Pages - Menu

Pages

Senin, 13 Agustus 2012

Dharma Tantra Sejati Pangan, Sandang, Papan, dan Transportasi adalah Yoga

DHARMARAJA LIAN SHENG MENERANGKAN SUTRA ALTAR PATRIAK VI

Dharma Tantra Sejati
Pangan, Sandang, Papan, dan Transportasi adalah Yoga


Intisari Ceramah Dharma Dharmaraja Liansheng Pada Upacara Homa Bodhisattva Bhogavati Tanggal 30 Juli 2011 di Taiwan Lei Tsang Temple



本期《六祖壇經》「機緣品第七」經文:

「『跪膝浣衣石上。』」

「忽 有一僧來禮拜,云:『方辯是西蜀人,昨於南天竺國,見達摩大師,囑方辯速往唐土。吾傳大迦葉正法眼藏及僧伽梨,見傳六代,於韶州曹溪,汝去瞻禮。方辯 遠來,願見我師傳來衣缽。』師乃出示,次問:『上人攻何事業?』曰:『善塑。』師正色曰:『汝試塑看。』辯罔措。過數日,塑就真相,可高七寸,曲盡其妙。 師笑曰:『汝只解塑性,不解佛性。』師舒手摩方辯頂,曰:『永為人天福田。』」(師仍以衣酬之。辯取衣分為三,一披塑像,一自留,一用椶裹瘞地中,誓曰: 「後得此衣,乃吾出世,住持於此,重建殿宇。」)

※ ※ ※

Pertama-tama, kita sembah sujud pada guru silsilah Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada adinta homa Bodhisattva Bhogawati, sembah sujud pada Triratna Mandala, Buddha, Dharma, dan Sangha. Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, dan umat se-Dharma di internet, serta tamu agung kita hari ini, ayah Sdr. Er-shun Lu, Sheng-mei Lu, Guo-ying Lu and husband, akademisi Academy of Sinica Prof. Hsi-yi Chu dan istri Ibu Wen-wen Chen, teman kuliah saya Bpk. Lin-de Li, Ibu Ze-xia Chen, ketua Sakya Monastery Taichung - Jiang Yang Khenpo, penguasa terkemuka Hong Kong Bpk. Feng-yi Lei, perwakilan anggota parlemen Kabupaten Nantou Zhuang Xu, selamat siang semuanya, apa kabar semuanya.

Hari ini kita mengadakan homa Bodhisattva Bhogavati, yidam yang satu ini, dulu sekali pernah saya tekuni satu kurun waktu. Bodhisattva Bhogawati. Di antara banyak dewa rejeki di dalam Tantra, yidam yang satu ini adalah yidam dewa rejeki yang sangat istimewa. Dewa rejeki dalam Tantra, antara lain: jambhala kuning, jambhala merah, jambhala hitam, jambhala hijau, jambhala putih, dan vaisravana. Dewa rejeki Tantra sangat banyak. Ada kakek dewa rejeki, ayah dewa rejeki, anak dewa rejeki, dewa rejeki apapun ada, ada lagi dewa rejeki ibu, dewa rejeki wanita, yang tidak Anda ketahui. Hari ini, Bhogavati ini juga dewa rejeki, Padmakumara juga dewa rejeki, (hadirin tepuk tangan) Mahapratisara (da sui qiu pusa) juga dewa rejeki. (Hadirin tepuk tangan) Mengapa Tantra ada begitu banyak dewa rejeki? Karena Tantra ada banyak kemudahan.

Seperti Bhogavati juga memiliki satu julukan yang khusus. Dewa rejeki zaman dulu kita sebut penguasa modal, Bhogavati ini adalah penguasa rejeki. Saya tidak tahu apa perbedaan antara modal dan rejeki, sepertinya modal tergolong bekal; rejeki tergolong kekayaan, seperti uang, emas, perak, barang berharga, perhiasan, tergolong Bhogavati. Asal muasal Bodhisattva yang satu ini berasal dari mana? Di antara Vajradhatu dan Garbhadhatu, Ia merupakan salah satu yidam di istana Padma dalam Garbhadhatu. Istana Padma, sebagian besar adalah Avalokitesvara, sehingga nama lainnya adalah Bhogavati Avalokitesvara. Asal muasalnya --- wah! Yidam yang satu ini tingkatannya sangat tinggi, Ia adalah tritunggal, 3 Bodhisattva bergabung menjadi 1 Bodhisattva Bhogavati; seperti Manjushri dan Yamaraja bergabung, disebut Yamantaka. Amitabha dan Avalokitesvara bergabung, menjadi Avalokitesvara bertangan dan bermata seribu; sedangkan Bhogavati ini, merupakan gabungan dari Amitabha, Avalokitesvara, dan Mahasthamamprapta. (Hadirin tepuk tangan) Jadi, menekuni Bhogavati ini, secara tingkat pencapaian, mendapatkan kekuatan pemberkatan dari Amitabha, Avalokitesvara, dan Mahasthamamprapta. (Hadirin tepuk tangan)

Minggu lalu kita menekuni 3 yidam Sukhavati, hari ini menekuni Bodhisattva Bhogavati, sama dengan 3 yidam Sukhavati bergabung menjadi 1 yidam. (Hadirin tepuk tangan) Bodhisattva yang satu ini, walau jarang didengar orang, namun, asal muasalnya tidak sembarangan. Ia bisa memuaskan kekayaan semua Buddha, Bodhisattva, Dharmapala, semua insan, semua Dakini. (Hadirin tepuk tangan) Jadi, saya lihat jumlah orang yang hadir hari ini lebih banyak daripada upacara 3 yidam Sukhavati. (Mahaguru, hadirin tertawa dan tepuk tangan)



Hidup ini sangat aneh. Di dalam Buddhadharma mencakup kemudahan, kebijaksanaan, dan Samadhi. Bervariasi. Tantra juga sama, Tantra ada yang namanya Kriya Tantra, Carya Tantra, Yoga Tantra, dan Anuttara Tantra. Kriya Tantra agak rumit, sedangkan Cakra Tantra dikurangi sedikit, sampai Yoga Tantra, hanya tinggal satu "tindakan benar", kemudian "Anuttara Tantra", lebih sederhana lagi, hanya sebuah pikiran saja, boleh dikatakan, tinggal sebuah "kesadaran" saja. Empat tahapan Tantra itu naik setingkat demi setingkat, oleh karena itu, Abhiseka juga setahap demi setahap. Lebih dulu Abhiseka Kriya Tantra, kemudian Abhiseka Carya Tantra, kemudian Abhiseka Yoga Tantra, terakhir Abhiseka Anuttara Tantra. Inilah empat tahapan Yoga Tantra.

Kargyupa Tantra juga dibagi menjadi 4 tingkatan. Tingkat pertama adalah Yoga terfokus, kedua adalah Yoga Meninggalkan Sandiwara, ketiga adalah Yoga Satu Rasa, keempat adalah Yoga Tanpa Latihan. Hari ini kita bicara Dharma Zen, kurang lebih sudah menjelaskan Yoga Tanpa Latihan. Zen, adalah penekunan perenungan, merupakan non duniawi. Yang dimaksud "3 tahap rendah", sebagian besar adalah duniawi. Tantra ada 2 tingkatan, satu disebut Kye-rim (tahap pembangkitan) dan satu lagi disebut Dzog-rim (tahap kesempurnaan), ada beragam jenis dan beragam tingkatan penekunan. Menurut saya, Kye-rim lebih ke arah kemudahan atau duniawi; Dzog-rim, lebih ke arah kebijaksanaan atau non duniawi, ini saya bedakan sendiri. Namun, cara pandang setiap orang berbeda-beda.

Penekunan Tantra kita, tentu saja lebih dulu melatih dari kemudahan -- "Kye-rim". Oleh karena itu, lebih dulu menekuni Abhiseka Botol, kemudian menekuni Abhiseka Bunga Merah Putih, kemudian menekuni Abhiseka Anuttarayoga Tantra, Abhiseka Kebijaksanaan, terakhir menekuni Abhiseka Dzogchen, inilah setiap tingkatannya. Tantra ada beberapa tingkatan, sampai tingkatan Abhiseka Dzogchen, sama dengan mendekati Yoga Tanpa Latihan dari Zen. Bhogavati ada kye-rim maupun dzog-rim. Kye-rim memberikan kekayaan pada insan agar kaya dan puas; Dzog-rim, bise ke Sukhavatiloka Barat lewat penyerapan dari 3 yidam Sukhavati. Insan memang insan, tidak mungkin langsung mencapai kebuddhaan, tidak mungkin langsung Yoga Tanpa Latihan, langsung Dzog-rim, langsung Dzogchen. Jadi, kita semua harus setahap demi setahap.

Banyak orang mendalami filsafat hidup dan bahasa. Maksudnya? Setiap orang mengatakan bahwa uang adalah akar kejahatan, mulut memang mengatakan seperti itu, namun? Semua orang masih menginginkan uang. Jadi, Buddha mau tak mau membuat cara kemudahan, mengajari kita menekuni Bhogavati, setelah memperoleh kekayaan, selanjutnya terlahir di Buddhaloka yang suci. (Hadirin tepuk tangan) Selain itu, semua orang tahu tempat tinggi itu sangat mencekam, setiap orang ingin terpilih menjadi presiden, semua orang ingin, hanya saja tidak ada ada kesempatan saja! Jika ada kesempatan, Anda juga ingin terpilih menjadi presiden, benar tidak? Saat kecil mengarang, guru mengemukakan sebuah topik "Cita-citaku", yaitu "kelak saya ingin menjadi apa", saya melihat teman saya menulis, ada beberapa orang mengatakan mereka kelak ingin menjadi presiden, jelas-jelas tahu tempat tinggi itu sangat mencekam! Semua orang bela-belai memanjat ke atas; jelas-jelas tahu alam suci Buddhaloka sangat bagus! Semua orang tidak mau pergi. Jadi, Buddha tidak berdaya, lebih baik membuat cara kemudahan, untuk ditekuni kita semua, kemudian dari dalam penekunan, Anda dituntun ke jalur yang benar. Dengan kata lain, "Lebih dulu menarik dengan hasratnya, kemudian menuntun ke jalan Buddha", lebih dulu memuaskan kekayaan, membiarkan Anda memikirkan uang, sehingga kalian pun akan datang mendengarkan Dharma, setelah "kekayaan terpuaskan", kemudian menjelaskan Bodhisattva, supaya setiap dari kalian mencapai tingkat Bodhisattva, sehingga disebut Bodhisattva Bhogavati. (Hadirin tepuk tangan)



Tangan kiri Bhogavati pegang teratai, teratai ada yang mekar, artinya kekayaannya besarnya tidak terhingga, bisa diberikan kepada insan. (Hadirin tepuk tangan) Ada juga teratai yang kuncup, berarti di dalamnya tersimpan Buddhata, Buddhata Tathagata ada di dalamnya. Jadi, kita tahu, Bhogavati tidak hanya boleh memberikan kekayaan, Ia bahkan bisa membukakan buddhata kita. (Hadirin tepuk tangan)

Hari ini kita mengulas lagi SUTRA ZEN PATRIAK VI (disebut juga Sutra Altar Patriak VI). Dalam kutipan Sutra hari ini, yang tertulis di dalamnya, hampir semua adalah bahasa umum. Saya baca sekali. Patriak VI "跪膝浣衣石上" -- berlutut mencuci jubah silsilah di atas batu; "忽有一僧來禮拜" -- ada seorang bhiksu datang namaskara pada Patriak VI, ia berkata, "方辯,是西蜀人", orang ini bernama "Fangbian", "Fangbian" adalah nama seorang bhiksu, ia adalah orang Xishu; "昨於南天竺國" -- berlokasi di India Selatan, "見達摩大師" -- ia bertemu Guru Besar Bodhidharma; "囑方辯速往唐土" -- yaitu ke daratan tengah; "吾傳大迦葉正法眼藏" Sang Buddha mewariskan pusaka mata Dharma sejati kepada Mahakasyapa, yaitu Sekte Zen; "及僧伽梨" -- yaitu jubah sesepuh; "見傳六代" -- sekarang sudah diwariskan sampai generasi keenam, karena Patriak VI adalah generasi keenam; "於韶州曹溪" -- sekarang sedang di Shaozhou, Caoxi; "汝去瞻禮" -- Namaskaralah pada-Nya; "方辯遠來,願見我師傳來衣缽" -- bhiksu ini datang dari jauh, ia suka melihat Patriak VI dan jubah yang diwariskan dalam Sekte Zen; "師乃出示" -- Patriak VI pun memperlihatkan jubah sesepuh padanya; "次問" -- Patriak VI pun bertanya; "上人攻何事業?" -- apa pekerjaan Anda? Ia menjawab, "善塑。" -- ia sangat pintar mengukir; "師正色曰" -- Patriak VI pun dengan sangat serius berkata padanya; "汝試塑看" -- ukirlah dan perlihatkan pada saya; Fangbian "罔措" -- maksudnya, agak panik. Beberapa hari kemudian, ia pun selesai mengukir, "bentuk asli" yang diukir, "高七寸" -- tingginya 7 inci; "曲盡其妙" -- sangat hidup, sangat indah, sangat mirip. Patriak VI pun tertawa, Ia berkata, "汝只解塑性。" -- Ia berkata Anda hanya tahu bagaimana mengukir wujud orang ini; "不解佛性" -- Anda tidak mengerti Buddhata; Patriak VI pun menjulurkan tangan menjamah kepala Fangbian, berkata, "永為人天福田" -- lebih baik Anda menjadi Guru dari manusia dan dewa. "福田" -- disebut dengan "jubah ladang berkah", pakaian yang kita kenakan disebut "jubah ladang berkah", "永為人天福田" -- yakni menjadi seorang Guru dari manusia dan dewa, begini baru benar, bukan menjadi pengukir, melainkan Anda memiliki Buddhata, mengajari orang lain Buddhata, begini baru guru dari manusia dan dewa! Patriak VI berterima kasih padanya dengan menghadiahkan pakaian-Nya. "Fangbian" membagi pakaian-Nya menjadi 3 bagian, satu bagian disandangkan di atas rupang, satu lagi disimpan sendiri; "一用椶裹瘞地中" -- maksudnya satu bagian ditaruh di bawah tanah, berikrar, di kemudian hari yang mendapatkan pakaian ini, berarti saya inkarnasi lagi di dunia ini, "住持於此,重建殿宇". "重建殿宇" -- kelak ia inkarnasi lagi, akan memimpin vihara di sini, bahkan akan merekonstruksi vihara ini.

Di sini ada beberapa kalimat yang tidak kita mengerti, yaitu membagi jubah silsilah menjadi 3 bagian? Atau pakaian dalam Patriak VI, asal sepotong celana dalam, dibagi menjadi 3 bagian? Ini tidak kita mengerti. Sebenarnya, bukan jubah silsilah dibagi menjadi 3 bagian, di kemudian hari, Patriak VI tidak akan mewariskan jubah dan patra lagi, sudah tidak ada lagi. Jadi, seharusnya pakaian Patriak VI, rupang yang diukir adalah rupang Patriak VI. Tidak seharusnya rupang Bodhidharma. Jadi, di sini, yang membingungkan adalah, pakaian ini sebenarnya pakaian siapa, apakah jubah silsilah atau pakaian Patriak VI? Patriak VI menjamah kepalanya, ikrar ini, "後得此衣,乃吾出世,住持於此,重建殿宇。" Apakah Patriak VI? Atau Fangbian? Ini membingungkan.

Tulisan di sini sebenarnya sangat low class, sangat tidak berkelas, membingungkan. Selain itu, perbedaan waktu -- "昨" (kemarin) itu kapan? "昨於南天竺南印度,見到達摩大師,然後吩咐他(方辯)趕快往唐土。" (kemarin di India Selatan, bertemu Mahaguru Bodhidharma, kemudian berpesan padanya (Fangbian) untuk segera menuju Daratan Tang) "吾傳大迦葉正法眼藏" (Aku mewariskan pusaka mata Dharma sejati kepada Mahaksyapa), "吾" (aku) ini seharusnya "吾" (aku) Sang Buddha, bukan "吾" (aku) Bodhidharma. Bodhidharma mewariskan Dharma kepada Mahaksyapa, apa tidak salah? Sang Buddha yang mewariskan Dharma kepada Mahaksyapa dan menyerahkannya jubah silsilah, jadi "吾" ini juga salah, seharusnya kata "佛" (Buddha), tidak seharusnya dikatakan "吾". Jika "吾", berarti mengacu pada Bodhidharma.

Ada lagi satu pertanyaan mengenai waktu, Bodhidharma ini memangnya monster tua berusia seribu tahun? Ia mewariskan Dharma kepada Patriak II Shenguang, Patriak III Sengcan, Patriak IV Daoxin, Patriak V Hongren, kemudian mewariskan kepada Patriak VI Huineng, mereka semua sudah mangkat, lima orang pertama telah mangkat, alhasil Bodhidharma masih di India Selatan, mengatakan "Saya telah mewariskan Dharma sampai generasi keenam", bukankah itu monster berusia seribu tahun? Waktu ini seharusnya tidak masuk akal, jika Bodhidharma telah mencapai kebuddhaan, menjelmakan tubuh Bodhidharma-Nya untuk diperlihatkan pada Bhiksu Fangbian, ini masih masuk akal, masih bisa dijelaskan. Namun, di dalam Buddhadharma banyak yang tidak bisa dijelaskan, seperti dalam aspek waktu, Ia sepertinya hidup abadi, selamanya ada! Bodhidharma adalah patriak ke-28 di Surga Barat, terus diwariskan, hingga Mahakasyapa, Ananda, terus diwariskan hingga Bodhidharma, generasi ke-28. Diwariskan sampai ke daratan timur, Bodhidharma berubah menjadi patriak pertama daratan timur, kemudian diwariskan lagi, diwariskan sampai Patriak VI. Saat itu, malah ada orang melihat Bodhidharma di India Selatan. Anda hitung sendiri, pertanyaan, "Sebenarnya Bodhidharma hidup sampai umur berapa?" Tidak ada orang tahu. Sesungguhnya, ketahuilah, ini bisa dijelaskan di dalam Buddhadharma, namun, tidak masuk akal jika dipandang dari segi Dharma duniawi.



Dari segi Buddhadharma, seluruh penjelmaan-Nya sangat istimewa. Saya sendiri saat mengulas Lamrim Chenmo, yang pertama kali disampaikan adalah melihat dengan mata kepala sendiri, Mahaguru Tsongkhapa menjelma menjadi cahaya kemudian memancar ke arah saya, dengan cahaya memberkati saya mengulas Lamrim Chenmo. Ini adalah kata-kata jujur saya. Pada zaman sekarang, yang dapat melihat Mahaguru Tsongkhapa, seharusnya tidak ada beberapa, saya adalah salah satunya. (Hadirin tepuk tangan) Mahaguru Tsongkhapa itu kejadian berapa tahun yang lalu? Seharusnya juga ada 500 tahun! Lima ratus tahun muncul seorang Mahaguru!

Dulu pernah dikatakan, zaman Sang Buddha muncul seorang Padmasambhava, pada zaman Ananda sudah ada Padmasamhava. Lima ratus tahun setelah Padmasambhava, muncul lagi seorang Nagarjuna; 500 tahun setelah Nagarjuna, muncul lagi seorang Piwapa, kemudian Naropa. Kemudian seorang Tsongkhapa, kemudian seorang Sheng-yen Lu. (Hadirin tepuk tangan) Pokoknya, semua adalah 500 tahun, diperkirakan secara garis besar adalah 500 tahun. Jadi, saya mampu melihat Tsongkhapa 500 tahun kemudian, Fangbian bisa melihat Bodhidharma di India Selatan, dari segi Buddhadharma, ini bisa dijelaskan, bukan asal diucapkan.

Dulu, saya pernah bercerita lucu, ada seorang penumpang duduk di atas pesawat, ia membuka jendela pesawat dan melihat, kebetulan melihat sebuah danau yang sangat indah. Seorang pramugari lewat, ia bertanya padanya, "Danau apakah ini?" Pramugari sedang menuang kopi, ia berkata, "Yang saya pegang adalah teko kopi." (Hadirin tertawa) Ini tidak benar. Ini adalah jawaban yang salah. Fanbian dapat melihat Bodhidharma di India Selatan, Mahaguru Lu pada zaman sekarang melihat Mahaguru Tsongkhapa. (Hadirin tepuk tangan) Ini bukan asal bicara, tidak seperti pramugari yang asal bicara, melainkan melihat secara nyata, kesannya sangat mendalam, saya justru benar-benar melihat, bukan melihat dalam mimpi.

Seseorang berkata, "Saya melihat dalam mimpi." Bukankah pernah cerita sebuah cerita lucu? "Berapa gaji Anda setiap bulan?" Ia berkata, "Delapan juta dolar Amerika." "Wah! Anda presiden direktur di mana?" Ia berkata, "Bukan." "Kalau begitu, apa kerja Anda?" Ia berkata, "Saya bermimpi." Tentu saja, bermimpi itu tidak terhitung. Akan tetapi, saya beritahu Anda, di dalam Tantra, asalkan kita berhasil dalam Tantra, maka akan ada mimpi benar. Apa itu mimpi benar? Yang terlihat dalam mimpi Anda akan terjadi, akan ada, yang terlihat dalam mimpi adalah nyata. Asalkan kita menekuni Tantra hingga satu tingkat tertentu, tingkat yang sangat tinggi, yang Anda mimpikan adalah mimpi benar, yaitu "yoga mimpi". Kita mengerti "yoga mimpi", mimpi yang dilihat juga nyata. Jadi, penglihatan Mahaguru, penglihatan Fangbian, semua boleh dijelaskan menurut Buddhadharma.

Patriak VI tentu saja juga percaya ia bertemu Bodhidharma, oleh karena itu, Ia baru mengeluarkan jubah silsilah untuk diperlihatkan padanya. Di sini ada sebagian yang sungguh sulit dijelaskan di mana? Ambil satu contoh. Saat kita duduk di atas pesawat, pilot akan berkata, "Ibu-ibu, bapak-bapak, ladies and gentleman, selamat datang di pesawat dengan nomor penerbangan sekian." Kemudian, pilot pun melaporkan "pesawat sedang berada pada ketinggian sekian, sekarang sedang terbang dengan stabil, semoga perjalanan Anda menyenangkan." Ketika pilot mengatakan, "Sekarang sedang terbang dengan stabil", tiba-tiba, pilot berteriak, "Aduh! Oh, Tuhan! Gawat! Kenapa bisa jadi begini!" Kemudian, tidak ada suara lagi. Penumpang di kabin mendengarnya, "Gawat! Entah peristiwa apa yang telah terjadi?" Semua orang mendengar, panik di sana. Kemudian, pilot melanjutkan, "Maaf! Tadi ada seorang pramugari menuangkan saya segelas kopi, kopi tumpah di atas kemeja saya, pesawat berguncang sebentar, kopi tumpah di atas kemeja." "Aduh! Ya ampun! Gawat! Bagaimana dengan saya!" Penumpang ketakutan setengah mati, ternyata tumpah segelas kopi. "Kemeja saya basah. Benar-benar basah." Salah seorang penumpang berdiri, sangat marah, "Masih mending kemeja Anda basah! Celana dalam saya pun sudah basah!" Maksud saya adalah, di sini tidak jelas, penyampaian pilot tidak jelas, ia ingin mengatakan, "Aduh! Kemeja saya basah, kopi yang membuat basah." Namun, penyampaiannya seperti mesin rusak, engine rusak, pesawat kebakaran, ini tidak boleh manipulasi, membuat penumpang sangat panik, alhasil, celana penumpang pun basah.

Oleh karena itu, bicara harus jelas. Dalam sebuah artikel ini, ada beberapa tempat yang tidak jelas, "Aku mewariskan pusaka mata Dharma sejati kepada Mahakasyapa." Ini tidak seharusnya dikatakan "aku", seharusnya disebut "Sang Buddha" mewariskan pusaka mata Dharma sejati kepada Mahakasyapa, bukan "aku". "Aku" mengacu pada Bodhidharma? Bodhidharma mewariskan pusaka mata Dharma sejati kepada Mahakasyapa, lantas Bodhidharma bukan Sang Buddha? Jadi, di sini, kata "aku" ini bermasalah. Semua orang baca sampai di sini harus perhatikan sebentar, sangat membingungkan, sama dengan penyampaian dari pilot itu, pilot bicara tidak jelas. Di dalam SUTRA ZEN PATRIAK VI juga ada letak penyampaian yang tidak jelas, kata "aku" ini salah.



Di dalamnya dikatakan lagi, Patriak VI bersabda, "Coba Anda ukir." -- Anda ukir dengan baik rupang ini dan perlihatkan pada saya. Mau ukir siapa? Ukir Buddha Sakyamuni? Ukir Patriak VI? Atau ukir Bodhidharma? Di sini penyampaiannya tidak jelas. "Tinggi 7 inci" ini, Changzhi! Ukir Patriak VI? Changzhi mengatakan, 6 inci adalah inci kuno, beda dengan inci sekarang. Inci zaman kuno beda dengan inci zaman sekarang? Yang satu ini saya tidak selidiki, namun, ia mengatakan 7 inci, bukan 6 inci! Tujuh inci, "tinggi 7 inci", setinggi apa 7 inci? Wah! Saya tahu, paku 3 inci! Dulu mengatakan paku 3 inci, sama dengan sebuah paku, di sini tidak jelas. "Coba Anda ukir", yang diukir adalah Buddha Sakyamuni? Bukan. Apakah yang diukir adalah Bodhidharma? Bukan. Yang diukir adalah Patriak VI? Kita harus baca yang jelas, "Coba Anda ukir "saya"", berarti Patriak VI, kurang kata "saya". "Coba Anda ukir", ukir apa? Penyampaian sangat membingungkan, sungguh sangat parah. Saya melihat di sini banyak bagian yang kontradiksi, misalnya "tinggi 7 inci", "7 inci" jika kita mengatakan paku 3 inci, paku 3 inci sudah sangat kecil, 7 inci itu lebih tinggi sedikit daripada paku 3 inci.

"pakaian dibagi menjadi 3 bagian", ini sangat membingungkan. Ada sebuah cerita lucu, ada seekor ular kecil bertanya pada seekor ular besar, "Apakah kita beracun?" Ular besar berkata pada ular kecil, "Buat apa Anda bertanya seperti ini?" Ular kecil berkata "Tadi saat saya makan, saya tidak sengaja menggigit lidah sendiri." Ini justru kontradiksi, karena sebanyak apapun zat racun dalam tubuhnya, juga tidak mungkin meracuni diri sendiri. Jadi, sangat kontrakdisi, seharusnya diubah menjadi "coba Anda ukir saya." -- ukirlah sebuah rupang sesuai figur saya. Baiklah, ukirannya sangat nyata. Namun, di sini sempat dikatakan, "Anda hanya mengerti mengukir, tidak mengerti Buddhadharma." Yakni, jika ular ini, ular hanya mengerti sifat racun, tidak mengerti Buddhata; dengan kata lain, pengukir ini hanya mengerti sifat ukiran, tidak mengerti Buddhata.

Patriak VI pun menjulurkan tangan menjamah kepala Fangbian, "Kelak Anda selamanya menjadi ladang berkah manusia dan dewa." Yakni guru manusia dan dewa. Patriak VI tentu saja sangat memuji rupang ukirannya, jadi, Ia berharap kelak ia senantiasa menjadi guru manusia dan dewa. Patriak VI pun menghadiahkan pakaian kepadanya, di sini sangat membingungkan lagi, bermasalah lagi, Patriak VI memberikan pakaian kepadanya, itu jubah di tubuh Patriak VI diberikan kepadanya, atau jubah silsilah diberikan kepadanya? Jubah silsilah dari Sang Buddha diberikan padanya? Patriak VI "tetap menghadiahkan pakaian", karena Patriak VI tengah mencuci jubah silsilah,memangnya langsung memberikan jubah silsilah padanya? Atau memberikan pakaian sendiri kepadanya? Di sini tidak jelas. Changzhi, menurut Anda? Memberikan pakaian Anda kepadanya? Atau memberikan pakaian Sang Buddha? Saya juga sependapat! Karena jubah silsilah terlalu mahal, mana ada sembarangan melihat seseorang, "Kelak Anda menjadi guru manusia dan dewa, saya pun memberikan pakaian Buddha Sakyamuni kepada Anda! Belakangan ada orang menjelaskan, memberian pakaian Patriak VI, saya juga sependapat memberikan pakaian Patriak VI kepadanya. Penyampaian di sini kurang jelas, justru Patriak VI memberikan pakaian sendiri kepadanya.

Sekarang Mahaguru enggan memberikan pakaian dan rompi naga Mahaguru kepada orang lain, namun, terhadap yang membutuhkan, saya akan memberikan rompi naga saya kepadanya, atau memberikan pakaian dalam saya kepadanya, tentu saja, celana dalam tidak diberikan! Saya sangat menghargai pakaian sendiri. Anda benar-benar membantu dalam Buddhadharma, Mahaguru akan memberikan rompi naga sendiri, pakaian sendiri, jubah kepada murid, kemudian murid gunakan, harus membantu Buddhadharma. Jadi, tidak sembarangan memberikan. Seperti bertemu seorang murid datang memohon, saya pun berikan padanya, jika ia tidak membantu Buddhadharma, itu tidak boleh. Jadi, semua tergantung, apakah membantu Buddhadharma, baru boleh diberikan padanya.

Ia (Fangbian) karena telah mengukir rupang Patriak VI, sangat indah, Patriak VI pun memberikan pakaian sendiri kepadanya, Fangbian pun "mengambil pakaian dan membaginya menjadi 3", ia membagi pakaian menjadi 3 bagian, satu bagian disandangkan di atas rupang, yakni di atas rupang Patriak VI disandangkan pakaian Patriak VI, satu bagian disimpan sendiri, satu bagian ditanam di tanah, juga berikrar, "後得此衣,乃吾出世,住持於此,重建殿宇。" Di sini, juga agak membingungkan, ada orang mengira pakaian ini ditanam di sini, kelak mendapatkan pakaian ini adalah "saya terlahir kembali", terlahir kembali ini siapa yang terlahir kembali? Apakah Patriak VI terlahir kembali? Atau Fangbian terlahir kembali? Agak membingungkan. Sebenarnya, Fangbian yang terlahir kembali, Fangbian datang lagi. Maksudnya, bukan Patriak VI terlahir kembali, kita jangan salah kaprah. Di sini sudah salah bicara.

Saya merasa kalimat ini seperti terkena wabah sapi gila. Ada 2 ekor sapi, seekor sapi berkata pada seekor sapi lainnnya, yaitu sapi A berkada pada sapi B, "Akhir-akhir ini musim wabah sapi gila, kita sebaiknya jangan sampai tertular." Sapi B pun berkata, "Tenang saja! Kita tidak tertular, karena kita adalah kuda." Maksudnya, sapi B sudah terkena wabah sapi gila.



Oleh karena itu, di dalam satu paragraf kecil ini, sangat membingungkan dan tidak jelas, siapa yang terlahir? Kelak siapa yang mau terlahir untuk rekonstruksi vihara? Yaitu Fangbian. Ada sebuah cerita lucu tentang "Fangbian" (buang air besar), mari kita dengarkan, ada seseorang sedang berjalan di jalan raya, tiba-tiba, perutnya mulas, ingin buang air besar. Gawat! Di jalan mana ada tempat yang bisa buang air besar? Ia melihat sebuah toko, Anda tahu "Shabu-shabu 199 Makan Sepuasnya", "Wah! Bagus sekali." Ia pun masuk. Ia berjalan sebentar, mencari dan mencari, sangat gugup, ia tidak temukan di lantai satu, ia cepat naik lantai dua. Lantai dua tengah renovasi, wah! Kebetulan ia melihat ada sebuah toilet, di atas toilet tertulis beberapa kata, "Sedang renovasi. Mohon jangan digunakan." Saat itu, ia sungguh sangat kebelet, kebelet sekali, tidak peduli lagi, ia langsung jongkok, mengeluarkan suara erangan! Akhirnya, sehabis buang air besar, ia pun menjadi sangat santai. Ia perlahan-lahan turun dari lantai 2, begitu lihat, hah! Tadi "199 Makan Sepuasnya" penuh dengan orang! Sekarang mengapa tidak ada satu orang pun? Ia pun turun, berjalan dan berjalan! Berjalan ke counter dan berkata, "Ada orang?" Ada satu orang, manajer itu pun mengangkat kepalanya. Ia berkata, "Untung Anda sekarang baru datang, tadi ada kotoran jatuh dari lantai 2, kemudian melewati kipas angin, wah, kotoran berterbangan di udara! Semua orang pun kabur, untung Anda sekarang baru datang." Saat kita mau buang air besar juga harus perhatikan! Tertulis "sedang renovasi. Mohon jangan digunakan." Di bawahnya adalah kosong, di bawahnya adalah kipas angin yang sedang berputar!

Oleh karena itu, saya mengatakan bhiksu ini! Diberi nama "Fangbian", kurang bagus. Pantas saja artikel ini kacau balau. Siapa yang tulis? Apakah murid-Nya yang tulis? Tidak jelas! Kelak! Jika saya bertemu dengannya pasti akan saya pukul. Oh! Tidak boleh...tidak boleh...tidak boleh pukul orang. Mahaguru tidak pernah pukul orang, Mahaguru seumur hidup hanya dipukul orang, tidak pernah pukul orang, saya dipukul oleh ayah saya. Ayah saya sedang tidak di tempat, sejak kecil dipukul ayah saya, dipukul sampai takut, setelah takut tidak berani pukul orang lagi. Mahaguru jika bertemu dengan murid-Nya (Maksudnya Patriak VI), akan bertanya, "Lain kali Anda menulis SUTRA ZEN PATRIAK VI! Jangan tulis seperti ini! Tulis yang jelas!" Benar tidak? "Anda tahu saya buta huruf! Mengapa Anda yang bisa baca tulis pun menulis seperti ini?" Changzhi! Lain kali Anda katakan padanya, suruh dia tulis yang jelas. Saya ada sebuah rupang Patriak VI, mirip sekali denganmu! Ditaruh di dalam office Rainbow Temple. Setiap kali orang mengunjungi office saya, saya akan turunkan, "Ini adalah Patriak VI Huineng, mirip sekali dengan Acarya Changzhi kita! Persis sekali!" Sangat kebetulan.

Kita jangan belajar dari gajah. Ada sebuah cerita lucu tentang gajah, gajah berjalan sebentar, tiba-tiba digigit ular, gajah mengejar ular, kejar, kejar, kejar, kejar, kejar, ular pun masuk ke dalam lubang, ia menginjaknya, menginjak lubang tersebut, tidak berhasil menginjak ular. Gajah pun sangat marah, menunggu terus di sana, menunggu ular itu keluar, menunggu sampai malam, akhirnya seekor cacing merayap keluar, gajah pun injak sekali, "Hei! Di mana ayah kamu bersembunyi?" Kita tidak boleh seperti ini, harus mengenali orang yang tepat baru boleh dikatakan.

Hal apapun harus mengenal dengan jelas orientasi baru boleh melatih diri, mengenal dengan jelas apakah itu Buddhata atau bukan, mengenal dengan jelas apakah itu Dharma yang benar atau bukan, mengenal dengan jelas apakah Dharma Tantra atau bukan. Dharma Tantra ada faktornya, ada visualisasi, ada japa mantra, ada memasuki samadhi. Kemarin, bukankah telah saya katakan di Huangdi Leizangsi? Saya mengatakan kita tidak semata-mata hanya boleh melakukan "homa luar", juga boleh melakukan "homa dalam", juga boleh melakukan "homa rahasia", juga boelh melakukan "homa paling rahasia". Sebenarnya, persembahan, offering, persembahan adalah offering, terbagi menjadi bermacam-macam. Di dalam Tantra, kehidupan adalah yoga. Saya pernah mengatakan, yoga pangan, eat yoga, yakni kita visualisasikan yidam prajna di angkasa, kemudian visualisasikan Guru, Yidam, dan Dharmapala, di tengah angkasa, kemudian mendekati Anda, berubah menjadi titik cahaya, dari nadi tengah masuk ke dalam hati Anda, teratai berkelopak delapan di dalam hati Anda mekar, duduklah Guru, Yidam, dan Dharmapala Anda, kemudian visualisasi lidah Anda menjadi "OM", tenggorokan menjadi "A", ulu hati menjadi "HUM", kemudian tangan Anda menjadi sebuah pencedok yang digunakan untuk memasukkan minyak ke dalam tungku homa, baik homa Tantra Tibet maupun homa kecil, yang bisa mengisi minyak, dibuka, minyak pun mengalir keluar, kedua tangan divisualisasikan menjadi peralatan homa, kemudian "OM. A. HUM." lidah "OM", tenggorokan "A", ulu hati "HUM", ketika memasukkan makanan ke dalam mulut, sama dengan mempersembahkan kepada Guru, Yidam, dan Dharmapala Anda, inilah "Yoga Pangan". (Hadirin tepuk tangan)

Jadi, kita harus lihat, apa itu Dharma Tantra yang sejati, yaitu pangan, sandang, papan, transportasi, semua adalah yoga, bahkan hal apapun adalah yoga; bahkan menggunakan setiap jam, setiap menit, setiap detik, semua sedang melatih diri, waktu tidak terbuang sia-sia. (Hal apapun sedang menghimpun bekal, diri sendiri adalah penguasa bekal, mengapa? Karena Anda melatih diri setiap menit, setiap detik, waktu tidak terbuang sia-sia, semua sedang memberikan kebaikan kepada para insan, semua sedang memberikan persembahan kepada Buddha, Dharma, Sangha, memberikan persembahan kepada Guru, Yidam, dan Dharmapala, ini adalah yoga sejati; bahkan Anda memiliki suasana hati yang sangat bahagia, Anda persembahkan juga suasana hat yang sangat bahagia kepada Guru, Yidam, dan Dharmapala. (Hadirin tepuk tangan) Tidak hanya makan saja. Ketika Anda melihat pakaian yang indah, Anda pun boleh persembahkan kepada Guru, Yidam, dan Dharmapala; Anda melihat makanan yang lezat, perhiasan berharga, Anda pun boleh persembahkan kepada Guru, Yidam, Dharmapala. Yang terlihat oleh mata, musik merdu yang terdengar oleh telinga, semua boleh dipersembahkan, bahkan Anda menggenggam sebongkah tanah, visualisasi menjadi "torma", apa itu "torma"? "Torma" adalah Bahasa Tibet, benda apapun, Anda ambil dan visualisasikan menjadi "torma", ia pun menjadi "torma", Anda persembahkan kepada Guru, Yidam, Dharmapa, kapan pun dan di mana pun sedang menghimpun berkah dan bekal surgawi Anda. Dengan demikian, Anda sendiri adalah penguasa bekal! Diri sendiri adalah Bodhisattva Bhogavati. (Hadirin tepuk tangan)

Penekunan dalam Tantra tidak ada satu pun yang bukan melatih diri; tidak ada satu hal pun yang bukan melatih diri; segala sesuatu adalah positif, ubah ia menjadi positif, kemudian semua dipersembahkan kepada Guru, Yidam, dan Dharmapala, penekunan demikian barulah yogi sejati.

Om Mani Padme Hum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar