1. Theravadino (Theravada)
2. Vajjiputtaka (Vatsiputriya)
3. Mahimsasaka (Mahisasaka)
4. Dhammuttariya (Dharmotariya)
5. Bhaddayanika (Bhadrayanika)
6. Channagarika (Sannagarika)
7. Sammitiya (Sammitiya)
8. Sabbatthivada (Sarvastivada)
9. Dhammaguttika (Dharmaguptaka)
10. Kassapiya (Kasyapiya)
11. Sankantika (Samkrantika)
12. Suttavada (Sutravadin)
13. Mahasangitikaraka (Mahasanghika)
14. Gokulika (Kukkulika)
15. Ekabyoharika (Ekavyavaharika)
16. Bahussutaka (Bahusrutaka)
17. Pannatti-vada (Prajnaptivada)
18. Cetiya-vada (Caitika)
Apakah ke-18 sekte tersebut bertentangan? Jawabannya ada dalam teks Sumagadhavadana. Kisah ini berada pada masa Buddha Kasyapa dan diketahui penyokong Sang Buddha Kasyapa adalah Raja Krkin.
Di mimpinya, raja melihat 10 tanda:
1. raja para gajah berusaha melewati jendela, namun tidak mampu memasukkan buntutnya lewat lubang jendela tersebut.
2. seorang pria haus yang dikejar oleh sumur
3. penawaran penjaulan satu bre tepung dan satu bre permata
4. naiknya harga cendana dan jenis kayu lainnya
5. pencuri mencuri bunga dan buah dari taman
6. pangeran gajah ditakuti oleh seekor gajah muda
7. seekor monyet yang dekil menggosok monyet lainnya dengan obat gosok
8. naik tahtanya seekor monyet menjadi seorang raja
9. kemunculan satu helai pakaian di tangan 18 orang pria
10. kumpulan besar orang bertengkar dan saling berdebat
Penuh dengan rasa takut, bahwa penampakan ini dapat menandakan bencana yang akan datang pada dirinya, sang raja menjadi ketakutan, dan bertanya pada Bhagava Kasyapa untuk menginterpretasikan penampakan mimpi tersebut.
Sang Bhagava menjawab: “Penampakan mimpi ini, O raja, tidak menandakan ketidakberuntungan pada dirimu! Di masa depan ketika hidup manusia tinggal seratus tahun, para bhiksu, bertentangan dengan Ajaran Samyaksambuddha Sakyamuni, meskipun meninggalkan rumah mereka, akan terikat pada vihara-vihara dan kekayaan. Penampakan gajah yang terperangkap oleh ekornya sendiri menandakan hal tersebut.
Seorang pria haus yang dikejar oleh sumur menandakan bahwa meskipun para bhiksu tinggal di vihara mereka tidak akan mendengarkan ajaran Dharma yang dibabarkan oleh yang lainnya. Penjualan tepung dan permata menandakan bahwa di saat itu para pendengar (sravaka) akan mengajarkan Ajaran dengan tujuan untuk mendapatkan nafkah. Penampakan naiknya harga cendana dan kayu lainnya, menandakan bahwa para sravaka akan menganggap Ajaran Buddha sebanding dengan naskah-naskah sesat. Pencurian bunga oleh perampok memandakan bahwa di waktu itu para sravaka yang sudah tercemar akan mengakomodasi umat awam dengan harta dari komunitas Sangha. Ketakutan pangeran gajah oleh karena gajah muda menandakan bahwa para bhiksu yang jahat akan menekan para bhiksu yang berkebajikan. Penampakan monyet dekil mengotori monyet lainnya menandakan bahwa para bhiksu yang tak bermoral akan mencemooh para bhiksu yang bajik. Naik tahtanya seorang monyet menjadi raja menandakan bahwa pada waktu itu mereka yang bodoh akan dijadikan raja (sangharaja).
Sehelai pakaian yang tidak terobek oleh tangan 18 orang pria, setelah helai pakaian yang mula-mula dibagi menjadi 18 helai, menandakan bahwa meskipun Ajaran Buddha akan terbagi menjadi 18 sekte, masing-masing sekte akan mendapatkan kesempatan untuk mencapai pencerahan.
Sekumpulan orang saling bertengkar dan berdebat menandakan bahwa pembentukan Ajaran Sakyamuni akan disebabkan oleh perselisihan dalam [menginterpretasikan]poin-poin ajaran”
Dengan cara inilah Kasyapa Buddha menjelaskan pada sang raja arti dari 10 penampakan mimpinya…. Divisi menjadi 18 sekte: Pada masa pemerintahan raja Asoka, pemisahan tersebut diakibatkan oleh beberapa pertentangan. Pada mulanya, pemisahan tersebut menjadi dua yaitu Sthavira dan Mahasanghika. Dan perlahan-lahan Mahasanghika terbagi menajdi delapan sub sekte:
1. Mahasanghika
2. Ekavyaharika
3. Lokottaravada
4. Bahusrutiya
5. Prajnaptivada
6. Caityasila
7. Purvasaila
8. Aparasaila
Sekte Sthavirra perlahan-lahan terbagi menjadi 10 sub sekte:
1. Sthavira awal bernama Haimavata
2. Sekte Sarvastivada terbagi menjadi 10 cabang:
a. Vibhajyavadin
b. Vatsiputriya
c. Dharmottariya
d. Bhadrayaniya
e. Sammitiya
f. Avantaka
g. Kurukullaka
h. Mahisasaka
i. Dharmaguptika
j. Suvarsaka
Daftar tersebut adalah dari segi tradisi pertama. Dari tradisi kedua: dari akar yang sama: sekte Sthavira, Mahasanghika dan Vibhajyavadin – sekte-sekte tersebut adalah tiga sekte dasar. Sthavira terbagi menjadi Sarvastivada dan Vatsiputriya. Sarvastivada juag memiliki 2 cabang: Sarvastivada dan Sutravada. Vatsiputriya dibagi menjadi Sammitiya, Dharmottariya, Bhadrayaniya dan Sannagarika, Maka dari itu Sthavira dibagi dalam dua cabang dan enam bagian. Mahasanghika terbagi menjadi delapan cabang: Mahasanghika, Purvasaila, Aparasaila, Rajagirika, Haimavata, Caityaka, Siddharthakass, Gokulika. Vibhajyavadin terbagi menjadi Mahisasaka, Kasyapiya, Dharmaguptikadan Tamrasatiya. Dengan cara ini ada enam cabang Sthavira, delapan cabang Mahasanghika dan empat cabang Vibhajyavadin, totals emuanya 18 sekte.
Dalam Bhiksuvarsagraprccha yang ditulis oleh Guru Padmasambhava disebutkan:
“Perbedaan antara Kasyapiya dengan Mahisasaka, Dharmaguptika dan Mulasarvastivadin adalah hanya satu teori saja. Mereka tidak memiliki guru yang berbeda. Enam cabang mahasanghika adalah Purvasaila, juga Aparasaila, Haimavata, Vibhajyavadin, Prajnaptivadin dan Lokottaravadin. Para pelajar mengatakan bahwa 5 cabang Sammitiya adalah Tamrasatiya, Avantaka, Kaurukulluka, juga Bahusrutiya dan Vatsiputriya. Jetavaniya, Abhayagirivasin dan Mahaviharavasin dikatakan adalah tiga cabang dari Sthavira. Dengan cara ini, Ajaran Singa Sakya terbagi menjadi 18 sekte. Tentu ini terjadi karena karma buruk masa lampau dari Guru Dunia [Buddha] sendiri.”
(Bhiksuvarsagraprccha oleh Guru Padmasambhava)
Dalam agama Buddha, doktrin karma merupakan sesuatu yang sentral. Setiap kejadian pasti memiliki sebabnya. Demikian juga, terpecahnya agama Buddha menjadi 18 sekte adalah disebabkan oleh karma buruk Sang Tathagata sendiri di masa kehidupannya yang lampau.
Namun walaupun demikian, ke-18 sekte tersebut semuanya masih memegang Ajaran Sang Buddha.
Menurut Arya Svapnanirdesa nama Mahayana-sutra dan Arya-mulasravastivadisramanerakarikavrtti-prabhavati, 18 sekte ini termasuk dalam ajaran Sang Buddha dan mencakup juga Empat Kebenaran Mulia.
Menurut Arya Svapnanirdesa nama Mahayana-sutra dan Arya-mulasravastivadisramanerakarikavrtti-prabhavati, 18 sekte ini termasuk dalam ajaran Sang Buddha dan mencakup juga Empat Kebenaran Mulia.
Menurut sumber Tibetan, 160 tahun setelah Nirvana Sang Guru, empat Sthavira dari Sangha di kota bernama Kusumapura (Pataliputra) mengucapkan ulang Sutra-sutra menggunakan 4 bahasa yang berbeda-beda, [yaitu] Sansekerta, Apabhramsa, Prakrit, dan Paisacika. Sebagai akibatnya, para pengikutnya memiliki pandangan yang berbeda-beda dan muncullah pemisahan menjadi 4 sekte dasar. Dari masing-masing divisi, muncul sub-sub divisi, sehingga muncul 18 sekte. Empat sekte divisi utama adalah Mulasarvastivada, Mahasanghika, Sammitiya dan Sthavira. Keempatnya dibedakan oleh:
1. Mulasarvastivada diucapkan ulang menggunakan bahasa Sansekerta. Silsilah aliran ini dimulai oleh Rahula yang terlahir di kasta Ksatriya dan yang paling unggul dalam moralitas.
2. Mahasanghika diucapkan ulang dengan mengguankan bahasa Apabhramsa. Silsilahnya berasal dari Mahakasyapa, yang lahir di kasta Brahmana, yang paling unggul dalam dhuta-guna.
3. Sammitiya diucapkan ulang dengan menggunakan bahasa Prakrit. Silsilahnya berasal dari Upali, yang lahir dalam kasta Sudra, yang paling unggul dalam Vinaya
4. Sthavira diucapkan ulang menggunakan bahasa Paisacika [Pali]. Silsilahnya berasal dari Katyayana, yang lahir dalam kasta Waisya, yang paling unggul di antara mereka yang mengubah keyakinan pratyanta-janapada.
Apakah pandangan Dipavamsa yang menyatakan 17 sekte lain adalah duri di pohon banyan sedangkan Theravada adalah yang paling unggul dapat kita jadikan dasar dalam menilai keseluruhan 18 sekte tersebut?
“Ke-17 sekte ini adalah yang terpecah belah, hanya satu sekte yang tidak terpecah belah. Dengan sekte yang tidak terpecah belah, total ada 18 sekte. Seperti pohon banyan yang besar, [hanya] Theravadalah yang paling agung, Dispensasi dari Sang Penakluk, sempurna, tanpa kekurangan maupun kelebihan. Sekte-sekte lainnya muncul, seperti duri di pohon banyan.”
(DÄ«pavamsa 4.90-91)
Jawabannya adalah tidak. Marilah kita simak kitab-kitab suci agama Buddha yang lainnya:
“Di empat siddhanta, 12 sekte sutra dan 84000 harta Dharma semuanya adalah benar, tidak bertentangan satu sama lain.”
(Mahaprajnaparamita Sastra)
“Meskipun kelima sekte ini berbeda satu sama lainnya, namun mereka tidak mengganggu semua dharmadhatu dari Buddha dan Nirvana Agung”
(Mahavaipulyamahasamnipata Sutra)
“Hanya 5 sekte yang tersisa, masing-masing memiliki kekuatannya sendiri… mereka yang memiliki kebijaksanaan yang lebih dapat menerima dan menolak, mereka yang bodoh tidak dapat membedakan.”
(Sariputrapariprccha)
(Mahaprajnaparamita Sastra)
“Meskipun kelima sekte ini berbeda satu sama lainnya, namun mereka tidak mengganggu semua dharmadhatu dari Buddha dan Nirvana Agung”
(Mahavaipulyamahasamnipata Sutra)
“Hanya 5 sekte yang tersisa, masing-masing memiliki kekuatannya sendiri… mereka yang memiliki kebijaksanaan yang lebih dapat menerima dan menolak, mereka yang bodoh tidak dapat membedakan.”
(Sariputrapariprccha)
Apakah kelima sekte tersebut? Kelima sekte tersebut dijabarkan dalam Sariputrapariprccha, Fayun dan Vinitadeva:
“Sekte Mahasanghika rajin mempelajari Sutta-sutta yang telah terkumpulkan dan mengajarkan arti yang sebenarnya, karena mereka adalah sumber dan yang berada di pusat. Mereka memakai jubah kuning.”
“Sekte Dharmaguptaka menguasai rasa dari jalan kebenaran. Mereka adalah pembimbing yang memberi manfaat bagi semua. Cara menunjukkan ekspresi mereka istimewa. Mereka memakai jubah merah.”
“Sekte Sarvastivada dengan cepat mendapatkan pengetahuan yang teguh, karena Dhamma adalah pelindung mereka. Mereka memakai jubah hitam.”
“Sekte Kasyapiya sangat rajin dan giat dalam melindungi para makhluk hidup. Mereka memakai jubah magnolia.”
“Sekte Mahisasaka mempraktekkan jhana, dan [mampu] melakukan penetrasi mendalam. Mereka memakai jubah biru.”
Sariputrapariprccha dan Mahavaipulyamahasamnipata Sutra mengakui keberagaman antar sekte. Sangat berbeda dengan yang diajukan oleh Dipavamsa.
Fayun berkata:
“Kassapa, Ananda, Majjhantika, Sanavasin dan Upagupta: kelima guru ini, yang telah mempenetrasikan Dharma dengan kekuatan yang penuh, tidak akan memecah belah ajaran. Namun Upagupta memiliki 5 pengikut yang masing-masing memiliki pandangannya sendiri-sendiri. Sebaagi akibatnya, mereka membagi satu Vinayapitaka agung dari Tathagatha dan mendirikan 5 sekte: Dharmagupta…. Sarvastivada… Kasyapiya….Mahisasaka…Vatsiputriya… Mahasanghika.”
Samayabhedoparacarana-cakra nikaya-bhedopadesana-sangraha karya Vinitadeva (700 M). Vinitadeva adalah komentator dari karya-karya Dharmakirti dan tinggal di universitas Nalanda. Vinitadeva adalah murid dari Prajnakaragupta. Ia membagi 18 sekte ke dalam 5 kelompok:
a dan b) Mahasanghika I dan II meliputi , Haimavata, Lokottaravada, Prajnaptivada, Bahusrutiya, Purvasaila, Aparasaila
c) Sarvastivada meliputi Mulasarvastivada, Kasyapiya, Mahisasaka, Dharmagupta, Bahusrutiya, Tamrasatiya, dan Vibhajyavada
d) Sammitiya mencakup Kaurukullaka, Avantaka dan Vatsiputriya
e) Sthavira mencakup Jetavaniya, Abhayagirivasin, dan Mahaviharavasin
Kenapa semuanya [ke-18 sekte] bisa masuk ke dalam Ajaran Buddha yang sesungguhnya? Bukankah Vinaya sekte-sekte tersebut berbeda-beda?
Vinaya seharusnya dijalankan dengan fleksibel, demikian sabda Sang Buddha:
“Ketika hidup di masa ini, maka seseorang harus berpraktek menurut ajaran ini, ketika hidup di waktu itu, seseorang harus berpraktek menurut ajaran itu”
(Sariputrapariprccha)
Dalam Sariputrapariprccha, Sariputra bertanya pada Sang Buddha mengapa Sang Buddha membuat Vinaya bagi para bhiksu dan terkadang membolehkan para bhiksu untuk makan di pagi hari, terkadang boleh memakan nasi, ikan dan daging, terkadang tidak mengizinkan para bhiksu untuk makan nasih, tetapi hanya bubur dan tekadang membolehklan memakan ansi yang telah matang, terkadang mengizinkan para bhiksu untuk makan di banyak rumah dan makan sebanyak-banyaknya sampai kenyang – dengan cara ini, bagaimana bisa para bhiksu dan bhiksuni menaati dan mengikuti Vinaya di masa depan? Sang Buddha menjawab:
“Ketika Aku berkata ‘di segala waktu’ – pada waktu ini, seseorang harus menjalankan [Vinaya] sesuai dengan apa yang telah dikatakan [oleh-Ku], di waktu lain, seseorang harus menjalankan berdasarkan kata-kata lainnya – dengan tujuan untuk memberi manfaat pada praktek, maka semuanya harus mengikuti [Vinaya] sesuai dengan keadaan.”
Lebih lanjut dalam Vinaya sekte lainnya disebutkan:
“Meskipun [peraturan ini] dibuat olehku, namun di tempat lain dianggap tidak suci, maka semua [peraturan tersebut] janganlah dilakukan, meskipun tidak dibuat oleh-Ku, tetapi harus dipraktekkan di tempat lain, maka semuanya harus menjalankannya.”
(Vinaya Mahisasaka)
Maka dari itu perbedaan Vinaya di antara sekte-sekte tidaklah menjadi suatu masalah.
Marilah kemudian kita melihat bagaimana pandangan Mahayana mengenai 18 sekte Shravakayana ini.
Secara mengejutkan, Mahayana memandang bahwa ke-18 sekte Shravakayana bersumber pada Mahayana dan Prajnaparamita!
Pandangan Mahayana tersebut ada dalam:
MANJUSRIPARIPRCCHA SUTRA
Manjusri-pariprccha Sutra (Taisho Tripitaka 468) diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa pada tahun 518 M oleh Sanghapala.
Pada waktu itu, Manjusri bertanya pada Sang Buddha: O Bhagava! Jelaskanlah, aku memohon pada-Mu, apa saja sekte-sekte yang berbeda di mana setelah Parinirvana-Mu, para pengikut-Mu di masa depan akan terpisah dan dari pemisah awal apakah sekte-sekte ini terbentuk?
Buddha menjawab Manjusri seperti ini: “Akan ada 12 sekte di antara pengikut-Ku setelah Parinirvana, di mana interpretasi yang berbeda mengenai ajaran-Ku muncul di dunia. Sekte-sekte ini akan menjadi penyimpan [dan pelestari] buah yang berbeda-beda dari Ajaran-Ku (Pitaka) tanpa ada yang lebih diunggulkkan maupun yang dianggap lebih rendah - seperti rasa air laut di semua tempat adalah sama – atau seperti 12 putra dari seorang laki-laki yang semuanya jujur dan benar, maka penjabaran ajaran-Ku yang diajukan oleh sekte-sekte ini [juga benar]. Manjusri! Dua benih mula-mula dari sekte yang berbeda-beda ini ditemukan dalam penjabaran ajaran-Ku menggunakan sistem Mahayana dan Prajnaparamita. Para Sravaka, Pratyeka Buddha dan Buddha yang berbeda-beda akan datang dari Prajnaparamita, Manjusri! Seperti bumi, air, api, angin dan kekosongan membentuk suatu material dan alam semesta yang dapat terlihat, maka Mahayana dan Prajnaparamita membentuk material dari sebuah sistem di mana tiga tingkatan yang berbeda yaitu Sravaka, Pratyeka-Buddha dan Buddha memberikan ajaran.”
Manjusri bertanya pertanyaan ini pada Buddha: “Bhagava! Dengan nama apakah sekte-sekte ini dikenal?
Buddha menjawab: “Dua sekte yang pertama terbentuk adalah Mahasanghika dan Sthavira. 100 tahun setelah Nirvana-Ku, sebuah sekte bernama Ekavyoharika akan muncul. 100 tahun setelah sekte ini muncul, maka muncul sekte lainnya yaitu Kukkulika. 100 tahun kemudian dari sekte ini muncul sekte lain bernama Bahusrutiya. 100 tahun kemudian dari sekte ini akan ada sekte lainnya yang terbentuk yaitu Caitiyavada. 100 tahun setelah ini sebuah sekte akan muncul yaitu Purvasaila. 100 tahun setelah ini sekte lain akan muncul dari sekte ini yaitu Uttarasaila. Tujuh sekte ini muncul dari Mahasanghika dan termasuk juga Sangha mula-mula atau kumpulan, sehingga diklasifikasikan menjadi delapan sekte.”
“Dari Sthavira terbentuk 11 sekte. 100 tahun setelah kemunculan sekte di atas, muncul yang lainnya yaitu sekte Sarvastivada. 100 tahun kemudian dari sekte ini muncul Haimavata. 100 tahun setelah sekte ini, muncul yang lain bernama Vatsiputriya. 100 tahun kemudian setelah ini muncul sekte lain bernama Dharmotariya. 100 tahun setelah ini dari sekte ini muncul yang lain bernama Bhadrayaniya. 100 tahun kemudian dari sekte ini akan muncul yang lain yaitu Sammitiya. 100 tahun kemudian sekte lain muncul dari sekte ini yaitu Shannagarika. 100 tahun setelah ini muncul sekte lain bernama Mahisasaka. 100 tahun kemudian dari sekte ini muncul sekte Dharmagupta. 100 tahun kemudian sekte lainnya muncul yaitu Kasyapiya. 100 tahun kemudian daris ekte ini muncul sejte bernama Sautantrika. Di atas adalah 11 sekte yang berasal dari Sthavira, dan termasuk sekte ibunya, berjumlah 12 cabang.
Buddha kemudian mengucapkan gatha ini:
“Sekte Mahasanghika akan terbagi menjadi tujuh bagian
Sekte Sthavira menjadi sebelas bagian,
Inilah apa yang kita istilahkan sebagai 12 sekte [dari Mahasthavira],
Delapan belas termasuk di dalamnya dua sekte awal,
Semua ini muncul dari Mahayana,
Yang mengatakan bukan kesetujuan pun bukan kontradiksi
Sekarang Aku berkata bahwa di masa depan mereka akan muncul,
Berbagai karya tulis dari Arya Kumarajiva
Setelah lenyapnya Dharma Sejati,
Hanya 100 tahun
Dan oleh karena berbagai kemunculan ini,
Dharma Sejati perlahan-lahan lenyap,
Setiap orang membentuk pandangan mereka sendiri,
Memberikan opini mereka berdasarkan ajaran heterodoks
Memandang rendah mereka yang seharusnya dihormati
Ketidakpuasan dan pemberontakan akan muncul
Namun sekarang hanya Sutra-Sutralah yang menjadi dasar
Di mana ajaran Buddha didirikan
Bersandar pada kebenaran yang terdahulu
Mencari pondasi pada dasar yang teguh ini
Seperti berada dalam butiran pasir yang sangat banyak
Mencari emas murni
Demikiankah yang telah kudengar dari para Buddha masa lampau,
Yang muncul bagaikan matahari di antara manusa”
“160 tahun setelah Nirvana Sang Buddha, di kota bernama Pataliputra terdapat seorang raja bernama Asoka yang akan mengumpulkan seluruh Jambudvipa menjadi daerah kekuasaannya. Di masa pemerintahannya, kumpulan-kumpulan besar mulai terpisah menjadi sekte-sekte. Pada waktu itu muncullah seorang Bhiksu bernama Neng, dan lainnya bernama Nidana dan yang lainnya bernama Bahusrutiya – para bhikkhu ini akan mengajukan ajaran tentang lima pernyataan sebagai dasar dari ajaran. Lima poin tersebut adalah:
Keuntungan dari orang lain
Ketidaktahuan
Keraguan
Berkata-kata religius
Mendasarkan pada penalaran
“Karena pertimbangan mengenai pertanyaan-pertanyaan ini, maka dua sekte awal terbentuk yaitu Mahasanghika dan Sthavira.
“Di abad menengah, mengikuti Mahasanghika, sekte-sekte lain muncul sebagai berikut: Ekavyaharika, Lokottaravadin, Kukkutika. Lagi, di pertengahan abad muncul sekte lainnya dari Mahasanghika yang disebut sebagai Shichi lun.
“Lagi, di pertengahan 200 tahun, para pengikut sesat dari Mahadeva, mengambil ikrar kebhiksuan, dan berdiam menetap di Gunung Chaitiya. Lagi, dari Mahasanghika muncul tiga sekte lainnya yaitu Chaitika, Aparasaila dan Uttarasaila. Demikianlah dari Mahasanghika muncul sembilan sekte: Mahasanghikas, Ekavyavaharika, Lokottaravâdin, Gokulika, Bahusrutiya, Shi-chi, Yan-ka, Ho-lo, Uttarasaila.
“Di masa pertengahan 300 tahun, dari sekte Sthavira muncul kontroversi berkenaan dengan Kitab Abhidharma, berbagai sekte-sekte yang berbeda sebagai berikut: Sarvastivada, yang juga disebut Hetuvada, [dan] Haimavata. Di pertengahan 300 tahun kemudian muncul sekte bernama Vatsiputriya, dari sekte ini muncul sekte lain yaitu Dharmottariya, yang lain bernama Bhadrayaniya, dan lagi, sekte lain bernama Mili, yang lain bernama Sammitiya, sekte lain bernama sekte enam kota (Shannagarika). Lagi, di tahun ke-300, Sarvastivada memunculkan sekte lainnya yaitu Mahisasaka, di mana muncul sekte Dharmagupta. Lagi ditahun ke-300, sekte lain muncul dari Sarvastivadin, bernama Varsha, yang juga dinamakan kasyapiya. Di tahun ke-400 dari Sarvastivada muncul sekte lain bernama Samkranti, dinamakan seperti nama pendirinya Uttara, sekte ini dikenal sebagai Sautantrika.
“Demikianlah, dari sekte Mahasthaviras bercabang menjadi dua belas sekte: Mahasthaviras [Theravada], Haimavata, Sarvastivadin, Vatsiputriya, Dharmottariya, Bhadrayaniyas, Sammatiyas, Shannagarika, Mahisasika, Dharmagupta, Kasyapiya, Sautrantika."
Kita sekarang akan berbicara mengenai ajaran yang berbeda-beda dari berbagai sekte, baik perbedaan maupun persamaan mereka.
Sekte-sekte berikut ini, Mahasanghika, Ekavyavaharika, Lokottara, Kukkutika memegang pandangan yang akan kita jelaskan. Mereka berkata bahwa tradisi menghormati para Buddha yang terlahir di dunia sebagai manusia biasa adalah tidak benar – [mereka mengatakan] bahwa Dharma adalah Tathagatha dan satu-satunya di dunia. Mereka semua berkata bahwa ‘Pemutaran Roda Dharma’ berada dalam tahap akhir. Mereka berkata bahwa “fenomena eksis”, “Hubungan eksis”. “kebenaran eksis”. Mereka berkata bahwa Tathagata luasnya tidak terbatas, kagungannya tidak dapat diukur, abadi, dapat mengingat kehidupan lampau (smriti), kekuatan keyakinannya (sraddhabala), pengalaman kebahagiaannya dan kehidupannya, tidak ada akhir; ia tidak tidur, ia tidak berbicara, ia tidak bertanya-tanya, ia tidak merefleksikan apapun; mereka berkata bahwa keberadaan-Nya adalah satu dan seragam, bahwa semua makhluk dapat mencapai pembebasan dengan mendengar ajaran-Nya, bahwa ekachitta dari Tathagata meliputi semua Dharma dalam satu momen dengan menggunakan kebijaksanaan-Nya.”
Ini Tabel Kesimpulan pembagian sekte-sekte [hasil gabungan dari Vasumitra, Bhavaviveka, Vinitadeva, Dipavamsa, dan Sariputrapariprccha]
Buddha kemudian mengucapkan gatha ini:
“Sekte Mahasanghika akan terbagi menjadi tujuh bagian
Sekte Sthavira menjadi sebelas bagian,
Inilah apa yang kita istilahkan sebagai 12 sekte [dari Mahasthavira],
Delapan belas termasuk di dalamnya dua sekte awal,
Semua ini muncul dari Mahayana,
Yang mengatakan bukan kesetujuan pun bukan kontradiksi
Sekarang Aku berkata bahwa di masa depan mereka akan muncul,
Berbagai karya tulis dari Arya Kumarajiva
Setelah lenyapnya Dharma Sejati,
Hanya 100 tahun
Dan oleh karena berbagai kemunculan ini,
Dharma Sejati perlahan-lahan lenyap,
Setiap orang membentuk pandangan mereka sendiri,
Memberikan opini mereka berdasarkan ajaran heterodoks
Memandang rendah mereka yang seharusnya dihormati
Ketidakpuasan dan pemberontakan akan muncul
Namun sekarang hanya Sutra-Sutralah yang menjadi dasar
Di mana ajaran Buddha didirikan
Bersandar pada kebenaran yang terdahulu
Mencari pondasi pada dasar yang teguh ini
Seperti berada dalam butiran pasir yang sangat banyak
Mencari emas murni
Demikiankah yang telah kudengar dari para Buddha masa lampau,
Yang muncul bagaikan matahari di antara manusa”
Yakin ini diucapkan oleh Buddha sendiri?atau penambahan dari biksu-biksu agar terlihat memang Buddha yang ngomong padahal biksu yang ngomong. Lu sheng Yen juga jago bikin tulisan bahwa Sakyamuni yang meramalkan kemunculan Buddha yaitu dia sendiri. lalu ada beberapa Sutra Mahayana dimana Buddha memberikan nama Sutra padahal pada waktu itu tidak ada Sutra,tidak ada Tripitaka,setelah parinibbana baru tersusun kenapa bisa digambarkan Ananda menuliskan nama dan Sutra dalam gulungan toh pada saat itu belum ada catatan tertulis hanya pahatan batu.
Asli ataupun palsu, ucapan Buddha sendiri atau ditambahkan, sumber ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai perpecahan sekte dalam Buddhisme di jaman ketika sutra ini ditulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar