Menyambut Ultah Kshitigarbha Bodhisatva 30 /7 lunar
Adalah Kshitigarbha yang juga disebut sebagai Tetua dari Alam Arwah. Ia mengatur jiwa-jiwa manusia yang meninggal di dunia dan menuntun mereka ke suatu tempat dimana amal dan ibadah mereka ditakar sebagai bagian dari selektika. Ia adalah diraja dan memimpin sepuluh strata dunia Yama dimana dedewa yang bertugas di neraka berdiam. Kshitigarbha yang berwajah buruk dan sangar memiliki tugastama menjemput jiwa saleh ke surga Sukhavati dan melempar jiwa yang batil ke neraka.
***
***
Alkisah, Kshitigarbha lahir di kerajaan Silla, sebuah kerajaan kecil di Jambudipa—kini India, seribu limaratus tahun setelah Sakyamuni Tataghata mangkat. Ia bernama Jin Jiao Jie. Semasa kecil hingga beranjak dewasa, ia sudah bersimpati kepada rakyat jelata yang dilanda musibah atau penderitaan yang merundung seperti tanpa henti. Ia juga berantipati terhadap para penguasa tiran yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi di atas nasib miris rakyat mereka.
***
Menginjak masa dewasa, ia membulatkan tekadnya untuk menolong sesama. Maka ia memutuskan menjadi rahib dan hidup bertapa dari satu daerah ke daerah lainnya. Dalam pengembaraannya, penduduk desa sering mendapat bantuan Jin Jiao Jie yang telah mengubah nama menjadi rahib Di Zhang. Bantuan terbesar yang dapat dilakukan rahib Di Zhang di antara keterbatasannya sebagai pertapa tentu saja hanyalah seruan moral agar masyarakat tabah dan berbuat kebajikan, agar kelak arwah mereka dapat bereinkarnasi di alam-alam surga. Ia juga kerap mengingatkan kepada penduduk desa yang disinggahinya untuk tidak berbuat kejahatan yang akan menyeret mereka kelak ke dalam api neraka.
Seiring guliran waktu, pada saat Kaisar Gao Zhong berkuasa di Dinasti Tang, ia mengunjungi Tiongkok melalui jalan laut yang ditempuhnya dengan susah payah menggunakan sebuah kapal kayu kecil. Ia mengajarkan kebenaran kontrakebatilan di tempat dan daerah yang dilaluinya di Tiongkok. Setelah mengembara selama tujuhpuluh lima tahun di ranah negeri tirai bambu itu, di puncak gunung Jiu Zhi Feng, rahib Di Zhang beroleh 'pencerahan'. Masyarakat mengkultuskan hari purna bakti tersebut sebagai seremoni mengenang sosoknya yang budi, yang jatuh pada penanggalan lunar imlek pada setiap tanggal tigapuluh bulan tujuh.
***
Aplikasi kebajikan dan kebatilan merupakan hal yang seiring dan sejalan, bagai fenomena alam siang dan malam. Dalam ranah yang tercabik-cabik, timbullah manifesto yang merupakan perwujudan kebaikan, dan merupakan kontrakejahatan.
Setelah mencapai 'pencerahan', maka Di Zhang Wang Pu Sha yang telah dijuluki Kshitigarbha dipanggil oleh Sakyamuni Tataghata di Nirwana. Demi penyucian kehidupan pejiwa nan batil dari kekotoran batin dan dosa, angkara dan hawa nafsu, maka ia ditugaskan mengajar moralitas di alam neraka. Sebab pengampunan dan pertobatan merupakan hal penting yang dapat mereka lakukan agar terhindar dari 'penyiksaan abadi'.
Maka berbekal amanat itulah, Kshitigarbha melesat ke alam berstrata rendah tersebut. Arwah-arwah pebatil yang jelma setan asura dan hantu-hantu gentayangan harus segera diguyur dengan seruan moralitas agar mereka dapat bereinkarnasi ke alam yang lebih baik.
Di dalam mitologi Tiongkok kuno, setelah seorang manusia meninggal maka arwahnya akan terseleksita di dua alam. Jiwa bajik akan langsung masuk ke surga Sukhavati, dan jiwa batil akan masuk ke dalam neraka. Namun neraka sendiri memiliki strata yang berbeda sesuai tingkat kejahatan dan dosa yang pernah dilakukan mendiang semasa hidup menjadi manusia. Arwah akan menjalani serangkaian persidangan dari Penguasa Neraka bernama Yan Lo Wang atau dewa Yama. Menyikapi rasa penyesalan dan menimbang pertobatan yang bakal dilakukan oleh sang Arwah, maka Kshitigarbha akan menghampiri mereka untuk menolong dan memberi bantuan.
Dikisahkan pula setelah mendapat amanat dari Sang Tataghata, maka Kshitigarbha pernah berikrar:
"Mulai hari ini, saya Kshitigarbha akan menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam kurun waktu kalpa yang tak terhingga demi menolong semua makhluk dari 'Enam Alam Kehidupan yang Menyedihkan'. Membantu sebisa mungkin agar mereka dapat terbebas dari segala penderitaan. Tak akan lagi mengalami penderitaan neraka. Dan itulah ikrar saya sebelum saya dapat mencapai gelar Tataghata."
Kshitigarbha semenjak pengungkapan ikrar itu pula sontak dianugerahi kemampuan totem Langit setara maharesi lainnya seperti Avalokitesvara Bodhisatva, Samantabhadra Bodhisatva, dan Manjusri Bodhisatva. Status sosok di antara maharesi itu pun sama dengan tugas yang sama pula. Hanya ia bertugas sebagai penyelamat jiwa batil para arwah di neraka, sementara maharesi lainnya bertugas sebagai penyelamat jiwa batil insan manusia.
Kisah Kshitigarbha melegenda menjadi riwayat rani dalam berbagai versi. Sebagian masyarakat Tionghoa mengungkap bahwa Kshitigarba merupakan manifestasi dari Dewa Yama atau Yuan Luo Wang sendiri. Replikasi ganda dirinya menjadi dua sosok yang berbeda merupakan campur tangan agar sang Terdakwa terkurangi beban hukumannya di neraka. Biar bagaimanapun, ia sebagai insan yang pernah terlahir sebagai manusia memiliki nurani dan belas kasihan.
Dalam sosio-kultur masyarakat Tionghoa sendiri saat ini di China, seremoni yang mengaitkan dirinya adalah perayaan chun-beng. Chun-beng berharfiah 'Hari Arwah', dimana pada saat itu pintu neraka dibuka untuk memberi para arwah mengunjungi sanak keluarga mereka di dunia untuk sekedar mendapatkan makanan. Pada hari itu pula, maka hampir sebagian besar masyarakat China akan mempersembahkan sesajian serupa perjamuan besar sebelum mereka kembali ke alam neraka. Dan Kshitigarbha memiliki andil besar. Sebab darinyalah ia memegang kendali atas kunci pintu neraka.
Kshitigarbha adalah sosok berbudi pekerti serta berhati halus dan lembut, namun ia sekaligus sosok yang sangat garang dan menakutkan, terutama ketika menaklukkan hantu-hantu yang memberontak di alam paya—salah satu strata tingkat paling rendah neraka.
Ksihitigarbha berharfiah 'Ladang Benih Kebajikan', dimana ia merupakan tempat terakhir untuk menuai kebajikan sebelum terpuruk ke dalam neraka abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar