Semoga semua mahluk mencapai kebebasan yang sempurna dan
mendengarkan Dhamma-Nya yang indah pada awalnya, indah pada tengahnya,
dan indah pada akhirnya.
Devadatta selama banyak kehidupan juga telah berusaha mengumpulkan
kebahagiaan dirinya sendiri, bahkan Devadatta juga telah mengajarkan
Sang Bodhisattva Mahasattva saat Bodhisattva masih menjadi Raja, tetapi
dikarenakan keinginan untuk mencari Dharmaparyaya (Hukum Kesunyataan
Yang Menakjubkan), Sang Bodhisattva Mahasattva melepaskan semua harta
duniawinya dan memutuskan menjadi pelayan Devadatta. Semua usaha-Nya ini
melalui perjumpaan berturut-turut dengan Sutra Bunga Teratai Putih
selama kalpa-kalpa yang tak terhingga, menguasai Praticayasamudpada
Nidana yakni 12 Hukum Kesunyataan Pratyekabuddha, berbuah dengan
Kesempurnaan Dasa Paramita, dan datang ke sahalokadhatu ini sebagai
Sakyamuni Tathagata Arhan SamyakSamBuddha. Dan Sakyamuni Tathagata
menyatakan terima kasih-Nya yang dalam kepada Sang Devadatta dengan
Vyakarana bahwa Sang Devadatta akan menjadi Tathagata Arhan
SamyakSamBuddha yang bernama Devaraja.
Dalam menempuh perjuangan-Nya untuk menjadi Buddha, Bodhisattva harus
menyempurnakan paramita-Nya(Kesempurnaan memberi), kebajikan,
melenyapkan semua rintangan karma, menjadi sepenuhnya bersih suci
seperti vaidurya ratna yang sempurna tanpa cacat. Dalam Sutra Bunga
Teratai Putih, Sakyamuni Tathagata menyatakan bahwa: "Sang Tathagata
bebas dari semua akibat Hukum." Kejadian seperti saat Sang Buddha
melalui Upayakausalya-Nya mewujudkan diri-Nya sakit, masuk angin,
berusia tua adalah semata-mata demi menunjukkan kepada Maha Sravaka
Sangha dan para mahluk akan bahayanya tubuh ini yang tidak kekal, supaya
mereka semua sadar dan mengikuti jalan Sang Sugata yang telah
menyatakan bahwa dalam kehidupan-Nya itu merupakan akhir dari samsaranya
(kelahiran terakhir). Semua serangan tidak dapat mendekati atau bahkan
melukai Sang Tathagata kecuali Sang Tathagata menghendaki. Hasilnya,
Sang Devadatta dalam saat terakhirnya sebelum ditelan bumi, devadatta
menyatakan bagaimanapun saya berlindung kepada-Mu. Oleh sebab inilah
Devadatta sebelum akhir hayatnya sempat mengucapkan kata-kata ini yang
tidak diucapkannya saat masih melawan Sang Buddha.
Devadatta setelah menjalani semua masa hukumannya akibat melukai
Seorang SamyakSamBuddha akan menjadi Seorang Pratyekabuddha yang bernama
Atthissara. Devadatta pada masa Sang Gautama Muni adalah sepupu dari
Sang Sakyamuni dan saudara laki-laki dari Ananda.
Dalam Devadatta Parivartah pada Stupasamdarsana Parivartah, juga akan menjadi SamyakSamBuddha:
Sang Buddha bersabda kepada seluruh Bhiksu:"Raja dimasa dahulu itu
adalah Aku Sendiri dan Orang Bijak pada masa itu adalah Sang Devadatta
Sendiri. Melalui Persahabatan yang baik dari Sang Devadatta, Aku dapat
menjadi sempurna didalam Keenam Paramita, didalam hal Keluhuran, Welas
asih, Kebahagiaan dan Pikiran Bebas, didalam hal Ke 32 Tanda, 80 jenis
Keistimewaan, Kulit yang berlapis Emas, 10 macam Kekuatan, ke 4 macam
Keberanian, ke 4 Angger-Angger Kemasyarakatan, ke 18 ciri-ciri yang
khusus, Kekuatan-Kekuatan Ghaib di Jalanan Agung, Pencapaian Penerangan
Agung, dan Penyelamatan umat yang menyeluruh, yang semuanya ini
semata-mata berkat Persahabatan yang baik dari Sang Devadatta.
Aku nyatakan kepada Kalian Keempat Kelompok: Sang Devadatta nanti,
sesudah kemangkatan-Nya dan sesudah sekian kalpa yang tak terhitung
berlalu, akan menjadi Seorang Buddha yang bergelar Devaraja, Yang Telah
Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, Yang
Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan,
Yang Terbahagia, Maha Tahu Tentang Dunia, Sang Pemimpin Tiada Tandingan,
Guru Dewa dan Manusia, Yang Telah Sadar, Yang Dihormati Dunia, dan yang
Dunia-Nya akan disebut Devasopanna. Pada saat itu Sang Devaraja akan
tinggal di dunia selama 20 kalpa sedang Beliau akan mengkhotbahkan Hukum
Kesunyataan Yang Menakjubkan secara luas kepada seluruh umat, dan para
mahluk hidup yang banyaknya seperti pasir-pasir dari Sungai Gangga yang
akan mencapai KeArhatan; Para Umat yang tanpa terhitung jumlah-Nya
seperti pasir-pasir dari Sungai Gangga, mencurahkan Diri Pada Jalan
Agung, akan mencapai Kepastian untuk tidak terlahir kembali dan Mereka
akan mencapai Tingkatan yang tiada akan jatuh kembali pada kehidupan
yang tidak kekal.
Kemudian sesudah Parinirvana dari Sang Devaraja, Hukum Yang Benar ini
akan tinggal di dunia selama 20 kalpa sedang. Sebuah Stupa dari 7 Benda
Berharga akan didirikan setinggi 60 yojana, dengan lebar dan panjang 40
yojana bagi abu relic seluruh Badan-Nya. Semua para dewa dan manusia
akan memberikan Penghormatan dengan takzim dan memuja Stupa dari 7 Benda
Berharga itu dengan beranekaragam Bebungaan, Bubuk Cendana, Dedupaan,
Minyak Harum, Pakaian-Pakaian, Karangan-Karangan Bunga, Panji-Panji,
Bendera-Bendera, Tirai-Tirai Bertatah Manikam, dendang dan lagu.
Beribu-ribu Mahluk yang tak terhitung jumlah-Nya akan mencapai
KeArhatan; Para Mahluk hidup akan tergugah untuk menjalankan
KePratyekaBuddhaan; dan Para Mahluk yang tak terbilang banyak-Nya akan
bangkit menuju Bodhi serta tidak akan jatuh kembali pada kehidupan yang
tidak kekal."
Sang Buddha bersabda kepada Para Bhiksu: "Seandainya di dalam dunia yang
mendatang terdapat Putera ataupun Puteri yang baik, yang mendengarkan
Hikmah Sang Devadatta tentang Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai Yang
Menakjubkan ini dengan Hati Yang Bersih dan Penghormatan karena
Keyakinan serta tiada rasa bimbang sedikitpun, maka Orang seperti ini
tidak akan terjatuh ke dalam neraka atau menjadi seorang yang berjiwa
tanha maupun menjadi seekor hewan, tetapi Ia akan terlahir dihadapan
Para Buddha dari alam semesta. Dimanapun juga Ia terlahir, Ia akan
selalu mendengar Sutta ini. Dan jika Ia terlahir diantara Para Dewa dan
Manusia, maka Ia akan menikmati Kebahagiaan yang tiada taranya. Bagi
Sang Buddha yang menyaksikan Kelahiran-Nya haruslah melalui permunculan
dari sebuah Bunga Teratai." (Arya Mahayana :: View topic - Stupa Samdarsana Parivartah Dharmaparyaya Suttram)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar