Tanya jawab Dengan Vajra Acarya Lian Yuan Seputar Ritual Api Homa
Om Mani Padme Hum! Ritual Api Homa / Upacara Api Homa, tentunya kata – kata tersebut tidak asing lagi bagi umat Tantrayana Zhenfo Zong.Dibawah ini terdapat berberapa pertanyaan seputar Ritual Api Homa yang dipertanyakan kepada Vajra Acarya Lian Yuan. Semoga bisa menjadi informasi bagi anda semua.
1. Mengapa dalam Tantrayana baik Tantra Tibet, Tantra Timur (Jepang), maupun Tantra Cina, persembahan homa merupakan persembahan terbesar ?
Jawab :
Di dalam ajaran Buddha terdapat 3 cara mencapai kontak yoga (keberhasilan dalam Tantrayana) yaitu :
- * melafalkan mantra (keberhasilan dalam menjapa mantra)
- * melakukan meditasi (keberhasilan dalam meditasi)
- * melakukan puja api homa (keberhasilan dalam melaksanakan puja api homa)
Dari ketiga tersebut, melakukan puja api homa merupakan keberhasilan yang paling cepat untuk mencapai kontak yoga karena di dalam tata ritual puja api homa sudah mencakup pelafalan mantra, visualisasi, membentuk mudra, melakukan meditasi serta melakukan persembahan. Persembahan tersebut diurai oleh api dan dipersembahkan kepada para Yidam, Buddha, Bodhisattva, Dharmapala serta makhluk suci. Melakukan homa sama dengan memberikan persembahan. Persembahan yang biasa dilakukan umat adalah persembahan kecil. Misalnya, memberi persembahan sebuah pisang, sebuah lilin, beberapa batang dupa. Sedangkan satu kali puja api homa sama seperti memberi persembahan selama 1 tahun, bahkan 10 tahun sehingga sangat efektif dalam menambah pahala dan kebijaksanaan. Sewaktu kita melakukan puja api homa, banyak dewa datang menerima persembahan dan memberikan dukungan, seperti 12 dewa, 28 dewa, 33 dewa, Sakradevanam Indra, Dewa Mahabrahma, dan sebagainya. Jadi homa bukanlah sebuah upacara persembahan yang biasa – biasa saja.
2. Di dalam ritual api homa, persembahan apa saja yang terbaik dan maksud dari persembahan itu untuk dipersembahkan kepada siapa?Jawab :
Banyak jenis barang yang bisa dipersembahkan dalam upacara homa. Banyak orang mengira bahwa bahan persembahan yang terbaik adalah yang paling disukai oleh para Buddha Bodhisattva. Apakah yang paling disukai Buddha? tidak ada yang tahu jawabannya. Karena para Buddha demikian tinggi tingkat-Nya dan tidak mempunyai kebutuhan materi, mereka tidak akan terpengaruh atau terbuai oleh barang – barang yang dipersembahkan. Asalkan kita senang, maka Mereka juga akan senang sebagai hasilnya, kontak yoga pun tercapai. Inilah cara dari Tantrayana. Selain bahan persembahan yang kita sukai untuk dipersembahkan, terdapat berberapa persembahan yang yang mempunyai arti tersendiri yaitu :
- Wijen hitam : Wijen hitam sangat disenangi oleh dewa api (Dewa Agni). Kita mempersembahkan wijen hitam sebagai wujud penghormatan kepada Dewa Agni dan memohon kepada Dewa Agni agar membawa persembahan – persembahan dalam ritual api homa kepada Yidam, para Buddha Bodhisattva, Dharmapala serta Makhluk Suci lainnya.
- Wijen putih : dipersembahkan kepada para Dhakini.
- 5 jenis kacang (benih) : 5 jenis benih dari tumbuh – tumbuhan, terdapat 5 warna melambangkan Panca Buddha dan juga melambangkan 5 unsur (emas,kayu, air,api,tanah). Ini adalah 5 jenis benih – benih kebajikan dan maknanya adalah Semoga benih – benih kebajikan segera tumbuh dan segera kita dapatkan.
- < strong>Bunga : melambangkan ucapan dan tingkah laku Sadhaka secara lahir dan batin anggun dan agung bagaikan bunga. untuk menambah atau meningkatkan berkah (paustika) kita.
- Dupa : Negeri Buddha yang agung dan berwibawa. Dipersembahkan dupa semoga karma buruk terkikis dan terhindar dari bencana.
- Lilin : melambangkan penerangan, semoga sadhaka bisa mendapatkan pikiran yang cemerlang dan mempunyai hati yang Bodhicitta.
- Daun teh (teh) : semoga sadhaka bisa mendapatkan rasa Dharma (fa wei) yang begitu indah yang bisa dinikmati (mencapai kontak yoga).
- Buah : semoga karma baik bisa segera berbuah.
- 7 jenis persembahan : kimcam (bunga sedap malam yang dikeringkan), jamur kuping (bokni), tang hun, tauki (kulit tahu), dan jamur shiitake (hioko) yang melambangkan 5 unsur ditambah jahe dan garam. Jahe melambangkan akar dari segala jenis tumbuhan dan garam merupakan rasa makanan, jadi melambangkan rasa dharma juga. Persembahan 7 jenis persembahan ini melambangkan 108 jenis persembahan dan merupakan persembahan sempurna.
- Daging : untuk dipersembahkan kepada Vidyaraja. Tidak perlu memberikan persembahan daging utuh / satu ekor (contoh : 1 ekor kambing, atau 1 ekor ayam karena bisa melanggar sila), cukup membeli daging yang telah diolah seperti dendeng, abon, dll.
- Arak : untuk dipersembahkan kepada Dharmapala. Sebagai siswa Zhenfo Zong, kita harus mentaati sila untuk tidak minum arak, tetapi arak untuk dipersembahkan kepada Dharmapala itu boleh. Kenapa arak dipersembahkan dalam puja api homa kepada para Dharmapala, karena melambangkan kita mengharapkan supaya para Dharmapala setelah menerima arak tersebut (sebagai simbol dari nektar), Beliau dengan penuh semangat dan bergerak lebih cepat dalam memenuhi keinginan kita, dengan demikian doa kita akan terkabulkan dengan cepat. Di dalam Tantrayana, arak termasuk air amrta bagi Dharmapala.
- Susu putih : melambangkan pembersihan diri, semoga para Buddha Bodhisattva berkenan membersihkan karma – karma buruk kita. Susu ini juga untuk dipersembahkan kepada Raja Naga. Susu tidak boleh dimasukkan ke dalam tungku karena bisa memadamkan api, jadi tuangkan saja di dekat tungku.
- Parfum : dipersembahkan kepada Dhakini. Saat menyemprot parfum, dalam hati menyebutkan persembahan parfum ini untuk para Dhakini, semoga para Dhakini segera membawa berita ini kepada yidam bagaikan parfum yang wanginya tersebar dimana – mana.
- Biskuit : semoga para insan terbebas dari kelaparan.
Semua persembahan di atas memohon kepada para Buddha Bodhisattva memberkati kita dan juga memohon para Dharmapala, Vidyaraja, Dhakini dan para makhluk suci lainnya untuk segera membawa persembahan dan permohonan kita kepada Yidam, semoga dapat terkabulkan. Kita mempersembahkan tersebut dengan ketulusan hati dan juga persembahan tersebut kita sukai, maka para Buddha Bodhisattva juga dengan senang hati menerimanya.
Selain persembahan di atas, di tambahkan persembahan lainnya yang disukai dan mudah dibakar. Untuk tujuan Santika (tolak bala), Paustika (berkah), Wasikarana (cinta kasih) dan Abhicaruka (penaklukan), bahan – bahan persembahan dibedakan berdasarkan warna.
3. Sebelum menyalakan api, kita melihat Vajra Acarya mengetuk 4 sisi tungku homa dan bagian tengah tungku menggunakan tongkat vajra, fungsinya untuk apa ?Jawab :
Fungsinya adalah untuk Sima Bandhana (pembuatan perbatasan suci) dan mengundang dewa Agni untuk membuka mulut-Nya, melambangkan bahwa batas api tersebut hanya sampai di situ dan mara tidak mengganggu, tidak lebih dari batasan yang telah dilakukan. Visualisasinya adalah sinar putih dan sambil melafalkan kata “fo” sebanyak 7 kali ketukan (7 adalah lambang dari sempurna) di masing – masing sisi (4 sisi) ditambah 1 sisi yaitu bagian tengah .
4. Apakah tungku homa bisa berbentuk lain, selain berbentuk persegi?Jawab :
Tungku homa dan altar untuk homa, disesuaikan dengan tujuan homa. Putih yaitu santika berbentuk bulat untuk tolak bala, kuning yaitu paustika berbentuk bujur sangkar untuk menambah kesejahteraan, merah yaitu wasikarana berbentuk setengah bulat untuk keharmonisan / cinta kasih, hitam untuk abhicaruka berbentuk segitiga untuk menundukkan kejahatan.
5. Apa kegunaan kayu homa, mengapa bila ingin partisipasi dalam upacara homa kita menulis kayu homa?Jawab :
Di zaman dahulu, saat ritual api homa, seseorang mempersembahkan satu kayu yang tidak ada tulisannya, sampai sekarang di Tibet juga mempersembahkan kayu homa yang tidak ada hu dan tidak menulis nama. Kayu yang digunakan adalah kayu yang berwarna putih, tidak ada serat, bersih, dan bila di bakar akan mengeluarkan getah. Maknanya yaitu kayu melambangkan karma dari seseorang sehingga putih artinya bersih dan getah artinya karma yang tidak baik. Maka bila di bakar, karma akan keluar seperti getah yang keluar dari kayu hingga menjadi abu. Di dalam Tantrayana Satya kayu homa dibuat berbentuk kepingan dan di kepingan kayu homa terdapat hu yang telah diajarkan oleh Mahaguru dan bisa kita tulis nama di tengah kayu serta permohonannya dibelakang kayu. Hal ini lebih lengkap. Asalkan kayu tersebut bersih, tidak bengkok, tidak retak, tidak cacat, tidak berlubang, ujung dan pangkal memiliki lebar yang sama.
6. Mengapa di kayu homa kita hanya boleh menuliskan satu nama saja, tidak boleh tulis nama sekeluarga dalam satu keping?Jawab :
kayu homa melambangkan tubuh kita sendiri. Setiap orang mempunyai karma yang berbeda walaupun satu keluarga. Sehingga sebaiknya satu keping kayu homa untuk satu nama.
7. Mengapa saat ritual api homa, bagian atas dan bawah kayu homa tersebut dicelupkan ke dalam madu?Jawab :
Madu itu rasanya manis sehingga tujuannya adalah untuk mengubah kepahitan menjadi manis, dicelupkan bagian atas dan bawah artinya kehidupan dari nama – nama pendaftar dari awal hingga akhir akan selalu manis. Dalam proses itu, rezeki, pahala dan prajna kita akan meningkat. Vajra Acarya saat melakukan proses tersebut menyebutkan “dari awal hingga akhir manis / Li Ku De Le” terhindar dari penderitaan dan semua bencana hilang, serta mendapatkan kebahagiaan, semua kepahitan berubah menjadi manis.
8. Selain Vajra Acarya, apakah sadhaka boleh melakukan ritual api homa?Jawab :
Boleh, tetapi terlebih dahulu harus mendapatkan abhiseka”homa” secara langsung dari Mahaguru atau diwakili oleh Vajra Acarya dan tidak bisa dilakukan secara jarak jauh (melalui surat). Apabila belum menerima abhiseka homa, maka tidak boleh melakukannya karena Tantrayana menekankan silsilah. Untuk melaksanakan suatu sadhana, kita terlebih dahulu harus menerima abhiseka.
9. Bagaimana cara visualisasi dalam mengikuti ritual api homa?Jawab :
Pada saat Vajra Acarya mempersembahkan persembahan ke dalam tungku homa, kita juga dengan konsentrasi memvisualisasikan makanan yang kita persembahkan itu menjadi banyak dan bervisualisasi kita memasukkan makanan tersebut ke dalam tungku untuk dipersembahkan kepada Yidam. Kemudian kita juga konsentrasi bervisualisasi Yidam turun ke atas api, kemudian kita menyatu dengan yidam dan masuk ke dalam tungku homa sehingga kita, yidam dan api menyatu. Karma buruk sedikit demi sedikit keluar dari tubuh kita berupa asap hitam. Selain itu juga kita dapat bervisualisasi keluarga kita yang tidak hadir atau keluarga kita yang sakit masuk ke dalam tungku homa sehingga karma mereka keluar dari tubuh berupa asap hitam. Hal yang paling penting dalam ritual homa adalah api, yidam dan kita harus menjadi satu. Pikiran harus fokus dan konsentrasi saat bervisualisasi. Selain visualisasi, dalam menjapa mantra dan membentuk mudra juga harus fokus.
10. Apakah abu homa memiliki kegunaan?Jawab :
Abu homa tentu banyak manfaatnya. Contohnya, abu homa yidam Avalokitesvara, bila yidam kita adalah Avalokitesvara, kita boleh mengambil abu tersebut kemudian disaring dan di letakkan di hiolo altar kita. Atau Abu homa bisa ditaburkan di depan toko kita, semoga dagangan bisa laris. Selain itu juga abu homa kita ambil sedikit untuk kita simpan di dompet untuk melindungi kita.
Semoga bermanfaat.Terima kasih.
Informasi lebih lanjut bisa hubungi admin VVBS di contactus@shenlun.org.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar