Pages - Menu

Pages

Minggu, 09 September 2012

Dewi Bunda Ma Si


PROLOG

Kebajikan adalah aura putih yang senantiasa membawa kabar pengharapan bagi kehidupan insan. Dalam kebajikan pula, banyak runut kisah yang dapat menggugah hati dan moralitas untuk dijadikan teladan dalam bertindak. Ada tokoh-tokoh heroik yang muncul, memang tidak sertamerta. Tidak tiba-tiba. Namun mereka semua telah mencurahkan dan mendedikasikan hidupnya sepanjang waktu, sepanjang masa, untuk kepentingan rakyat ketimbang kepentingan pribadi. Dan tidak sedikit di antara tokoh-tokoh bijak tersebut bahkan rela menyabung nyawa mereka sendiri demi kebahagiaan manusia.
Bukan demi popularitas. Bukan demi segebung kemilau harta-benda duniawi. Namun semua berangkat dari ketulusan, kemurnian, dan pengabdian tanpa pamrih.
***

Di kota Yong Chun, pada desa Hung Hu Cheng, China, terdapat sebuah obyek wisata yang telah ditetapkan oleh pemerintah China sebagai salah satu tempat wisata terbaik di Negeri asal Panda beranak-pinak itu. Obyek wisata itu bernama Bai Zhang Yan, sebuah gunung yang menjulang tinggi berkilo-kilometer. Bai Zhang Yan yang bagai mencakar langit diapit oleh gunung dan bukit-bukit landai, tersilangi oleh dua aliran sungai yang senantiasa membawa berkah bagi masyarakat sekitar.

Serupa Gunung Tai, sebuah gunung yang populer di provinsi Shandong, demikian halnya Bai Zhang Yan, terdapat satu vihara masyhur bernama Ma (Ma Si), yang dalam dialektikanya senada dengan penyebutan Ma Shi (marga Ma) dalam masyarakat Tionghoa. Ma Si adalah dewi yang dikenal galib sebagai Bunda Ma Si. Di sinilah rupa Bunda Ma Si melegenda. Masyarakat Tionghoa penganut Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sangat meyakini wewangsit dan kemanjuran serta kesaktian Bunda Ma Si. Dalam beberapa literatur kuno, diuraikan banyak histori mengenai legenda Dewi Bunda Ma Si serta beberapa pembentukan karakter Vihara Ma yang masyhur.

***

Aplikasi kebajikan dan kebatilan merupakan hal yang seiring dan sejalan, bagai fenomena alam siang dan malam. Dalam ranah yang tercabik-cabik, timbullah manifesto yang merupakan perwujudan kebaikan, dan merupakan kontrakejahatan.

Alkisah, Vihara Ma dibangun kali pertama pada Dinasti Song (Nan Song, 960 - 1279 Masehi). Setelah diadakan beberapa kali renovasi dan pengembangan area bangunan, maka terbentuklah daerah wisata bernuansa rituil ini, Vihara Ma, yang di antaranya terletak di daerah pegunungan Bai Zhang Ti Tian berlanskap tanah persawahan maha luas, Qian Nian Gu Bo yang merupakan daerah hutan pinus yang telah berusia ribuan tahun, Ci Feng Su Xiu yang merupakan pegunungan nan eksotis, Xiang Tian Zhu yang juga merupakan daerah pegunungan dengan nuansa khas bak lilin raksasa sehingga dijuluki nama 'Gunung Tunggal Bagaikan Lilin Menjulang ke Langit', dan masih banyak area lainnya yang dibanguni Vihara Ma. Vihara Ma sendiri memiliki lanskap unik dengan Aula Depan yang memajang berbagai rupa dan diorama puja-bakti, Aula Tengah yang juga bernuansa serupa, Istana Putri sebagai bersemayamnya Dewi Bunda Ma Si, Paviliun Lan Sheng (Pemandangan Permai) yang merupakan tempat bermeditasi yang relaksis, dan masih banyak ruang yang terbilang representatif.

Dewi Bunda Ma Si merupakan inkarnasi manusia jelata yang berbudi luhur menjadi bentara totem di Nirwana. Ia lahir di kota Yong Chun, desa Shi Gu dusun Tao Xing. Ayahnya bernama Ma Wen Zhong, seorang pejabat pemerintahan yang jujur dan bersih, dan merupakan sosok yang sosial serta dermawan. 

Pada suatu hari, tepat pada tanggal tujuh belas Maret, istri Ma Wen Zhong, Nyonya Bai, melahirkan seorang bayi perempuan. Pada saat melahirkan bayi perempuannya, maka terdengarlah musik dan gamelan bernada indah dari Surga, yang merupakan kegaiban alam menyambut 'kelahiran suci' tersebut. Seluruh ruangan dalam rumah Keluarga Ma disinari benderang dan gemerlap keemasan. Fenomena bahagia tersebut diimbuhi dengan mekar dan harumnya serempak bunga-bunga di kebun keluarga mereka.

Melihat keajaiban alam yang tiba-tiba meliputi proses kelahiran anaknya, maka Ma Wen Zhong memberikan nama untuk putri mereka dengan Jin Ying – Buah Hati Emas Nan Kemilau. Ia juga diberi nama panggilan Yu Ie berharfiah Permata Giok Nan Lembut. Waktu berlalu seiring bertumbuhnya Jin Ying menjadi kanak-kanak yang cerdas. Ia telah menampakkan bakatnya yang terampil dengan menguasai alat musik, melukis, menulis, dan permainan rumit catur. Bahkan ia sangat memahami ilmu astronomi dan geografi. Tetapi dari semua kelihaiannya itu, ia paling menguasai ilmu pengobatan di usianya yang terbilang sangat muda.

Pada usia tiga belas tahun, ia sudah bisa mendampingi kakak iparnya, Nyonya Du, mencari tumbuhan obat dan jamu-jamuan untuk dibuat ramuan obat bagi orang sakit. Dalam usia yang beranjak remaja, Jin Ying sangat menyenangi petualangan kecilnya menjelajahi alam pegunungan dan hutan kala mencari tumbuhan obat. Ia merupakan gadis dinamis, yang berbeda dengan kebanyakan perempuan lainnya, yang lebih senang berdiam di rumah. Dalam petualangannya menjelajahi alam, saat ia berada di atas pegunungan, kerap ia bersemedi dan bertapa mencari ning dan ketenangan batin. Ketelatenan dan niatnya yang sungguh-sungguh untuk hidup suci dan tulus tak berpamrih, kian hari memberinya pencerahan totemis dan memiliki kemampuan mukjizat dedewa.

Pada usia lima belas tahun, terjadi wabah penyakit yang banyak memakan korban di dusunnya. Atas persetujuan dari kedua orangtuanya, Putri Ma bersama dengan kakak iparnya, Nyonya Du, pergi ke daerah selatan kaki pegunungan Huang Hu dan Bai He di kaki Gunung Ma Deh, bertapa dan mengolah obat untuk menolong rakyat di sekitarnya. Dengan welas asih, tulus, dan tanpa pamrih mereka mendedikasikan seluruh tenaga serta kemampuan mereka untuk menolong rakyat jelata yang menderita akibat wabah penyakit. Keajaiban seperti diturunkan dari Langit. Obat dan cara pengobatan kedua sanak-keluarga itu sangatlah manjur. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, setelah meminum obat dari Putri Ma dan kakak iparnya, Nyonya Du, maka sontak penduduk yang sakit tersebut sembuh. Wabah penyakit pun berlalu. Sejak saat itu, keampuhan pengobatan yang berangkat dari acuan moral serta sumbangsih dan sukarela dari Putri Ma dan Nyonya Du melegenda. Rakyat percaya bahwa Putri Ma itu adalah jelmaan dedewi yang turun ke dunia untuk menolong umat manusia.

***

Ihwal mukjizat dan kegaiban yang dimiliki Jin Ying alias Putri Ma, alkisah, tidak terlepas dari benang merah karma lampau. Sesungguhnya, sebelum menitis secara inkarnasi ke dalam janin Jin Ying di rahim istri Ma Weng Zhong, pada saat 'Bulan Purnama', para dewa dan dewi berkumpul di istana Raja Yi Huang untuk merayakan terangnya bulan pada saat purnama. Pada saat perayaan itu, hanya Putri Ketiga dari Raja Yi Huang yang tidak hadir. Hal itu membuat Raja Yi Huang dan Permaisuri Wang Mu heran dan bertanya-tanya, gerangan apa yang menyebabkan Putri Ketiga mereka tidak hadir di saat istimewa seperti ini. Pada saat itu juga, mereka mendapat laporan dari Pengawal Pintu Selatan Istana Surga bahwa Putri Ketiga telah keluar dari pintu Istana Surga. Dan itu berarti ia hendak turun ke bumi. 

Perbuatan yang dilakukan Putri Ketiga tersebut merupakan tabu dan tidak dapat dimaafkan. Masalah ini sangat menggemparkan suasana di Istana Surga. Para dewa dan dewi sangat cemas memikirka hukuman berat apa yang hendak dijatuhkan oleh Sang Raja kepada putri ketiganya. Meskipun Putri Ketiga merupakan anaknya sendiri, dan merupakan putri kesayangan, namun siapa pun yang melanggar aturan keluar dari pintu Surga, tetap akan dikenakan hukuman.

Untuk meredam amarah Raja Yi Huang, dewa madya bernama Tai Bai Jing Xing mengajukan permohonan maaf kepada Sang Raja.

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Mungkin Ananda Putri Ketiga tidak sengaja melanggar hukum Surga, dengan keluar dari Pintu Selatan Istana Surga. Ananda Putri Ketiga mungkin hanya silap karena tertarik oleh pemandangan yang indah dan permai di bumi. Maklum, Ananda masih kanak-kanak," mohon Tai Bai Jing Xing dengan santun.

Namun Raja Yi Huang tak bergeming dengan keputusannya. Ia tetap akan menghukum putri ketiganya. Dan sebagai konsekuensi dari perbuatan 'terlarang' tersebut, maka dunia akan dilanda suatu wabah penyakit yang akan memakan banyak korban. Ia menarik napas resah. Hal ini sudah merupakan suratan takdir! Putrinya akan menjadi manusia biasa yang lahir dari keluarga jelata, dan menderita sebagai gadis biasa. Namun kasih sayangnya yang besar sebagai ayah tidak lamur seketika meski putri ketiganya itu telah melanggar aturan Langit. Ia mencemaskan putri ketiganya jika kelak menitis dalam raga manusia biasa. Tentulah ia rentan terhadap penyakit. Tetapi Tai Bai Jing Xing menyikapi dengan tenang menenteramkan gundah Sang Raja.

"Yang Mulia tidak usah khawatir. Ananda Putri Ketiga akan berinkarnasi ke dalam kehidupan Keluarga Ma yang berada di dusun Tao Xing. Mereka semua adalah orang yang saleh dan baik. Secara turun temurun, keluarga mereka telah banyak berbuat kebajikan pada rakyat. Maka dengan kelahiran Ananda Putri Ketiga dalam keluarga bijaksana tersebut, pastilah akan menghapus karma-karma buruk dan kesalahan yang telah Ananda Putri Ketiga lakukan pada saat ini. Perbuatan baik Ananda Putri Ketiga kelak sebagai putri Keluarga Ma tentu merupakan satu-satunya jalan penebusan atas kesalahan yang pernah dilakukannya."

Raja Yi Huang mengangguk-angguk mafhum. Ia setuju kalau putri ketiganya dilahirkan di dalam Keluarga Ma yang bijak. Maka ia pun mengusulkan agar beberapa bentara Langit yang saat ini menjadi pembantu Putri Ketiga dititiskan sebagai manusia juga untuk mendampingi putri ketiganya yang akan menjelma manusia. Salah satu di antara mereka akan dilahirkan di dalam Keluarga Du, yang nantinya akan menikah dengan salah satu Keluarga Ma dan berstatus sebagai kakak iparnya.

Alkisah, ihwal itulah, ketika Putri Ketiga dilahirkan di dalam Keluarga Ma, terdengar musik indah dan gamelan dari Surga diimbuhi cahaya keemasan dan wewangian yang harum semerbak dari kebun bunga.

***

Kisah berlanjut mengihwal Putri Ma ketika berusia tujuhbelas tahun. Nasib malang menimpa Ayahanda Ma Wen Zhong, yang dikhianati oleh seorang menteri jahat, sehingga dijatuhi hukuman bui oleh Kerajaan. Alkisah, Ma Wen Zhong yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan, memiliki seekor kuda sembrani. Pada malam hari selesai bertugas di ibukota, dengan menunggang kuda sembrani tersebut, yang memiliki kapabilitas melebihi kuda-kuda biasa—yang dapat melesat dan terbang bak kelelawar, ia dapat kembali rehat ke rumah, dan keesokan hari, pagi-pagi sekali, ia sudah dapat kembali bertugas di ibukota Kerajaan. Pada suatu saat kuda sakti itu sakit, meskipun Putri Ma telah berusaha mengobatinya. Ma Wen Zhong kelimpungan. Ia terpaksa menggunakan kuda putih biasa, memecut lari kudanya secepat mungkin siang dan malam untuk kembali ke ibukota Kerajaan. Ketika pagi hari, lonceng yang menghadap kaisar mendentang lima kali, kaisar duduk di kursi kebesaran di dalam istana yang megah. Posisi bentara atau pengawal di barisan sisi kiri tampak kosong, tak terlihat Menteri Ma Wen Zhong yang seharusnya mengisi posisi pada barisan tersebut. Sementara di sebelah kanan, posisi Menteri Administrasi sudah berdiri sigap seperti biasa. Dalam laporan apel, seorang menteri berhati culas melapor tentang kealpaan Menteri Ma Wen Zhong. Dihasutinya Sang Kaisar dengan mengatakan bahwa tindakan indisipliner Menteri Ma Wen Zhong pantas dijatuhi hukuman mati karena telah melecehkan pertemuan sakral dengan Sang Kaisar.

Namun Sang Kaisar tidak sertamerta termakan hasutan. Karena mengetahui loyalitas Menteri Ma Wen Zhong, maka diperintahkannya seorang tabib istana untuk segera ke kediaman Menteri Ma Wen Zhong yang terletak sangat jauh dari istana, juga dengan mengendarai kuda sembrani layaknya pejabat dan menteri-menteri Kerajaan. Mungkin saja ia mendadak sakit sehingga lalai ke apel Kerajaan. Namun apes bagi Ma Wen Zhong. Sebab ketika sang Tabib sampai ke rumah Wa Men Zhong, pembantu Ma Wen Zhong juga tidak mengetahui kemana gerangan tuannya pergi. Maka pulanglah sang Tabib dengan tangan hampa berita. Melaporkan kejadian miris kepada Sang Kaisar.

Sang Kaisar murka luar biasa. Ia memerintahkan menangkap Menteri Ma Wen Zhong, yang menurut rumor telah melarikan diri dari tugas negara dan kemungkinan merencanakan pembelotan, setelah mendengar hasutan si Menteri Jahat tersebut. Selepas beberapa hari, muncullah Ma Wen Zhong dengan napas tersengal-sengal dan wajah pucat pasi. Ia menghadap Sang Kaisar dan menyampaikan permohonan maafnya. Ia menceritakan perkara keterlambatan dan kelalaiannya menghadiri apel Kerajaan beberapa hari lalu. Mulanya, Sang Kaisar mempercayai semua alasan Menteri Ma Wen Zhong, dan berniat mengabulkan permohonan maaf bawahannya tersebut. Namun pengaruh kekuasaan si Menteri Jahat telah membuat Sang Kaisar yang berkarakter lembek itu mengendur, dan tetap menjatuhkan amar penjara bagi Menteri Ma Wen Zhong. Sementara beberapa menteri lain yang bersimpati kepada Menteri Ma Wen Zhong pun tak ada yang berani menyanggah karena pasti akan mendapat diskredit dan antipati dari si Menteri Jahat yang memiliki pengaruh kuat dalam kemiliteran.

Dalih kuda sembrani yang sakit dan kondisi buruk perjalanan dengan kuda putih biasa lantak oleh gebahan tangan Sang Kaisar. Menteri Ma Wen Zhong dipecat sebagai pejabat Kerajaan dan ia mesti dijatuhi hukuman penjara.

Sementara di kediamannya, Putri Ma sangat bersedih mendengar kawat buruk tentang nasib naas ayahnya. Ia sangat mengkhawatirkan kondisi kesehatan ayahnya yang rapuh karena uzur. Bagaimanapun, meski telah lalai terhadap aturan Kerajaan, namun ia masih mengharap pejabat istana dapat mempertimbangkan jasa-jasa baik ayahnya yang telah mengabdikan nyaris seluruh hidupnya bagi negara.

Waktu berlau dengan cepat, dan mantan Menteri Pertahanan Ma Wen Zhong sudah pula sakit-sakitan. Sang Kaisar yang merasa iba terhadap kesehatan Ma Wen Zhong mengambil inisiatif untuk mengurangi beban hukuman mantan pejabat negaranya itu. Ia juga berinisiatif mengobati penyakit Ma Wen Zhong dengan memerintahkan tabib istana menangani pasien tua itu. Namun niat baik Sang Kaisar kembali dicacah oleh si Menteri Jahat, dengan dalih bahwa dengan 'kesaktian'-nya maka ia dapat menyembuhkan penyakit Ma Wen Zhong. Ia mengurai cara dengan mengatakan bahwa, Ma Wen Zhong akan dapat sembuh jika Keluarga Ma dapat menyediakan delapan belas galon susu sapi jantan dalam tempo lima belas hari. Sang Kaisar yang selama ini hanya dapat mengkomsumsi daging sapi dan minum susu sapi, tidak mengetahui perbedaan sapi betina dan sapi jantan, dengan mudah mengabulkan permintaan si Menteri Jahat itu.

Lalu maklumat Sang Kaisar dari ibukota Kerajaan turun di kota Yong Chun. Seluruh anggota Keluarga Ma menjadi bingung, dari mana mereka dapat memperoleh susu sapi jantan. Namun Putri Ma tenang dan tidak panik. Ia yang setiap hari naik gunung mencari tumbuhan obat dan jamu-jamuan untuk ramuan obat mengetahui bahwa, di sebelah timur Gunung Bai Zhang Yan, terdapat sebuah gua bernama 'Gua Pengambil Madu'. Maka, beserta beberapa orang, ia masuk ke dalam gua tersebut dan mengambil delapan belas 'Kerucut Batu' (stalaktit), lalu dikemas dalam peti, dan segera dikirimkan ke ibukota Kerajaan. Tepat pada batas waktu limabelas hari, ia memperlihatkan 'Kerucut Batu' yang bagaikan payudara perempuan yang dapat meneteskan cairan air berwarna putih seperti susu dari langit-langit gua. Ia menjelaskan bahwa benda-benda tersebut juga disebut sebagai 'Payudara Batu', merupakan proses pembentukan alam ratusan bahkan ribuan tahun. Dari staklaktit itu akan mengeluarkan air mineral murni yang mengandung zat-zat mikro kimia yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Dipersilakannya Sang Kaisar meminumnya. Namun si Menteri jahat itu segera melarang Sang Kaisar agar tidak meminum air mineral itu. Melihat gelagat culas si Menteri Jahat, Putri Ma meyakinkan Sang Kaisar dengan meminum air mineral itu. Selang beberapa waktu, Putri Ma tidak mengalami kejadian apa-apa, seperti keracunan yang selama ini ditakutkan oleh Sang Kaisar. Maka Sang Kaisar pun tanpa takut juga meminum air tersebut. Setelah meminum air mineral itu, Sang Kaisar tampak segar dan puas. Dahaganya hilang seketika. Lalu ia mengungkapkan kegembiraannya terhadap usaha Putri Ma.

Si Menteri Jahat berusaha mengintimidasi. Ia menyanggah dan membentak Putri Ma dengan mengatakan bahwa apa yang ia suguhkan kepada Sang Kaisar bukanlah 'Air Susu Sapi Jantan'. Dengan tenang Putri Ma menampik dusta si Menteri jahat dengan mengatakan:

"Apa yang hamba suguhkan kepada Yang Mulia memang bukan 'Air Susu Sapi Jantan!" urainya dengan wajah seri. "Namun, apa yang saya persembahkan kepada Yang Mulia ini adalah 'Air Susu Batu'."

Si Menteri Jahat murka, berteriak lantang. "Berani-beraninya kau membohongi Yang Mulia! Kau harus dihukum mati! Bukankah Yang Mulia meminta 'Air Susu Sapi Jantan', dan bukannya susu-susu yang lainnya?!"

Wajah Sang Kaisar mulai mengkerut. Namun ia masih berdiam diri, dan mendengarkan penjelasan Putri Ma yang bijak. 

"Maafkan saya, Yang Mulia," ujar Putri Ma, masih setenang tadi. "Memang yang saya suguhkan bukan 'Air Susu Sapi Jantan'. Sebab sapi jantan memang tidak akan pernah dapat menghasilkan susu. Susu hanya dapat dihasilkan oleh sapi betina. Bukan jantan!"

Mendengar penjelasan Putri Ma, terkesiaplah Sang Kaisar. Wajahnya memerah padam. Si Menteri Jahat malu luar biasa. Dusta besarnya terbongkar. Namun ia masih dapat berkelit dengan mengemukakan alasan dan beberapa pujian penjilatan kepada Putri Ma.

"Maafkan saya, Yang Mulia. Saya memang bodoh, tidak mengetahui kalau ternyata sapi jantan tidak dapat menghasilkan susu," urainya berdalih. "Putri Ma ini memang cerdas. Hm, agaknya saya memang harus banyak belajar kepada gadis ini!"

Akhirnya kebenaran terungkap. Sang Kaisar memerintahkan pengawal untuk membebaskan Ma Wen Zhong dari hukumannya, dan ia diangkat kembali sebagai pejabat Kerajaan. Dan untuk menghargai kecerdikan dan kecekatan Putri Ma, maka ia mengangkat gadis bijak itu sebagai anak. Dianugerahinya Putri Ma sebagai Putri He Fung yang berharfiah Putri Harmonis dan Makmur. Diumumkannya seremoni dan pengangkatan Jin Ying sebagai putri kaisar, serta penganugerahan gelar tersebut ke seluruh negeri Tionggoan atas loyalitasnya terhadap negara dan baktinya terhadap orangtua. 

Bersama Putri Ma, Menteri Ma Wen Zhong mohon diri untuk pulang sebentar ke desa mereka.

***

Kebatilan memang senantiasa meracau. Si Menteri Jahat masih berusaha menjegal Wa Men Zhong dan keluarganya ke dalam nestapa. Pejabat Kerajaan yang loyal itu dianggapnya pesaing, dan suatu waktu dapat menghalangi langkahnya untuk dapat duduk di kursi Kerajaan. Apalagi kini ia dibantu oleh putrinya yang cerdas, Jin Ying. Ia lantas mengusulkan kepada Sang Kaisar agar Putri Ma dijodohkan dengan salah seorang putra pejabat tinggi—yang senang berfoya-foya dan pandir. Tentu saja tujuan si Menteri Jahat adalah agar Putri Ma dapat terpisah dari ayahnya, dan Putri Ma sendiri terikat benang merah perkawinan dengan pemuda tak becus sehingga ia tidak dapat berbuat apa-apa. Permohonannya dikabulkan oleh Sang Kaisar. Esoknya, dikeluarkanlah maklumat untuk memanggil Putri Ma kembali ke ibukota Kerajaan, melalui bentara Kerajaan yang langsung bergerak menjemput putri Menteri Ma Wen Zhong itu.

Mendengar kabar buruk itu, dengan tenang Putri Ma menasehati ayahnya yang gundah dengan keputusan sepihak tersebut—apalagi ia tidak rela melihat putrinya menikah dengan pemuda anak pejabat Kerajaan yang tidak memiliki masa depan.

"Ayah tenang saja. Saya pasti dapat mengatasi masalah ini," ungkap Putri Ma yakin.

Dan diambillah keputusan yang kontradiktif, yang mau tidak mau harus dilakukan agar dapat terhindar dari marabahaya amarah Sang Kaisar jika menolak titah pernikahan yang diajukan: Membakar rumah mereka, dan menghilang seolah-olah dilalap api!

Tibalah bentara Sang Kaisar di dusun Tao Xing dengan membawa maklumat. Namun setibanya di tempat tujuan, alangkah terkejutnya para bentara Kerajaan tersebut. Ternyata rumah Menteri Ma Wen Zhong sudah dilalap api. Bangunan rumah runtuh dan menyisakan puing-puing yang mengabu. Mereka akhirnya pulang kembali dengan membawa kabar miris dari kisah yang diutarakan oleh penduduk setempat.

"Kami sudah tidak tahu di mana keberadaan Keluarga Ma. Sejak kebakaran itu, ada sebagian orang yang melihat mereka mengungsi ke pegunungan Bai Zhang Yan." Demikian ungkap salah satu penduduk yang ditanyai oleh bentara Kerajaan itu. "Namun, ada juga penduduk yang melihat, bahwa Putri Ma seketika bencana kebakaran itu, mencapai 'pencerahan sempurna'. Dan dia diangkat ke Langit menjadi dewi!" 

Lalu para bentara Kerajaan itu mengejar dan menyusul Keluarga Ma ke pegunungan Bai Zhang Yan. Namun lagi-lagi mereka pulang dengan hasil nihil. Sepulangnya ke istana, mereka menceritakan musibah miris yang menimpa Keluarga Ma tersebut pada Sang Kaisar.

Sang Kaisar diajuk haru seketika. Kenangan akan patriotisme Menteri Ma Wen Zhong dan kecerdikan Putri Ma sangat membekas di hati dan benaknya. Maka untuk mengenang jasa-jasa Keluarga Ma, terutama keluhuran budi Putri Ma, maka ia membangun monumen dalam bentuk vihara yang ia namai 'Istana Putri'. Ia juga memerintahkan pejabat tinggi Kerajaannya untuk membuat rupam 'Putri Dewi' yang merupakan personifikasi Jin Ying alias Putri Ma. Seiring dengan bergulirnya sang waktu, legenda tentang keluhuran budi dan kebajikan Putri Ma berkembang pesat di Tiongkok. Vihara-vihara untuk mengenang keluhuran Putri Ma tersebut terus dilakukan oleh masyarakat Tionghoa yang tersentuh akan moralitas itu. Dan pada perkembangannya, vihara-vihara itu pun lebih dikenal sebagai Vihara Ma Si, atau Vihara Dewi Bunda.

***

Setelah peristiwa berlalu, banyak kegaiban yang diyakini masyarakat Tiongkok sebagai anugerah 'Dewi Bunda'. Dikisahkan, pada suatu zaman tidak lama setelah 'pencerahan sempurna' yang dialami oleh Jin Ying alias Putri Ma, seorang permaisuri pada sebuah kerajaan mengalami masa kritis saat hendak melahirkan. Sang Kaisar sangat cemas dan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar ibu dan sang bayi dapat selamat. Ia pun berdoa dengan khusyuk. Tidak lama berselang, bayinya pun lahir dengan selamat. Dan menurut pengakuan Sang Permaisuri, bahwa sesaat sebelum melahirkan, ia didatangi seorang dewi berpakaian putih dengan membawa semangkok 'Air Susu Batu' atau air mineral, sehingga begitu menenggaknya, ia langsung dapat melahirkan. Sang Permaisuri menjelaskan ciri khas dan wajah berseri dewi itu. Sang Kaisar pun tidak meragukan kalau dewi itu adalah jelma Putri He Fung yang lebih lazim disebut Putri Ma semasa meraga di dunia sebagai manusia.

Pun ketika terjadi sebuah kebakaran besar di sebuah istana. Api yang berkobar ganas tak mampu dipadamkan oleh pengawal-pengawal istana. Tiba-tiba muncullah sesosok dewi berpakaian putih dari balik awan. Ia terbang mengitari kobaran api, dan mengipaskan kipas yang berada digenggamannya sebanyak tiga kali. Tak lama berselang setelah mengipas, maka turunlah hujan deras secara tiba-tiba. Api pun padam seketika. Ketika membersihkan puing-puing hasil kebakaran, seorang pengawal istana menemukan sebuah kipas, dan menyerahkan kepada Sang Kaisar. Dengan sangat terkejut, Sang Kaisar membaca syair yang tertulis di permukaan 'Kipas Sakti' itu.
"Budi Ayahanda Kaisar yang telah menobatkan AKU sebagai anak angkat dan putri, tidak akan luntur sepanjang masa. Vihara Bai Zhang Yan yang Megah dan Indah, persembahan Anda, tak akan terlupakan sepanjang Masa. Kipas Tiga Kali-KU, untuk membalas budi Anda."
Sang Kaisar hanyut oleh haru. Ia yakin putri angkatnya, Putri He Fung masih memberkatinya. Untuk mengenang peristiwa yang berkesan barusan, maka diperintahkannya kembali para pengawalnya untuk membuat piagam bertulis 'Dewi Tiga Sakti' untuk disematkan dan dipajang di dalam Vihara Bai Zhang Yan.

Sejak saat itu, Vihara Bai Zhang Yan melegenda bersama sosok mulia Dewi Bunda Ma Si

Tidak ada komentar:

Posting Komentar