Secara hakiki, dasar kepercayaan oang Tionghoa berasal dari ajaran KONG ZI yaitu “JING TIAN ZUN ZU” yang berarti “Memuliakan Tuhan dan Menghormati Leluhur”.
Asas inilah yang
kemudian banyak memegang peran dalam berbagai upacara-upacara keagamaan
dan menjadi tulang punggung kebudayaan spirituilnya. “Zu” atau “Leluhur” dipuja dan dihormati oleh satu keluarga saja. Sedangkan “Shen” atau “Roh Suci” atau “Dewa” dipuja dan dihormati oleh banyak orang. Zu meninggalkan kebajikan dan mengulurkan berkah buat satu keluarga tertentu saja, tetapi Shen berbuat kebajikan dan melimpahkan berkah bagi rakyat banyak.
Di dalam Li Ji (Lee Ki – hokkian) atau Kitab Catatan Kesusilaan/Kitab Catatan Upacara yang ditulis oleh Nabi Kong Zi disebutkan
bahwa “Kaisar-kaisar bijaksana harus dijunjung tinggi, orang-orang
bijak yang membuat undang-undang untuk ketentraman rakyat harus
dihormati, orang yang setia dalam menjalankan tugasnya harus dihormati,
orang-orang yang membaktikan dirinya sepenuh hati pada Negara harus
dihormati, orang gagah dan cendikiawan yang mampu menolak dan
menghindarkan rakyat banyak dari malapetaka harus dihormati ……”. Dari
keterangan itu dapat kita simpulkan bahwa orang-orang yang amal baktinya
berguna untuk rakyat mendapat penghormatan dan layak dipuja dalam
kelenteng sebagai “Shen”. Ada pameo yang mengatakan bahwa “Wan Wu Ben Yu Tian” yang artinya “Semua makhluk berasal dari Tuhan”. Jadi Tian menurunkan Zu dan dari Zu inilah diturunkan kita semua. Dari dasar pemikiran yang cukup sederhana ini berkembanglah suatu kebiasaan untuk memuja Tian sebagai pencipta alam dan penghormatan kepada leluhur.
Tian sebagai Pencipta memang hanya satu, tapi jumlah Shen
menjadi semakin banyak sesuai dengan tugas masing-masing sebagai
“pembantu” Tian dalam mengatur alam semesta ini. Untuk minta petunjuk
atau pernyataan terima kasih kepada para Shen tersebut maka diadakanlah upacara persembahyangan. Karena jumlah Shen
yang tidak sedikit itu maka upacara-upacara menjadi makin sering
dilakukan dan tata caranya makin beraneka ragam. Asal-usul para Shen
itu kemudian menjadi semakin samara, sehingga timbul bermacam versi
dari berbagai tempat yang berbeda-beda. Biasanya orang-orang memberi
hormat tiap kali ia bertemu dengan Shen di suatu kelenteng walau ia sama sekali tak tahu siapa Shen yang ia temui itu. Mereka biasanya menyebut Shen sebagai “Shen Ming” yang berarti “Roh Gemilang” atau “Roh Suci”.
Dari dasar ajaran “Jing Tian Zun Zu” yang berasal dari Nabi Kong Zi
yang diuraikan di atas, diperkaya lagi dengan ajaran Daoisme dan
Budhisme, maka akhirnya muncullah sosok agama khas Tionghoa yang
merupakan endapan-endapan dari beberapa unsur di atas. Dalam kaitan
inilah apa yang kita lihat adalah pemujaan terhadap para Budha (Fo Zhu), Bodhisatva (Pu Sa), Arhat (Luo Han), Dewa (Xian), Malaikat (Shen Ming), Nabi (Sheng) dan roh suci lainnya. Agama khas ini di daratan Tiongkok, Hongkong, dan Taiwan disebut sebagai ZU XIAN JIAO yang secara harfiah berarti “AGAMA LELUHUR”. Agama inilah yang sekarang ini dianut oleh sebagian besar orang Tionghoa baik di negeri asalnya maupun di perantauan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar