Pages - Menu

Pages

Kamis, 09 Agustus 2012

TILAKHANA, PATTICA SAMMUPADA, TUMIMBAL LAHIR, DAN NIBBANA

TILAKHANA, PATTICA SAMMUPADA, TUMIMBAL LAHIR, DAN NIBBANA

A.    Tilakhana
Tilakhana artinya tiga corak yang universal dan ini termasuk hukum kesunyataan; berarti bahwa hukum ini berlaku dimana-mana dan pada setiap waktu. Jadi hukum ini tidak terikat oleh waktu dan tempat.
a.       Sabbe Sankhara Anicca
Segala sesuatau dalam alam semesta ini, yang terdiri dari paduan unsure-unsur adalah tidak kekal dan sebagai umat Buddha melihat segala sesuatu dalam alam semesta ini tidak lain sebagai suatu proses yang selalu dalam keadaan bergerak, yaitu :
Uppada                       thiti                                          bhanga
(timbul)                       (berlangsung)                          (berakhir/lenyap)        
b.      Sabbe Sankhara Dukkha
Apa yang tidak kekal itu adalah tidak memuaskan dan oleh karenanya timbul penderitaan.
c.       Sabbe Sankhara Anatta
Segala sesuatu yang bersyarat maupun yang tidak bersyarat adalah tanpa inti yang kekal. Karena tanpa pemilik dan juga tidak dapat dikuasai.
Penjelasan tiga corak umum tersebut, yaitu:
1.      Anicca
Kata Anicca berarti tidak kekal, yaitu segala sesuatu yang ada di alam semesta ini terus-menerus mengalami perubahan, misalnya kembang, buah-buahan, dan pohon-pohon dalam perkebunan. Terdapat dua factor, yaitu pembentukan (uppada) dan penghancuran (nirodha) yang berlangsung terus-menerus, yang tidak pernah berhenti walau sekejappun. Contoh: sebuah gelombang terbentuk naik, kemudian turun dan tenggelam, menimbulkan gelombang lain yang menyusul timbul, kemudian tenggelam pula; demikianlah seterusnya tiada hentinya. Timbulnya sebuah gelombang tergantung kepada tenggelamnya gelombang yang mendahuluinya, dan tenggelamnya sebuah gelombang menimbulkan gelombang lainnya menyusul. Demikianlah arus ini mengalir terus-menerus tidak ada putusnya.
2.      Dukkha
Dukkha adalah suatu perasaan atau pikiran yang tidak puas, yang timbul karena tidak tercapainya suatu keinginan atau yang timbul karena perubahan-perubahan yang senantiasa terjadi di dalam diri maupun di luar diri kita.
Yang menimbulkan Dukkha menurut hukum Pattica-Sammupada yaitu :
Tanha diikuti oleh Upadana
Ø  Tanha adalah keinginan atau kerinduan, dan Upadana yaitu kemelekatan atau ikatan, untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya. Misalnya, kita melihat suatu benda yang mengagumkan; maka timbullah keinginan untuk memilikinya dan berambisi untuk memilikinya. Keinginan ini yang membuat kita berjuang untuk mencapainya.
Ø  Upadana diikuti oleh Bhava
Bhava adalah terbentuknya proses kehidupan kita. Bhava tergantung kepada Upadana terbentuknya proses kehidupan kita (proses kamma).
Ø  Bhava diikuti oleh Jati, Jaramarana dan Sebagainya
Jika Bhava ini terbentuk, maka timbullah kelahiran, usia tua, kematian, mengalami sukses dan kegagalan, harapan dan kekecewaan, dengan demikian timbullah segala macam penderitaan.
Jika kita berhasil menaklukkan Tanha, maka tidak akan timbul Upadana, karena mana mungkin timbulnya keterikatan jika tidak adanya keinginan.
3.      Anatta
Anatta adalah Tanpa-Aku atau Tidak ada suatu substansi (zat). Penafsiran para sarjana yang ahli di kalangan penganut Agama Buddha pun menganggap pengertian Anatta ini adalah yang tersukar. Umumnya kesukaran yang dihadapi oleh para penafsir adalah tidak adanya penjelasan yang jelas terhadap istilah “atta”.
Untuk lebih jelasnya, marilah kita hubungkan beberapa masalah dengan Anatta :
→ Substansi (Zat)
Jika perubahan merupakan kesunyataan, maka haruslah terdapat sesuatu yang menjadi landasan dari perubahan itu sendiri yang merupakan suatu inti atau zat. Contoh: sebuah cincin, sebuah piala atau sebuah mata uang, kesemuanya adalah perwujudan dari logam emas yang sama. Logamnya tetap emas, tetapi hanya perwujudannya yang berbeda.
→ Aku-Diri-Ego
Contoh: Kita yang sekarang ini adalah bukan kita yang sama seperti saat yang lampau; baik fisik maupun mental, karena mengalami perubahan-perubahan. Di dalam berbagai masa sepanjang kehidupan kita mengalami perubahan-perubahan yang besar, baik jasmani maupun rohani. Akan tetapi, walaupun ada perubahan-perubahan yang besar, adanya “diri” kita merupakan suatu pribadi yang sama.
→ Yang Sama atau Berbeda
Contoh: semua pelita berasal dari api yang sama, tetapi yang berbeda hanya pelitanya. Bila pelita yang menyala pada malam hari pertama, tidaklah sama dengan pelita yang menyala pada malam hari kedua, dan begitu pula pada malam hari ketiga.
→ Apakah manusia itu
Contoh: Bila kita memberi nama “kereta”, di dalam kereta terdapat bagian-bagiannya misalnya, jari-jari, sumbu, mesin, dan lainnya. Bila terpisah dari bagian-bagian itu, tidak dapat dinamakan “kereta”. Karena yang dinamakan “kereta” adalah mencakup bagian-bagian yang membentuknya.
→ Pancakhandha
1.      Rupakkhandha
2.      Vedanakkhandha
3.      Sannakkhandha
4.      Sankharakkhandha
5.      Vinnanakkhandah
→ Tumimbal Lahir
Tidak ada sesuatu yang keluar dari tubuh seseorang yang meninggal dan memasuki seorang bayi; akan tetapi kedua kehidupan itu haruslah dipandang sebagai satu rangkaian “tanha” dan “upadana”. Dimana yang satu menimbulkan yang lain.
→ Prinsip yang Menggerakkan Hidup
Tanha yang menggerakkan hidup kita.
→ Keadaan bathin atau jiwa
Contoh: Cepat melupakan sesuatu yang tidak memiliki ciri khas yang melekat pada diri sesuatu yang kita temui.
→ Apa yang dilupakan tidak lenyap sama sekali
Cepat atau lambat, kita akan melupakan segala sesuatu yang kita sadari, tetapi pengalaman-pengalaman itu tetap tinggal dalam batin kita.
→ Bawah sadar kita sangat giat bekerjanya
Watak kita ditentukan oleh bawah-sadar kita sendiri. Seseorang yang berwatak baik, jika bawah-sadarnya penuh dengan kesan-kesan dan pikiran-pikirannya yang baik; dan seseorang yang berwatak jahat, jika bawah-sadarnya penuh dengan keburukan-keburukan dan kejahatan-kejahatan.
B.     Pattica Sammuppada
Prinsip dari ajaran hukum Pattica Sammuppada diberikan dalam empat rumus pendek yang berbunyi berikut:
                               I.            Imasming Sati Idang Hoti
“Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.”
                            II.            Imassuppada Idang Uppajjati
“Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.”
                         III.            Imasming Asati Idang Na Hoti
“Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu.”
                         IV.            Imassa Nirodha Idang Nirujjati
“Dengan terhentinya ini, maka terhentilah juga itu.”
Berdasarkan prinsip yang saling menjadikan, relativitas dan saling bergantungan, maka seluruh kelangsungan dan kelanjutan hidup, dan juga berhentinya hidup telah diterangkan dalam satu rumus dari dua belas pokok yang dikenal dengan Pattica Sammuppada.
Kedua belas pokok itu berbunyi sebagai berikut :
1)      Avijja Paccaya Sankhara
Dengan adanya ketidaktahuan, maka terjadilah bentuk-bentuk kamma.
2)      Sankhara Paccaya Vinnanang
Dengan adanya bentuk-bentuk kamma, maka terjadilah kesadaran.
3)      Vinnana Paccaya Namarupang
Dengan adanya kesadaran, maka terjadilah jasmani-rohani.
4)      Namarupa Paccaya Salayatanang
Dengan adanya jasmani-rohani, maka terjadilah enam landasan indriya.
5)      Salayatana Paccaya Phasso
Dengan adanya enam landasan indriya, maka terjadilah kontak/kesan.
6)      Phassa Paccaya Vedana
Dengan adanya kontak/kesan, maka terjadilah perasaan.
7)      Vedana Paccaya Tanha
Dengan adanya perasaan, maka terjadilah keinginan.
8)      Tanha Paccaya Upadanang
Dengan adanya keinginan, maka terjadilah kemelekatan.
9)      Upadana Paccaya Bhavo
Dengan adanya kemelekatan, maka terjadilah proses penjelmaan.
10)  Bhava Paccaya Jati
Dengan adanya proses penjelmaan, maka terjadilah kelahiran.
11)  Jati Paccaya Jaramanang
Dengan adanya tumimbal-lahir, maka terjadilah kelapukan, keluh-kesah, kematian, dll.
12)  Jara-Marana
Kematian, kelapukan, keluh kesah, sakit, dll. Sebagai akibat dari Tumimbal-Lahir.
C.    Tumimbal Lahir
Tumimbal lahir adalah hukum kelahiran kembali. Semua makhluk akan terus dilahirkan kembali di berbagai alam kehidupan selama masih di cengkeram oleh tanha dan avidya.
Tumimbal lahir makhluk hidup ada empat cara, yaitu:
♠ Jalabuja Yoni           : Makhluk yang lahir dalam kandungan
♠ Andaja Yoni                        : Makhluk yang lahir dari telur
♠ Sansedaja Yoni        : Makhluk yang lahir dari kelembaban
♠ Opapatika Yoni       : Makhluk yang lahir dari cara spontan
D.    Nibbana
Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi, suatu keadaan kebahagiaan abadi yang luar biasa. Kebahagiaan Nibbana tidak dapat dialami dengan memanjakan indera, tetapi dengan menenangkannya. Nibbana adalah tujuan akhir ajaran Buddha. Nibbana dapat dicapai dalam hidup sekarang atau dapat pula dicapai setelah mati. Nibbana yang dicapai semasa hidup di dalam dunia ini, masih mengandung sisa-sisa kelompok kehidupan yang masih ada.
Jadi Nibbana atau Nirvana itu dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
-          Nibbana yang masih mengandung sisa-sisa kelima kelompok kehidupan yang masih ada dan ini dicapai dalam kehidupan di dunia ini atau dalam bahasa Pali disebut dengan “SA UPADISESA NIBBANA”.
-          Nibbana yang tidak mengandung sisa-sisa kelima kelompok kehidupan yang dicapai setelah meninggal dunia atau dalam bahasa Pali disebut dengan “AN UPADISESA NIBBANA”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar