Ang Pau Lindungi dari Gangguan Jahat Ya Sui Qian
Legenda Saat Imlek dan Cap Go Meh
Singkawang,- Benda-benda paling karib saat Imlek hingga Cap Go Meh adalah angpau, pohon jeruk, dan ikan pindang. Benda dengan sebutan angpau (Hokian) atau hong bao (Mandarin) secara harfiah berarti "amplop merah". Karena benda yang terbuat dari kertas berhiaskan huruf tinta emas berwarna merah.
Laporan Bas Andreas Gas, Singkawang
Amplop merah dengan huruf tinta emas tersebut merupakan benda yang sangat laku selain dodol Cina yang merupakan khas Imlek. Keberadaan angpau yang kini dalam istilah umum berarti amplop merah berisi uang menjadi benda laris.
Berdasarkan sejarah warga keturunan Tionghoa yang turun-temurun, angpau memang berupa amplop kertas merah dan digunakan untuk memasukkan sejumlah uang. Amplop berkah berisi uang yang diyakini sebagai pembawa keberuntungan tersebut pada perayaan Imlek dibagikan orang tua kepada anak-anak atau kerabat dekat.
Ada keyakinan bahwa uang tersebut selain membawa keberuntungan, juga dapat melindungi putra putri mereka dari gangguan kekuatan jahat atau ya sui qian. Selain itu, uang dalam angpau juga, berdasarkan keyakinan, akan mendatangkan nasib baik kepada yang memberinya.
Menurut kisah, diceritakan mengenai adanya kekuatan roh jahat bernama Sui yang selalu mendatangi warga setiap setahun sekali. Roh jahat dengan tubuh hitam dan bertangan putih itu suka masuk ke rumah dan merenggut kepala anak-anak kecil. Bila terkena tangan Sui, anak-anak akan berteriak-teriak, berkelakuan gelisah, dan bergumam sambil mengigau. Hingga pada akhirnya membuat para orang tua merasa takut dan terbawa gelisah. Salah satu cara untuk mengusir roh jahat tersebut adalah menaruh uang kepeng dalam bungkusan kertas merah sebagai tumbal. Hasilnya benar-benar terbukti, Sui tidak mengganggu anak-anak yang di bawah bantalnya disisipkan angpau.
Hingga kini, kepercayaan tersebut masih saja ada yang melakukan. Terutama menjelang Imlek, anak-anak selalu membawa amplop kertas merah dengan isi delapan koin tembaga. Amplop merah itu kemudian dibawa ke kamar tidur lalu angpau dibiarkan berada di bantal dekat kepalanya. Konon, pada saat anak-anak tidur lelap, angin pun bertiup kuat dan sanggup membuka pintu dan memadamkan lampu.
Roh jahat Sui dengan tangan putihnya berusaha meraih dan merenggut kepala sang anak. Namun, tiba-tiba keluar kilat cahaya dari amplop merah tersebut. Roh jahat itu luar biasa ketakutan dan melarikan diri.
Dalam kisah turun-temurun tersebut, angpau merupakan pelindung dari serangan roh jahat. Makanya, hingga kini tradisi angpau yang dulu digunakan untuk mengusir gangguan tangan roh jahat, kini diteruskan sebagai kebiasaan memberikan hadiah berupa uang dalam amplop merah agar uang itu selain melindungi anak dari gangguan tangan jahat, mungkin juga agar sang anak dididik sejak dini untuk memegang dan mengelola uang hadiah.
Sementara itu, mengenai tradisi buah jeruk berasal dari Cina Selatan. Merupakan kebiasaan warga sana bila setiap Imlek membeli pohon jeruk yang ada buahnya sebagai lambang kekayaan dan pembawa perdamaian. Ini yang biasa disebut dengan "jeruk emas" (jin ju). Sementara itu, ikan bandeng bakal banyak diburu menjelag Imlek. Ikan bandeng rupanya mewakili jenis ikan lainnya sebagai hidangan lezat yang bermakna di hari Imlek. Konon, ikan melambangkan rezeki. Dalam logat Mandarin, kata "ikan" sama bunyinya dengan kata "yu" yang berarti rezeki. (*/beberapa sumber)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar