Pages - Menu

Pages

Minggu, 05 Agustus 2012

Tiga Tubuh Buddha &Panca Dhyani Buddha

Datang dan Bersujudlah di hadapan Panca Dhyani Buddha
Bila anda berkesempatan datang berkunjung ke Bakti Sala Pusdiklat Buddhis Bodhidharma Jakarta, maka anda dapat mengikuti puja bakti di hadapan Rupang Panca Dhyani Buddha sebagai rupang-rupang utama.

Mengapa Panca Dhyani Buddha? Di dalam Mahayana selain terdapat penghormatan terhadap Sakyamuni Buddha, sebagai Manussi Buddha, juga dikenal dan terdapat penghormatan dan pemujaan terhadap Dhyani Buddha. Bahkan umat Buddha di Indonesia sejak dulu telah melakukan pemujaan terhadap Dhyani Buddha ini, sebagaimana tercermin dengan rupang-rupang yang terdapat di Candi Borobudur.
Tiga Tubuh Buddha
Umumnya pemujaan terhadap Manussi Buddha dan Dhyani Buddha ini menjadi lengkap ditambah dengan pemujaan terhadap Dhyani Bodhisattva, karena sesungguhnya di dalam Buddha Mahayana ketiganya merupakan suatu kesatuan Trikaya, seperti yang tercermin pada rupang yang terdapat di Candi Mendut, yaitu Amitabha Buddha (Dhyani Buddha), Sakyamuni (Manussi Buddha), dan Avalokitesvara (Dhyani Bodhisattva).
Pemujaan terhadap Dhyani Buddha, Manussi Buddha, dan Dhyani Bodhisattva, yang masing-masing berjumlah lima, merupakan realisasi dalam bentuk pemujaan dari konsep ajaran Mahayana tentang tiga aspek tubuh Buddha atau Trikaya, yang terdiri dari: Dharmakaya, Sambhogakaya, dan Nirmanakaya.
Dhyani Buddha merupakan perwujudan dari Dharmakaya, Manussi Buddha perwujudan dari Nirmanakaya, dan Dhyani Bodhisattva perwujudan Sambhogakaya. Masing-masing bertugas berpasangan untuk suatu kurun waktu yang bersamaan, seperti masa kini Dhyani Buddha Amitabha (Dharmakaya) dengan Manussi Buddha Sakyamuni (Nirmanakaya), dan Dhyani Bodhisattva Avalokitesvara (Sambhogakaya).
Sedangkan pasangan masa lalu adalah: Vairocana, Aksobhya, Ratnasambhava (Dhyani Buddha), Kakusanda, Kanogama, Kassapa (Manussi Buddha), Samantabhadra, Vajrapani, Ratnapani (Dhyani Bodhisattva). Dan pasangan yang akan datang adalah: Amoghasidhi (Dhyani Buddha), Maitreya (Manussi Buddha), dan Visvapani (Dhyani Bodhisattva).
Trikaya

Dharmakaya merupakan intisari dari alam semesta yang mencakup samsara dan nirvana, dan yang selalu berada dalam dua kutub kesadaran dan pengetahuan murni. Dharmakaya dimengerti juga sebagai hakekat wujud duniawi dari Buddha dan sebagai tubuh hakiki dari kesadaran dasar yang merupakan inti kenyataan.
Dharmakaya juga disebut-sebut sebagai suatu asas rohani yang meliputi segala sesuatu, asal dan sumber dari semua Buddha, dan sebagai tempat larutnya segala sesuatu. Dharmakaya juga merupakan esensi dari semua Buddha, atau sumber Dharma, sumber kesunyataan. Dharmakaya yang berada dimana-mana dan dapat menciptakan dirinya sendiri dalam segala bentuk, dipandang juga sebagai Yang Mutlak.
Sambhogakaya merupakan tubuh rahmat, tubuh sinar, cahaya dan kekuatan keBuddhaan. Sambhogakaya dianggap juga sebagai manifestasi dari Yang Mutlak, atau kenyataan yang lebih tinggi dari sesuatu yang bersifat fisik. Sambhogakaya berwujud sebagai kekuatan atau cahaya yang hanya dapat dirasakan secara rohani. Dan hal ini diusahakan dan diupayakan oleh para calon Buddha seperti tercermin dalam perwujudan Prajna dan Karuna oleh para Bodhisattva.
Sambhogakaya termanifestasi dalam Nirmanakaya. Bila mana batin pencerahan telah terbuka untuk sinar yang kekal dari Buddha, cahaya Buddha, kebenaran yang abadi, maka tak diperlukan ekspresi-ekspresi ketubuhannya yang bersifat fisik.
Nirmanakaya merupakan tubuh perwujudan yang lebih nyata dan konkrit dari Sambhogakaya sebagaimana tercermin dalam tubuh Sakyamuni Buddha. Yang absolut termanifestasi melalui tubuh Sakyamuni Buddha dan menyatakan diri di dunia dalam wujud tubuh manusia untuk mengajar manusia.
Sebagaimana halnya dengan manusia. Nirmanakaya juga mengalami perubahan, tetapi memiliki karakter dan kemampuan supranatural. Dengan tubuh fisiknya Sakyamuni Buddha membabarkan Dharmanya  sebagai penunjuk jalan kebebasan tanpa kekuasaan untuk mempersingkat jalan yang ditempuh seseorang.
Panca Dhyani Buddha
Panca Dhyani Buddha terdiri dari: Vairocana, Aksobhya, Ratnasambhava (masa lalu), Amitabha (masa kini), dan Amoghasidhi (masa yang akan datang). Dhyani Buddha biasanya juga disebut Buddha Kosmik atau Buddha Alam Semesta.
Kelima Dhyani Buddha (Panca Dhyani Buddha) memiliki mudranya masing-masing. Mudra yang menjadi ciri dari sikap tubuh masing-masing Dhyani Buddha itu adalah suatu gerakan tangan yang mempunyai arti dan lambang. Masing-masing kelima Dhyani Buddha itu juga menempati posisi tertentu di alam semesta sesuai mudranya, yang memiliki arti penting dalam kaitannya dengan mandala, yaitu suatu lingkungan magis yang mencerminkan alam semesta.
Vairocana Dhyani Buddha kedudukannya berada di tengah atau di pusat. Dengan sikap Witarka-Mudra, yaitu telapak tangan kiri terbuka di atas pangkuan, telapak tangan kanan di atas lutut kanan, tiga jari: tengah, manis, dan kelingking ke atas, ibu jari dan telunjuk membentuk lingkaran, artinya telah menguasai tiga loka (Triloka). Vairocana berarti sumber cahaya. Memiliki warna putih, dengan unsur panca bhuttha tanah, unsur panca skandha rupa, dan unsur panca indera penciuman.
Aksobhya Dhyani Buddha berkedudukan di sebelah timur. Dengan sikap Bhumisparsa-Mudra, yaitu telapak tangan kiri ke atas dan di atas pangkuan, telapak tangan kanan menelungkup di atas lutut kanan, menunjukkan bumi sebagai saksi. Aksobhya berarti sumber ketenangan. Memiliki warna biru, dengan
unsur panca bhuttha hawa atau udara, unsur panca skandha vinnana atau kesadaran, dan unsur panca indera suara.
Ratnasambhava Dhyani Buddha kedudukannya di selatan. Dengan sikap Wara-Mudra, yaitu telapak tangan kiri terbuka ke atas pangkuan, telapak tangan kanan terbuka di atas lutut kanan, memberikan anugerah dan berkah. Ratnasambhava berarti permata alam semesta. Memiliki warna kuning emas, dengan unsur panca bhuttha air, unsur panca skandha vedana atau perasaan, dan unsur panca indera pengecapan.
Amitabha Dhyani Buddha berkedudukan di barat. Dengan Dhyana-Mudra, yaitu telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri di pangkuan, sedang bermeditasi. Amitabha berarti cahaya tanpa batas. Memiliki warna merah, dengan unsur panca bhuttha api, unsur panca skandha sanna atau pencerapan, dan unsur panca indera bentuk.
Amoghasidhi Dhyani Buddha berkedudukan di utara. Dengan sikap Abhya-Mudra, yaitu telapak tangan kiri terbuka di atas pangkuan telapak tangan kanan di atas lutut kanan dengan jari-jari terbuka ke atas, ibu jari ke dalam, artinya jangan takut. Amoghasidhi berarti Mahajadi yang tiada mengenal kegelapan. Memiliki warna hijau, dengan unsur panca bhuttha angin, unsur panca skandha sankhara, dan unsur panca indera peraba.
Sujud di hadapan Buddha Kosmik

Bila anda berkesempatan untuk memuja atau bersujud pada lima Dhyani Buddha tersebut, maka dengan begitu anda telah melakukan penghormatan terhadap Buddha Kosmik yang merupakan perwujudan Tubuh Dharma atau Dharmakaya di alam semesta ini. Yakni melakukan pemujaan terhadap Buddha asli atau sumber keBuddhaan itu sendiri.
Sesuai dengan esensi, tugas, dan fungsinya sebagai Dharmakaya, Dhyani Buddha tersebut selalu berada dalam kontemplasi atau meditasi (Dhyana) terus menerus. Walaupun demikian, melalui kegiatan berkontemplasi tersebut, para Buddha itupun dapat memancarkan energinya membentuk tubuh yang bersifat lebih aktif sebagai Sambhogakaya tercermin dalam Panca Dhyani Bodhisattva.
Selanjutnya sebagai perwujudan yang lebih aktif, Sammbhogakaya atau Dhyani-Bodhisattva ini berperan dalam mengatur dan mengendalikan dunia. Dalam masa yang dianggap kritis, dimana dunia memerlukanNya, maka Dhyani Bodhisattva bisa mengambil wujud manusia (Nirmanakaya) untuk menyebarkan Dharma, seperti Sakyamuni Buddha yang dikenal dalam sejarah.
Sesuai esensi, tugas dan fungsi dari Dharmakaya, maka puja bakti terhadap Panca Dhyani Buddha ini pun yang mengandung makna kontemplasi, keheningan yang dalam sekaligus akan membangkitkan energi aktif dalam mewujudkan Prajna dan Karuna.
Karena itu pemujaan terhadap Panca Dhyani Buddha, yang mengandung sifat kontemplatif dan aktif ini, telah termasuk juga melakukan pemujaan terhadap Manussi Buddha (seperti Sakyamuni Buddha) dan Dhyani Buddha (seperti Bodhisattva Avalokitesvara), mengingat ketiganya merupakan satu kesatuan dari Trikaya.
Jadi, dengan menyebut Namo Amitabha, Namo Sakyamuni Buddha, Namo Avalokitesvara Bodhisattva, kita sesungguhnya tengah membangkitkan Bodhicitta di dalam diri kita dan mewujudkan Prajna dan Karuna dalam tindakan nyata. Untuk itu, datang dan bersujudlah di hadapan Panca Dhyani Buddha, lima Buddha Kosmik, Buddha Alam Semesta! (Jo Priastana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar