Pages - Menu

Pages

Minggu, 16 September 2012

Homa Dewi Sarasvati

DHARMARAJA LIAN SHENG MENERANGKAN SUTRA ALTAR PATRIAK VI

Mencapai Tiada Kelahiran adalah Pencerahan Sejati


Intisari Ceramah Dharma Dharmaraja Liansheng Pada Upacara Homa Sarasvati Tanggal 2 Juli 2010 di Taiwan Lei Tsang Temple

本期《六祖壇經》「機緣品第七」經文:

「永嘉玄覺禪師,溫州戴氏子。少習經論,精天台止觀法門。因看《維摩經》,發明心地。偶師弟子玄策相訪,與其劇談,出言暗合諸祖。策云:『仁者得法師誰?』曰:『我聽方等經論,各有師承。後於《維摩經》悟佛心宗,未有證明者。』策云:『威音王已前即得,威音王已後,無師自悟,盡是天然外道。』曰:『願仁者為我證據。』策云:『我言輕。曹溪有六祖大師,四方雲集,並是受法者。若去,則與偕行。』覺遂同策來參,遶師三匝,振鍚而立。師曰:『夫沙門者,具三 千威儀、八萬細行。大德自何方而來,生大我慢?』覺曰:『生死事大,無常迅速。』師曰:『何不體取無生,了無速乎?』曰:『體即無生,了本無速。』師曰: 『如是,如是!』玄覺方具威儀禮拜,須臾告辭。師曰:『返太速乎?』曰:『本自非動,豈有速耶?』師曰:『誰知非動?』曰:『仁者自生分別。』師曰:『汝甚得無生之意。』曰:『無生豈有意耶?』師曰:『無意,誰當分別?』曰:『分別亦非意。』師曰:『善哉!少留一宿。』時謂一宿覺。後著《證道歌》,盛行于 世(謚曰無相大師,時稱為真覺焉)。」

※ ※ ※

Sembah sujud pada guru silsilah Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala, sembah sujud pada adinata homa Sarasvati.

Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, umat se-Dharma di internet, tamu agung kita hari ini: my father Sdr. Er-shun Lu, my older sister Sheng-mei Lu, second sister Yu-yi Lu and her husband, third sister Guo-ying Lu and her husband, my university some classmates, having 9 people in total, thank you for coming, editor World Journal Amerika Utara dari United Daily News Nona Xin-ci Zhang, ketua Kuil Cihui Jinmugong - Taichung Sdr. Ming-guo Zhu, Vihara Xiangshan - Puli Bhiksu Shi Changchi, anggota legislatif Bpk. Zheng-yuan Cai, anggota parlemen Kabupaten Nantou Zhuang Xu, ketua perkumpulan mahasiswa Tsinghua University Nona Zu-jia Li, akademisi Academy of Sinica Prof. Hsi-yi Chu. Selamat siang semuanya, apa kabar semuanya. (Hadirin tepuk tangan)

Hari ini adalah upacara Sarasvati, saya jelaskan sebentar tentang Sarasvati. Sarasvati berasal dari sebuah sutra, yaitu Suvarna-prabhāsa-(uttama)-sūtra (Golden Light Sutra), di dalam ada "Bab Dewi Pratibhana" (dewi fasih berbicara). Julukan Sarasvati sangat banyak, ada Dewi Pratibhana, Sarasvati, Dewi Prajnakarma, semua adalah Sarasvati, namun, ada banyak julukan yang berbeda-beda. Dalam Suvarna-prabhāsa-(uttama)-sūtra disebutkan, "Asalkan kita memanjatkan Suvarna-prabhāsa-(uttama)-sūtra, Sarasvati pasti akan datang memberkati." (Hadirin tepuk tangan) Apa yang mampu Ia berikan kepada insan? Kita semua mengira Sarasvati pasti music, musik, sebenarnya tidak, karena Ia ada sebuah julukan Dewi Pratibhana, artinya Ia berpengetahuan luas, sangat bijaksana. Yang namanya "Pratibhana" bukan "penipu harta", melainkan kata-kata yang terucap dari lidahnya, semua berpengetahuan luas, bisa menggetarkan dan menarik insan dari sepuluh penjuru. Jadi, Ia adalah dewi yang sangat bijaksana, Ia bisa memberikan orang kebijaksanaan. (Hadirin tepuk tangan) Sarasvati juga memiliki kekayaan yang berlimpah, bisa memberikan berkah dan pahala kepada insan, memberikan kebijaksanaan, semua ada. Jadi, di Jepang, Ia ada sebuah julukan, Dewi Pratibhana di Jepang berubah menjadi nama Bezaiten, jadi Ia bisa memberikan kekayaan. Jadi, di Jepang ada nama Beizaiten.



Jepang sering menjadikan budaya China menjadi budaya sendiri. Seperti salah satu dari Sapta-Buddha - Krakucchanda, sampai di Jepang, begitu saya lihat di vihara Jepang, yidam adalah Gou Liu Sun Fo, di China adalah Ju Liu Sun Fo; mahasiswa Jepang yang belajar di luar negeri, setelah tiba di China, tiba-tiba, sekali mata disipitkan, kata "Ju" terlihat menjadi "Gou", sekembali ke Jepang, menjadi "Gou Liu Sun", "Gou Liu Sun" pun menjadi salah satu dari Sapta-Buddha. Belajar Agama Buddha kadang-kadang juga bisa salah belajar, tadinya "Ju Liu Sun" malah menjadi "Gou Liu Sun". "Dewi Pratibhana" kita menjadi "Beizaiten". Oh! Ini beda jauh sekali, akan tetapi, juga sangat aktual, karena "Pratibhana", "Sarasvati" adalah sama, bisa memberikan berkah, bisa memberikan kekayaan, memberikan kebijaksanaan, bisa tolak bala, bisa meningkatkan kemakmuran, bisa menaklukkan, bisa mengharmoniskan. (Hadirin tepuk tangan)

Dewi ini sangat agung, bisa dijuluki Bhagawati Sarasvati. Mengapa disebut Bhagawati? Karena Ia dan Yamantaka adalah kerabat, Bhagawati dari Yamantaka, yaitu Bhagawati Sarasvati. Sehingga, kekuatan dahsyatnya tidak terhingga. Ada Yamantaka, mara sesat mana yang tidak tertaklukkan? Bhagawati dari Yamantaka, karena di belakang ada Yamantaka, musuh mana yang berani arogan? Semua musuh pun menyingkir. Jadi, Ia juga memiliki kekuatan menaklukkan. Demikian perkenalan singkat Bhagawati Sarasvati. Jika kalian mau mengenal Bhagawati Sarasvati secara lebih jelas, boleh baca Suvarna-prabhāsa-(uttama)-sūtra (Golden Light Sutra), Bab Dewi Pratibhana, maka bias mengetahui bermacam-macam dan segala asal muasal Bhagawati Sarasvati.

Hari ini, kita menjelaskan lagi SUTRA ZEN PATRIAK VI (disebut juga Sutra Altar Patriak VI). Hari ini juga sangat kebetulan, waktu sangat singkat. Namun? Kutipan Sutra sangat panjang, membuat saya mau tidak mau harus cepat, terhadap segala sesuatu dalam upacara homa, saya pun "Ji Ji Ru Lv Ling", dalam waktu yang singkat, homa pun beres.

Satu kutipan Sutra ini juga sangat hebat, mari kita baca sebentar kutipan Sutra, di dalam SUTRA ALTAR PATRIAK VI tertulis seorang Guru Zen Yongjia Xuanjue, Orang Wenzhou bermarga Dai. Saat ia masih sangat kecil, sudah belajar semua Sutra dan Sastra, ahli "Dharma Samatha Vipasyana Tiantai". Master Zhizhe dari Sekte Tiantai memiliki "Samatha-Vipasyana besar" dan "Samatha-Vipasyana kecil", semua sangat bagus. Ia ahli "Dharma Samatha-Vipasyana Tiantai". Guru Zen Xuanjue karena membaca VIMALAKIRTI NIRDESA SUTRA, sehingga "menemukan hati". Apa yang dimaksud "menemukan hati"? Hati dan pikiran terbuka, kebijaksanaan meningkat, mengembangkan kebijaksanaan Buddha, itulah "menemukan hati". "偶師弟子玄策", yaitu murid dari seorang guru, ada seorang bernama Xuance datang berkunjung dan berbincang-bincang mengenai Buddhadharma dengannya. "出言暗合諸祖" -- kata-kata yang terlontar, sesuai dengan yang disabdakan Guru Sesepuh. Xuance pun berkata, "仁者得法師誰?" -- sebenarnya siapa guru yang mengajari Anda Dharma yang sedemikian tinggi dan dalamnya? Ia (Guru Zen Xuanjue) menjawab "我聽方等經論", artinya ia membaca Sutra dan Sastra Vaipulya, mendalami Sutra Vaipulya; "各有師承" -- semua ada gurunya, tidak ada tanpa guru; "後於《維摩經》"-- lalu baca lagi VIMALAKIRTI-NIRDESA-SUTRA; "悟佛心宗" -- mencerahi Dharma hati Tathagata di dalam VIMALAKIRTI-NIRDESA-SUTRA; "未有證明者" -- belum pernah ada yang membuktikan bahwa saya adalah seorang yang mencapai pencerahan, tidak ada orang yang membuktikan bahwa ia adalah seorang yang memahami hati dan menyaksikan Buddhata. Xuance pun berkata, "威音王已前即得,威音王已後,無師自悟,盡是天然外道。" Yang namanya "威音王" adalah nama seorang Buddha -- "Tathagata Bhīsma-garjitasvara-rāja", saat Ia lahir, telah menyeberangkan banyak orang, Ia memiliki bermacam Nirnamakaya. Jadi, jika Anda mencapai pencerahan sebelum "Bhīsma-garjitasvara-rāja", "威音王已前即得"; namun, jika "威音王已後,無師自悟", saat "Bhīsma-garjitasvara-rāja" mangkat, tidak lagi berinkarnasi menyeberangkan insan, dengan kata lain "威音王已後", Ia sudah tidak ada di dunia manusia lagi, orang yang dapat mencapai pencerahan tanpa guru, "盡是天然外道". Sebenarnya "外道" (non Buddhisme) juga banyak orang yang berhasil, bukan berarti "外道" lantas tidak ada orang yang berhasil; yang namanya "天然外道" bukan tergolong ortodoks Tathagata, namun, sudah mencapai pencerahan, disebut "天然外道" (non Buddhisme alami)



Tadi sempat dikatakan, "偶師弟子", yaitu murid dari seorang guru lain bernama Xuance, ia bukan murid Guru Zen Yongjia Xuanjue. Guru Zen Yongjia Xuanjue menjawab, "Semoga orang bajik membuktikan diri saya." -- jika, Anda adalah Bhiksu Agung yang bermoral, buktikan saya adalah orang yang memahami hati dan menyaksikan Buddhata. Xuance pun berkata, "我言輕". Pada umumnya, istilah "言輕", berarti kata-kata saya belum tentu ada orang yang percaya. Bhiksu biasa berkata, "Saya berceramah Dharma seperti ini pada Anda, Anda tidak akan percaya, lebih baik cari guru saya." Boleh juga dijelaskan seperti ini, cari seorang guru yang lebih tinggi moralnya untuk membuktikan Anda, karena "orang kecil tidak berbobot perkataannya"! Maksud Xuance adalah "saya orang kecil yang tidak berbobot perkataannya". "Di Caoxi, ada seorang Patriak VI Master Huineng, orang-orang dari empat penjuru berkumpul di sana", orang dari keempat penjuru pergi di tempat-Nya, "並是受法者" -- benar-benar mendapatkan pewarisan Dharma dari Patriak V kepada Patriak VI, Ia adalah orang yang benar-benar memperoleh Dharma. Jika Anda pergi, saya ikut bersama Anda.

Guru Zen Yongjia Xuanjue benar-benar pergi ke tempat Patriak VI bersama Xuance. Mereka berdua, mengelilingi Patriak VI 3 putaran, yakni di samping Dharmasana-Nya keliling 3 putaran, "振錫而立", bhiksu zaman dulu memegang tongkat, "khok", lantas berdiri di depan Patriak VI. Patriak VI pun bicara, "夫沙門者,具三千威儀、八萬細行。大德自何方而來,生大我慢?" Patriak VI tidak pernah melihat bhiksu mengelilingi-Nya 3 putaran, kemudian, "berdiri sambil menegakkan tongkat", juga tidak membungkukkan badan, juga tidak bersujud, juga tidak melakukan apa-apa, lantas berdiri di hadapan-Nya. Ia pun bertanya, "Kalian berasal dari mana? Mengapa keakuan kalian begitu besar?" "Keakuan" boleh dijelaskan agak sombong. Xuanjue pun berkata, "Hidup dan mati adalah masalah besar, anicca sangat cepat." Patriak VI pun bersabda, "何不體取無生,了無速乎?" -- mengapa Anda tidak meraih tiada kelahiran, maka tidak ada perbedaan cepat atau lambat lagi? Xuanjue menjawab, "Tubuh saya adalah "tiada kelahiran", memang tidak ada yang namanya cepat", "juga tidak ada yang namanya lambat." Patriak VI bersabda, "Apa yang Anda katakan adalah "benar", juga "sangat tepat"." Xuanjue baru "方具威儀" -- memperlihatkan wibawa, bersujud pada Patriak VI, kemudian, cepat sekali mau pergi.

Di dalam ada kuncinya, ada kata kunci di dalamnya, ia "cepat" sekali mau pergi, Patriak VI pun berkata, "Anda pulang seperti ini, bukankah terlalu "cepat"?" Xuanjue pun berkata, "本自非動,豈有速耶?" -- saya memang tidak datang, juga tidak pergi, saya memang tidak bergerak. Ini mengacu pada Buddhata, mana ada perbedaan cepat maupun lambat! Patriak VI bertanya lagi padanya, "Siapa tahu "tidak bergerak"? Apa yang "tidak bergerak"? Xuanjue menjawab, "仁者自生分別。"-- orang yang memiliki praktek moral dengan sendirinya mampu membedakan apa itu "cepat", apa itu "bergerak", apa itu "tidak bergerak". Patriak VI pun bersabda, "你甚得『無生』之意。" -- Anda telah mencapai "tiada kelahiran", kebenaran pertama yang terdalam dari "tiada kelahiran". Xuanjue menjawab, "Tiada kelahiran memangnya ada kebenaran pertama?" Ini adalah jawaban yang sangat hebat, karena "tiada kelahiran", mana ada kebenaran pertama? Patriak VI pun bersabda, "Tanpa kebenaran pertama, siapa mampu membedakan?" Patriak VI bertanya padanya, Xuanjue menjawab, "Sekalipun membedakan, itu juga bukan kebenaran pertama." Patriak VI pun memujinya, "Sadhu! Anda tidak perlu langsung pergi, tidurlah satu malam di sini! Anda baru pergi." Saat itu, orang-orang menjulukinya "Pencerahan Satu Malam", yaitu tidur satu malam pun bisa mencapai pencerahan. Xuanjue ini, belakangan menciptakan sebuah LAGU MENCAPAI PENCERAHAN, ia punya sebuah buku berjudul LAGU MENCAPAI PENCERAHAN, LAGU MENCAPAI PENCERAHAN yang ditulis Guru Zen Yongjia Xuanjue, "盛行于世" -- sangat populer di dunia ini, belakang ia dijuluki sebagai "Master Wuxiang" (guru besar tiada wujud), "時稱為真覺焉" -- ia adalah seorang yang benar-benar mencapai pencerahan.

Dalam dialog mereka berdua, sangat bijak, tidak ada cacat sedikit pun. Beberapa orang hebat berikutnya juga demikian, Patriak VI bisa langsung membuktikannya, "Demikianlah! Demikianlah!" Yaitu "Saya sudah mengukuhkan Anda, Anda adalah seorang yang memahami hati dan menyaksikan Buddhata." Di sini, ada satu poin yang sangat penting, Xuanjue berkata, "Hidup dan mati adalah masalah besar, anicca sangat cepat." Ini adalah fakta biasa. Di dalam dunia kita, hanya masalah "hidup mati", barulah masalah paling besar, selebihnya masalah kecil, bahkan tidak ada masalah. "Hidup mati adalah masalah besar" yaitu yang dijelaskan di dalam Agama Buddha, kita hidup di dunia ini, datang karena hidup dan mati, selebihnya, tidak ada masalah.



Siang ini, ada orang memberikan sepucuk surat untuk saya, bertanya apakah leluhurnya lebih baik bermarga "Lv" atau "Lin"? Sekarang saya begini menjawabnya, "Itu hanya sebuah nama, mengapa Anda tidak marga "Buddha"?" Anda marga "Buddha" saja! Bernama "Buddha XX", mengapa Anda harus pilih antara marga "Lin" atau marga "Lv"? Selanjutnya, ia bertanya mengenai putranya, putranya kecanduan computer. Saya berkata, semua insan kecanduan computer, sekarang tidak hanya kecanduan computer, bahkan kecanduan telepon selular, "iPhone"! Semua orang iphone, seharian sampai malam, kepala mengendap di sana "tok tok tok tok tok tok tok!" Entah "tok" apa, seperti burung pelatuk. Saya tidak punya iPhone, saya bukan burung pelatuk. Mereka mengirim sms, sms dibalas, setiap hari di sana "tok tok tok tok". Saya berkata, "Saya mau pergi." Ia juga "tok tok tok tok tok tok tok", juga tidak peduli, bertanya apa padanya, ia mengatakan sedang "iPhone". Sungguh -- sekarang banyak anak kecil kecanduan telepon selular dan internet, semua mengidap autis, mengurung diri di dalam kamar, berkeliaran di dalam internet, di dunia maya.

"Hidup mati adalah masalah besar", "anicca sangat cepat"! Dalam waktu yang singkat, Anda pun setengah baya; selanjutnya? Usia tua; selanjutnya "meninggal dunia", namun masih tidak sadarkan diri di sana! Patriak VI bersabda, "Mengapa tidak memahami tiada kelahiran?" Kalimat ini sangat penting, saya bicara tentang "tiada kelahiran", Patriak VI juga bicara tentang "tiada kelahiran". "Tiada kelahiran", Anda tidak pernah terlahirkan? "Hati yang berlalu tidak dapat diraih, hati yang sekarang tidak dapat diraih, hati yang akan datang tidak dapat diraih", Anda pada masa lalu, sudah berlalu; Anda pada masa sekarang, akan menjadi masa lalu; Anda pada masa depan, masih belum lahir, inilah "tiada kelahiran". Mengapa Anda tidak memahami tiada kelahiran? Tidak ada yang namanya "cepat" maupun "lambat", 3 kala adalah sama! Dulu, sekarang, yang akan datang, semua sama, setara. Patriak VI telah menerangkan dengan sangat jelas. Jadi, kalimat ini sangat penting, kemudian masuk lewat "tiada kelahiran", Anda pun memahami hati dan menyaksikan Buddhata. Saya tidak boleh mengungkapkan, Patriak VI juga tidak boleh mengutarakan, Sang Buddha juga tidak boleh mengutarakan, karena jika mengutarakan, akan difitnah.

Patriak VI telah berkata, "Demikianlah! Demikianlah!" Di sana dikatakan, "Siapa tahu tidak bergerak?" "Orang bajik dengan sendirinya mampu membedakan." "Membedakan" adalah "pratyaveksa-jnana", sedangkan "tiada kelahiran" adalah "Dharmadhatu-jnana", "Adarsa-jnana". "無意誰當分別?" -- saat tidak ada niat, tidak ada pikiran, siapa yang membedakan? "Tiada kelahiran mana ada pikiran?" Karena "tiada kelahiran", mana mungkin masih ada pikiran? "Tiada pikiran, siapa yang membedakan?" "Membedakan juga bukan kebenaran pertama", dengan kata lain, "membedakan" juga bukan "tiada pikiran", "pratyaveksa-jnana" pun ada di sini, ini disebut "pencerahan satu malam". LAGU MENCAPAI PENCERAHAN dari Master Yongjia Xuanjue. Mari kita baca baik-baik, maka akan tahu makna yang terkandung dalam kutipan Patriak VI yang satu ini.

Setiap manusia sama, memiliki Buddhata. Namun, sebelum mencapai pencerahan, sama seperti kepala suku. Kaum kanibal di Afrika makan apa? Eat people, makan manusia. Suatu hari, kepala suku sakit, doctor, dokter pun berkata padanya, "Anda harus vegetarian." Lantas, kepala suku ini makan apa? Ia makan orang koma. Manusia! Memang demikian, saat ia belum memahami "tiada kelahiran", justru ada sifat dan kebiasaan, yang diinginkannya adalah benda-benda seperti "kekayaan, seks, popularitas, makan, tidur". "Kekayaan, seks, popularitas, makan, dan tidur" disebut juga "5 akar neraka", 5 sumber neraka! Jika Anda memahami "tiada kelahiran", maka akan membiarkannya datang dan pergi dengan alami.

Manusia! Ada sifat dan kebiasaannya. Ada dua orang jatuh ke dalam sumur, salah satunya mati, satu lagi hidup. Orang yang mati sebut apa? "Orang mati"; orang yang hidup sebut apa? "Tolong". Setiap orang hidup, ingin teriak tolong. Ada seorang gendut, jatuh dari lantai 10, ia disebut apa? "Si gendut mati".

Dulu saya pernah mengatakan, ada seseorang pergi makan mi daging sapi, ia aduk-aduk, hanya ada abon sapi, tidak ada mie daging sapi, ia pun bertanya, "Bos! Bos! Bukankah Anda jual mi daging sapi? Mengapa, di dalam mi daging sapi hanya ada sedikit urat sapi, tidak ada daging sapi?" Bos mencari-cari alasan, mengatakan, "Anda makan kue matahari, memangnya di dalam ada matahari? Anda makan kue istri, akan diberi bonus seorang istri buat Anda?" Saya pernah mengatakan, dalam kata-kata ini ada rahasianya, di dalam kue matahari tidak ada matahari. Apakah di dalam air bisa ada bulan? Saya jelaskan lagi, di bumi ini ada apa? Jika bumi adalah kue matahari, lantas apakah ada matahari? Jika, bumi adalah sebuah danau, lantas, apakah ada bulan? Dipikirkan lebih dalam lagi, Anda mampu memahami hati dan menyaksikan Buddhata, apa yang dimaksud "tiada kelahiran", justru di sinilah.



Ada orang mengatakan, buah itu mempunyai daya penglihatan, mengapa buah bisa mempunyai daya penglihatan? Mangga pun keluar membuktikan, "Saya tidak mempunyai daya penglihatan, saya adalah Mangga (mang=buta) Apa yang dimaksud "daya penglihatan"? Mari semuanya dengarkan baik-baik, jika Anda benar-benar memiliki daya penglihatan, Anda pun bisa memahami hati sendiri, mampu membuktikan Buddhata sendiri, cukup kuatkah mata Anda? Sebenarnya Anda adalah "mangga", insan adalah "mangga", insan sangat buta. Di sini, saya mau katakan pada Anda semua, kita mesti memiliki daya penglihatan sendiri. Ada seseorang bertanya, "Pesawat terbang sedang terbang, terbang sangat tinggi, mengapa tidak bisa menabrak bintang?" Xiaoming menjawab, "Karena bintang bisa "mengelak"." (Mahaguru tertawa, hadirin tepuk tangan) Begitu pesawat terbang tiba, sekali bintang "mengelak", ia pun terhindar.

Manusia tidak boleh hanya memiliki semacam kebijaksanaan, namun, hanya ada semacam kebijaksanaan bisa mengatasi hidup dan mati, itulah "kebijaksanaan Buddha", kebijaksanaan Tathagata bisa mengatasi hidup dan mati. Anda tentu harus menguasainya, tidak boleh hanya belajar satu macam benda. Ada seseorang pergi beli kakak tua, semua kakak tua sangat mahal, hanya ada seekor kakak tua lebih murah. Ia bertanya pada bos, "Mengapa kakak tua ini lebih murah? Bos menjawab, "Kakak tua ini hanya bisa mengucapkan sepatah kata." "Apa itu?" "Yaitu "tentu saja"." Orang yang melihat-lihat di dalamnya, bertanya pada kakak tua ini, "Apakah kamu pintar?" Kakak tua menjawab, "Tentu saja." Alhasil, orang ini menghabiskan 1000 NT untuk beli seekor kakak tua ini. Wah! Murah sekali! Sepulangnya, mengajarinya banyak kata, ia justru tidak bisa apa-apa. Orang ini pun berkata, "Aduh! Hanya orang bodoh baru bisa menghabiskan 1000 NT beli kakak tua ini." Kakak tua itu pun berkata, "Tentu saja."

Kita tidak boleh hanya bisa menekuni "tentu saja", yang harus kita tekuni adalah kebijaksanaan Tathagata, tidak boleh hanya menekuni kebijaksanaan kehidupan. Kebijaksanaan kehidupan, hanya satu "tentu saja", sekalipun Anda telah kuasai, Anda tidak lebih hanya menguasai satu "tentu saja", Anda tidak tahu yang lainnya. Anda mesti menekuni kebijaksanaan Tathagata, kebijaksanaan Tathagata baru disebut "Demikianlah! Demikianlah!" Ada seseorang membeli kulit sapi, ia bertanya, "Apakah kulit sapi ini tahan air?" Penjual kulit sapi berkata, "Pernahkah Anda melihat sapi memakai payung? Tentu saja tahan air, air tidak bisa tembus." Seperti yang tadi saya katakan, ini adalah semacam obrolan santai. Yang dikatakan Patriak VI adalah "ucapan yang benar"; yang dikatakan Sang Buddha adalah "ucapan yang benar".

Banyak Sutra adalah kemudahan, Tantra banyak Dharma, ada banyak kemudahan. Namun, Anda mesti tahu setelah Dharma kemudahan, masuk lebih dalam lagi "Dharma tiada kelahiran". Zen itu sendiri adalah tiada kelahiran. Zen, tidak terpengaruh dunia luar; Samadhi, satu hati tidak galau. Jika, kita mau terlahir di Sukhavatiloka Barat, (Western) paradise (Bahasa Inggris: surga), kita tentu harus "satu hati tidak galau", inilah "Samadhi". Jika kita tidak memiliki ketrampilan "Samadhi", bagaimana terlahir di Sukhavatiloka Barat? Anda hanya mengerti menyebut nama Buddha, namun, walaupun Anda menyebut nama Buddha, namun tidak bisa "Samadhi", satu hati masih galau, menyebutkan nama Buddha pun tidak dapat terlahir di Sukhavatiloka Barat. Di dalam SUTRA AMITABHA dikatakan, "kurang berkah dan pahala" juga tidak boleh, Anda tidak bisa "satu hati tidak galau" juga tidak boleh, ini adalah ketrampilan! Menyebutkan nama Buddha harus menghasilkan ketrampilan "Samadhi", maka dapat terlahir di Sukhavatiloka Barat. Jika, Anda tidak bisa menghasilkan ketrampilan "Samadhi" dalam menyebut nama Buddha, tetap tidak dapat terlahir di Sukhavatiloka Barat! Untuk terlahir di Sukhavatiloka Barat ada 2 syarat, "tidak boleh kurang berkah dan pahala", Anda mesti "satu hati tidak galau"; "ada berkah dan pahala" dan "satu hati tidak galau", pasti terlahir di alam suci, kurang satu pun tidak boleh. "Berkah dan pahala" adalah kemudahan, sedangkan "satu hati tidak galau" adalah ketrampilan "Samadhi", untuk terlahir di alam suci, kita harus memiliki kedua hal ini, semua adalah ketrampilan!

Kita mau menyebut nama Buddha, juga harus bisa menyebut sampai mampu "satu hati tidak galau", inilah "Zen"! Inilah "Samadhi"! Jadi, "Zen" adalah "apapun tidak dapat mempengaruhi kita", baru dapat "satu hati tidak galau", ini saling menjadi sebab akibat; "Samadhi" berasal dari "Zen", apapun tidak dapat mempengaruhi kita, kita baru dapat "Samadhi". "Zen" adalah "Samadhi", "Samadhi" adalah "Zen". Mengapa bisa demikian? Mudah sekali, karena "tiada kelahiran", jika, kita dapat membuktikan "tiada kelahiran", dengan sendirinya, sekeliling kita tidak dapat mempengaruhi kita, karena kita sudah "tiada kelahiran", "fisik tiada kelahiran", "hidup tiada kelahiran", "hati tiada kelahiran", sekeliling tidak akan mempengaruhi kita, ini baru bisa "stabil", prinsip yang paling penting.



Anda mau dibuktikan oleh siapa?! Guru membuktikan Anda. Di dalam "Wu Deng Hui Yuan", dialog antar Guru Zen, semua adalah pembuktian. Di sini juga ada beberapa dialog, juga ada sebuah bukti, tidak lebih hanya suatu Dharma kemudahan. Labah-labah tunangan dengan lebah, labah-labah merasa sangat tidak puas, lantas bertanya pada ibunya, "Mengapa saya harus memperistri lebah?" Ibu labah-labah berkata, "Lebah memang agak berisik, namun, jelek-jelek, dia juga pramugari." Labah-labah berkata, "Tetapi, saya lebih menyukai nyamuk! Walaupun, nyamuk juga agak berisik." Ibu labah-labah berkata, "Jangan memikirkan perawat itu lagi, ia tidak pintar menyuntik, waktu itu, sekali ia menyuntik, kaki ibu bengkak." Lebah juga merasa sangat tidak puas! Ia juga bertanya pada ibunya, "Mengapa saya harus menikah dengan labah-labah?" Ibu lebah berkata, "Labah-labah walaupun agak jelek, namun, jelek-jelek dia juga pembuat jaringan." Lebah berkata, "Tetapi, saya lebih menyukai semut." Ibu lebah berkata, "Jangan ungkit lagi buruh yang kurus kerempeng itu, ia seharian mondar-mandir angkat barang, bahkan satu unit truk pun tidak punya." Lebah berkata, "Lalat tetangga sebelah juga lumayan." Ibu lebah berkata, "Memang ia cukup tampan, namun, kamu juga tidak boleh pilih seorang pemilih kotoran."

Maksud saya adalah, semua manusia memiliki cacat, setiap manusia memiliki kekurangan, dari lahir sudah ada kekurangan. Kita mau menemukan orang seperti Patriak VI Huineng, sulit! Kita mau menemukan Guru Zen Yongjia Xuanjue, sulit! Sulit! Mau menemukan orang seperti mereka, sulit! Di dunia ini ada berapa orang seperti Guru Zen Yongjia Xuanjue? Ada berapa orang Patriak VI Huineng? Ada berapa orang Guru Zen Nanyue Huairang? Ada berapa orang Guru Zen Qingyuan Xingsi? Orang demikian tidak banyak. Orang biasa, semuanya "mangga".

Oleh karena itu, kadang-kadang, Mahaguru Lu membalas surat Anda semua, ia bertanya, "Mengapa setiap kali saya pelihara ayam bisa mati?" Jawaban saya, "Tidak tahu." Ia juga bertanya pada saya, "Mengapa saham bisa jatuh?" Ia tidak bertanya pada ahli ekonomi, tidak bertanya pada ahli keuangan, ia bertanya pada saya. Saya menjawabnya, "Saya tidak tahu." I don't know, saya bicara jujur! Saya menulis "tidak tahu". Kemudian, ia menjawab, "Bukankah Anda Buddha Hidup? Buddha Hidup tahu segalanya." Saya memberitahu Anda! Buddha Hidup juga tidak tahu!

Saya membabarkan Dharma di Hong Kong, ia berkata, "Anda adalah Buddha Hidup, silahkan Anda berceramah Dharma dalam Bahasa Kanton." Menyuruh saya berceramah Dharma dalam Bahasa Kanton. Buddha Hidup mana mengerti Bahasa Kanton? Benar tidak? Kecuali ia belajar Bahasa Kanton, baru mengerti Bahasa Kanton. Namun, yang terpenting, bahasa apapun, Patriak VI dan Guru Zen Yongjia Xuanjue bicara Bahasa Buddha, (hadirin tepuk tangan) bahasa pencerahan, bahasa membuktikan memahami hati dan menyaksikan Buddhata, inilah kebijaksanaan Tathagata!

Setelah menguasai kebijaksanaan Tathagata, mengatasi hidup dan mati pun dikuasai, tidak ada "telat" dan "cepat", pada dasarnya sudah teratasi. Asalkan Anda mencapai, membuktikan, melihat hati sendiri, disebut "memahami hati"; menyaksikan Buddhata sendiri, disebut "menyaksikan Buddhata". Mampukah kita memahami hati sendiri? Menyaksikan Buddhata sendiri? Inilah Bahasa Buddha. Jika, telah membuktikan, Andalah Mahacarya, acarya mahatinggi, Vajracarya mahatinggi sejati. Yang namanya acarya, yaitu "tidak ada guru yang lebih tinggi daripada Anda lagi", mampukah Anda membuktikan? Jika Anda mampu membuktikan, Anda adalah acarya sejati, guru mahatinggi! Sesungguhnya, Acarya adalah guru mahatinggi, tidak ada guru yang lebih tinggi daripada Anda lagi, itulah guru mahatinggi! Jadi, setiap acarya, harus mengatasi hidup dan mati, harus memahami hati dan menyaksikan Buddhata. Jika Anda masih mendambakan "kekayaan, seks, popularitas, makan, tidur", kelima akar neraka ini, lantas, Anda lebih baik bukan acarya. Karena bukan acarya, jadi adalah acarya, ini adalah kata-kata di dalam SUTRA VAJRA, yang namanya acarya, karena bukan acarya, barulah acarya. Harus membuktikan yang satu ini, membuktikan Anda adalah guru mahatinggi, Anda pun mencapai "mengatasi hidup dan mati, memahami hati dan menyaksikan Buddhata".

Om Mani Padme Hum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar