa-dewi dalam agama-agama tertentu di China dan juga tentunya oleh penganut agama Buddha sendiri.

Tradisi ini kemudian diperlambangkan sebagai sebuah alat untuk berkomunikasi dengan leluhur, dewa-dewi dalam agama tertentu ataupun sang Buddha sendiri. Ini terutama karena anggapan bahwa wewangian yang menyebar dalam udara adalah salah satu bentuk penghormatan kepada yang dipuja. Asap dari dupa yang bergerak ke atas juga sebagai perlambang
bahwa niat kita untuk menghormati ataupun memuja akan sampai kepada tujuannya karena anggapan umum semua bangsa dan agama di dunia (saya kira bukan hanya dalam agama-agama tertentu) bahwa yang kita puja itu baik Tuhan (Thian), Allah, Buddha, leluhur dan lain - lainnya yang derajatnya lebih tinggi daripada manusia bertempat di atas langit. Dupa juga dipercaya digunakan dalam acara ritual untuk menghormati leluhur ataupun dewa-dewi dalam agama tertentu di China sebagai pengganti persembahan lainnya seperti kurban-kurban makhluk bernyawa.
Selain itu dari versi lain Berdasarkan kitab Zhou Li (tata krama dinasti Zhou) ditulis kalau untuk menghormati Huang Tian adalah dengan Yin. Yin adalah asap yang membumbung karena kayu-kayu (harum)yang dibakar. Pada tulisan Bunsu Sidartanto Buanadjaya, yang berjudul "Ru Jiao - Selayang Pandang Kesejarahan Wahyu dan Kitab Sucinya Sepanjang Kurun Waktu 5000 Tahun", Ong Kun salah satu menteri dari Oey Tee (Huang Di=Kaisar Kuning) adalah penemu Than Dupa yang dipakai sebagai wewangian pada upacara sembahyang. Jauh lebih lama dari waktu masuknya agama Buddha ke Tiongkok (waktu Dinasti Han).

Catatan lain di Indonesia dikenal dengan Kemenyan, kemenyan adalah sejenis dupa, Sebenar pemakaian dupa dan pengenalan dupa berasal dari India pada era 7000 SM, pemakaian dupa sudah dikenal di India karena dupa pertama kali digunakan. Fungsi kemenyan sama seperti
pembakaran dupa.
Cara sembahyang di kelenteng untuk orang awam pada umumnya dengan menggunakan Dupa. Dupa digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam Dupa juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Ada banyak orang yang bertanya2, kalau pindah agama boleh gak pegang Dupa yah? Yah, gak masalahlah, Dupa itu gak ada kaitannya dengan agama apapun. Itu hanya tradisi dan bersifat medium atau alat sembahyang saja.
Tata Cara dan Makna Jumlah Batang Dupa Dalam Sembahyang
Dalam memegang dupa pun ada beberapa cara, yakni:
1.    Kepalan yang membentuk delapan kebajikan dan orang tua/ (cara Kong Hu Cu)
2.    Kepalan yang membentuk bola Taiji/menggengan Taiji (cara Tao)
3.    Anjali atau merangkapkan kedua telapak tangan (cara Buddha)
Tiga arti pai :
1.    Pai pertama membalas jasa langit dan bumi/ yi bai baoda tiandi en
2.    Pai kedua membalas jasa orang tua/ zhai bai baodao fumu en
3.    Pai ketiga membalas jasa para guru/ san bai baodao enshi en
Secara umum, jumlah hio ganjil adalah untuk Dewa, Tuhan, tokoh yang berjasa untuk masyarakat luas dan makhluk suci lainnya. Ganjil dalam metaphysic Tiongkok adalah lambing dari unsur Yang atau positif. Yang berjumlah genap adalah untuk leluhur, arwah yang meninggal, setan yang gentayangan.
Ketika melangkah masuk ruang sembahyang juga harus kaki kiri dahulu yang maknanya adalah kita harus mengutamakan sifat-sifat kebajikan kita. Menancapkan hio dengan tangan kiri juga artinya kita akan selalu menancapkan kebajikan di alam langit  dan alam bumi.
Pada umumnya kita sembahyang meggunakan 1 atau 3 dupa, tapi sebenarnya ada makna untuk berapa batang dupa yang kita pakai, yakni:
a.   1 batang dupa biasanya Kauw Siu Thao, Para Dewa-Dewi di rumah untuk hari biasa kecuali Ce It dan Cap Go setiap bulannya.
b.    3 batang dupa biasanya untuk Tuhan, Dewa-Dewi, dll.
c.   5 batang dupa biasanya untuk usaha/dagang (khusus untuk Dewa Hok Tek Ceng Sin dan Dewa Cai Sen lainnya)
d.    6 batang dupa biasanya untuk keperluan orang lain
e.   7 batang dupa biasanya untuk mohon khusus dan juga untuk sesuatu hal membalikan kepada orang lain.
f.     8 batang dupa biasanya digunakan bila kesusahan/kesialan terus-menerus menimpa
g.  9 batang dupa biasanya untuk semua makhluk dan Dewa-Dewi (paling bagus kalau sembahyang jam 9 malam di rumah)
h.    12 batang dupa agar semua makhluk dapat kebahagiaan
i.      36 batang dupa untuk kesuksesan dan keharmonisan
j.  108 batang dupa, bila terdesak oleh keadaan atau ada permintaan khusus sekali (sembahyang tepat jam 12 malam)

1 komentar:

  1. Hallo...
    saya sedang meneliti tentang dupa/ hio ini.. saya boleh tanya adakah buku atau yang lainnya yg bisa jadi bahan penelitian .. tentang dupa / hio ini..
    terimakasih...

    BalasHapus